Anda di halaman 1dari 9

B.

Definisi Usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misal; umur manusia dikatakan

15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu imur itu dihitung, sehingga

perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu

perhitungan usia (Depkes, 2010 dalam profil kesehatan indonesia).

Menurut Bobak (2013 dalam buku ajar keperawatan maternitas edisi 4),

usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yanh

sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia > 35 tahun terikat dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering

menimpati usia ini.

Usia yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan

persalinan yaitu umur 20-35 tahun. Karena pada usia tersebut rahim sudah siap

menerima kahamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan

dirinya sendiri. Sedangkan umur < 20 tahun atau > 35 tahun merupaka resiko

tinggi kehamilan dan persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur pada

saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun

anak yang dilahirkan.

Menurut Winknjosasro (2011 dalam buku ilmu kebidanan), usia

mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Ibu yang berumur

dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum sempurna secara keseluruhan

dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan
peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau komplikasi obstetrik

seperti abortus inkomplit, persalinan prematur, eklamsia, solusio plasenta,

toksemia, inersia uteri, perdarahan post partum, persalinan macet, persalinan

macet, kematian neonatus dan perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas

35 tahun mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan

dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus

lama. Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun ampai 35 tahun.

Kenyataannya sebagai perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun sampai 35

tahu. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun dan

tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia 35 tahun. Padahal kehamilan

yang terjadi di bawah usia 20 tahun maupun di atas usia 35 tahun termasuk

berisiko, karena dibayang-bayangi beragam faktor gangguan.

Kemungkinan keguguran pada perempuan yang mengandung anak

poertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu sekita 20%. Keguguran terjadi dibawah

usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir

prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Kalau bayi telah melewati usia tersebut,

bayi akan lahir matang karena telah cukup umur (Evariny, 2013 dalam skripsi

Depsi Darma Setia).

Menurut penelitian Erlina (2011 dalam skripsi Desi Darma Setia) Resiko

terjadinya koplikasi pada kehamilan seperti abortus dan persalinan yang dapat

menyebabkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun

fungsi reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada

usia 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan


dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal yaitu pada usia 20-34 tahun

sehingga kemungkinan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan lebih

besar.

Menurut penelitian Dewi Okta Kurniawwati (2012 dalam Jurnal Resiko

Tinggi umur Ibu) umur ibu dengan kejadian persalinan permatur dapat

menyebabkan kematian maternal dikarenakan pada usia dibawah 19 tahun fungsi

reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna karena perkembangan

organ reproduksi wanita sempurna pada usia 20-34 Tahun.

Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,

indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin

lanjut usia wanita, maka resiko terjadi persalinan prematur, makin meningkat

karena menurunya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnnya resiko

terjadinya kelainan kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan

kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan

adalah kejadian tumor mioma uteri pada ibu dengan usia lebih tinggi dan lebih

banyak sehingga dapat menambah resiko terjadinya persalinan prematur (Dewi

Okta Kurniawwati 2012 dalam Jurnal Resiko Tinggi umur Ibu).


C. Paritas

Paritas adalah banyakanya anak yang dimiliki ibu dimulai dari anak yang

pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga oleh jumlah

anak yang dilahirkan (Bobak, 2013 dalam buku ajar keperawatan).

Paritas merupakan faktor resiko yang memengaruhi perdarahan post

partum primer. Pada paritas yang rendah (paritas satu) dapat menyebabkan

ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidaka mampu

dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalina dan nifas.

Sedangkan semakin semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan

(paritas lebih dari tiga) maka uterus semakin lemah sehingga besar resiko

komplikasi kehamilan (Saifuddin, 2014 dalam buku panduan praktis pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan

pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan

paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca

persalinan lebih tinggi lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko

pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan

risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana

(Wiknjossostro, 2012 dalam buku ilmu kebidanan).

Menurut penelitian Pertiwi (2013) bahwa paritas lebih dari tiga bermakna

sebagai faktor risiko yang memengaruhi perdarahan post partum primer

(OR=2,67, 95% CI 1,23,6,73). PENELITIAN Pardosi (2013) menyatakan


proporsi ibu yang mengalami perdarahan post partum primer dengan paritas 1

sebesar 12 %, paritas 2-3 sebesar 40 % dan paritas lebih dari 3 sebesar 48 %, serta

terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan post partum

primer. Demikian juga dengan penelitian Nadjah (2014) menyatakan bahwa

proporsi ibu yang mengalami perdarahan post partum primer dengan paritas > 4

yaitu 69 % dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas

dengan perdarahan post partum primer.

C. Jarak antara Kelahiran

Jarak antara kelahiran adalah waktu sejakkelahiran sebelumnya sampai

terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak antar kelahiran yang terlalu dekat dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan. Menurut Moir dan Meyerscough

(19972) yang dikutip Pardosi (2013) menyebutkan jarak antar kelahiran sebagai

faktor predisposisi perdarahan post partum karena persalinan yang berturut-turut

dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus menjadi

kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi

tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.

Bila jarak antar kelahiran dengan anak sebelumnya kuirang dari 2 tahun,

rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini

perlu diwaspadai karena ada kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Selain itu, pada jarak kelahiran yang terlalu rapat (< 2 tahun) akan

mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan kesehatan ibu mundur

secara progressive. Hal ini menyebabkan angka kejadian perdarahan post partum
lebih tinggi. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi

tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.

Menurut penelitian Nadjah (2014 dalam Jurnal kebidanan Vol VI no 01)

proporsi kasus dengan jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun sebesar 41 %

dengan OR jarak antar kelahiran 2,62. Hal ini berarti ibu yang memiliki jarak

antar kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko 2,82 kali mengalami perdarahan

pasca persalinan.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan teori

Cunningham(2013) persalinan prematur adalah persalinan kurang bulan dengan

usia kehamilan sebelum 37 minggu atau dengan berat janin kurang 2.500 gram.

Sementara teori Sulistyawati (2014) ada faktor-faktor yang mempengaruhi

komplikasi parsalinan prematur antara lain umur ibu dan paritas ibu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Variabel Independt Varibel


Umur Ibu
Dependent

Kejadian Persalinan
Prematur
Paritas Ibu

= Varibel bebas Yang Di teliti

(Independen)

= Variabel terikat (Dependen)

= Hubungan

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini, adalah :

Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian persalinan prematur di BLUD

RSUD Kota Baubau periode Januari sampai dengan Juni tahun 2017.

b. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian persalinan prematur di BLUD

RSUD Kota Baubau periode Januari sampai Desember tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai