Anda di halaman 1dari 39

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan

2.1.1 Pengertian

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta

dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010).

2.1.2 Tanda Gejala Persalinan

1. Tanda dan gejala permulaan persalinan

a. Kepala turun memasuki pintu atas panggul. Pada primigravida terjadi

menjelang minggu ke-36.

b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.

c. Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh

bagian terbawah janin.

d. Sakit di pinggang dan di perut.

e. Servik mulai lembek dan mendatar.

2. Tanda – tanda persalinan inpartu

a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.

b. Pengeluaran lendir bercampur darah.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan terjadinya perlukaan,

pendataran, dan pembukaan servik.

8
9

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Persalinan

1. Faktor Power (Kekuatan mengejan)

Power adalah kekuatan dari ibu untuk mendorong janin keluar dari jalan

lahir. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama

yang baik dan sempurna.

Berdasarkan hasil penelitian Fajar Afifah 2007 didapatkan hasil bahwa

rata-rata 90% responden memiliki faktor power yang baik. Hal ini didasari bahwa

didapatkan tanda persalinan pada responden his yang kuat sehingga persalinan

atau lama kala II berlangsung cepat dimana untuk responden primipara mampu

mengeluarkan janin kurang dari 2 jam dan pada multipara kurang dari 1 jam.

2. Faktor Passage (Jalan Lahir)

Faktor jalan lahir dibagi atas : bagian keras : tulang panggul, bagian lunak:

otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen.

Berdasarkan hasil penelitian Fajar Afifah 2007 didapatkan hasil 95%

memiliki kriteria faktor passage yang baik dan 5% responden memiliki faktor

passage buruk. Jadi bila ada kesempitan ukuran panggul maupun kelainan bentuk

panggul, maka bayi tidak dapat lahir secara normal melalui jalan lahir dan harus

dilakukan oprasi Caesar.

3. Faktor Passanger (Janin)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang

meliputi sikap janin, letak janin, presentasi, bagian bawah, dan posisi janin.

Berdasarkan hasil penelitian Fajar Afifah 2007 didapatkan mayoritas

responden memiliki faktor passanger baik 90% dan 10% responden yamg

memiliki passanger buruk. Hal ini disebabkan adanya responden yang


10

mempunyai ukuran panggul yang tidak genekoid dan responden yang memiliki

power yang lemah.

4. Faktor Psikis Ibu

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan

takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara. Perasaan takut bisa

meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu menjadi cepat lelah,

sehingga keadaan ibu mempengaruhi proses persalinan (Asrinah, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Susianawati (2009) menyatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan dari pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan

ibu selama proses persalinan normal. Partisipasi suami yang cukup tinggi dalam

pendampingan istri menunjukkan bahwa suami menyadari akan peran yang bisa

dilakukannya dalam memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istri

yang sedang melahirkan. Sehingga diperlukan dukungan suami selama proses

persalinan istrinya.

5. Faktor Penolong

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu

adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Pada tahun 2006,

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%, yang

artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi

dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Disini bidan

dapat memberikan asuhan yang mendukung yang bersifat aktif dan turut serta

dalam kegitan yang berlangsung, bidan harus tetap memastikan ada seorang

pendukung yang hadir dan membantu perempuan selama persalinan. Memberikan

dukungan selama persalinan juga merupakan bentuk asuhan sayang ibu antara lain

adalah memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi,


11

memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk kebutuhan eliminasi dan

pencegahan infeksi. (Yanti, 2010 & Asrinah, 2010).

2.1.4 Tahap – tahap Persalinan

1. Kala I

Kala I atau Kala Pembukaan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga servik membuka

lengkap (10 cm). Tanda-tanda Kala I adalah His belum begitu kuat, datangnya

setiap 10-15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu masih dapat berjalan.

Lambat laun his bertambah kuat : interval lebih pendek. Kontraksi lebih kuat dan

lebih lama. Lendir darah bertambah banyak. Lama kala I untuk primi 12 jam dan

untuk multi 8 jam. Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah :

“Kemajuan pembukaan 1 cm satu jam bagi primipara dan 2 cm satu jam bagi

multipara” (Yanti, 2010).

2. Kala II

Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Tanda - tanda Kala II, His menjadi

lebih kuat cepat dan lebih lama, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap

2-3 menit. Ketuban biasanya pecah pada kala ini. Ada rasa ingin mengejan,

muncul tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan

tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka

dan perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala,

diikuti seluruh badan janin. Lama kala II pada primi berlangsung 1 ½ sampai 2

jam dan pada multi ½ sampai 1 jam (Asrinah, 2010).

3. Kala III
12

Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya

bayi sampai dengan lahirnya plasenta. Setelah anak lahir his berhenti sebentar,

tetapi setelah beberapa menit timbul his lagi. Uterus teraba keras, fundus uteri

setinggi pusat. Lamanya kala uri tidak lebih dari 30 menit

4. Kala IV

Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas

pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan

meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas,

mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

2.2 Konsep Dasar Umur

Umur merupakan usia individu yang terhitung saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun (Hurlock, EB, 2007).

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)

(Hoetomo, 2005). Sedangkan usia ibu bersalin adalah usia ibu yang diperoleh

melalui status pasien.

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah

maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali

lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29

tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun

(Sarwono, 2008).

Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30

tahun (Winkjosastro, 2002). Data menunjukkan bahwa angka terkecil kematian

bayi seminggu setelah dilahirkan adalah pada wanita yang berusia 20-29 tahun,
13

dan meningkat pada kelompok usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun

(Wendy Nose, 2004).

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan

tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus

siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006).

Kehamilan pada usia muda (kurang dari 20 tahun) sering terjadi penyulit

(komplikasi) bagi ibu maupun janin. Hal ini disebabkan belum matangnya alat

reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun

perkembangan dan pertumbuhan janin, dan dapat mengakibatkan kelahiran

prematur, BBLR dan cacat bawaan (Manuaba, 2007).

Sedangkan pada kelompok usia kehamilan lebih dari 35 tahun juga

memiliki risiko kesehatan ibu dan bayinya (Soetjingsih, 2005).

Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan

dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi dan

diabetes pada saat pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada

usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita takanan

darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit diabetes selama kehamilan

dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada penelitian serupa di University

of California pada tahun 1999.

