NUR AISYATUN
VINNA NURKHOLIS
ACHMAD NURHAMDI
ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2020
PERSALINAN BERESIKO
BAB 1
PENDAHULUAN
Wanita yang berusi di atas 35 tahun, selain tiknya mulai molemah, juga
1.1.3 Tujuan
1.1 Power adalah kekuatan oleh adanya His atau Kontraksi rahim.
Kontraksi rahim terjadi sejak awal persalinan yaitu pada kala I. His yang
tidak adekuat dapat mengakibatkan persalinan Beresiko pada setiap kala
persalinan. Pada awal kala I his masih jarang yaitu satu kali dalam 15 menit
dan kekuatan 20 detik, semakin lama makin cepat, yaitu 3 kali dalam 10
menit dengan kekuatan 60 detik, yang memerlukan waktu sekitar 8 sampai 12
jam pada primi para dan 12 jam pada multi para. Bila kontraksi rahim tidak
adekuat, dapat mengakibatkan serviks sebagai jalan lahir tidak terbuka. Oleh
karena itu untuk merangsang kontraksi rahim dilakukan induksi persalinan
dengan menggunakan sintosinon drip. Apabila kemajuan persalinan juga
tidak ada maka biasanya dilakukan tindakan bedah yaitu dengan seksio
sesaria (Sarwono, 2005).
Waktu persalinan anak akan melewati jalan lahir, yang terdiri dari tulang
dan otot. Tulang panggul terdiri dari tiga bidang, yaitu pintu bawah panggul.
Selain itu otot-otot vagina dan perineum apabila kaku dapat menghalangi
lahirnya anak. Bila salah salah satu ukuran panggul tersebut tidak normal,
janin tidak dapat melewati jalan lahir sehingga harus dilahirkan dengan
seksio sesaria, vakum ekstraksi.
Berat anak yang normal adalah 2500 sampai 4000 gram. Apabila ukuran
anak melebihi 4000 gram anak tidak bisa melewati jalan lahir. Untuk
mencegah macet persalinan dan robekan jalan lahir yang luas dan aspeksia
pada janin biasanya dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.
2.1 Umur
Pada umur ibu kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibanya apabila ibu hamil pada umur ini
mungkin mengalami persalinan lama atau macet, karena ukuran kepala bayi
lebih besar sehingga tidak dapat melewati panggul. Sedangkan pada umur ibu
yang lebih dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah mulai menurun, jalan lahir
kaku, sehingga rigiditas tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang dilakukan
bahwa komplikasi penelitian yang dilakukan bahwa komplikasi kehamilan
yaitu Preeklamasi, Abortus, partus lama lebih sering terjadi pada usia dini.
Lebih dari 35 tahun akibatnya ibu hamil. Lebih dari 35 tahun. Pada zaman
dahulu akibanya ibu hamil pada usi ini mungkin lebih besar anak cacat,
persalinan lama, yaitu lebih dari 12 jam pada primi para dan lebih dari 12 jam
dan 8 jam pada multi para. Selain itu dapat mengakibatkan perdarahan karena
uterus tidak berkontraksi (Depkes, 2001).
2.2 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan paritas
tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim
mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan
kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali
seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan
melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas uterus
semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan
mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan (Sarwono, 2005).
2.3 Pendidikan
Menurut Roekmini dan Wiludjeng (2005) status ibu bersalin yang dirawat
di ruang bersalin terdiri dari 2 bagian yaitu ibu bersalin, ibu yang datang
sendiri dan ibu yang dirujuk. Bila ibu di rujuk sejak kala I kemungkinan ibu
masih bisa mendapatkan asuhan yang lengkap pada tiap tahap persalinan,
namun bila ibu dirujuk pada kala dua, tiga dan empat, biasanya kondisi ibu
sudah dalam bermasalah. Untuk menyelamatkan janin biasanya dilakukan
persalinan dengan tindakan persalinan yaitu: seksio sesaria, vakum ekstraksi,
induksi persalinan, manual plasenta dan lain-lain.
PERAN ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PERSALINAN BERESIKO
1. Dukungan emosional
2. Pengaturan posisi
Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau air bias.
Cairan akan memberi tenaga dan mencegah ibu dari dehidrasi yang akan
dapat mempengaruhi His. Dehidrasi akan membuat ibu lelah, menurunkan
kekuatan his.
