PENDAHULUAN
menentukan derajat kesehatan anak. Selain itu, angka kematian bayi juga
kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir/neonatal
(umur 0 – 28 hari). Masalah neonatal ini meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat
lahir), Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi (Depkes, 2011). Menurut
UNICEF dan WHO (2005), penurunan kejadian BBLR merupakan salah satu
memastikan kesehatan anak pada awal kehidupannya. Oleh karena itu, BBLR
BBLR merupakan salah satu indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs
ini.
BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500
global BBLR adalah 15,5%, yang berjumlah sekitar 20 juta BBLR lahir setiap
tahun dan 96,5% dari mereka berasal dari negara berkembang. Ada variasi yang
Asia Tengah (21,7%) dan terendah di Eropa (6,4%) (WHO, 2013). Angka
1
2
neonatal terjadi pada 0-6 hari (78,5%). Target MDGs 2015 adalah menurunkan
angka kematian bayi (AKB) kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan hasil survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2007,
AKB masih 34/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil analisa pada tahun 2012
jumlah kematian bayi yang utama adalah 38,03% BBLR, 27,38% asfiksia, 3,70%
infeksi, 9,10% trauma lahir, dan 18,38% penyebab lain (Profil Dinkes Jatim,
2012). Sementara itu jumlah BBLR yang dilaporkan di Propinsi Jawa Timur
sebanyak 19.712 (3,32%) dari 594.461 bayi baru lahir. Sedangkan angka kejadian
BBLR di Kota Surabaya sebanyak 1.128 (2,76%) kelahiran hidup (Profil Dinkes
Jatim, 2012).
Surabaya didapatkan data angka kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah
Tabel 1.1 menunjukkan data angka kejadian BBLR di Puskesmas Jagir Surabaya
selama 3 tahun (2012-2014) menunjukkan angka kejadian yang masih tinggi yaitu
6,5%-8,8%. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan target Indonesia sehat
Berat badan lahir rendah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain usia kehamilan, umur ibu, paritas, penyakit ibu, jarak kehamilan, gizi ibu
hamil, kehamilan kembar, sosial ekonomi dan lain-lain. Usia reproduksi yang
3
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Winkjosastro, 2005).
Kehamilan pada usia muda (< 20 tahun) sering terjadi penyulit (komplikasi) bagi
ibu dan janin. Hal ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,
1998). Sedangkan pada kelompok usia kehamilan lebih dari 35 tahun memiliki
risiko terhadap kesehatan ibu dan bayinya (Soetjiningsih, 2005). Keadaan ini
karena otot-otot dasar panggul tidak elastis lagi sehingga mudah terjadi penyulit
dan cacat bawaan. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi (Winkjosastro, 2002). Mempunyai anak lebih dari
4 akan meningkatkan risiko pada ibu dan bayinya. Ibu yang paling sering hamil,
lebih-lebih dengan jarak yang pendek, akan menyebabkan ibu terlalu payah,
akibat dari hamil, melahirkan, menyusui risiko lahir yang dialami adalah anemia
pada ibu, risiko perdarahan, mendapatkan bayi yang cacat, bayi berat badan lahir
Surabaya didapatkan data pada tahun 2014 kejadian BBLR sebanyak 29 bayi. 3
bayi yang mengalami BBLR disebabkan karena faktor ibu yaitu kurang gizi, 10
bayi BBLR disebabkan karena faktor usia ibu teralu tua diatas 35 tahun, 11 bayi
BBLR disebabkan karena faktor paritas ibu yaitu ibu yang baru memiliki anak
pertama, 4 bayi BBLR disebabkan karena faktor jarak kehamilan ibu yang terlalu
4
dekat, 2 bayi BBLR karena faktor ibu yang aktif bekerja selama kehamilan. Dari
penyebab terjadinya BBLR adalah faktor usia ibu dan paritas ibu. Oleh karena ittu
peneliti melakukan penelitian tentang umur dan paritas ibu dengan kejadian
BBLR.
Dampak yang terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
dengan berat badan lahir rendah akan mengalami gangguan pada pertumbuhan,
pertambahan tinggi, berat dan lingkar kepala. Bayi tersebut akan berukuran lebih
masalah penyakit yang menyertai kehamilan, gizi ibu, waktu yang tepat untuk
komplikasi.
5
masalah penyakit yang menyertai kehamilan, gizi ibu, waktu yang tepat untuk
komplikasi.
sebesar 7%. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang usia dan paritas
dapat dirumuskan :
”Adakah hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR di
Mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian
Tahun 2015.
6
Tahun 2015.
Tahun 2015.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana ilmiah dan tambahan
1. Bagi Peneliti
melakukan penelitian tentang hubungan antara usia dan paritas dengan kejadian
BBLR.
Sebagai bahan kajian baru dibidang kesehatan ibu dan anak guna
3. Bagi Profesi
4. Bagi Puskesmas