Keadaan ini karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi sehingga

mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan, problem kesehatan seperti pre-

eklampsi, hipertensi, diabetes mellitus, anemia yang juga dapat mengakibatkan

kelahiran prematur/BBLR (Surasmi Astring, 2003).


14

2.3 Konsep Dasar Paritas

Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak

yang dapat hidup. Primgravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kali, para

adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm, multipara adalah wanita yang

pernah melahirkan anak hidup beberapa kali (Manuaba, 2007).

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama

dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tak

diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu (Siswosudarmo, 2008).

Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil

berdasarkan jumlahnya menurut Perdiknakes-WHO-JPHIEGO yaitu primigravida

adalah wanita hamil untuk pertama kali, multigravida adalah wanita yang pernah

hamil beberapa kali, dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan

grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali

Menurut sumber lain (Siswosudarmo, 2008) jenis paritas bagi ibu yang

sudah partus antara lain yaitu nullipara adalah wanita yang belum pernah

melahirkan bayi yang mampu hidup, primipara adalahwanita yang pernah satu

kali melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup, multipara adalah

wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih, grandemultipara adalah

wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian

maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian

maternal lebih tinggi (Winkjosastro, 2002).

Mempunyai anak lebih dari 4 akan meningkatkan risiko pada ibu dan

bayinya. Ibu sering hamil, lebih-lebih dengan jarak yang pendek, akan

menyebabkan ibu terlalu payah, akibat dari hamil, melahirkan, menyusui,


15

merawat anak-anaknya terus menerus. Risiko lain yang dialami adalah anemia

pada ibu, risiko perdarahan, mendapatkan bayi yang cacat, bayi berat lahir rendah

dan sebagainya (Soetjiningsih, 2005).

Paritas 1 memiliki risiko, melahirkan bayi dengan BBLR karena terdapat

berbagai penyulit yang sering timbul pada seorang primigravida, antara lain

hyperemesis gravidarum dan hipertensi/preeklampsia. Hal ini dapat disebabkan

biasnaya primigravida tidak tenang, merasa khawatir akan peristiwa kehamilan

dan persalinan (Rustam Mochtar, 2011). Perubahan fisik dan psikologis sewaktu

hamil memerlukan penyesuaian atau adaptasi yang lebih besar bagi ibu hamil

primigravida dibandingkan dengan multigravida yang sudah lebih siaga, karena

mempunyai pengalaman dari kehamilan sebelumnya. Sebagian primigravida

belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreogenik

gonadotropin (Manuaba, 2007).

2.4 Konsep Dasar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2.4.1 Definisi BBLR

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan

low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan

karena tidak semua bayi dengan berat kuang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi

prematur. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari

2500 gram (sampi dengan 2599 gram) (Sarwono Prawirohardjo, 2008).

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang

2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang dari 2500 gram

disebut prematur. Untuk mendapatkan keseragaman kongres Europen Perinatal

Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut: preterm

infant (prematur) atau bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan
16

kurang dari 37 minggu (259 hari), term infant atau bayi cukup bulan adalah bayi

dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari), post

term atau bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu

atau lebih (294 hari atau lebih).

Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10

dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini

sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun dikeyahui bahwa

tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada

berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturita bayi itu sendiri. BBLR ialah

BBL yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499

gram) (Proverawati dan Cahyo, 2010).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang kurang dari

2500gr tanpa emandang usia kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR

dapat disebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan

atau kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum

umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi urang bulan belum siap hidup di luar

kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas, menghisap,

melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat (Depkes RI, 2009)

Definisi BBLR menurut World Health Organizaton (WHO) yaitu berat

badan saat lahir kurang dari 2500gr (5.5 pon). Berdasarkan epidemiologi, bayi

dengan berat kurang dari 2500gr mempunyai resiko 20 kali untuk mengalami

kemaian dibandingkan dengan bayi yang berat badannya normal. BBLR lebih
17

banyak terjadi di negara berkembang jika dibandingkan dengan negara-negara

maju (WHO, 2009).

Menurut Manuaba (2007) istilah prematuritas telah diganti dengan BBLR

karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan lahir

kurang dari 2500gr, yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat

badan lebih rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi

keduanya. Pilliteri (2005) menyebutkan BBLR merupakan neonatus atau bayi

baru lahir dengan beat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat lahirnya

kurang dari 2500gr.

2.4.2 Klasifikasi BBLR

Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010) ada beberapa cara dalam

mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:

a. Menurut harapan hidupnya :

1) BBLR berat lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram.

2) BBLSR berat lahir 1000 sampai 1500 gram.

3) BBLER berat lahir kurang dari 1000 gram.

b. Menurut masa gestasinya :

Menurut (Reeder dan Leonide L. Martin, 2006) masa gestasi dibagi

menjadi 3 yaitu dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya (KMK), prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37

minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat

atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilannya (NKB-
18

SMK), dan imatur adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28

minggu.

Menurut ( Sarwono Prawirohardjo, 2008): masa kehamilan kurang dari 37

minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan yang dihitung mulai hari

pertama haid terakhir dari haid yang teratur), baby small for gestational age

(SGA) ialah bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa

kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK), dan kedua-duanya. Untuk

menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur (sesuai masa kehamilan = SMK),

matur normal, KMK atau besar untuk masa kehamilan (BMK) dapat dipakai tabel

growth charts of weight againt gestation. Pda tabel ini berat bayi matur normal

dan bayi prematur (SMK) terletak diantara 10 th persentil dan 90th persentil. Pada

bayi KMK beratnya dibawah 10th persentil. Nila berat bayi di atas 90 th persentil

disebut heavy for dates atau BMK. Bayi postmatur bila kelahirannya teradi pada

masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

Menurut Firmansjah (1998) dalam Maryunani, Nurhayati (2009)

menyebutkan bahwa ada beberapa istilah bayi prematur atau bayi lahir rendah

yang harus diketahui karena berhubungan dengan prognosis dan

penatalaksanaannya. Menurut Firmansjah neonatus dengan berat badan lahir

rendah adalah bayi yang kurang dari 2500gr. Dalam hal ini disebutkan juga oleh

firmansjah bahwa neonatus yang termasuk dalam BBLR mungki termasuk salah

satu dari beberapa keadaan, yaitu :

1) NKB SMK (neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan) adalah bayi

prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan.
19

2) NKB KMK (neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan) adalah bayi

prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut umur

kehamilan.

3) NCB SMK (neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan) adalah bayi

yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari normal.

Selain itu sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, BBLR dibagi

lagi menurut berat badan lahir yaitu bayi yang berat lahir kurang dari 2500gr

disebut bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi dengan berat lahir sangat rendah

(BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan lahir antara 1500gr, bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah

bayi dengan berat lahir kurang dari 1000gr.

Menurut persentil dalam Maryunani, Nurhayati (2013), BBLR dibagi

menjadi BBLR (berat badan lahir rendah) yaitu bayi dengan berat badan lahir

abssolut kurang dari 2500gr tanpa memandang umur kehamilan, KMK (kecil

masa kehamilan) yaitu berat badan kurang dari 10 persentil dari berat badan

berdasarkan umur gestasi, dan BMK (besar masa kehamilan) yaitu berat badan

lahir lebih dari 90 persentil dari berat badan berdasarkan umur gestasi.

2.4.3 Karakteristik Berat Badan Lahir Rendah

1. Menurut Hellen Farrer, 2001

Bayi prematur memliki karakteristik biasanya kecil, kurus, letargis

(mengantuk), tonus otot jelek, resistensi terhadap rotasi kepala atau gerakan pasif

tungkai tidak ada, kulit tembus pandang dan mengkilap, telapak tangan dan kaki

tidak mempunyai garis-garis alur serta ditutupi oleh lanugo yang halus, refleks
20

tidak ada atau jelek, reflek menghisap tidak ada atau jelek, reflek batuk, reflek

menggenggam, reflek morro jelek.

Bayi dengan retradasi pertumbuhan memliki karakteristik panjang, kurus

dan atrotik, tetapi kuat, tonus otot baik, kulit kering dan pecah-pecah, kuku keras,

kartilago telinga, jaringan payudara, garis-garis alur pada telapak tangan dan kaki

semuanya terdapat, semua refleks ada, bayi menghisap dengan kuat dan tampak

lapar (sering terlihat lapar).

2. Menurut Rustam Mochtar, 2011

Bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterin memliki karakteristik

secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah

tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, vernik kaseosa sedikit atau tidak

ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata,

jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna

kehijauan.

Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu memliki

karakteristik verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang

tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen

membuncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan

kulit tipis, merah dan sebagainya. Bayi small for date sama dengan bayi dengan

retradasi pertumbuhan intrauterin. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan

alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan,

infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa

kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan

dengan bayi prematur berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup di
21

luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan

bayi matur dengan berat badan normal.

3. Secara umum menurut (Surasmi dkk, 2003), karakteristik dari bayi BBLR

adalah sebagai berikut :

Umumnya BB kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,

lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepaala kurang dari 33 cm. Kepala relatif

lebih besar daripada badannya, ulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak

subkutan sedikit. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar,

genetalia immatur, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki

testis belum turun. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun

dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat

satu per satu. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit.

Puting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mammae belum terlihat.

Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum sempurna lemah

dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif bergerak. Kondisi

ekstremitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif

bergerak, berbaring dalam posisi ekstensi. Bayi lebih banyak teridu daripada

terbangun, tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat apnea.

Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam

keadan abduksi, sendi lutut dan kaki dalam keadaan fleksi dan kepala menghadap

kearah satu jurusan. Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+).

Reflek menghisap dan menelan belum sempuna, begitu juga dengan reflek batuk.

Frekuensi nadi 100-140 x/menit, pernafasan pada hari pertama 40-50 x/menit,

pada hari-hari berikutnya 35-45 x/menit.


22

2.4.4 Masalah pada BBLR (Maryunani, Nurhayati, 2009)

Masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang

prematureterjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.

Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pda sistem pernafasan,

susunan syaraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal

termoregulasi.

1. Sistem Pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk berafas segera

setelah lahir oleh karena alveoli yang berfungsi masih sedikit, sehingga alveoli

tidak kolaps pada saat ekspirasi. Lumen system pernafasan yang kecil, kolaps atau

obstrusi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak

adanya gag refleks dan pembuluh darah paru yang matur. Hal- hal inilah yang

menggagu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas

(distress pernafasan).

2. Sistem Neurologi (susunan saraf pusat)

Bayi dengan BBLR umumnya medh sekali terjadi trauma susunan syaraf

pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karea pembuluh

darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan

hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat

berpengaruh pad system susunan syaraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena

kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi/iskemia.

3. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan / kelainan janin,

yaitu Patent Ductus Arterious, yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dan
23

kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan

penutupan ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat

penutupan ductus arteriosus, antara lain berupa: kurangnya otot polos pembuluh

darah, rendahnya kadar oksigen darah dan rendahnya kadar oksigen darah pada

bayi BBLR.

4. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran

pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi yang cukup bulan. Hal ini

diakibatkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan

sampai usia gestasi 33-34 minggu, kurang cadangan beberapa nutrisi seperti

kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum

mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan penurunan / tidak

adanya mortalitas, dan meningkatkan resiko NEC (Netrikans Entero Colitis).

5. Sistem Termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang

disebabkan antara lain: kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan

kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi yang relatif luas),

kurangnya lemak subkutan (brown fat/lemak coklat), jaringan lemak dibawah

kulit lebih sedikit, kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan

kalori, tidak memadainya aktivitas otot, ketidakmatangan pusat pengaturan sushu

di otak, tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.

6. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung menglami masalah hematologi bila

dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain karena bayi
24

BBLR terutama yang kurang bulan ialah usia sel darah merahnya lebih pendek,

pembentukan sel darah merah yang lambat, pembuluh darah kapilernya mudah

rapuh, hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium

yang sering, deposit vitamin E yang rendah.

7. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,

sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi dari pada

bayi cukup bulan.

8. Sistem perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada system perkemihannya,

dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk

mengelola air, elektrolit, dan asam-basa, tidak mampu mengeluarkan hasil

metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan

urine.

9. Sistem Integumen

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan

transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

10. Respon Orang Tua

Orangtua yang mempunyai bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)

umumnya akan mengalami perasaan sedih, khawatir, cemas, takut dan lain-

lainnya karena memikirkan tentang keadaan bayinya.

11. Sistem Penglihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP)

yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.


25

2.4.5 Dampak Terjadinya BBLR (Maryunani, Nurhayati, 2009)

1. Dampak Jangka Pendek

Hipotermia (suhu bayi < 36,5oC akan menyebabkan bayi kehilangan

energi, pernafasan terganggu, bayi menjadi sakit bahkan meninggal). Sedangkan

hipertermia (suhu bayi > 37,5oC, dapat menigkatkan metabolisme dan

menyebabkan dehidrasi). Hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal),

paru belum berkembang, gangguan pencernaan (mudah kembung karena fungsi

usus belum cukup baik), mudah terkena infeksi (sistem imunitas bayi belum

matang), anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah

rendah), mudah ikterik, perdarahan otak, gangguan jantung.

2. Dampak Jangka Panjang

Gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan penglihatan

(retinopati akibat prematur), gangguan pendengaran, penyakit paru kronik

2.4.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah

1. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 2007

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm

(prematur) atau berat badan lahir rendah adalah:

a. Dari faktor ibu yaitu gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun

atau di atas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit

menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok),

faktor pekerja yang terlalu berat.

b. Dari faktor kehamilan yaitu hamil dengan hidramnion, hamil ganda,

perdarahan antepartum, komplikasi hamil (seperti pre-eklampsia/eklampsia,

ketuban pecah dini)


26

c. Dari faktor janin yaitu cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

2. Menurut Rustam Mochtar, 2011

Sering faktor penyebab tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor

penyebabnya tidak berdiri sendiri, antara lain adalah faktor genetik atau

kromosom, infeksi, bahan toksik, radiasi, insufisiensi atau disfungsi plasenta,

faktor nutrisi, faktor-faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat

masa hamil, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya.

3. Menurut Derek Llewellyn, 2006

Menurut sosio ekonomi adalah usia ibu kurang dari 17 atau lebih dari 35

tahun, sosio ekonomi kelas IV atau V, berat badan sebelum hamil kurang dari 50

kg atau lebih dari 75 kg, merokok, minum alkohol berlebihan. Menurut riwayat

kebidanan adalah bayi sebelumnya dengan berat badan lahir rendah dan anemia

pada ibu. Menurut kehamilan sekarang adalah penyakit hipertensi (terutama jika

berat), perdarahan antepartum, dan kehamilan multipel. Menurut faktor dari janin

ialah defek kongenital dan infeksi intrauterin.

4. Menurut Nelson, 2000

Faktor-faktor yang terkait dengan kelahiran prematur dan bayi dengan

berat badan lahir rendah yaitu status sosio ekonominya rendah seperti kurang gizi,

anemia, dan penyakit ibu. Dari faktor antenatal perawatan antenatal yang tidak

adekuat dan adiksi obat. Atau karena komplikasi obstetrik. Dari Riwayat

inefisiensi reproduksi ibu seperti infertilisasi relatif, abortus, lahir mati, dan bayi

prematur atau berat badan lahir rendah. Faktor lainnya seperti orang tua tunggal,

kehamilan pada umur belasan tahun, jarak waktu kelahiran yang dekat, ibu

melahirkan lebih dari 4 anak (paritas).


27

5. Menurut (Arief dan Weni, 2009)

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor

ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit

vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab

terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor ibu,

penyakit yaitu toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma dfisik dan

psikolgis, nefritis akut, diabetes melitus

6. Menurut Fauziah, Sudarti, 2012

Faktor – faktor yang mempengaruhi berat badan lahir rendah seperti faktor ibu

yaitu umur, paritas, ras, infertilitas, riwayat kehamilan tidak baik, lahir abnormal,

jarak kelahiran terlaludekat, BBLR pada anak sebelumnya, penyakit akut dan

kronik, kebiasaan tidak baik seperti merokok dan minum alkohol, preeklamsi, dll.

Faktor plasenta yaitu tumor dan kehamilan ganda. Faktor janin yaitu infeksi

bawaan dan kelainan krosom.

7. Dari beberapa pendapat mengenai penyebab terjadinya BBLR, penulis

sependapat bahwa faktor penyebab terjadinya BBLR adalah :

a. Umur Ibu

Umur merupakan usia individu yang terhitung saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun (Hurlock, EB, 2007). Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-30 tahun (Winkjosastro, 2002). Data menunjukkan

bahwa angka terkecil kematian bayi seminggu setelah dilahirkan adalah pada

wanita yang berusia 20-29 tahun, dan meningkat pada kelompok usia dibawah 20

tahun atau diatas 40 tahun (Wendy Nose, 2004). Kehamilan pada usia muda

(kurang dari 20 tahun) sering terjadi penyulit (komplikasi) bagi ibu maupun janin.
28

Hal ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin, dan

dapat mengakibatkan kelahiran prematur, BBLR dan cacat bawaan (Manuaba,

2007). Sedangkan pada kelompok usia kehamilan lebih dari 35 tahun juga

memiliki risiko kesehatan ibu dan bayinya (Soetjingsih, 2005). Keadaan ini

karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi sehingga mudah terjadi penyulit

kehamilan dan persalinan, problem kesehatan seperti pre-eklampsi, hipertensi,

diabetes mellitus, anemia yang juga dapat mengakibatkan kelahiran

prematur/BBLR (Surasmi Astrining, 2005).

b. Usia kehamilan

Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain karena

dilahirkan terlalu dini (prematur) dengan masa kehamilan pendek, atau mengalami

retradasi pertumbuhan intrauterin. Bayi lahir prematur yang BBLR nya sesuai

menurut umur kehamilan pretermnya, biasanya dihubungkan dengan keadaan

medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin,

gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta prematur, rangsangan

tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan

mencapai umur cukup bulan (Nelson, 2007). Klasifikasi bayi berdasarkan umur

kehamilan yaitu bayi lahir prematur ialah bayi yang lahir dalam umur kehamilan

belum mencapai 37 minggu, bayi lahir aterm (cukup bulan) ialah bayi yang lahir

antara umur kehamilan 37 sampai 42 minggu, bayi lahir post-term (lebih bulan)

ialah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu. (WHO, 2011)

c. Paritas
29

Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak

yang dapat hidup. Primgravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kali, para

adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm, multipara adalah wanita yang

pernah melahirkan anak hidup beberapa kali (Manuaba, 2007). Paritas 2-3

merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1

dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi

(Winkjosastro, 2002). Mempunyai anak lebih dari 4 akan meningkatkan risiko

pada ibu dan bayinya. Ibu sering hamil, lebih-lebih dengan jarak yang pendek,

akan menyebabkan ibu terlalu payah, akibat dari hamil, melahirkan, menyusui,

merawat anak-anaknya terus menerus. Risiko lain yang dialami adalah anemia

pada ibu, risiko perdarahan, mendapatkan bayi yang cacat, bayi berat lahir rendah

dan sebagainya (Soetjiningsih, 2005). Paritas 1 memiliki risiko, melahirkan bayi

dengan BBLR karena terdapat berbagai penyulit yang sering timbul pada seorang

primigravida, antara lain hyperemesis gravidarum dan hipertensi/preeklampsia.

Hal ini dapat disebabkan biasnaya primigravida tidak tenang, merasa khawatir

akan peristiwa kehamilan dan persalinan (Rustam Mochtar, 2011). Perubahan

fisik dan psikologis sewaktu hamil memerlukan penyesuaian atau adaptasi yang

lebih besar bagi ibu hamil primigravida dibandingkan dengan multigravida yang

sudah lebih siaga, karena mempunyai pengalaman dari kehamilan sebelumnya.

Sebagian primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan

koreogenik gonadotropin (Manuaba, 2007).

d. Status Gizi Ibu Hamil

Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil

hasil akhir kehamilan. Faktor-faktor yang membuat nutrisi seseorang wanita


30

beresiko, seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan buruk, kebiasaan

makan yang aneh, dan kondisi kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh

pada status gizi dan pertumbuhan serta perkembangan janin sehingga beresiko

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Bobak, 2005). Gizi ibu yang

jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih

sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) atau lahir mati dan

dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia bayi baru lahir,

bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya (Soetjiningsih,

2005).

Cara pengukuran status gizi ibu hamil adalah dengan LILA (Lingkar

Lengan Atas), kriteria gizi kurang jika LILA < 23,5 cm, kriteria gizi baik jika lila

≥ 23,5 cm (Kristiyanasari, 2010)

e. Penyakit Ibu

Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Preeklampsia berperan dalam kematian

intrauterin dan mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat

preeklampsia adalah insufisiensii placenta, solutio placenta. Retradasi

pertumbuhan dalam rahim juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita

pre-eklampsia (Bobak, 2005).

f. Jarak Kehamilan

Risiko kematian anak meningkat sekitar 50% jika jaraknya kurang dari 2

bulan. Jarak yang pendek, seringkali menyebabkan gangguan tumbuh kembang

pada anak. Ibu perlu waktu untuk mengembalikan kesehatan dan energinya untuk

kehamilan berikutnya. Agar ibu tidak melahirkan bayi dengan berat badan lahir
31

rendah dan mengurangi komplikasi pada ibu akibat kehamilannya (Soetjiningsi,

2005).

g. Sosio Ekonomi

Gizi pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang

dikandungnya. Angka kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) lebih tinggi di

negara-negara yang sudah maju. Hal ini disebabkan oleh keadaan sosial

ekonominya yang rendah mempengaruhi diet ibu. Kurang gizi yang kronis pada

masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang, akan menyebabkan bentuk

tubuh yang stunting (kuntet) pada masa dewasa. Ibu-ibu yang kondisinya seperti

ini sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,

lebih-lebih bila ibu tadi juga menderita anemia. Terdapat hubungan antara bentuk

tubuh, sistem reproduksi dan sosial ekonomi terhadap pertumbuhan janin

(Soetjiningsih, 2005).

h. Merokok

Wanita yang merokok mempunyai kemungkinan abortus sedikit lebih

besar, atau berat bayinya, pada segala tingkat kehamilan, 150 gram hingga 300

gram lebih rendah daripada berat bayi pada bukan perokok, dan angka kematian

perinatal mungkin agak lebih tinggi. Salah satu alasan efek perusak merokok

selama kehamilan adalah bahwa pada perokok aliran darah intervili berkurang dan

kadar karbon monoksida darah lebih tinggi. Hal ini penting diketahui karena tidak

terdapat bukti bawah merokok selama kehamilan mempunyai efek terhadap

perkembangan mental dan motorik jangka lama terhadap anak (Derek Llewellyn,

2006).
32

Hasil publikasi beberapa laporan juga menunjukkan penuruna berat lahir

di kalangan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang merokok selama kehamilan.

Merokok selama kehamilan adalah faktor risiko yang serius terutama karena

kaitannya dengan penyalahgunaan zat-zat lainnya. Hal ini juga terjadi karean

nikotin, CO dan 4000 bahan kimia lain yang dihisap ibu. Ketika hamil akan

masuk ke janinnya lewat plasenta, sehingga bayi tidak mendapat gizi yang cukup

untuk pertumbuhan. Peningkatan tajam kadar monoksida janin, dan

pengeluarannya dari tubuh ibu selama periode tidak merokok diiringi oleh

keterlambatan pemindahan karbon monoksida janin. Dengan demikian karbon

monoksida janin dapat melebihi kadar ibu. Rasio konsentrasi karbonmoniksida,

janin ibu diperkirakan sebesar 1 : 4, merugikan janin . karbonmonoksida

memindahkan oksigen dari hemoglobin dan selanjutnya mempengaruhi

pertukaran O2 ditingkat sel sehingga merokok tetap merupakan ancaman bagi

janin (Klaus dan Fanaroff, 2005).

i. Alkohol

Selain itu alkoholisme kronis pada ibu juga memiliki efek memperlambat

pertumbuhan janin. Selain terdapat peningkatan insidensi KMK pada bayi-bayi

yang dilahirkan oleh wanita pecandu alkohol kronis, berat lahir bayi-bayi yang

dilahirkan oleh wanita dengan riwayat alkoholisme berada di bawah berat lahir

bayi-bayi kelompok kontrol bukan pecandu alkohol. Retradasi pertumbuhan

bersikap menetap, simetris, dan meliputi mikrosepali. Defisiensi mental biasa

ditemui, mungkin disebabkan oleh kurangnya sel-sel otak. Hasil yang serupa

ditakutkan terjadi pada bayi mikrosepali yang dilahirkan oleh ibu pencadu kokain.

Selain retradasi pertumbuhan janin intrauterine (IUGR) bayi-bayi yang ibunya


33

pecandu alkohol memiliki pola dismorfegenesis (sindrom alkohol janin) yang

meliputi abnormalitas kardioserkulasi, anggota badan, kraniofasial dan genital

(Klaus dan Fanaroff, 2005).

j. Faktor Genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan

kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan

untuk berulang kali melahirkan bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan), dan

kebanyakan wanita tersebut dilahirkan sebagai neonatus KMK. Terdapat

hubungan yang berarti antara berat lahir ibu dan janin, dan hal ini berlaku pada

semua ras. Saudara-saudara perempuan wanita yang melahirkan bayi KMK

memiliki kemungkinan yang besar juga melahirkan bayi KMK. Semua

pengamatan ini memperlihatkan kecenderungan keluarga yang diturunkan dalam

hal perbedaan ukuran bayi yang dilahirkan (Surasmi Astining, 2005).

k. Gemeli

Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap bayi

dan ibu. Pertumbuhan janin dan kehamilan kembar tergantung dari faktor

plasentanya, apakah menjadi satu atau bagaimana lokasi implantasi plasentanya.

Memperhatikan kedua faktor tersebut, mungkin terdapat jantung salah satu janin

lebih kuat dari lainnya, sehingga janin yang mempunyai jantung lebih lemah

mendapat nutrisi yang kurang, akibatnya pertumbuhan terhambat sampai akhirnya

terjadi kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2007). Retradasi pertumbuhan

janin juga sering kali tampak pada kehamilan ganda, setelah kehamilan trimester

kedua, pertumbuhan janin ganda lebih sering mengalami gangguan yang tampak
34

pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi, semakin

besar derajat retradasasi pertumbuhan (Surasmi Astining, 2005).

l. Infeksi Intrauteri

Infeksi-infeksi virus tertentu berhubungan dengan retradasi pertumbuhan

janin. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubela kongenital dan citomegalo virus

(CMV) umumnya terjadi retradasi pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur

kehamilan saat mereka dilahirkan. Walaupun sejumlah besar bakteri, protozoa,

dan virus perinatal patogen (TORCH) diketahui menginfeksi janin yang sedang

berkembang, hanya rubela dan CMV yang jelas berhubungan dengan retradasi

pertumbuhan janin intrauteri. Infeksi-infeksi lain berhubungan dengan persalinan

prematur dan berakibat berat lahir rendah, tapi bayi-bayi tersebut biasanya tumbuh

sesuai dengan umur kehamilan (Surasmi Astining, 2005).

m. Hidramnion

Kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter, dapat

menyebabkan persalinan prematur, kurang bulan, berat lahir kurang dari 2500

gram. Hal ini disebabkan oleh rahim sangat besar menekan sehingga memicu

terjadinya prematur (Poedji Rochjati, 2003).

n. Anemia

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di

bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3, atau < 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai

batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena

hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Abdul Bari Saifuddin, 2002 ).

Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel

darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering
35

seseorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak

kehilangan zat besi dan menjadi anemis. Adapun pengaruh dari anemis terhadap

kehamilan dan janin antara lain abortus, persalinan prematur, tambahan tumbuh

kembang janin dalam rahim dan dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah,

kelahiran anemia, cacat bawaan, bahkan kematian intrauterin (Manuaba, 2007).

Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar

untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak

berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya

anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa

dan sumsum tulang (Mochtar Rustam, 2011).

o. Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan

diatas 28 minggu atau lebih (Manuaba, 2007). Perdarahan anterpartum secara

klinis bersumber pada kelaian plasenta yaitu plasenta previa dan solutio plasenta,

atau perdarahan anterpartum yang belum jelas sumbernya (Winkjosastro, 2002).

Perdarahan pervaginam dapat mengakibatkan persalinan prematurus

karena adanya rangsangan keagulan darah pada serviks. Selain itu jika banyak

plasenta yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi his, sehingga janin

dilahirkan sebelum waktunya (prematur) dan memiliki berat badan yang kurang

(Mochtar Rustam, 2011).

p. Komplikasi Obstetrik

Preeklamsia dan eklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang

berlanjutan dengan penyebab yang sama (Manuaba, 2007). Pada penderita pre

eklamsia sering terjadi gangguan pada placenta sehingga merugikan pertumbuhan


36

dan perkembangan janin. Pada pre eklamsia terdapat spasmus anteriola spirallis

desidua dengan akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta

normal sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium,

menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis dipecepat

prosesnya pada pre eklamsia dan hipertensi. Arteri spiralisa mengalami konstriksi

dan penyempitan akibat arteriosis akut. Menurunnya aliran darah ke plasenta

mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama

pertumbuhan janin terganggu. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap

perangsangan sering didapatkan pada preeklampsia dan eklampsia sehingga

mudah terjadi partus prematurus (Winkjosastro, 2002).

q. Faktor Plasenta

Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk itu

pertumbuhan ini membutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin

dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme

janin ke peredaran darah ibu (Winkjosastro, 2002). Pada kasus-kasus yang

berkaitan dengan pre eklampsia, placenta sering tampak infark, hematoma.

Plasenta bayi-bayi yang mengalami keterlambatan pertumbuhan memiliki villi

avaskular yang berlebihan dengan rerata luas permukaan serta jumlah kapiler di

permukaan plasenta tersebut berkurang. Masing-masing sifat tersebut dapat

mudah dikaitkan dengan berkurangnya fungsi plasenta (Surasmi Astrining, 2005).

Infark plasenta adalah bagian-bagian yang berwarna putih, noduler dan keras yang

terletak baik pada permukaan fetal, maternal atau kedua-duanya (Winkjosastro,

2002). Dalam hal ini bisa terjadi gangguan nutrisi, sehingga janin lahir dengan

berat badan yang lebih rendah/kecil (small for date) atau mati dalam kandungan.
37

Yang dimaksud dengan disfungsi plasenta adalah terjadi gangguan fungsi plasenta

untuk dapat melakukan pertukaran O2 dan CO2 dan menyalurkan sisa metabolisme

sisa metabolisme menuju sirkulasi ibu untuk dibuang melalui alat ekskresi

(Manuaba, 2007).