4. Kebersihan
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang kritis bagi ibu
dan bayi.kemungkinan perdarahan akibat tidak adanya kontraksi, uterus yang
lelah karena rahim ibu baru saja mengalami perubahan fisik. Rahim yang
selama inii membesar akan berangsur kembali seperti di luar hamil. Penolong
harus tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan
rahim. Asuhan kala IV meliputi:
1. Pemeriksaan undus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, pijat uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi,otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan
2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertamadan setiap 30 menit selama jam kedua.
3. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya
4. Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering
5. Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya dan
membantu ibu pada posisi yang aman.
6. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan bayi dan
ibu sebagai permulaan dengan menyusui bayinya .
7. Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk memulai
memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui juga membantu uterus
berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah persalinan. Pastikan ibu
sudah buang air kecil dam 3 jam pasca persalinan.
9. Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang kontraksi
mengenal tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil
mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara
lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran
premature dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey
menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi,
yaitu 51 persen,dan pada ibu nifas 45 persen. Sedangkan prevalensi wanita usia
subur (WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak jarang
kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian
utama ibu.
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS)
umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam
mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk
melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan
standar LILA <23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2005 gambaran risiko
KEK yang diukur berdasarkan LILA menurut kelompok umur menunjukkan
bahwa persentase wanita usia subur dengan LILA < 23.5 cm (berisiko KEK)
umur 15-49 tahun rata-rata adalah 15.49.
Disparitas kematian ibu antar wilayah di Indonesia masih cukup besar dan
masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota
ASEAN misalnya resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1
dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. Pada tahun 2002 angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Dari
lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan
20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan.
Setelah di adakan nya promosi kesehatan tentang anemia pada ibu hamil,
peserta penyuluhan tersebut diharapkan:
Riwayat Kelahiran
Persalinan lama
Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea)
Ketuban pecah dini
Air ketuban hijau kental
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta.
Disini kuman itu melewati batas placenta dan mengadakan
perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke janin melalui vena
umbilikalis. Kuman memasuki janin melalui beberapa jalan, yaitu :
a) Virus : rubella
b) Spirokaeta : sifilis
c) Bakteria
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain.
Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama mempunyai peran
penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat
pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus
lama. Janin kena infeksi karena mengihalasi liquor yang septic
sehingga kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan
meyebabkan septicemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik)
3. Infeksi postnatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya
merupakan infeksi yang menyebabkan kematian terjadi sesudah
bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang
tidak steril. Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi
umum, sehingga gejalanya tidak tampak lagi. Walaupun demikian
diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada bahwa
kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda
permulaan infeksi umum. Kalau bayi BBLR selama 72 jam
pertama tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit tertentu, tiba-
tiba tingkah lakunya berubah, maka mungkin hal ini disebabkan
oleh infeksi, melalui gejalanya :
Malas minum, gelisah, frekuensi pernapasan meningkat, berat
badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, diare, dan kejang.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan
pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual pasien (Asmadi, 2008). 10
Menurut Ilmiah (2015), fokus pengkajian pada Kala III persalinan dengan
masalah keperawatan risiko perdarahan post partum adalah kontraksi atau his,
tekanan darah, nadi dan suhu, sedangkan menurut Manurung (2011)
pengkajian umum pada kala III persalinan adalah sebagai berikut:
c. Kondisi selaput amnion, kotiledon (lengkap atau tidak) serta bentuk plasenta
H. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa yang muncul menurut SDKI, 2017 adalah
Edukasi
1. ajarkan tekhnik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Hipovomelia b/d kehilangan Tujuan : setelah Pemantauan
cairan aktif (pendarahan) dilakukan manajemen
tindakan hipovolemia
keperawatan tindakan :
selama 3x24 jam observasi :
diharapkan tigkat 1. Periksa tanda
status cairan dan gejala
membaik hipovolemia
2. Monitor intake
Kriteria hasil dan output cairan
1. Kekuatan nadi,
turgor kulit, output
urine membaik Terapeutik :
1. Hitung
2.Pengisian vena
kebutuhan cairan
membaik
2. Berikan posisi
3. Dispnea, edema
Trendelenburg
anasarka menurun
3. Berikan asupan
4. Distensi vena
cairan oral
jugularis menurun
5. Keluhan haus
Edukasi :
dan konsentrasi
1. Anjurkan
urine menurun
memperbanyak
6. Frekuensi nadi,
asupan cairan oral
tekanan darah
membaik
Kolaborasi :
7. Kadar Hb, Ht
1. Kolaborasi
membaik
pemberian cairan
8. Intake cairan
IV isotonis
membaik
2. Kolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid
4. Kolaborasi
pemberian produk
darah
DAFTAR PUSTAKA
Bobak dkk, 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi IV, Cetakan I,
EGC. Jakarta.