Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU

BLOK 7 (REGULASI)

PEMICU 2

“KURUSNYA BADANKU”

DISUSUN OLEH:

TENGKU AUDRA ALIFIA

220600123

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Akan tetapi, pada penderita
diabetes, glukosa tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh. Gejala umum yang terjadi yaitu
sering buang air kecil, haus meningkat dan nafsu makan meningkat. Jika tidak diobati,
diabetes dapat menyebabkan banyak komplikasi akut dapat mencakup ketoasidosis, keadaan
hiperglikemik hiperosmolar, atau kematian Komplikasi jangka panjang yang serius yaitu
penyakit kardiovaskular, stroke, penyakit ginjal kronis, borok kaki, kerusakan saraf,
kerusakan mata, dan gangguan kognitif.

DESKRIPSI TOPIK:

Nama pemicu : Kurusnya Badan ku

Penyusun: dr. Rusdiana, M. Kes; dr. M. Aron Pase, M. Ked (PD).,Sp. PD; dr. Almaycano
Ginting, M.Ked (Clint Path).,Sp.PK

Hari/Tanggal: Rabu/ 26 April 2023

Pukul : 13.30 – 15.30 WIB

Skenario

Seorang perempuan umur 58 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan gusi terasa
sakit dan bengkak. Dari anamnesis diketahui bahwa merasa badan mudah lelah, berat badan
semakin menurun, walau banyak makan dan sering buang air kecil. Keluhan ini sudah
dialami sejak 2 bulan yang lalu, selain itu pasien sering merasa haus sehingga pasien banyak
minum dan kebas ditangan dan kaki. Pada pemeriksaan fisik didapati tinggi badan 163 cm,
BB 85 kg, kesadaran compos mentis, TD 120/80 mmHg, frekwensi nadi 90x /menit regular.
Pernafasan 24 x /menit regular, suhu 37⁰C. Hasil pemeriksaan intra oral, terlihat gigi molar
satu kanan bawah mengalami abses tanpa adanya karies dan kebersihan mulut sedang. Hasil
laboratorium darah rutin dalam batas normal, Kadar Gula Darah sewaktu 365 mg/dl.
Pertanyaan

1. Jelaskan patofisologi poliuri!


2. Jelaskan patofisiologi penurunan berat badan!
3. Jelaskan patofisiologi badan lemas dikaitkan dengan proses metabolisme karbohidrat
dan peningkatan kadar gula darah!
4. Jelaskan patofisiologi sering haus!
5. Jelaskan faktor risiko terjadinya penyakit DM tersebut!
6. Jelaskan komplikasi diabetes melitus !
7. Jelaskan pemeriksaan penunjang lain untuk kasus ini!
8. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dari kasus di atas!
9. Jelaskan kemungkinan interaksi obat antiinflamasi nonsteroid dengan obat
antidiabetik!

BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan patofisologi poliuri!


Jawab: Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang terjadi
pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula darah atau sering disebut
dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin
dari pankreas.Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia
dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat
dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskuler. Gejala atau ciri
awal penderita diabetes sering disebut dengan triaspoli (poliuri, polidipsi dan
polifagi). Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari
(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dl),
sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi urine
yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam urine
sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil.
Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM
yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Dengan adanya
ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka tubuh akan menghasilkan rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum air
terutama air dingin, manis, segar dan air dalam jumlah banyak. Pada umumnya orang
mengeluarkan urin sekitar 1-2 liter per hari. Orang yang memiliki poliuria
mengeluarkan lebih dari 3 liter urin per hari. Ketika kadar gula darah tinggi, tubuh
akan mencoba mengeluarkannya lewat urin. Hal ini menyebabkan ginjal
memproduksi lebih banyak urin.
Kondisi lain yang juga bisa menyebabkan poliuria adalah:
•Kehamilan.
•Diabetes insipidus.
•Penyakit ginjal.
•Kadar kalsium tinggi (hiperkalsemia).
•Masalah kesehatan mental, polidipsia psikogenik.
•Mengonsumsi obat tertentu, seperti diuretic.

2. Jelaskan patofisiologi penurunan berat badan!


Jawab: Polifagi atau penurunan berat badan adalah salah satu dari gejala diabetes
melitus. Polifagi terjadi karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
sehingga penderita mengalami penurunan berat badan, untuk itu penderita seringkali
merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan. Ketika tubuh tidak mampu
mendapatkan energi yang cukup dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan
bergegas mengolah lemak dan protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi
energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkendali bisa
kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000
kalori perhari hilang dari tubuh). Pada diabetes, glukosa tidak bisa masuk ke sel
untuk digunakan sebagai energi. Hal ini bisa disebabkan karena kadar insulin rendah
atau resistensi insulin. Karena tubuh tidak bisa mengubah glukosa menjadi energi,
anda akan merasa lapar. Rasa lapar yang disebabkan oleh polifagia tidak hilang
bahkan setelah anda mengonsumsi makanan. Pada penderita diabetes yang
kondisinya tidak dikontrol, mengonsumsi lebih banyak makanan hanya akan semakin
meningkatkan kadar gula darah. Sama seperti polidipsia dan poliuria, hal lain juga
bisa menyebabkan polifagia. Beberapa diantaranya adalah:
•Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid).
•Sindrom premenstrual.
•Stres.
•Mengonsumsi obat tertentu, seperti kortikosteroid.

3. Jelaskan patofisiologi badan lemas dikaitkan dengan proses metabolisme


karbohidrat dan peningkatan kadar gula darah!
Jawab: Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan
energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat yang tinggi.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan gen yang
mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu
proses metabolisme. Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata
rantai yang tidak dapat dipisahkan karena keterkaitan keduanya dijelaskan oleh
keberadaan hormon insulin. Karbohidrat diubah menjadi glukosa yang akan diserap
usus dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan sebagai bahan
bakar oleh organ yang mempergunakannya sehingga menjadi energi. Proses
pembentukan energi terutama glukosa memerlukan proses metabolisme yang rumit
yang memerlukan insulin yang bertugas memasukkan glukosa kedalam sel, untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin diibaratkan anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel agar dimetabolisme
menjadi energi. Bila insulin tidak ada atau tidak dikendalikan oleh reseptor pada
permukaan sel, maka glukosa tidak dapat msuk kedalam sel yang mengakibatkan
glukosa tetap didalam darah sehingga kadarnya meningkat. Dengan tidak adanya
glukosa yang dimetabolisme menyebabkan tidak adanya energi yang dihasilkan
sehingga badan menjadi lemas.

4. Jelaskan patofisiologi sering haus!


Jawab: Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Diabetes seringkali muncul tanpa gejala, namun demikian ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain polidipsi atau sering haus
adalah 3 dari gejala utama dari diabetes melitus. Secara umum polifagia adalah
kondisi dimana terdapat kelainan pada sistem metabolisme tubuh yang menyebabkan
seseorang mengalami rasa lapar berkelanjutan, sehingga menyebabkan rasa lapar
berlebihan atau nafsu makan meningkat. Selain poliuria, pasien kencing manis juga
mengalami gangguan produksi atau resistensi insulin. Hal inilah yang membuat tubuh
tidak dapat mengubah gula darah menjadi energi. Akibatnya tubuh kekurangan energi
dan cepat merasa lapar. Gejala polifagia yang umumnya ditemui pada penderita
diabetes tipe 1 dan 2 adalah:
a) Rasa lapar dan keinginan untuk makan semakin besar
b) Pandangan mata tiba-tiba kabur dan buram
c) Kepala sering sakit, pusing, dan muntah setelah melakukan aktivitas sedang
seperti berolahraga
d) Tubuh berkeringat dan gemetar
e) Mengalami perubahan perilaku

5. Jelaskan faktor risiko terjadinya penyakit DM tersebut!


Jawab: Menurut Kementerian Kesehatan, dengan memahami faktor risiko, diabetes
melitus dapat dicegah. Faktor risiko DM dibagi menjadi beberapa faktor risiko,
namun ada beberapa yang dapat diubah oleh manusia, dalam hal ini dapat berupa
pola makan, pola aktivitas, dan pengelolaan stres. Faktor kedua merupakan faktor
risiko, namun sifatnya tidak dapat diubah, seperti umur, jenis kelamin, dan faktor
penderita diabetes dengan latar belakang keluarga (Suiraoka, 2012). Faktor risiko
kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe dua antara lain usia, aktifitas fisik, terpapar
asap, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya hidup, adanya riwayat
keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan, riwayat ketidaknormalan
glukosa dan kelainan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012)
menyatakan bahwa riwayat keluarga, aktifitas fisik, umur, stres, tekanan darah serta
nilai kolesterol berhubungan dengan terjadinya DM tipe dua, dan orang yang
memiliki berat badan dengan tingkat obesitas berisiko 7,14 kali terkena penyakit DM
tipe dua jika dibandingkan dengan orang yang berada pada berat badan ideal atau
normal.
 Usia
Faktor usia mempengaruhi penurunan pada semua sistem tubuh, tidak
terkecuali sistem endokrin. Penambahan usia menyebabkan kondisi resistensi
pada insulin yang berakibat tidak stabilnya level gula darah sehingga
banyaknya kejadian DM salah satu diantaranya adalah karena faktor
penambahan usia yang secara degenerative menyebabkan penurunan fungsi
tubuh.
 Riwayat keluarga
Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa orang yang memiliki riwayat DM
pada keluarga berpeluang 10,938 kali lebih besar menderita.. Keluarga dalam
penelitian ini hanya keluarga dekat seperti ibu ayah, dan saudara sekandung.
Faktor genetik pada kasus DM bersumber dari keselarasan (corcodance) DM
yang itu bisa meningkat pada kondisi kembar monozigot, prevalensi kejadian
DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes, dan
prevalensi kejadian DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu. DM tipe
dua merupakan kelainan poligenik dan tidak memiliki hubungan yang jelas
dengan gen human leucocytes antigen (HLA).
 Aktifitas fisik
Beraktifitas yang teratur dapat berperan dalam mencegah risiko DM dengan
meningkatkan massa tubuh tanpa lemak dan secara bersamaan mengurangi
lemak tubuh. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat
sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Orang yang jarang
beraktifitas fisik dan jarang melakukan olahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak akan dibakar tetapi akan ditimbun dalam bentuk lemak dan
gula. Jika kondisi pankreas tidak adekuat dalam menghasilkan insulin dan
tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul
penyakit DM.
 Pola makan
Fungsi utama karbohidrat untuk metabolisme adalah menyediakan energi
untuk sel, termasuk sel-sel otak yang kerjanya tergantung pada suplai
karbohidrat berupa glukosa. Kondisi kurangnya glukosa darah dapat
mengakibatkan hipoglikemia, sedangkan kondisi kelebihan glukosa dalam
darah menimbulkan kondisi yang disebut hiperglikemia yang kondisi tersebut
jika berlangsung terus dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
diabetes.
~ Isnaini N. Ratnasari. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes
mellitus tipe dua. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah. 2018; 14 (1) :
63-6
6. Jelaskan komplikasi diabetes melitus !
Jawab: Kadar gula darah yang tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan suatu
keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh. Akibat keracunan yang menetap ini,
timbul perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh sehingga timbul berbagai
komplikasi. Jadi komplikasi umumnya timbul pada semua penderita baik dalam
derajat ringan atau berat setelah penyakit berjalan 10-15 tahun. Komplikasi kronis
paling utama adalah penyakit kardiovaskuler dan stroke, Diabeteic foot, Retinopati,
serta nefropati diabetika. Dengan demikian sebetulnya kematian pada Diabetes terjadi
tidak secara Iangsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan
komplikasi yang terjadi. OIeh sebab itu penderita diabetes perlu diobati agar dapat
terhindar dan berbagai komplikasi yang menyebabkan angka harapan hidup menurun.
Beberapa penyakit yang timbul akibat diabetes melitus yaitu:
 Nefropati diabetika
Diabetes mellitus tipe 2, merupaka penyebab nefropati paling banyak, sebagi
penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik
pada DM mengaikibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-
molekul besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih (mis. Albuminuria).
Akibat nefropati diabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang progresif.
 Stroke
Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering pada
penderita diabetes. Kira-kira sepertiga penderita stroke juga menderita
diabetes. Stroke lebih sering timbul dan dengan prognosis yang lebih serius
untuk penderita diabetes. Akibat berkurangnya aliran atrteri karotis interna
dan arteri vertebralis timbul gangguan neurologis akibat iskemia.
 Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan studi epidemiologis, maka diabetes merupakan suatu faktor
risiko koroner. Ateroskierosis koroner ditemukan pada 50-70% penderita
diabetes. Akibat gangguan pada koroner timbul insufisiensi koroner atau
angina pektoris (nyeri dada paroksismal serti tertindih benda berat dirasakan
didaerah rahang bawah, bahu, lengan hingga pergelangan tangan) yang timbul
saat beraktifitas.
7. Jelaskan pemeriksaan penunjang lain untuk kasus ini!
Jawab: Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit underdiagnosed. Saat
diagnosis ditegakkan, sekitar 25% sudah terjadi komplikasi mikrovaskuler. Untuk
menegakkan diagnosis seseorang terkena diabetes mellitus atau tidak, maka dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium yang salah satunya adalah pemeriksaan HbA1C
yaitu pemeriksaan dengan mengukur kadar atau prosentase glukosa yang terikat
dengan hemoglobin. Pemeriksaan ini tergantung dari kadar glukosa dan jumlah serta
umur sel darah merah. Rata-rata umur sel darah merah sekitar 120 hari. Jadi
pemeriksaan HbA1c ini dapat memperkirakan kadar rata-rata gula darah dalam 3
bulan terakhir. Perbedaan pemeriksaan HbA1c dan pemeriksaan gula darah.
Keduanya mengukur hal yang berbeda. Pada tes gula darah biasa, yang diukur adalah
kadar gula darah saat itu juga. Kadar gula darah bisa berubah-ubah sepanjang hari,
tergantung makanan atau minuman yang dikonsumsi saat itu. Hasil pemeriksaan
HbA1c tidak akan terlalu terpengaruh oleh asupan makanan pada saat pemeriksaan
sehingga tidak perlu persiapan khusus seperti puasa. Jika pada hari pemeriksaan
HbA1c, pasien sengaja tidak makan gula tetapi di hari-hari sebelumnya mengonsumsi
banyak gula, maka hasil HbA1c-nya akan tetap tinggi. Sedangkan jika strategi ini
dilakukan pada tes gula darah biasa maka hasilnya akan terbaca normal bahkan
rendah. Kelebihan pemeriksaan HbA1c :
a) Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja
b) Kadar glukosa yang menempel pada hemoglobin sangat stabil, sehingga
HbA1c dijadikan salah satu parameter diabetes mellitus di seluruh dunia
c) Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma
d) Lebih direkomendasi untuk monitoring pengendalian glukosa

8. Jelaskan penatalaksanaan farmakologi dari kasus di atas!


Jawab: Tujuan terapi DM tentunya untuk mengurangi risiko komplikasi jangka
pendek dan jangka panjang. Terapi obat memiliki efek menguntungkan pada risiko
komplikasi, tetapi tidak cukup untuk membalikkannya. Tatalaksana non farmakologis
terdiri atas edukasi, nutrisi medis, dan latihan fisik. Terapi farmakologis pada DM
diberikan beriringan dengan pengaturan pola makan, latihan fisik, dan gaya hidup
sehat. Berikut adalah obat antidiabetes non-insulin umum antara lain golongan
biguanida. Biguanida adalah salah satu kelas utama obat antidiabetes, di antaranya
metformin. Metformin merupakan obat paling umum dan menjadi lini pertama untuk
penderita DM dan telah terbukti bermanfaat dalam mengurangi angka kematian
akibat DM tipe 2 karena dapat meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan
glukosa darah, menekan risiko hipoglikemia dan kardiovaskuler serta merupakan
satu- satunya agen hipoglikemik untuk meningkatkan hasil makrovaskular.
Thiazolidinediones atau TZDs adalah kelas sensitizer insulin, termasuk zona troglita,
rosiglitazone, dan pioglitazone. Mereka merupakan ligan peroxisome proliferator-
activated receptor (PPAR-γ) yang mengontrol otot rangka normal dan sensitivitas
insulin hati. Namun, pemberian insulin yang diperlukan tidak boleh ditunda selama
bertahun-tahun. Terapi insulin dapat dengan mudah dikombinasikan dengan obat
antidiabetes lainnya, dan sejumlah besar insulin dan alat bantu injeksi memfasilitasi
individualisasi terapi.

9. Jelaskan kemungkinan interaksi obat antiinflamasi nonsteroid dengan obat


antidiabetik!
Jawab: Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat
akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan , atau bila
dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau
toksisitas satu obat atau lebih akan berubah. Interaksi antara obat antiinflamasi non-
steroid dengan antidiabetic dapat dilihat dari penggunaan glibenklamid dengan
peroksikom. Glibenklamid merupakan salah satu obat antidiabetic dan peroksikom
merupakan obat NSAIDS golongan oksikam. Interaksi kedua obat ini pada penderita
lansia akan mengakibatkan pendarahan pada saluran pencernaan. Hal ini dikarenakan
obat ini saling berinteraksi. Piroksikam memiliki ikatan obat-protein yang sangat
tinggi, sekitar ± 99% yang ketika digabung dengan glibenklamid yang juga memiliki
ikatan protein yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penguasaan
ikatan dalam darah yang meningkat sehingga menyebabkan pendarahan pada saluran
pencernaan. Oleh karena itu, untuk menggunakan obat ini secara bersamaan harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
~ Nurlaelah I. Kajian Interaksi Obat Pada Obat Pada Pengobatan Diabetes Melitus
(DM) dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Undata Periode Maret- Juni
Tahun 2014. Galenika Journal of Pharmacy 2015; 1(1): 35-41
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit gangguan sindrom metabolik yang
menghambat glukosa masuk kedalam sel karena kurangnya peran insulin yang
menyebakan terjadi gangguan pada metabolisme karbohidrat yang membuat tubuh
menjadi lemas. Penyakit DM ini bisa menjalani terapi non farmakologi seperti
berolahraga, mengubah pola hidup sehat dan menghidari stres sementara untuk
farmakologinya diberikan obat antidiabetik sesuai dengan arahan dari dokter yang
menanganinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lestari, Zulkarnain, Sijid A. Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi,
Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan.
Dalam. Prosiding Biologi Achieving the Sustainable Development Goals with
Biodiversity in Confronting Climate Change. Gowa, 2021
2. Nugroho S. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIABETES
MELITUS MELALUI OLAHRAGA. JURNAL MEDIKORA. 2012; 1 (1)
3. Suriani N. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus. 2012.
4. Poltekkes Denpasar. Diabetes Mellitus. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/
5. Fahriza MR. Faktor Mempengaruhi yang Penyebab Kejadian Diabetes
Mellitus (DM). Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
6. Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika
7. Isnaini N. Ratnasari. Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus
tipe dua. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah. 2018; 14 (1) : 63-6
8. Permana H. KOMPLIKASI KRONIK DAN PENYAKIT PENYERTA PADA
DIABETESI. Division of Endocrinology and Metabolism Department of
Internal Medicine Padjadjaran University Medical School/ Hasan Sadikin
Hospital.
9. Widiasari KR , Wijaya IMK, Suputra PA. Ganesha Medicina Journal. 2021;
1(2). 117
10. Nurlaelah I. Kajian Interaksi Obat Pada Obat Pada Pengobatan Diabetes
Melitus (DM) dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Undata
Periode Maret- Juni Tahun 2014. Galenika Journal of Pharmacy 2015; 1(1):
35-41

Anda mungkin juga menyukai