2.4.7 Penatalaksanaan Bayi BBLR (Maryunani, Nurhayati, 2009)

1. Pemberian ASI

Mengutamakan emberian ASI adalah hal yang paling penting karena:

a. ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalabumin, zat

kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida.

b. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu

motilitas usus dan perlindungan terhadap penyakit.

c. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu

dan bayi.

d. Bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi organ

belum matang kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga

pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang

optimal bagi bayi.

2. Pengaturan Suhu Badan / Thermoregulasi

Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan

membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara:

a. Fisiologis mengatu pembentukan atau pendistribusian panas,

b. Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan

pertambahan panas.
38

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

kehilangan panas pada bayi secara umum yang penting diketahui bagi

bidan/perawat seperti beberapa cara kehilangan panas, faktor predisposisi, bayi

yang beresiko kehilangan panas, stress dingin pada byi, efek klinis hipotermi,

faktor penghambat non-shivering thermogenesis, pencegahan kehilangan panas,

pencegahan hipotermi.

1) Kehilangan Panas.

Kehilangan panas ada bayi dengan berat lahir rendah dapatdisampaikan

elalui empat cara, yaitu:

a) Konduksi, yaitu panas tubuh akan hilang bila bayi ditidurkan di atas

permukaan yang dingin. Seperti menidurkan bayi di timbangan yang dingin,

tangan perawat yang dingin atau stetoskop yang dingin.

b) Konveksi, yaitu panas tubuh yang akan hilang bila ada udara dingin bertiup di

sekitar bayi. Perhatian agar bayi tidak kehilangan suhunya, bayi tidak

diberikan oksigen yang dingin.

c) Evaporasi, yaitu panas tubuh yang akan hilang dengan adanya penguapan

cairan yang ada di permukaan tubuh bayi.

d) Radiasi, yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-benda yang

dingin, sehingga panas tubuh akan memancar ke benda-benda dingin di

sekitarnya.

2) Faktor predisposisi.

Beberapa hal berikut ini merupakan faktor predisposisi kehilangan panas

pada bayi, yaitu:


39

a) Luas permukaan tubuh yang besar dibanding dengan berat badan.

(Kehilangan suhu tubuh 4 kali lebih besar pada bayi neonatus cukup

bulan/NCB dan 5 kali lebih besar pada bayi prematur/BBLR dibanding

dengan orang dewasa).

b) Lemak subkutan yang lebih tipis terutama pada bayi prematur/BBLR. Suhu

inti dari tubuh lebih cepat ditransfer ke permukaan.

c) Postur bayi mempengaruhi kehilangan panas tubuh. Fleksi ekstremitas

mengurangi area ekspose/paparan terhadap lingkungan. Kemampuan untuk

fleksi akan meningkat sesuai dengan pertambahan masa kehamilan.

d) Bayi terutama bayi yang prematur / BBLR tidak bisa emproduksi panas

dengan mekanisme menggigil seperti pada orang dewasa.

e) Hipotalamus bayi preamtur / BBLR sudah berkembang biak tetapi bayi baru

lahir mempunyai ”range/rentang” yang lebih sempit dibanding dengan

manusia biasa.

3) Bayi yang beresiko berikut ini dalah bayi yang beresiko kehilangan panas

(termasuk bayi dengan berat lahir rendah), yaitu:

a) Bayi yang disedasi, bayi yang ibunya diberikan anestesi atau mendapat

analgesik, karena :

Gangguan pada konservasi panas oleh vasokonstriksi dan respon postural dari

bayi. Gangguan produksi panas sebagai respon terhadap dingin, metabolisme

yang lambat, terjadi penundann ekskresi obat-obatan. Bayi asfiksia, lebih cepat

timbul dingin karena tidak terjadi vasokonstriksi segera setelah lahir.

b) Bayi IUGR (intrauterine growth retardtion/pertumbuhan janin terhambat),


40

Yaitu bayi yang cenderung asfiksia, tidak mempunyai cadangan glikogen

untuk metabolisme dan dapat timbul hipoglikemia segera, insulasi jaringan yang

sedikit, lemak subkutan berkurang, luas permukaan tubuh lebih besar

dibandingkan berat badan,

c) Bayi prematur/BBLR, biasanya:

Luas permukaan tubuhnya luas dibanding berat badan, predisposisi ke

asfiksia, metabolisme dan pernafasan yang tidak baik, hipotermi dan gangguan

aktivitas surfaktan meningkatkan bahaya dari sindrom gawat nafas (RDS) yang

berat, brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26 – 30 minggu,

d) Brown fat. Penyimpanannya:

Terdapat di skapula, sekitar leher, dibelakang sternum, sekitar ginjal, kelenjar

adrenal, karotik dan aorta. Terdiri dari 2 – 6 % dari berat badan lahir. Primitif

brown fat muncul pada kehamilan 26 – 30 minggu. Semakin banyak pada minggu

ke-3 sampai ke-5 setelah lahir kecuali terdapat stress dingin. Mengandung

trigliserida yang dapat dipecah menjadi gliserol dan non-ester fatty acid yang

berlomba dengan albumin untuk mengikat bilirubin

4) Stress dingin

Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba dihadapkan pada suhu dingin

akan mengalami hipotermia. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin akan

terjadi vasokonstriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolisme anaerob

dan asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

paru yang akan makin menyebabkan bertambahnya hipoksia anaerob metaboisme

dan asidosis. Keadaan ini akan memperburuk respon bayi yang lahir rendah
41

terhadap dingin. Oleh sebab itu bayi berat lahir rendah yang kurang bulan

mempunyai resiko tinggi hipotermia dan gejala sisanya.

5) Efek klinis hipotermi

Bayi baru lahir dengan berat rendah yang telah mengalami hipotermia dapat

mempunyai efek klinis sebagai berikut: penurunan kadar pH, penurunan tekanan

oksigen, terjadi hipoglikemia, peningkatan konsumsu oksigen, peningkatan

cadangan kalori, kenaikan berat badan lambat, pnurunan berat badan, terdapat

sklerema, peningkatan kematian bayi dapat terjadi gangguan faktor pembekuan

darah.

6) Faktor penghambat non-shiverig Thermogenesis

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menghambat non-shivering

thermogenesis pada bayi BBLR, antara lain:

a) Stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus (berlarut-larut)

dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi

turun.

b) Bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhnya terjadi

metabolisme anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan dengan cepat.

Glikogen dimetabolisme sehingga terbentuk asam piruvic dan asam laktat

yangpada akhirnya menyebabkan asidosis metabolik.

c) Bayi bisa mengalami apnea berulang.

d) Bayi bisa mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan

intrakranial.

e) Bayi mengalami hipoglikemia karena cadangan glikogen berkurang.

f) Bayi bisa mengalami gagal jantung.


42

g) Bayi bisa mengalami masalah pernafasan (RDS)

7) Pencegahan kehilangan panas

Berikut ini adalah beberapa pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah

yang sehat, antara lain:

a) Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan di bedong dengan popok hangat.

b) Pemeriksaan dikamar bersalin dilakukan dibawah radian warmer (box bayi

hangat).

c) Topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala.

d) Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan diselimuti.

Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, carauntuk

mencegah kehilangan panas, antara lain:

a) Bayi harus segera dikeringkan.

b) Untuk mentransportasi bayi, digunakan transport inkubator yang sudah

hangat.

c) Tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah radian warmer.

d) Suhu lingkungan netral dipertahankan.

8) Pencegahan Hipotermi

Untuk mencegah hipotermi pada bayi berat lahir rendah maka perlu

pengaturan suhu badan pada neonatus, yang biasanya dilakukan diruang

perawatan bayi atau ruang perawatan intensif bayi, dengan melaksanakan

pemberian lingkungan di area thermal zona netral pada bayi baru lahir. Area

thermal zona netral ini bertujuan agar dapat memberikan kondisi suhu bayi dalam

posisi suhu keliling yang sempit, sehingga kehilangan panasnya cukup untuk

mempertahankan ’core temperatur’ pada suhu 37o Celsius. Sedangkan kelebihan


43

energinya yang didapat dari makanan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau

peningkatan berat badan bayi dan penyembuhan apabila bayi sakit. Ada dua alat

yang dapat melakukan termoregulasi atau membuat zona netral thermal ini, yaitu :

radiant warmer dan inkubator.

Untuk menentukan apakah bayi berat lahir rendah digunakan warmer atau

inkubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter bayi yang lebih

suka menggunakan warmer, karena warmer memberikan peluang lebih dekat

dengan bayi. Sementara dokter bayi lainnya lebih suka menggunakan inkubator,

karena inkubator: dapat mempertahankan suhu udara, dapat mengatur kelembaban

udara, dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang cukup.

Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant warmer

atau inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-tindakan

umum yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi, antara lain:

a) Mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk/kain yang

hangat

b) Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering (bayi

dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi)

c) Meletakkan bayi di lingkungan/ruang yang hangat (suhu rangan tidak kurang

dari 25oC)

d) Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi

e) Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong yang basah dengan yang

bersih, kering dan hangat.

3. Metode Kanguru
44

Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir

rendah untuk mencegah hipotermia pada bayi bayi baru lahir, yang diperkenalkan

pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan

Mertinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan

hidup bayi terutama yang mengalami BBLR/prematur. Mengapa disebut metode

kanguru? Karena cara ini meniru binatang Kangur yang biasanya melahirkan bayi

imatur dan menyimpan bayinya dikantung ibunya untuk mencegah kedinginan.

Prinsip dasar bayi metode kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi berat

lahir rendah (BBLR) dalam inkubator dengan metode kanguru. Hal ini disebabkan

karena: kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan dalam

perawatan bayi BBLR; penggunaan inkubator memiliki beberapa keterbatasan

antara lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial;

rujukan ke rumah sakir untuk bayi BBLR yang sangat tinggi sebelum dilakukan

metode kanguru.

4. Pemijatan Bayi

Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang

biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat badan

yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan pemijatan secara

teratur. Margaret Ribble, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa

bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernafasan dan peredaran

menjadi lebih baik. Margaret mengamati bayi prematur dengan berat badan lahir

rendah pernafasannya biasanya pendek dan tidak stabil pada minguu-minggu

pertama kelahiran, namun pernfasannya menjadi lebih baik setelah bersinggungan

dan kontak fisik dengan ibunya.


45

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi melaporkan

manfaat pijatan atau sentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu sekitar

1200 – 1300 gram yang telah mempunya masa kritisnya. Bayi – bayi tersebut

setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pijatan 3x sehari selama 15 menit

didapatkan hasil: berat badannya 47 % lebih besar dari bayi yang tidak dilakukan

pemijatan, bayi berada dalam keadaan ’alert active’ yang lama, bayi dipulangkan

lebih cepat 6 hari dan orientasi, gerak motorik dan perilaku bayi lebih baik.

2.4.8 Upaya Pencegahan Terjadinya BBLR

Menurut Manuaba, 2007 :

1. Melakukan pengawasan antenatal dengan seksama dan teratur.

2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan

dan persalinan preterm.

3. Memberikan nasehat tentang : gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian

KB-interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan

segera melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan

sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.

4. Meningkatkan keadaan sosial-ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan.

2.5 Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR

2.5.1 Hubungan antara Umur Ibu dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan uraian teori terdapat hubungan antara umur ibu dengan berat

badan bayi yang dilahirkan. Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua memiliki

risiko melahirkan bayi dengan BBLR. Usia ibu < 20 tahun alat-alat reproduksinya

belum matang untuk hamil dan melahirkan sehingga merugikan kesehatan ibu

maupun janin, dan mengakibatkan kelahiran prematur dan BBLR. Sedangkan


46

pada ibu usia  35 tahun sering terjadi problem kesehatan yang dapat

menyebabkan kelahiran bayi BBLR.

2.5.2 Hubungan antara Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR

Selain umur ibu, paritas juga mempengaruhi terjadinya kelahiran bayi

BBLR, sehingga ada hubungan antara jumlah paritas ibu dengan kelahiran bayi

BBLR. Ibu yang memiliki paritas 1 sering ditemukan penyulit kehamilan dan

persalinan yang diakibatkan oleh belum mampunya ibu dalam penyesuaian

terhadap kehamilannya. Sedangkan ibu yang melahirkan lebih dari 3 kali beresiko

melahirkan bayi BBLR karena kondisi ibu yang terlalu payah akibat hamil,

melahirkan, menyusui dan merawat anak-anaknya terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai