Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai spontan

(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir) berisiko

rendah pada awal persalina dan presentase belakang kepala dan

usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu

maupun bayi berada dalam kondisi baik World Health Organization

(WHO, 2015).

Persalinan adalah suatu proses alamiah pada setiap

makhluk hidup. Masalah persalinan terjadi ketika wanita hamil

memasuki fase persalinan. Partus lama merupakan sala satu

penyebab kematian ibu sebesar 8% di dunia dan 9% di Indonesia.

Faktor lamanya persalinan yang terjadi pada kala II merupakan

fase tersulit dari persalinan, apabila berlangsung terlalu lama akan

timbul gejala-gejala seperti dehidrasi, dan infeksi. (Ovi Soviati,

2016).

Persalinan yang aman adalah persalinan yang ditolong

tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. persalinan di

Provionsi di Indonesia 80,61% secara nasional, indikator telah

memenuhi target Renstra sebesar 77%. Namun demikian masih

terdapat 19 profinsi (55,9%) yang belum memenuhi target tersebut.


2

Provinsi NTB memiliki capaian tertinggi sebesar 100,02%, diikuti

oleh DKI Jakarta sebesar 97,29%, dan kepulauan Riau sebesar

96,04%. Sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki capaian

terendah sebesar 17,79%, diikuti oleh Maluku sebesar 25,71%, dan

Papua sebesar 39,18%. Informasi lebih rinci mengenai persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. (Profil

Kesehatan Indonesia, 2016).

Data WHO juga menjelaskan kelahiran prematur adalah

kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu

hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.1

Kelahiran prematur merupakan masalah penting dibidang

reproduksi manusia baik di negara maju maupun negara

berkembang seperti Indonesia. Sebesar 70% penyebab tingginya

kematian perinatal disebabkan oleh persalinan prematur,

sedangkan kematian perinatal sendiri merupakan tolak ukur

kemampuan suatu negara dalam upaya menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.

Kelahiran prematur meningkat dari 7,5% (2 juta kelahiran)

menjadi 8,6% (2,2 juta kelahiran) di dunia. Angka kejadian

kelahiran prematur di negara berkembang jauh lebih tinggi, seperti

India (30%), Afrika Selatan (15%), Sudan (31%) dan Malaysia

(10%). Angka kelahiran prematur berkisar 10-20% di Indonesia


3

pada tahun 2009 dan angka ini menyebabkan Indonesia termasuk

dalam peringkat kelima dengan kelahiran prematur terbesar.

Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan

melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena

pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum

berkembang dengan baik dan belum dewasa untuk menjadi ibu,

sedangkan pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot panggul

dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnnya telah

mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan

dan selanjutnnya dapat menyebabkan kematian pada ibu.

(Purwanti, 2015).

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu.

Paritas sangat mempengaruhi durasi persalinan dan komplikasi.

Paritas yang pertama kali (primipara) lebih beresiko terjadi

komplikasi karena kurangnya informasi dan pengalaman persalinan

yang kurang. Jika dilihat dari paritasnya yang paling aman 2-3 ,

sedangkan paritas 1 atau lebih dari 3 mempunyai angka kematian

ibu yang lebih tinggi. Dan pada paritas 1 ibu biasa masih takut dan

cemas dalam menghadapi kehamilan dan persalinan sedangkan

pada paritas tinggi akan membuat uterus menjado tegang sehingga

dapat menyebabkan kelaina letak janin dan plasenta previa yang

akhirnya akan berpengaruh perubahan bentuk pada persalinan.

(Nadhifa Anwar Maulidya, 2015)


4

Dari data di atas menunjukan menunjukan adanya

peningkatan jumlah kasus persalinan prematur baik secara global,

nasional maupun di daerah dari tahun ke tahun. Angka kematian

ibu naik turun akibat persalinan prematur disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu antara lain usia dan paritas.

Menurut profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2016,

persalinan diketahui bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan di Sulawesi Tenggara pada periode 2012 sampai

dengan 2014 cenderung meningkat, namun pada 2 tahun terakhir

kembali menurun. Rata-rata cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan (Salinkes) Sulawesi Tenggara tahun 2016

mencapai 80,85%, turun 8% dibanding tahun sebelumnya, dan

telah mencapai target Provinsi (77%) meskipun masih dibawah

target Renstra Kementrian Kesehatan yang ditetapkan sebesar

90%. (Dinkes Sultra, 2016).

Hasil Riskesdes menunjukan bahwa sebagian besar

persalinan Sulawesi Tenggara (66,67%) dilakukan di rumah/tempat

lain sedangkan persalinan di fasyankes hanya (34,37%). (Dinkes

Sultra, 2016)

Data yang di peroleh dari bagian rekam medik BLUD RSUD

Kota Baubau tahun 2016 di peroleh banyaknya persalinan normal

yaitu 351 orang. Sedangkan persalinan normal di tahun 2017


5

banyaknya persalinan adalah 493 orang dengan kejadian

perdarahan pasca persalinan sebanyak 19 orang dan banyaknya

persalinan normal tahun 2018 (Januari sampai Juni) sebanyak 351

orang. Dengan banyak kejadian partus prematur pada bulan

Januari- Juni 2018 sebanyak 36 kasus, dengan kejadian KPD.

Rata-rata ibu melahirkan memiliki usia di atas < 20 tahun anak

pertama dan diatas usia > 35 tahun anak ketiga dan seterusnya,

sehingga berpengaruh terhadap mordibitas dan mortalitas ibu

maupun anak yang dilahirkan. (RSUD Kota Baubau, 2018)

Berkaitan dengan informasi tersebut, ada beberapa

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Martina Dewi

Wijayanti pada tahun 2011 dengan judul hubungan umur,paritas

dengan kejadian Partus prematur. Dengan hasil penelitian

menggunakan analisia chi square dan di dapatkan nilai yang tidak

signifikan lebih besar dari taraf signifikan 0,05 sehingga di

nyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur, paritas pada ibu

bersalin dengan kejadian persalinan prematur di Rumah Sakit Panti

Wilasa Citarum Semarang tahun 2011. Selain itu, Damayanti pada

tahun 2012 meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian persalinan prematur. Dengan hasil penelitian,

Kejadian persalinan prematur pada ibu bersalin di dapatkan tidak

adanya hubungan jarak kelahiran dengan kejadian persalinan

prematur (p= 0,28) dan paritas merupakan faktor dominan yang

berhubungan dengan kejadian retensio plasenta di RSUD

Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.


6

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka

penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Hubungan Usia Dan Paritas

Ibu Bersalin Dengan Kejadian Partus Prematur Di BLUD RSUD

Kota Baubau Periode Januari –Juni 2018”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya prematur

yaitu,mulai dari faktor usia dan paritas. Partus prematur sebagai

sala satu penyebab perdarahan postpartum pada ibu yang

merupakan masalah yang cukup penting untuk dikatahui dalam

penangangan persalinan dan pascasalin pada ibu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dirumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah paritas berhubungan dengan kejadian partus

prematur di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Umum Daerah (BLUD RSUD) Kota Baubau Periode Januari

sampai Juni 2018?

b. Apakah umur berhubungan dengan kejadian partus

prematur di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Umum Daerah (BLUD RSUD) Kota Baubau Periode Januari

sampai Juni 2018 ?


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara paritas dan usia ibu

bersalin dengan kejadian partus prematur di BLUD RSUD

Kota Baubau Periode Januari sampai Juni 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan

kejadian partus prematur di BLUD RSUD Kota

Baubau Periode Januari sampai Juni 2018.

b. Untuk mengetahui hubungan umur dengan

kejadian partus prematur di BLUD RSUD Kota

Baubau 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis

a. ManfaatBagiPraktisi

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

memperluas pengetahuan dan wawasan khususnya riset

kebidanan serta mampu mengaplikasikan teori khususnya

dalam metodologi penelitian.

b. ManfaatBagiInstitusi

1. Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi Mahasiswi

Kebidanan selanjutnya.
8

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literature

atau referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam

mengembangkan dan menambah pengetahuan tentang hubungan

usia dan paritas ibu bersalin dengan kejadian persalinan

prematur di RSUD Kota Baubau.Sebagai bahan masukan dan

referensi bagi pihak lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Tinjauan umum tentang persalinan

a. Definisi

persalinan normal adalah proses lahirnnya bayi pada PBK

(presentase belakang kepala) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa

bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. (Dwi Ashari H,

2013 : 1)

Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai spontan

(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir) berisiko

rendah pada awal persalina dan presentase belakang kepala dan

usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu

maupun bayi berada dalam kondisi baik (World Health Organization

(WHO).

Persalin normal adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan aterm/ 37 minggu sampai 42 minggu, letak memanjang,

PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam kurung

waktu 24 jam, tanpa tindakan/ pertolongan buatan, dan tanpa

komplikasi.
10

Persalinan adalah proses pengeluran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan

kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentase belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18

jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Hanretty, 2014).

Pesalinan adalah bagian dari proses melahirkan sebagai

respons terhadap kontraksi uterus. Segmen bawah uterus teregang

dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir terbentuk dan bayi

bergerak turun ke bawah melalui rongga panggul (Hanretty, 2014).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari dalam rahim melalui

jalan lahir dengan LBK atau dengan tenaga ibu sendiri, tanpa

bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnnya

berlangsung kurang dari 24 jam. (Mochtar, 2013).

b. Jenis Persalinan

berdasarkan umur kehamilan yaitu :

1. Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup diluar kandungan, berat janin <500 gram atau usia

kehamilan kurang daro 20 minggu.


11

2. Partus Immaturus : partus dari hasil konsepsi pada

kehamilan dibawah 28 minggu dengan berat janin kurang

dari 1000 gram.

3. Partus Prematurus : kelahiran hidup bayi dengan berat

antara 1000 gram sampai 2500 gram seblum usia 37

minggu.

4. Partus Maturus atau Aterm : persalinan pada kehamilan 37-

42 minggu , berat janin diatas 2500 gram.

5. Partus Postmaturus atau Postterm : persalinan yang terjadi

2 minggu atau lebih dari hari perkiraan lahir (Saifuddin,

2014)

c. Tanda-tanda persalinan

1) Tanda pendahuluan menurut (Mochtar, 2013) adalah

a. Lightening dan setting atau droping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul.

b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.

c. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria)

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Serviks menjadi lembek ; mulai mendatar; dan sekresinya

bertambah, mungkin bercampur darah (bloddy show).


12

2) Tanda pasti persalinan

a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,

sering, dan teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah

ada pembukaan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Beberapa faktor yang berperan didalam sebuahproses

persalinan menurut Sondakh (2013)meliputi :

1. Power (kekuatan)

kekuatan atau tenaga yang mendorong jalan keluar. Kekuatan

tersebut meliputi kontraski dan tenaga meneran.

2. Passenger (penumpang)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-

hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran

kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin,

sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah

letak, besar, dan luasnya.

3. Passage (Jalan lahir)

jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan

lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir


13

keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan

pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang

dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan

introitus vagina.

e. Tahap-tahap persalinan

Persalinan di bagi menjadi 4 tahap/kala yaitu :

1. Kala I (kala pembukaan)

Dimulai dari timbulnya kontraksi atau his persalinan yang

ditandai dengan adanya pengaruh terhadap serviks uteri

sampai dengan pembukaan lengkap (full dilatation) kira-kira

10 cm.

Perlangsungan kala I pada :


a. Primigravida : 6-8 jam (rata-rata 13 jam)
b. Multigravida : 2-10 jam (rata-rata 7 jam)
2. Kala II (kala pengeluaran)

Dimulai sejak pembukaan lengkap sampai dengan lahirnya

bayi.

3. Kala III (kala pengawasan)

Dimulai sejak bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta dan

selaput ketuban komplit, seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit.
14

4. Kala IV (kala pengawasan)

Dimulai sejak lahir plasenta dan selaput ketuban sampai

keadaan ibu mulai stabil yaitu 2 jam post partum. (Mochtar.R:

2013).

2. Tinjauan umum tentang persalinan prematur

a. Definisi

persalinan prematur menurut WHO adalah lahirnya bayi

sebelum kehamilan berusia lengkap 37 minggu (Krisnadi, 2009).

Bayi lahir prematur umumnya lebih disebabkan oleh komplikasi

kehamilan yang membuat kandungan ibu dalam rahim lemah

sehingga janin harus segera dilahirkan (Fikawati, dkk. 2015).

persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi usia

kehamilan kurang dari 37 minggu (Alston, 2012).

Organisasi kesehatan Dunia yaitu WHO (2015) membagi


persalinan prematur menjadi tiga kategori berdasarkan umur
kehamilan, yaitu:

a. extremely preterm bila kurang dari 28 minggu


b. very preterm bila kurang dari 32 minggu
c. moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu
15

b. Klasifikasi Prematur

Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi

beberapa, yaitu:

a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur

(preterm).

b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur

(very preterm).

c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim

prematur (extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:

d. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR).

e. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat

Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) .

f. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Ekstrim Rendah (BBLR).

c. Penyebab Persalinan Prematur

Persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak faktor.

Cunningham, et.al., (2014) menyatakan bahwa penyebab

persalinan prematur dapat dibagi menjadi:

1. Komplikasi medis dan obstetrik

Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan

oleh hal-hal yang berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik


16

tertentu misalnya pada kasus-kasus perdarahan antepartum atau

hipertensi dalam kehamilan yang sebagian besar memerlukan

tindakan terminasi saat kehamilan preterm. Akan tetapi, 2/3 dari

kejadian persalinan prematur tidak diketahui secara jelas

penyebabnya karena persalinan prematur pada kelompok ini terjadi

persalinan yang spontan atau idiopatik (Feryanto, 2014).

2. Faktor gaya hidup

Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan

yang kurang baik selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti

kokain atau Universitas Sumatera Utara 9 alkohol telah dilaporkan

memainkan peranan penting pada kejadian prematur dan hasil akhir

bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al, 2014).

Penyalahgunaan alkohol tidak hanya dikaitkan dengan

kelahiran prematur melainkan dengan peningkatan cedera otak pada

bayi yang lahir prematur. Konsumsi alkohol yang berlebihan selama

kehamilan dapat memengaruhi perkembangan fetus dan harapan

hidup neonatus. Wanita yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu

gelas per hari dapat meningkatkan risiko persalinan prematur

sementara jika mengosumsi akohol kurang dari 4 gelas tiap miggu

tidak memberikan efek meningkatkan risiko persalinan premature

(Offiah, Donoghue, dan Kenny, 2012).

Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian

persalinan prematur. Wanita usia muda cenderung mempunyai


17

pasangan seksual yang lebih banyak dan infeksi pada vagina,

sementara wanita usia yang lebih tua cenderung mengalami kontaksi

uterus yang irregular, seperti mioma.(Cunningham et al, 2014).

3. Infeksi cairan amnion dan korion

Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme telah muncul sebagai penyebab kasus pecah

ketuban dini dan persalinan prematur. Proses persalinan aterm

diawali dengan aktivasi dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang melepaskan

bahan asam arakidonat dari selaput amnion janin sehingga

meningkatkan penyediaan asam arakidonat benas untuk sintesis

prostaglandin. Banyak mikroorganisme yang menghasilkan

fosfolipase A2 sehingga mencetuskan persalinan prematur.

Endotoksin bakteri (liposakarida) dalam cairan amnion merangsang

sel desidua untuk memproduksi sitokin dan prostaglandin yang

memicu persalinan (Cunningham, et.al,2014).

Drife dan Magowan dalam Prawirohardjo (2013) menyatakan

bahwa proses persalinan prematur yang dikaitkan dengan infeksi

diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari

aktivasi monosit. Berbagai sitokin termasuk interleukin-1, tumor

nekrosing faktor (TNF), dan interleukin 6 adalah produk sekretorik

yang dikaitkan dengan persalinan prematur. Sementara itu, Platelet

Activating Factor (PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat

secara sinergik pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga


18

dihasilkan dari paru dan ginjal janin. Dengan demikian janin

memerankan peran sinergik dalam mengawali proses persalinan

prematur yang disebabkan oleh infeksi. Bakteri sendiri mungkin

menyebabkan kerusakan membran melalui pengaruh langsung dari

protease.

Sedangkan Prawirohardjo (2013) menyatakan bahwa kondisi

yang terjadi selama kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian

persalinan prematur yang dibagi dalam dua faktor, yaitu:

1. Janin dan plasenta

a. Perdarahan trimester awal

b. Perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa

previa)

c. Ketuban pecah dini (KPD)

d. Pertumbuhan janin terhambat

e. Cacat bawaan janin

f. Kehamilan ganda/gemeli

g. Polihidramnion

2. Ibu

a. Penyakit berat pada ibu

b. Diabetes mellitus

c. Preeklamsia/hipertensi

d. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin


19

e. Penyakit infeksi dengan demam

f. Stress psikologik

g. Kelainan bentuk uterus/serviks

h. Riwayat persalinan prematur/abortus berulang

i. Inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)

j. Pemakaian obat narkotik

k. Trauma perokok berat

l. Kelainan imunologik/kelainan resus

3. Dampak Persalinan Prematur

Permasalahan pada persalinan prematur bukan saja pada

kematian perinatal, melainkan bayi prematur sering disertai kelainan,

baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka

pendek yang sering terjadi adalah: RDS (Respiratory Distress

Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC(Necrotizing Entero

Cilitis), displasi bronko-pulmoner, sepsis, dan paten duktus arteriosus.

Adapun kelainan jangka panjang sering berupa serebral palsi,

retinopati, retardasi mental, juga dapat berupa disfungsi

neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik

(Prawirohardjo, 2013).

Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat

besar akan kematian dan kesehatan yang buruk di masa

kehidupannya, begitu juga dengan bayi yang lahir di antara 32 sampai

36 minggu masih tetap memiliki masalah kesehatan dan


20

perkembangan dibandingkan bayi yang dilahirkan cukup bulan

(Institute of Medicine, 2012).

Komplikasi pada persalinan prematur terjadi karena sistem

organ yang masih imatur yang masih belum siap untuk mendukung

kehidupan di lingkungan ekstrauterin. Inflamasi dan pengeluaran

sitokin yang mencetuskan parsalinan prematur diduga sebagai

patogenesis chronic lung disease, NEC(Necrotizing Entero Cilitis),

ROP(Rethinopathy of Prematurity), dan kerusakan pada brain white

matter (Behrman dan Butler, 2012).

5. Diagnosis Persalinan Prematur

Diagnosis persalinan prematur adalah salah satu hal yang sulit.

Diagnosis persalinan prematur didasarkan pada pemeriksaan klinis

dari kontraksi uterus dan perubahan seviks. Keadaan yang lebih sulit

adalah ketika pasien mengalami kontraksi yang regular tetapi dengan

dilatasi serviks yang minimal. Bila pasien dengan usia kehamilan di

bawah 37 minggu, kontraksi uterus yang regular dengan Universitas

Sumatera Utara 12 dilatasi serviks 3 cm dan penipisan 80%,

dipertimbangkan mengalami persalinan prematur tanpa menunggu

perubahan serviks.

Menurut Prawirohardjo (2013), sering terjadi kesulitan dalam

menentukan diagnosis ancaman persalinan prematur. Tidak jarang

kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan


21

ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai

diagnosis ancaman persalinan prematur, yaitu:

a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3

kali dalam waktu 10 menit.

b. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)

c. Perdarahan bercak

d. Perasaan menekan pada daerah serviks

e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan

sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80%.

f. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isiadika .

g. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya

persalinan prematur h. terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.

a. Pengelolaan Persalinan Prematur

Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur adalah sebagai

berikut:

a. Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk

menunda proses persalinan.

b. Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan

c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal

Prinsip pengelolaan persalinan prematur bergantung pada:

a. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak

dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.


22

b. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila

pembukaan mencapai 4 cm.

c. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya

mencegah persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan

dapat dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau

kehamilan > 34 minggu.

B. Tinjauan Umum Tentang Usia Ibu

a. Definisi Usia Ibu

Usia, jika usia ibu kurang dari 20 tahun maka semakin muda

umur ibu maka fungsi reprodukasi belum berkembang dengan

sempurna sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi

dalam persalinan akan lebis besar. Jika usia ibu lebih dari 35 tahun

juga beresiko, karena semakin tua umur ibu maka akan terjadi

kemunduran yang progresif dari emondetrium sehingga untuk

mencukupi nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang

lebih luas. Sedangkan usia ibu yang aman itu 20-35 tahun karena

alat reproduksi sudah matang. (Putri, 2012).

Umur ibu yang terlalu muda karena endometrium masih

belum sempurna. Umur diatas 35 tahun karena tumbuh

endometrium yang kurang subur. Karena pada endometrium yang

kurang subur atau kurang baik menyebabkan plasenta harus

tumbuh menjadi luas unruk mencukupi kebutuhan janin.


23

Usia kurang 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentan

terjadinya berbagai penyakit. Hal ini disebabkan terjadinya

perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak

keluar. Selain itu hal ini juga di akibatkan karena tekanan darah

yang meningkat sering dengan pertambahan usia. (Winknjosasro,

2011 dalam buku ilmu kebidanan)

Dalam kurun waktu reproduksi sehat di kenal bahwa umur

aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita

pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai resiko yang lebih

tinggi untuk mengalami persalinan prematur karena endometrium

masih belum matang, dan kejadian persalinan prematur juga sering

terjadi pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena tumbuh

endometrium yang kurang subur. (Fauziah, 2014).

Faktor resiko yang meningkatkan persalinan prematur

adalah usia ibu. Ibu dengan usia yang muda lebih berisiko

mengalami persalinan prematur karena pertumbuhan endometrium

yang kurang subur, begitu juga ibu dengan umur diatas 35 tahun

karena pertumbuhan endometrium sudah kurang subur. (Manuaba,

2012).

Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun

yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.

(Depkes, 2012).
24

Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan

banyak permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh

seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat lahir kurang.

Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa

memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya ke janin di

dalam rahimnya. (Manuaba, 2012)

Kehamilan di usia muda muda atau remaja (di bawah usia

20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan

persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin

belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu

belum siap untuk hamil. (Prawihardjo, 2012).

Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan

melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena

pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul belum

berkembang dengan baik dan belum dewasa untuk menjadi ibu,

sedangkan pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot panggul

dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnnya telah

mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan

dan selanjutnnya dapat menyebabkan kematian pada ibu.

(Purwanti, 2015).

Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan

ibu untuk menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga

kualitas sumber daya manusia makin meningkat dam kesiapan


25

untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Begitu juga

kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan

kecemasan terhadap kehamilan dan persalinan serta alat-alat

reproduksi ibu belum terlalu tua untuk hamil (Prawihardjo, 2012).

Seiring dengan bertambahnya umur wanita maka fungsi

organ reproduksi terutama iterus dimana otot uterus harus

berkontraksi maksimal sesaat setelah plasenta lahir agar tidak

terjadi perdarahan. Selain itu adanya peningkatan jumlah penyakit

degenarative pada kehamilan dengan usia seperto pre eklamsi,

hipertensi, diabetes militus akan menambah risiko komplikasi pada

saat persalinan, sedangkan kehamilan di usia muda memiliki risiko

jauh lebih tinggi pada kesehatan. Fungsi organ dn kematangan sel

telur yang belum maksimal potensial mengalami persalinan dengan

premature, plasenta previa, abortus, pre eklamsi, kondisi ini

berisiko lebih besar terjadinya perdarahan. (Purwanti, 2015).

C. Tinjauan Umum tentang Paritas

a. Definisi

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup (viable). Jenis paritas bagi ibu yang sudah partus

anatara lain yaitu :

1. Nulipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi yang mampu

hidup.
26

2. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali malahirkan bayi

yang telah mencapai tahap mampu hidup.

3. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel

atau lebih.

4. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak

atau lebih. Pada seorang grandemultipara biasanya lebih banyak

penyulit dalam kehamilan dan persalinan. (Prawihardjo,

2012)Paritas dikatakan beresiko paritas lebih dari 4 kali sedangkan

paritas yang tidak beresiko jika paritas 2-3 kali. (Prawihardjo, 2012)

Ibu hamil dengan paritas tinggi akan mempunyai resiko yang

lebih besar terhadap kejadian komplikasi pesprsalinan terutama

perdarahan postpartum. Wanita yang mempunyai anak sama dengan

atau lebih dari 6 mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya

perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pada ibu yang sering

melahirkan, otot uterusnya sering diregangkan sehingga

mengakibatkan menipisnya dinding uterus yang akhirnya

menyebabkan kontraksi uterus menjadi lemah. Pecahanya uterus

merupakan komplikasi persalinan yang sering terjadi pada ibu yang

telah melahirkan beberapa orang anak. Jika uterus pecah akan terjadi

nyeri hebat dan nyeri tekan diatasnya, diikuti perdarahan berat dari

pembuluh darah uterus yang robek. (Almeida,2015).

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh ibu.Paritas

sangat memperngaruhi durasi persalinan dan komplikasi. Paritas yang


27

pertama kali (primipara) lebih beresiko terjadi komplikasi karena

kurangnya informasi dan pengalaman persalinan yang kurang. Jika

dilihat dari paritasnya yang paling aman 2-3 , sedangkan paritas 1 atau

lebih dari 3 mempunyai angka kematian ibu yang lebih tinggi. Dan

pada paritas 1 ibu biasa masih takut dan cemas dalam menghadapi

kehamilan dan persalinan sedangkan pada paritas tinggi akan

membuat uterus menjado tegang sehingga dapat menyebabkan

kelaina letak janin dan plasenta previa yang akhirnya akan

berpengaruh perubahan bentuk pada persalinan.

Plasenta previa sering terjadi pada ibu dengan paritas tinggi dari

pada paritas rendah. Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada

ibu yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru

sekali melahirkan (Primipara). Paritas 1-3 kali merupakan paritas yang

paling aman bila di tinjau dari sudut kematian ibu. Paritas lebih dari 3

kali dapat menyebabkan angka kematian ibu tinggi. (Fauziah, 2014).

Cuningham,et.al.(2014) menyebutkan bahwa pengaruh paritas

dengan kejadian plasenta previa cukup besar. Hal ini di sebabkan

adanya respon inflamasi dan perubahan atropi pada dinding

endometrium yang menyebabkan pertumbuhan plasenta yang melebar

sehingga plasenta tumbuh menutupi bagian segmen bawah rahim dan

atau sebagian ostium uteri intemum.


28

b. Jarak antara Kelahiran

Jarak antara kelahiran adalah waktu sejak kelahiran

sebelumnya sampai terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak antar

kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi

kehamilan. Menurut Moir dan Meyerscough (1972) yang dikutip

Pardosi (2013) menyebutkan jarak antar kelahiran sebagai faktor

predisposisi perdarahan post partum karena persalinan yang berturut-

turut dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi

uterus menjadi kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan

2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.

Bila jarak antar kelahiran dengan anak sebelumnya kuirang dari

2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan

dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan

terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Selain itu, pada jarak kelahiran yang terlalu rapat (< 2 tahun)

akan mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan

kesehatan ibu mundur secara progressive. Hal ini menyebabkan angka

kejadian perdarahan post partum lebih tinggi. Selama kehamilan

berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti

kondisi sebelumnya.

Menurut penelitian Nadjah (2014 dalam Jurnal kebidanan Vol

VI no 01) proporsi kasus dengan jarak antar kelahiran kurang dari 2

tahun sebesar 41 % dengan OR jarak antar kelahiran 2,62. Hal ini


29

berarti ibu yang memiliki jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun

berisiko 2,82 kali mengalami perdarahan pasca persalinan.

C.Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan teori

Cunningham,et,al (2013) persalinan prematur adalah persalinan

kurang bulan dengan usia kehamilan sebelum 37 minggu atau dengan

berat janin kurang 2.500 gram. Sementara teori Sulistyawati (2014)

ada faktor-faktor yang mempengaruhi komplikasi parsalinan prematur

antara lain umur ibu dan paritas ibu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Variabel Independent Varibel Dependent

Umur Ibu
Persalinan prematur

Paritas Ibu

Keterangan :

= Variabel Terikat (Dependen)

= Variabel bebas yang diteliti (Independen)

= Hubungan
30

D.Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini, adalah :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian persalinan prematur di

BLUD RSUD Kota Baubau periode Januari sampai dengan Juni

tahun 2018.

b. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian persalinan prematur di

BLUD RSUD Kota Baubau periode Januari sampai Juni tahun

2018.

2. Hipotesis nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan usia dengan kejadian persalina prematur pada

ibu bersalin di BLUD RSUD Kota Baubau tahun 2018.

b. Tidak ada hubungan paritas dengan paritas dengan kejadian

persalina prematur pada ibu bersalin di BLUD RSUD Kota Baubau

tahun 2018.
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Metode Yang Digunakan

Jenis penelitian ini berupa penelitian survei yang bersifat

analitik kuantitatif dengan menggunakan metode croos sectional

yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel

terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, dengan

tujuan untuk menganalisa hubungan antara umur dan paritas ibu

dengan kejadian partus prematur di BLUD RSUD Kota Baubau

periode Januari sampai dengan Juni 2018.

B. Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder, berupa data yang didapat dari dokumen,laporan, rekam

medik, dan internet. Selain itu, penelitian ini menggunakan data

timeseries yaitu data deret waktu (mingguan, bulanan, tahunan)

seperti data mengenai jumlah ibu bersalin pada periode

Januarisampai Juni 2018, untuk mengetahui hubungan antara umur

dan paritas ibu dengan kejadian persalinan prematur.


32

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

Rekam Medik dan Ruang Perawatam Kebidanan BLUD RSUD

Kota Baubau.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa lembar observasi.

C. Penelitian dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

mengalami partus/persalinan prematur di BLUD RSUD Kota

Baubau pada Januarisampai Juni 2018 sebanyak 36orang.

2. Sampel Penelitian

Secara keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah

36 orang, dengan tehnik pengambilan sampel berupa total

sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel penelitia

D. Definisi Operasional Varibel Penelitian

1. Persalinan prematur

a. Definisi operasional : Persalinan prematur adalah


lahirnya
bayi sebelum kehamilan
berusia lengkap 37
minggu.
33

b. Kriteria objektif :

Ya : Ibu yang melahirkan dengan kasus


persalinan prematur.
Tidak :Ibu yang melahirkan tidak dengan
kasus persalinan prematur.
1. Usia
a. Definisi operasional : kelompok umur ibu yang mengalami
kejadian persalinan prematur.
b. Kriteria objektif :
1 Berisiko : ibu yang berusia >35 tahun dan < 20
tahun
2 Tidak berisiko: ibu yang berusia 20-35 tahun

2. Paritas
a. Definisi operasional : Jumlah janin yang pernah dilahirkan
yang mengalami kejadian persalinan
prematur.
b. Kriteria objektif :
1. Berisiko : Bila ibu melahirkan 3-4 kali atau lebih
2. Tidak berisiko : Bila ibu yang melahirkan 1-2 kali
34

Tabel 3.2

Interpensi Koefesien Kolerasi Nilai r

Interval Tingkat

Koefesien Hubungan

0,00 ─ 0,199 Sangat Rendah

0,20 ─ 0,399 Rendah

0,40 ─ 0,599 Sedang

0,60 ─ 0,799 Kuat

0,80 ─ 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono, 2014

E. Pengolahan Data dan Metode Analisa

1. Pengolahan Data

Menurut Aziz, AH (2011), data yang telah dikumpulkan

secara menual melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua data

sekunder yang dikumpulkan. Dari semua data yang dikumpulkan

tidak ditemukan ketidak lengkapan pengisian, karenan

pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder

langsung oleh peneliti.

b. Coding
35

Pada tahap ini peneliti memberi kode secara berurutan

dalam kategori yang sama pada masing-masing lembaran

sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan

pada peneliti ini adalah kode responden yang diawali dengan 01

untuk responden pertama sampai 35 untuk responden terakhir.

c. Transfering

Pada tahap Trasfering peneliti memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer. Data

yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden

pertama sampai responden terakhir untuk dimasukan ke dalam

tabel sesuai dengan variabel yang teliti.

d. Tabulating

Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data berdasarkan

kategori yang telah dibuat pada variabel dan selanjutnya dimasukkan ke

dalam tabel distribuasi frekuensi untuk menghitung nilai total pada setiap

kolom dari tabel dan data hasil penelitian.

2. Metode Analisis dan Pengolahan Data


36

1. Metode analisis

Metode analisis terbagi atas 2 yaitu :

a. Analisa Univariat

Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam

bentuk presentase untuk masing-masing variabel yang disesuaikan

dengan jenjang kategori (Notoatmodjo 2012).

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan

proporsi dari tiap variabel bebas yang berupa umur dan paritas ibu,

dengan variabel terikat yang berupa kejadian partus prematur. Hasilnya

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

b. Analisa Bivariat

Analisis dilakukan dengan metode non parametik yaitu uji statistik

Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 % (a= 0,05). Berdasarkan

hasil dari pengolahan data maka akan ditarik kesimpulan dengan

kriteria sebagai berikut.

1. Jika nilai p < a maka, ada hubungan antara variabel dependent

dengan independent.

2. Jika nilai p > a maka, tidak ada hubungan antara varibel dependent

dengan dependent.
37

Semua perhitungan menggunakan program komputer yaitu

berupa SPSS (Statistil Package For the Social Sciences ), dengan

memperhatikan ketentuan pada pengolahan uji Chi Square.

Menurut Ryiyanto, A (2011) ketentuan yang berlaku pada

pengolahan uji Chi Square yaitu sebagai berikut :

1. Bila tabelnya 2x2, dan tidak ada nilai Expected (harapan) / E < 5,

maka uji yang dipakai adalah “ Continuity Correction (a)”.

2. Bila tabelnya 2x2, dan ada nilai Expected (harapan) / E<5, maka uji

yang dipakai adalah “Fisher’s Exact Test”.

3. Bila tabelnya lebih dari dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dll, maka

digunakan uji “Person Chi Square”.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di BLUD RSUD Kota Baubau.

Adapun alasan dilakukan di BLUD RSUD Kota Baubau karena

masih tingginya angka kejadian persalinan prematur dan belum

adanya penelitian yang serupa yang telah dilakukan di BLUD

RSUD Kota Baubau 2018. Selain itu, BLUD RSUD Kota Baubau

merupakan sala satu rumah sakit rujukan di Pulau Buton sehingga

sebagian besar kasus patologis kebidanan dirujuk ke rumah sakit

untuk mendapatkan pertolongan segera.


38

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Juni

tahun 2018. (Jadwal Terlampir).


39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder untuk pembuktian

statistik dengan mengambil data dari Ruang Kebidanan yang

disesuaikan dengan variabel penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Badan

Layanan Umum Kota Baubau pada bulan Januari sampai Juli Tahun

2018. Diperoleh data 36 orang ibu yang mengalami persalinan

prematur yang berhubungan dengan umur dan paritas. Adapun sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 orang yang ditarik secara total

sampling, dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian.

1. Analisis Univariat

Tujuan analisis ini digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan masing-masing variabel yang dilteliti baik variabel

independen (Umur dan Paritas Ibu) maupun variabel dependen

(Persalinan Prematur).
40

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam tabel

deskriptif frekuensi sebagai berikut :

a. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Resiko Umur Ibu

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Resiko Umur Ibu
Di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

No Umur Jumlah(n) Persentase

(%)

1. Berisiko 11 30,6%

2. Tidak beresiko 25 69,4%

Total 36 100.0%

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa frekuensi

umur ibu yang berisiko dan yang tidak berisiko di BLUD RSUD Kota

Baubau. Untuk frekuensi umur yang berisiko sebanyak 11 orang

dengan presentase 30,6%, dan kelompok umur yang tidak berisiko

sebanyak 25 orang dengan presentase 69,4 %.


41

b. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Resiko Paritas Ibu

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Resiko Paritas Ibu
Di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

No. Paritas Jumlah Presentase

(%)

1. Berisiko 10 27,8%

2. Tidak berisiko 26 72,2%

Total 36 100.0%

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2018.

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa frekuensi

resiko paritas ibu di BLUD RSUD Kota Baubau. Untuk Distribusi

paritas yang berisiko sebanyak 10 orang dengan presentase

27,8%, dan distribusi paritas yang tidak berisiko sebanyak 26

dengan presentase 72,2%.


42

c. Distribusi Frekuensi Sampel Persalinan Prematur

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sampel Persalinan Prematur
Di BLUD RSUD Kota Baubau tahun 2018.

No. Persalinan Jumlah Persentase

Prematur (%)

1. Ya 29 80.6%

2. Tidak 7 19,4%

Total 36 100.0%

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2018.

Dari Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa dari 36 sampel

yang di periksa atau diteliti, diperoleh hasil data yaitu kejadian

persalinan prematur sebanyak29 dengan kejadian presentase

80,6%, dan yang tidak mengalami kejadian persalinan prematur

sebanyak 7 orang dengan presentase 19,4%.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah menganalisis 2 jenis variabel yang

berbeda dan bertujuan untuk mendeskripsikan 2 variabel atau

lebih. Menguji perbedaan dan mengukur hubungan antar dua

variabel yaitu variabel Independen (Usia dan Paritas Ibu) dan

variabel dependen (Persalinan Prematur) dengan menggunakan

tabulasi silang (cross Tab). Uji analisis yang dipergunakan adalah


43

uji Chi Square dengan batas kemaknaan (α)= 0,05. Adapun hasil uji

analisis dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

a) Analisis hubungan anatara umur ibu dengan kejadian persalinan

prematur.

Tabel 4.4
Distribusi Hubungan Umur Dengan Kejadian Persalinan
Prematur di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018.

No Umur Kejadian Persalinan Total Uji Chi

. Prematur Square

Ya Tidak N %

N % N %

1. Berisiko 9 25% 2 5,6 11 30,6 P=Value=1,0

% 0

2. Tidak 20 55,6 5 13,9 25 69,5 X2Hitung=0,641

berisiko r=0,021

Total 29 80,6 7 19,4 36 100,0

Sumber : Data Sekunder, Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui dari hasil

tabulasi silang antara umur dengan kejadian persalinan prematur

menunjukan bahwa dari 36 responden, umur berisiko dengan

kejadian persalinan prematur yang memiliki riwayat persalinan

prematur yaitu 9 responden (25 %) dan umur berisiko dengan

kejadian persalinan prematur yang tidak memiliki riwayat persalinan


44

prematur yaitu 2 responden (5,6%), sedangkan yang tidak berisiko

dengan kejadian persalinan prematur yag memiliki riwayat

persalinan prematur yaitu 20 responden (55,6%), dan umur yang

tidak berisiko dengan kejadian persalinan prematur yang tidak

memiliki riwayat persalinan prematur sebanyak 5 responden

(13,9%). Dari tabel diatas pula dapat diketahui tidak ada

kesenjangan masalah dimana faktor umur yang tidak berisiko

terhadap kejadian persalinan prematur terdapat 20 orang. Hal ini

cukup signifikan karena seharunya tidak akan sebanyak itu. Akan

tetapi diperoleh dari data sekian karena ada faktor lain yang

berpengaruh terhadap kejadian persalinan prematur ini antara lain

adalah : faktor stres, KPD, dan faktor gaya hidup.

Dari hasil uji statistik bivariat merupakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara hubungan umur ibu dengan

kejadian persalinan prematur di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun

2018. Hal ini didasarkan pada hasil Uji Chisquare di temukan nilai

X2Hitung=0,641NilaiP-Value=1,000dan nilai koefisien korelasi=0,021.

Karena perbandinganya nilai X 2 hitung > dari nilai X 2 tabel

(0,641<3,841). Dan berdasarkan nilai P, ditemukan Nilai P-Value<

α (1,000>0,05) serta ditemukan nilai r=0,021 maka tidak ada

hubungan antara umur dengan kejadian persalinan prematur. Maka

H0 diterima dan Ha ditolak.


45

b) Analisis hubungan antara paritas ibu dengan kejadian persalinan

prematur.

Tabel 4.5
Distribusi Hubungan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian
Persalinan Prematur di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2018

No Paritas Kejadian Persalinan Total Uji ChiSquare

. Ibu Prematur

Ya Tidak N %

N % N %

1. Berisiko 8 22,2 2 5,6 10 27, P=Value=1,000

8 X2Hitung=0,645

2. Tidak 21 58,3 5 13,9 26 72, r=0,009

berisiko 2

Total 29 80,5 7 19,4 36 10

0,0

Sumber: Data Sekunder, Tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menujukan bahwa hasil

tabulasi silang antara paritas ibu dengan kejadian presalinan

prematur menunjukan bahwa dari 36 responden, paritas yang

berisiko dengan kejadian persalinan prematur yang memiliki riwayat

persalinan prematur yaitu 8 responden (22,2%) dan paritas berisiko

dengan kejadian persalinan prematur yang tidak memiliki riwayat

persalinan prematur 2 responden (5,6%), sedangkan paritas ibu


46

yang tidak berisiko dengan kejadian persalinan prematur yang

memiliki riwayat persalinan prematur yaitu 21 responden (58,3%),

dan paritas ibu yang tidak berisiko dengan kejadian persalinan

prematur yang tidak memiliki riwayat persalinan prematur sebanyak

5 responden (13,9%)

Dari hasil uji statistik bivariat merupakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara hubungan paritas ibu dengan

kejadian persalinan prematur di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun

2018. Hal ini didasarkan pada hasil uji chi square di temukan nilai

X2Hitung=0,645 Nilai P-Value=1,000 dan nilai koefisien korelasi=0,009

Karena perbandinganya nilai X2 hitung <dari nilai X2 tabel

(0,645<3,841). Dan berdasarkan nilai P, ditemukan Nilai P-Value<

α (1,000>0,05) serta ditemukan nilai r= 0,009 maka tidak ada

hubungan antara paritas dengan kejadian persalinan prematur.

Maka H0diterima dan Ha ditolak .


47

B. Pembahasan

1. Umur

Berdasarkan Tabel 4.1 yaitu distribusi responden tentang umur

ibu di BLUD RSUD Kota Baubau Januari 2018 - Juni 2018, umur

dibagi menjadi 2 kategori yaitu umur berisiko (<20 atau >35 tahun)

dan umur tidak berisiko (20-35 tahun). Dari hasil penelitian

menunjukan bahwa presentase responden yang melahirkan di usia

berisiko sebanyak 11 orang (30,6%) sedangkan presentase

responden yang melahirkan di usia tidak berisiko sebanyak 25 orang

(69,4%).

Kondisi ini berdasarkan hasil olah lembar observasi terhadap

data responden di BLUD RSUD Kota Baubau Januari 2018 – Juni

2018.

Teori yang menyatakan bahwa kehamilan di bawah usia 20

tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan karena bisa

mempengaruhi organ tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur

dan berat lahir kurang. Hal ini di sebabkan karena wanita yang hamil

muda belum bisa memberikan asupan gizi makanan dengan baik

dari tubuh ke janin di dalam rahim. Kehamilan di usia muda atau

remaja (di bawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa terhadap

kehamilan dan persalinan, hal ini di karenakan pada usia tersebut ibu

mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat reproduksi itu

belum siap untuk hamil (Prawihardjo, S., 2012).


48

Selanjutnya, ada juga teori yang mengatakan bahwa umur

pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk

menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas

sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk

menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Begitu juga

kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan

kecemasan terhadap kehamilan dan persalinan serta alat-alat

reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil (Prawihardjo, S., 2012).

Dalam kurun reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai 30 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di

bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29

tahun.Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30

sampai 35 tahun (Prawirohardjo, S., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara umur dengan

kejadian persalinan prematur dilakukan dengan menggunakan uji

chi square dengan nilai kemaknaan diperoleh nilai X 2 Hitung =

0,641Nilai P-Value=1,000 dan nilai koefisien korelasi=0,021 Karena

perbandingan nilai X2 hitung > dari nilai X2 tabel (0,641<3,841). Dan

berdasarkan nilai P, ditemukan Nilai P-Value< α (1,000>0,05) serta

ditemukan nilai r= 0,021. Maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Dari nilai


49

hitung yang dijelaskan tersebut maka dapat diketahui tidak ada

hubungan antara umur ibu dengan kejadian persalinan prematur.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian persalinan

prematur adalah umur, makin tua umur maka resiko kematian

perinatal makin tinggi sebab dan waktu melahirkan pembuluh darah

pada dinding rahim yang rusak tidak dapat pulih sepenuhnya seperti

sebelum melahirkan (Manuaba, 2010 dalam Wiyani, 2017).

Semakin tua umur ibu semakin tinggi pula terjadinya

kemunduran dan cacat pada endometrium yang dapat

mengakibatkan berbagai macam komplikasi pada ibu saat hamil,

bersalin maupun masa nifas (Manuaba, 2010 dalam Wiyani, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan oleh Martina Dewi Wijayanti 2011 dengan Judul

tentang hubungan usia dan paritas dengan kejadian partus prematur.

Dengan hasil analisa bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian partus prematur

karena nilai ρ >0,05. Sehingga dinyatakan tidak ada hubungan atara

usia ibu bersalin dengan kejadian persalinan prematur di Rumah Sakit

Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2011.

Menurut asumsi peneliti, hasil pembahasan tersebut tidak

sejalan dengan teori dimana umur sangat berpengaruh terhadap

persalinan yang memungkinkan risiko terjadinya persalinan prematur

lebih besar. Karena pada umur <20 tahun organ reproduksi belum
50

dapat berfungsi dengan baik sedangkan untuk umur >35 tahun sering

mengalami kekakuan jaringan sehingga miometrium juga tidak dapat

bekerja dengan maksimal.

2. Paritas

Berdasarkan Tabel 4.2 yaitu distribusi responden tentang paritas

ibu di BLUD RSUD Kota Baubau Januari 2018 - Juni 2018, paritas

dibagi menjadi 2 kategori yaitu paritas berisiko (1 dan >3) dan paritas

tidak berisiko (2 dan 3). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa

presentase responden yang melahirkan dengan paritas berisiko

sebanyak 10 orang (27,8%) sedangkan presentase responden yang

melahirkan dengan paritas tidak berisiko sebanyak 26 orang (72,2%).

Dari hasil uji statistik bivariat menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara hubungan paritas ibu dengan

kejadian persalinan prematur di BLUD RSUD Kota Baubau Tahun

2018. Hal ini didasarkan pada hasil uji chi square di temukan nilai X2

Hitung = 0,645Nilai P-Value=1,000 dan nilai koefisien korelasi=0,009.

Karena perbandinganya nilai X2 hitung > dari nilai X2 tabel

(0,645<3,841). Dan berdasarkan nilai P, ditemukan Nilai P-Value< α

(1,000>0,05) serta ditemukan nilai r= 0,009 tidak memiliki hubungan

maka H0 diterima dan Ha ditolak.


51

Teori yang menyatakan bahwa paritas adalah keadaan wanita

berkaitan dengan jumlah anak yang di lahirkan. Wanita dengan paritas

tinggi yaitu wanita yang memiliki >2 anak dan paritas rendah yakni <2

anak. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang aman di tinjau dari

sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

mempunyai angka kematian maternal (Walyani, E.S., 2015).

Persalinan prematur di sebabkan oleh berbagai faktor yaitu

komplikasi medis obstetrik, faktor gaya hidup, infeksi cairan amnion

dan korion,KPD,faktor maternal. Faktor maternal antara lain : gravida

berusia lanjut. (Manuaba, 2010).

Sedangkan pada paritas tinggi, uterus kehilangan elastisitasnya

sehingga miometrium tidak dapat berkontraksi dan retraksi secara

maksimal sehingga menimbulkan terjadinya atonia uteri.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan oleh Martina Dewi Wijayanti 2011 dengan Judul

tentang hubungan usia dan paritas dengan kejadian partus

prematur. Dengan hasil analisa bivariat menunjukan tidak ada

hubungan yang bermakna antara paritas dengan dengan kejadian

partus prematur karena nilai ρ > 0,05. Sehingga dinyatakan tidak

ada hubungan atara paritas ibu bersalin dengan kejadian

persalinan prematur di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang tahun 2011.


52

Menurut asumsi peneliti, hasil pembahasan tersebut sejalan

dengan teori dimana paritas 1 dan lebih dari 3 berisiko terjadi

persalinan prematur karna pada paritas 1 organ-organ dalam

kandungan belum sepenuhnya siap dalam menghadapi persalinan

sedangkan pada paritas lebih dari 3 otot-otot kandungan sudah mulai

tidak berfungsi dengan baik lagi sehingga memungkinan terjadinya

persalinan prematur.
53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian pada umur ibu menunjukan bahwa,

tidak ada hubungan umur dengan kejadian persalinan prematur

dengan nilai ρvalue < nilai α (ρvalue = 1,000 > α = 0,05).

2. Berdasarkan hasil penelitian pada paritas ibu menunjukan bahwa,

tidak ada hubungan paritas dengan kejadian persalinan prematur

dengan nilai ρvalue < nilai α (ρvalue = 1,000>α = 0,05).

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah di lakukan, maka saran-

saran penulis adalah sebagi berikut :

1. Diharapkan kepada ibu untuk mengetahui usia yang aman

untuk hamil dan persalinan serta mengetahui ciri-ciri dari

persalinan prematur.

2. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih

meningkatkan penyuluhan tentang kehamilan, persalinan dan

tanda-tanda bahaya pada saat kehamilan dan persalinan.


54

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk kedepanya lebih

mendalami lagi tentang persalinan prematur dengan variabel-

variabel lainnya.

Anda mungkin juga menyukai