Anda di halaman 1dari 17

DIABETES JUVENIL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11

1. Eka Yuniarti (2720190146)


2. Vina Nurkholis Y (2720190115)
3. Wiwin Winarsih (2720190128)
Apa Diabetes Juvenil ????
Pengertian
• Diabetes mellitus tipe 1 (Diabetes Juvenile), dahulu disebut insulin-
dependent diabetes (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin),
dicirikan dengan rusaknya sel-β penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe
ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Apa saja sih penyebab
nya ???
Penyebab
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu
yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Apa saja tanda dan gejala nya???
Tanda dan Gejala
a)     Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b)     Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c)     Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien
banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d)     Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e)     Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f)      Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi
dengan baik
Klasifikasi nya apa aja ya???
Klasifikasi
• Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus dibagi menjadi:
1.    Diabetes melitus nyata
2.    Diabetes melitus kimia atau laten
Tidak ada gejala diabetes melitus, kadar gula darah normal tetapi pasca prandial
tampak kenaikan GTT (Glukosa Tolerance Test) seperti pada diabetes.
3.    Tersangka diabetes melitus
Terdapat Intolerans terhadap karbohidrat pada keadaan tertentu seperti trauma,
infeksi, pemakaian obat-obat (kortikosteroid) stress dan sebagainya.
4.    Prediabetes
Prediabetes adalah masa sebelum timbulnya diabetes melitus yang nyata
(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:260)
Pathofisiologi
• Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan glukosa sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.
Insulin membantu transportasi glukosa ke dalam sel dan membantu pergerakan senyawa-senyawa keton ke dalam sel sebagai sumber energi sekunder. Apabila
insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan metabolisme, karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa insulin Glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel dan tetap dalam kompartemen vaskular yang kemudian terjadilah hiperglikemi dengan demikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah.
Terjadinya hiperglikemi akan menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari rongga intraseluler ke dalam rongga
interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik diuretik menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga sel akan
kekurangan cairan dan muncul gejala Polydipsia (kehausan). Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya secara berlebihan potasium dan sodium dan terjadi
ganggunag elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang mencapai sel, maka sel akan mengalami “starvation” (kekurangan makanan atau kelaparan) sehingga
menimbulkan gejala polyphagia, fatigue dan berat badan menurun.
Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal sehingga menyebabkan lolos
dalam urine yang disebut glikosuria.
(Suriadi. Askep Pada Anak Edisi I. 2001:75)
Penatalaksanaan
• Tujuan pengobatan ialah mengembalikan anak kepada kesehatan dan pertumbuhan yang mendekati normal. Hal yang penting ialah pertumbuhan dan perkembangan dengan
memperhatikan kekuatan jasmani yang sebaiknya.
1.    Diet
Makanan harus adekuat untuk pertumbuhan dan aktivitas normal sebaiknya makanan tidak banyak berbeda dengan makanan anak lain dan disesuaikan dengan makanan keluarga. Diet
bebas berarti bahwa anak boleh makan sesukanya pada waktu makan, tetapi tidak boleh berlebihan dan harus menjauhkan diri dari makanan yang manis (gula) dan banyak
mengandung karbohidrat.
Prinsip diet ini, yaitu:
a.    Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas
b.    Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kg bb/hari
c.    40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat
d.    Cukup vitamin dan mineral
2.    Pengobatan Insulin
Penderita diabetes melitus Juvenilis tidak dapat diobati tanpa Insulin, pengobatan oral dengan SULFONUREAS atau biguanides tidak memuaskan dan banyak menyebabkan gejala
sampingan pada anak. Dengan pemberian insulin dapat menjadikan kadar gula yang normal atau hampir normal tanpa menyebabkan timbulnya serangan hipoglikemia dan tanpa
terlalu membatasi makanan.
Lanjut

• Cara pemberian insulin adalah dimulai dengan insulin regular dalam dosis dosis kecil, misalnya 4 unit, tiga kali sehari sebelum makan. Berangsur-
angsur dinaikkan sampai dosis tepat yang dapat diketahui dari pemerikasaan urin dan gula darah. Kalau dosis sudah tercapai, maka sebagian dari
insulin regular dapat diganti dengan lente atau PZI (25% insulin regular dan 75% lente) dan disuntikkan 1 kali sehari
Komplikasi pengobatan insulin adalah hipoglikemia dan terjadinya somogji effect yaitu anak jatuh dalam keadaan hipoglikemia, kemudian dalam
keadaan hiperglikemia, kadar gula darah normal sukar dicapai.
3.    Pediatri Sosial
Orang tua penderita harus dibimbing mengenai penyakit, diet dan pengobatan, misalnya cara menyuntik insulin.
(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diabetes Juvenil

PENGKAJIAN
1.    Riwayat penyakit, terutama yang berhubungan dengan penyakit yang berbahaya.
2.    Riwayat keluarga
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus.
3.    Riwayat Kesehatan
Terutama yang berhubungan dengan penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku dan
manifestasi dari diabetes melitus tergantung insulin, sebagai berikut:
a.    Polifagi
b.    Poliuria
c.    Polidipsi
Hal-hal lain yang perlu dikaji:
a.    Kaji hiperglikemia dan hipoglikemia
b.    Kaji tumbuh kembang anak
c.    Satus hidrasi
d.    Tanda dan gejala ketoasidosis, nyeri abdomen, mual muntah, pernapasan kusmaul menurunnya kesadaran.
e.    Kaji tingkat pengetahuan
f.    Mekanisme koping
g.    Kaji nafsu makan
h.    Status berat badan
i.    Frekuensi berkemih
j.    Fatigue
k.    Irirtabel
(Donna L. Wong : 590)
Pemeriksaan Laboratorium
a.   Glikosuria
Diketahui dari uji reduksi yang dilakukan dengan bermacam-macam reagensia seperti benedict, clinitest, dan sebagainya.
b.   Hiperglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah puasa. Gula darah puasa meningkat dapat berkisar antara 8-20 mmol/L (130-800 mg%) atau lebih tergantung beratnya
keadaan penyakit. Biasanya diatas 14 mmol/L dan sesudah makan, gula darah meningkat lebih tinggi dibandingkan anak normal dan penurunan kadar ke
kadar sebelumnya membutuhkan waktu lebih lama.
c.   Ketonuria
d.  Kolestrol dapat meningkat
Normalnya di bawah 5,5 mmol/L. Tidak selalu nilainya paralel dengan gula darah, tetapi kadar kolestrol darah yang tetap tinggi (yaitu diatas 10
mmol/L) menunjukkan prognosis jangka panjangnya buruk karena komplikasi seperti oterosklerosis lebih sering terjadi.
e.  Gangguan keseimbangan cairan elektrolit, PaCO2 menurun,  pH merendah. Bila penyakit berat maka bisa terjadi asidosis metabolik dan perubahan
biokimiawi karena dehidrasinya.(FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988:261)
Diagnosa Keperawatan

1.    Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakseimbangan insulin dan makanan


2.    Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan hipertermi
3.    Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
4.    Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan

5. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (poliuria)
Standar Diagnosa
No. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Keperawatan Indonesia (SDKI)

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Manajemen nutrisi
ketidakseimbangan insulin dan makanan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi tercukupi Tindakan :
Dibuktikan dengan: Kriteria Hasil Observasi :
DS: 1. Keinginan makan membaik 1. Identifikasi status nutrisi
1. Cepat kenyang setelah makan 2. Asupan makanan membaik 2. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kram atau nyeri abdomen 3. Asupan cairan membaik 3. Monitor asupan makanan
3. Nafsu makan menurun 4. Energy untuk makan membaik 4. Monitor BB
DO: 5. Asupan makan membaik 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 

4. BB menurun minimal 10% dibawah   Teraupetik :


 

rentang ideal 6. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5. Bising usus hiperaktif 7. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6. Otot mengunyah lemas 8. Berikan makanan TKTP
7. Otot menelan lemah 9. Berikan suplemen makanan
8. Sariawan Edukasi :
9. Rambut rontok berlebihan 10. Ajarkan keluarga diit yang diprogramkan
10. Diare Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
Daftar Pustaka
Behrman,Richard E.1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai