Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Angka kejadian abortus pertahun di Asia berkurang antara tahun 1995

dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 – 44 tahun. Di

Asia Timur, tingkat aborsi diperkirakan pada tahun 2003 adalah 28 per 1.000

wanita usia subur. Di Selatan Asia Tengah, tingkat aborsinya adalah 27 per

1.000 wanita usia subur. Asia Tenggara merupakan daerah dengan tingkat

aborsi tertinggi pada tahun 2003 yaitu 39 per 1.000 wanita usia subur. Tingkat

aborsi paling rendah di Asia Barat yaitu 24 per 1.000 wanita usia subur. 1

Abortus merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil.Menurut

defenisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat

kurang dari 500 gram setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan.Semakin

muda kehamilan maka semakin mungkin terjadi abortus. Sekitar 75% angka

abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu, dan kira-kira

60% terjadi sebelum 12 minggu.2 Angka kejadian abortus yang pasti sukar

ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila

telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai

gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah

sakit.3

Di Indonesia diperkirakan jumlah kasus abortus mencapai 2 juta per

tahun, 750.000 diantaranya dilakukan dikalangan remaja. Kejadian abortus

1
inkomplete diperkirakan terjadi pada 10-15% kehamilan.4 Studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo pada

tanggal 9 Januari 2014 menunjukkan bahwa angka kejadian abortus

inkomplete pada bulan Januari-Desember 2013 masih tinggi yaitu sebesar

57,4% .5

Ada beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus

misalnya faktor paritas dan usia ibu.6Paritas adalah kelahiran bayi yang

mampu bertahan hidup. Paritas dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau

berat janin 500 gram.7Resiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya

paritas dan semakin bertambahnya usia ibu. Usia kehamilan saat terjadinya

abortus dapat memberi gambaran tentang penyebab dari abortus

tersebut.6Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjaya, Muliaty dan Saniah di

RSIA Siti Fatimah Makassar tahun 2006 menyatakan bahwa ibu hamil yang

paritasnya >3 mempunyai resiko abortus 5,534 kali lebih besar dibanding ibu

hamil yang paritasnya <3 kali, dan terdapat hubungan bermakna paritas

terhadap kejadian abortus.17

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik dan ingin mengetahui serta

melakukan penelitian tentang “Hubungan Paritas, Frekuensi Koitus, dan

Pekerjaan Ibu Hamil Terhadap Kejadian Abortus Inkompletus di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Makassar Periode 2017”.

2
1.2 rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini

adalah apakah terdapat hubungan paritas, frekuensi koitus, dan pekerjaan ibu

hamil terhadap kejadian abortus inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1

Makassar?

1.3 tujuan penelitian

1.3.1 tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan paritas, frekuensi koitus dan pekerjaan ibu

hamil terhadap kejadian abortus inkompletus yang terjadi di RSIA Sitti

Khadijah 1 Makassar periode 2017.

1.3.2 tujuan khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian abortus inkompletus di RSIA Sitti

Khadijah 1 Makassar periode 2017.

2. Untuk mengetahui gambaran paritas ibu hamil yang mengalami abortus

inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar periode 2017.

3. Untuk mengetahui gambaran frekuensi koitus ibu hamil yang mengalami

abortus inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar periode 2017.

4. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu hamil yang mengalami abortus

inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar periode 2017.

3
1.4 manfaat penelitian

Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi :

1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang faktor resiko

kejadian abortus yaitu paritas, sehingga dapat bekerja sama dengan

pemerintah atau pihak terkait lainnya dalam upaya pencegahan abortus

dengan meningkatkan penerapan standar pelayanan kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi kepustakaan Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia serta dapat menjadikan sumber informasi

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu

yang telah didapat selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia khususnya dalam ilmu metodologi

penelitian dan Obstetri Gynecology.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum tentang paritas

2.1.1 definisi paritas

Paritas adalah kelahiran bayi yang mampu bertahan hidup. Paritas

dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram.7

2.1.2 klasifikasi paritas

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan

menjadi :

a. Nullipara

Nullipara adalah seseorang yang belum pernah melahirkan bayi

yang viable (dapat hidup) untuk pertama sekali.8

b. Primipara

Primipara adalah seseorang yang hamil pertama sekali.8

c. Multipara

Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang viable untuk beberapa kali.8

d. Grandemultipara

Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5

orang anak tau lebih.8

5
2.1.3 pengaruh paritas terhadap kehamilan

Adapun beberapa pengaruh paritas terhadap kehamilan, yaitu :

a. Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram.9 Abortus meningkat dengan bertambahnya paritas. Frekuensi

abortus akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka

graviditas.10

b. Partus premature

Kelahiran prematur didefinisikan sebagai kelahiran yang terjadi

sebelum 37 minggu selesai. Kelahiran prematur merupakan

masalah kesehatan di seluruh dunia baik di negara maju maupun di

negara yang berkembang.11 Ibu yang mempunyai paritas tinggi

memiliki resiko melahirkan bayi prematur.12

c. Perdarahan postpartum

Wanita dengan paritas yang tinggi menghadapi perdarahan akibat

atonia uteri yang semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan

perdarahan postpartum dini.13 Multiparitas ditinjau dari sudut

perdarahan postpartum dapat mengakibatkan kematian

maternal.Primiparitas dan multiparitas mempunyai angka kejadian

perdarahan postpartum lebih tinggi.Lebih tinggi paritas maka lebih

tinggi kematian maternal.Resiko pada primiparitas dapat ditangani

6
dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan resiko pada

multiparitas dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana. Sebagian kehamilan pada multiparitas adalah tidak

direncanakan.14

2.2 Tinjauan umum tentang abortus

2.2.1 definisi abortus

Abortus adalah fetus dengan berat kurang dari 500 gram atau umur

kehamilan kurang dari 20 minggu pada saat keluar dari uterus , yang

tidak mempunyai kemungkinan hidup.15

2.2.2 etiologi abortus

Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan

setelah itu angka ini cepat menurun. Risiko abortus spontan meningkat

seiring dengan paritas dan usia ibu. Frekuensi abortus yang secara

klinis terdeteksi meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang

dari 20 tahun menjadi 26 persen pada mereka yang usianya lebih dari

40 tahun .13

Abortus dapat disebabkan antara lain sebagai berikut :

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.20

b. Kelainan kromosom : trisomi 18 atau trisomi 21, poliploidi (50-

60%).20

7
c. Lingkungan endometrium kurang sempurna sehingga suplai zat

makanan terganggu.20

d. Pengaruh teratogenik : radiasi, virus, obat-obatan.20

e. Kelainan plasenta (oksigenasi, plasenta terganggu, gangguan

pertumbuhan janin, kematian).20

f. Penyakit Ibu : Pneumonia akut, thypus abdominalis. Kronis :

Toksoplasmosis, gangguan endokrin, malnutrisi, keracunan obat,

pengaruh toksin, gangguan hormonal yang tidak terkendali,

misalnya diabetes mellitus, tirotoksikosis, defisiensi korpus

luteum, hipotiroid, kelainan anatomi alat reproduksi : kista

ovarium, mioma uteri, faktor psikologis dan stress emosional.20

g. Perangsangan pada ibu sehingga menyebabkan uterus berkontraksi,

umpamanya : terkejut sangat, obat-obat uterus tonika, ketakutan,

laparotomi dan lain-lain.21

2.2.3 faktor resiko

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya abortus :

a. Usia ibu

Usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia

resiko untuk hamil dan melahirkan. Wanita hamil kurang dari 20

tahun dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan

perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi

8
untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih

tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-35

tahun. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah

dengan tekanan (stress) psikologis, sosial, ekonomi, sehingga

memudahkan terjadinya abortus.16

Penelitian yang dilakukan oleh Nurjaya, Muliaty dan Saniah

di RSIA Siti Fatimah Makassar tahun 2006 menyatakan bahwa ibu

hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun mempunyai resiko

abortus 3,808 kali lebih besar dibanding ibu hamil dengan usia 20-

35 tahun, dan terdapat hubungan bermakna usia terhadap kejadian

abortus.17

b. Paritas ibu

Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan

menyebabkan kelainan kelainan pada uterus, dalam hal ini

kehamilan yang berulang-ulang menimbulkan kerusakan pada

pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi

nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan semakin berkurang

dibanding kehamilan sebelumnya.1

Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu

semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas.Persalinan kedua dan ketiga merupakan

persalinan yang aman, sedangkan risiko terjadinya komplikasi

meningkat pada kehamilan, persalinan, dan nifas setelah yang

9
ketiga dan seterusnya. Demikian juga dengan paritas 0 dan lebih

dari 4 merupakan kehamilan risiko tinggi.18

Hasil penelitian lainnya oleh Nurjaya, Muliaty dan Saniah di

RSIA Siti Fatimah Makassar tahun 2006 menyatakan bahwa ibu

hamil yang paritasnya >3 mempunyai resiko abortus 5,534 kali

lebih besar dibanding ibu hamil yang paritasnya <3 kali, dan

terdapat hubungan bermakna paritas terhadap kejadian abortus.17

c. Usia kehamilan

Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi

gambaran tentang penyebabnya. Paling sedikit 50% kejadian

abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik.

Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester

pertama berupa trisomi autosom.6

d. Frekuensi koitus (aktivitas seksual)

Hubungan seksual saat kehamilan terutama saat orgasme

pada wanita dengan riwayat berkali-kali. Orgasme akan

menyebabkan kontraksi pada uterus, dimana hal ini bias

menyebabkan dikeluarkannya janin dari rahim dan mengakitbatkan

terjadinya abortus.31

e. Pekerjaan

Pada saat ibu bekerja dia akan mengalami stress yang berlebihan

dan itu bisa meningkatkan adrenalin sehingga terjadi penyempitan

10
pada pembuluh darah yang berakibat kurangnya aliran darah ke

rahim. Bila terjadi vasokontraksi atau timbul reaksi kandungan

untuk mengeluarkan bayi, dikhawatirkan akan terjadi keguguran.32

2.2.4 patofisiologi abortus

Kebanyakan abortus spontan terjadi setelah kematian janin yang

kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu

terjadi perubahan perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi

sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam.Hasil

konsepsi terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan

sebagai benda asing dalam rongga rahim.Hal ini menyebabkan

kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi perdorongan

benda asing itu keluar rahim (ekspulsi).Perlu ditekankan bahwa pada

abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2

minggu sebelum perdarahan.Oleh karena itu, pengobatan untuk

mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi

perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.Sebelum

minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan

lengkap.Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum

menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah

terlepas keseluruhannya.Antara minggu ke-10-12 korion tumbuh

dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat

hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal

11
kalau terjadi abortus.Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan

dalam berbagai bentuk, ada kalanya kantung amnion kosong atau

tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted

ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed aborted). Pada

janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

modifikasi janin mengering dank arena cairan amnion menjadi kurang

oleh karena diserap.19

2.2.5 klasifikasi abortus

Menurut terjadinya abortus terbagi atas:

a. Abortus imminens

Abortus imminens didiagnosis bila seseorang wanita hamil <20

minggu mengeluarkan darah sedikit pervaginam, perdarahan dapat

berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dan dapat pula disertai

sedikit nyeri perut bawah.19

b. Abortus insipiens

Abortus Insipiens adalah perdarahan ringan hingga sedang pada

kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam cavum

uteri. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi abortus inkomplit atau

komplit.19

c. Abortus inkompletus

12
Abortus Inkompletus adalah perdarahan kehamilan muda dimana

sebagian dari hasil konsepsi telah keluar cavum uteri melalui

kanalis servikalis.19

d. Abortus kompletus

Abortus komplet adalah abortus dimana seluruh hasil konsepsi

telah keluar melalui jalan lahir.19

e. Missed abortion

Missed abortion adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20

minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut tertahan dalam

uterus selama 6 minggu atau lebih.19

f. Abortus infeksius dan abortus septik

Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai

komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar rumah

sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.

Abortus septik adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi

disertai infeksi genitalia, sering dikaitkan dengan tindakan abortus

tidak aman sehingga dapat menyebabkan perdarahan hebat.19

g. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi tiga kali berturut-

turut atau lebih oleh sebab apapun.19

2.2.6 gejala abortus inkompletus

Tanda dan gejala dari abortus inkompletus adalah :19

13
a. Perdarahan bisa sedikit atau banyak.

b. Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat.

c. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.

d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum

uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau

sebagian jaringan keluar.

e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan

dapat menyebabkan syok.19

2.2.7 diagnosa abortus inkompletus

Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

1) Adanya amenore pada masa reproduksi .

2) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi.

3) Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.22

b. Pemeriksaan fisik

1) Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan

2) Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di

dalam uterus, dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di

liang vagina.

3) Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.

4) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan

lunak.22

14
c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin,

leukosit, waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.

2) Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada

sisa hasil konsepsi.22

2.2.8 penatalaksanaan abortus inkompletus

a. Bila disertai syok karena perdarahan, diberikan infuse cairan

fisiologis NaCl atau Ringer Laktat dan transfusi darah segera

mungkin.

b. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan

diberikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan

pengeluaran plasenta secara manual.

d. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.19

2.3 Tinjauan umum tentang frekuensi koitus

2.3.1 definisi

Kekerapan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.27,28

2.3.2 klasifikasi normal

a. Trimester pertama 2 kali perminggu.

b. Trimester kedua 3 kali perminggu.

c. Trimester ketiga 1 kali perminggu.26

15
2.4 Tinjauan umum tentang pekerjaan

2.4.1 definisi

Adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarga.30

2.4.2 klasifikasi

a. Pekerjaan ringan.

1) Menulis, mengetik

2) Menjahit, merajut

3) Mengendarai mobil (sopir) pribadi

4) Kerja kantor

5) Kerja laboratorium

6) Menyapu lantai

7) Melakukan kerja lain yang sedikit sekali menggunakan otot

b. Pekerjaan sedang.

1) Bertani, berkebun

2) Mengemudikan traktor dan alat-alat berat

3) Mencuci, memeras, dan menjemur pakaian

4) Memotong kayu di hutan

5) Menarik/mendayung becak

6) Kerja tambang dan sejenisnya

7) Kerja-kerja lain

c. Pekerjaan berat.

16
1) Kerja buruh kasar

2) Pandai besi

3) Mekanik, angku-angkut beban berat

4) Kuli bangunan.29

17
2.5 kerangka berfikir

2.5.1 kerangka teori


Wanita hamil

Paritas Usia Pekerjaan


Frekuensi
koitus
Kerusakan
pembuluh Ringan Sedang Berat
darah uterus
Usia< 20 Usia> 35
tahun Tidak
tahun Normal
normal
Jumlah nutrisi
ke janin
berkurang Fungsi
Fungsi
reproduksi
reproduksi
belum
menurun
Kematian matang
janin

Perdarahan
dalam
desidua

Perubahan
nekrotik pada
implantasi, Hasil konsepsi
Kontraksi
infiltrasi dan sel- terlepas seluruh
uterus Abortus
sel radang akut atau sebagian

Keterangan :
Variabel yang tidak diteliti

Variabel independent

Variabel dependent

18
2.5.2 kerangka konsep

Paritas

Frekuensi
koitus
Abortus

Pekerjaan

Usia ibu

Keterangan : Variabel independent

Variabel perancuh

Variabel dependent

19
2.6 hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.Hasil suatu

penelitian pada hakekatnya adalah suatu jawaban atas pertayaan penelitian

yang dirumuskan.

1. H0 : tidak ada hubungan antara paritas, frekuensi koitus, dan pekerjaan ibu

hamil dengan kejadian abortus inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1

Makassar.

2. H1: ada hubungan antara paritas, frekuensi koitus, dan pekerjaan ibu

hamil dengan kejadian abortus inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1

Makassar.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross

sectional.

Yang dimaksud dengan:

1. Metode analitik

Adalah penelitian yang menekankan adanya hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya.23

2. Case control

Adalah salah satu bentuk desin penelitian analitik observasional yang

digunakan untuk mengetahui penyebab penyakit dengan menginvestigasi

hubungan antara factor resiko dengan kejadian penyakit.24

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sub Bagian Rekam Medis RSIA Sitti

Khadijah 1 Makassar.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai

April 2018.

3.3 . Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang dirawat di

RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar periode 01 Januari 2017 sampai 31

Desember 2017.

21
3.4. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini merupakan ibu hamil yang mengalami abortus

inkompletus di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar.

3.4.1. Kriteria Inklusi

a. Ibu hamil dengan riwayat abortus inkompletus yang dirawat di

RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar periode 01 Januari 2017 sampai

31 Desember 2017.

b. Memiliki kelengkapan data dan idientitas pada rekam medic.

c. Dapat dimintai keterangan lebih lanjut berkaitan dengan penelitian

mengenai informasi frekuensi koitus.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Pasien yang menolak untuk dimintai keterangan lebih lanjut mengenai

informasi frekuensi koitus.

3.4.3. Besar Sampel

Berdasarkan rumus besar sampel untuk Analitik Korelatif

Ordinal-ordinal adalah sebagai berikut:25


2
(Zα + Zβ)
n= +3
1+r
0,5ln
1–r

Ket:

n = jumlah subjek

Alpha (α) = kesalahan tipe satu ditetapkan 5%, hipotesis satu arah

Zα = nilai standar apha 1,64

22
Beta (β) = kesalahan tipe dua ditetapkan 10%

Zβ = nilai standar beta 1,28

r = koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna,

ditetapkan 0,5
2
(1,64 + 1,28)
n= +3
1 + 0,5
0,5ln
1 – 0,5

n = 31,3 ≈ 32

Dengan demikian, jumlah subjek yang diperlukan adalah 32.

3.5 Teknik Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu dibuat oleh peneliti sendiri.

3.6 Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Paritas, frekuensi koitus, dan

pekerjaan.

2. Variabel Dependent

Variabel terikat pada penelitian ini adalah Abortus Inkompletus.

23
3.7 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Kriteria Objektif Skala

1. Paritas Paritasadalahkelahiran 1. Nullipara Nominal

bayi 2. Primipara

yangmampubertahanhi 3. Multipara

dup. Paritas 4. Grandemultipara

dicapaipada usia

kehamilan20 minggu

atau beratjanin 500

gram.7
2. Abortus 1. Perdarahan sedikit Nominal
AbortusInkompletusad
atau banyak.
inkompletus
alahperdarahankehamil 2. Rasa mulas

anmudadimana (kontraksi) tambah


hebat.
sebagian dari hasil
3. Ostium uteri
konsepsi telah keluar eksternum atau

cavum uteri serviks terbuka.


4. Pada pemeriksaan
melaluikanalis
vaginal, jaringan
servikalis.20 dapat diraba dalam
kavum uteri atau
kadang-kadang sudah
menonjol dari
eksternum atau
sebagian jaringan
keluar.

24
5. Perdarahan tidak akan
berhenti sebelum sisa
janin dapat
dikeluarkan dapat
menyebabkan syok.
3 Pekerjaan Adalah kebutuhan yang 1. Pekerjaan ringan. Nominal

harus dilakukan 2. Pekerjaan sedang.

terutama untuk 3. Pekerjaan berat.29

menunjang

kehidupannya dan

kehidupan keluarga.30
4 Frekuensi koitus Kekerapan 1. Terimester pertama 2 Kategorik

persetubuhan antara kali perminggu.

laki-laki dan 2. Trimester kedua 3

perempuan.27,28 kali perminggu.

3. Trimester ketiga 1

kali perminggu.26

3.8 Cara Pengumpulan Data

a. Bahan

Bahan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

Rekam Medik ibu hamil dengan abortus inkompletus yang dirawat inap

di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar periode 01 Januari 2017 sampai 31

Desember 2017.

b. Alat

25
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer sebagai

alat bantu dalam mengumpulkan data serta mengolah data hasil

penelitian.

c. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Rekam Medik di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar.

d. Cara Kerja

Data penelitian diperoleh dari rekam medis pasien di RSIA Sitti

Khadijah 1 Makassar.Data sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Dari catatan rekam medis akan dilihat kriteria objektif masing-

masing variabel sebagai data sampel. Setelah itu data akan dianalisis dan

ditabulasi. Masing-masing variabel akan dicari hubungannya. Hasil akan

ditulis dalam bentuk laporan.

3.9 Alur Penelitian

a. Mengurus Izin Penelitian.

Penelitian ini telah mendapat izin dari Direktur RSUD Sitti Khadijah

1 Makassar dengan surat izin penelitian yang akan diberikan setelah

proposal penelitian ini disetujui.

b. Pemilihan Sampel Penelitian

Pemilihan sampel penelitian dilaksanakan sejak ibu hamil masuk ke

Rumah Sakit khadijah, dan di seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi.

c. Analisis Data

26
Setelah memperoleh data yang diiginkan, selanjutnya data dianalisis,

untuk kemudian disusun dalam laporan penelitian.

Alur penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Menyusun Proposal Penelitian

Ujian proposal penelitian

Pengurusan permohonan izin penelitian

Pengurusan ethical clearance di Komisi Etik Penelitian Kesehatan UMI

Pengambilan data rekam medik di RSIA Sitti Khadijah 1


Muhammadiyah Cabang Makassar periode 2017

Memilih sampel berdasarkan


kriteria inklusi

Pengumpulan dan pengolahan data dengan SPSS 21 for Windows

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Kesimpulan

3.10 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari rekam medik diedit dan dimasukkan

dalam file komputer. Pengolahan, analisis, serta penyajian data dengan

27
menggunakan program komputer SPSS for Windows v.23.00.Uji statistik

yang digunakan ialah Spearman Test.

3.11Etika Penelitian

a. Peneliti memberitahukan secara jujur dan dan terbuka maksud serta

tujuan kedatangan peneliti kepada pejabat setempat yang memberi izin.

b. Peneliti menghargai, menghormati, dan mematuhi semua peraturan, serta

norma di tempat penelitian dilakukan.

c. Peneliti menulis semua hasil penggalian dan pengkajian data secara jujur,

benar, tidak ditambah, serta menyatakannya sesuai dengan keadaan

aslinya.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

28
4.1 Gambaran Umum

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang

Makassar adalah salah satu bidang usaha kesehatan Persyarikatan

Muhammadiyah yang terletak di jalan R.A. Kartini No.15-17 Makassar

Sulawesi Selatan.

4.2 Sejarah Singkat

Didirikan pada tanggal 18 November 1962 dengan status Balai Kesehatan Ibu

dan Anak (BKIA) dan pada tanggal 26 Mei 1976 berubah status menjadi

Rumah Bersalin (RB) kemudian pada tanggal 17 Mei 1994 menjadi Rumah

sakit Bersalin (RSB) selanjutnya pada tanggal 17 Mei 2002 ditingkatkan

statusnya menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) dengan izin sementara

dari Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi selatan Nomor: 2866/DK-VI/PTK-

2/V/2002 dan telah mendapatkan izin tetap dari Direktur Jenderal Pelayanan

Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor: YM.02.04.2.2.487

pada tanggal 02 Juli 2003.

4.3 Tujuan Rumah Sakit

Rumah sakit ini didirikan dengan tujuan:

a. Memberikan pelayanan kesehatan khususnya Ibu dan Anak bagi

masyarakat umum dan khususnya Warga Muhammadiyah.

b. Mendapatkan sumber dana untuk kegiatan persyarikatan yang tidak ada

sumber dana atau tidak produktif.

29
c. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta tempat

penelitian dan pengembangan Muhammadiyah dalam rangka

meningkatkan peransertanya.

d. Sebagai rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan ibu dan anak

muhammadiyah di kota Makassar khususnya dan Sulawesi selatan

umumnya.

4. 4 Visi Rumah Sakit

Rumah sakit ibu dan anak sitti khadijah 1 muhammadiyah cabang Makassar

menjadi rumah sakit pusat pelayanan kesehatan paripurna dengan rahmatan

lil alamin.

4. 5 Misi Rumah Sakit

a. Memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara paripurna, bermutu,

dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

b. Sebagai tempat pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan dan tempat

penelitian dalam konsep kemuhammadiyahan.

4. 6 Fasilitas Pelayanan Medik Dan Keperawatan

a. Instalasi Gawat Darurat

b. Instalasi Rawat Jalan

1) Poliklinik Kebidanan & Penyakit Kandungan

2) Poliklinik Anak

3) Poliklinik Umum

4) Poliklinik Fisioterapi

30
c. Instalasi Rawat Inap

1) Kamar Bersalin

2) Kamar Bayi

3) Kamar Nifas

4) Kamar Perawatan

d. Instalasi Kamar Operasi

1) Kamar Operasi

2) Kamar Pemulihan

4. 7 Fasilitas Penunjang Medik dan Nonmedik

a. Instalasi Laboratorium

b. Instalasi Farmasi

c. Instalasi Gizi

d. Instalasi Rekam Medik

e. Unit Radiologi

f. Unit SIM Rumah Sakit

31
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 analisis univariat

Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi masing-masing variabel

independen dan dependen dapat digunakan analisa univariat sebagai berikut.

1. Distribusi abortus pada ibu hamil.

Untuk mengetahui distribusi abortus pada ibu hamil di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1
Distribusi Abortus Inkompletus Pada Ibu Hamil di RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017

No. Abortus inkomplet Jumlah

n %

1. Ya 32 50
2. Tidak 32 50

Total 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa wanita hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassar dengan abortus inkomplet sebanyak 32 orang

(50%) dan wanita hamil yang tidak mengalami abortus inkomplet

sebanyak 32 orang (50%).

32
2. Distribusi paritas pada ibu hamil

Untuk mengetahui distribusi paritas pada ibu hamil di RSIA Sitti Khadijah

1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Tabel 5.2
Distribusi Paritas Pada Ibu Hamil di RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah
Cabang Makassar Tahun 2017
No. Paritas Jumlah

n %

1. <3 kali 59 92,2


2. >3 kali 5 7,8

Total 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa wanita hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassar dengan paritas <3 kali sebanyak 59 orang

(92,2%) danwanitahamil dengan paritas >3 kali sebanyak 5 orang (7,8%).

3. Distribusi frekuensi koitus pada ibu hamil

Untuk mengetahui distribusi frekuensi koitus pada ibu hamil di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

33
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Koitus Pada Ibu Hamil di RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017
No. Frekuensi koitus Jumlah

n %

1. Tidak pernah 41 64,1


2. <2 kali (T1) 16 25
3. >2 kali (T1) 7 10,9

Total 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa wanita hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassaryang tidak pernah melakukan koitus selama

kehamilan sebanyak 41 orang (64,1%), wanitahamil dengan frekuensi

koitus <2 kali yang hanya dilakukan ditrimester 1 selama kehamilan

sebanyak 16 orang (25%), dan wanita hamil dengan frekuensi koitus >2

kali yang hanya dilakukan ditrimester 1 selama kehamilan sebanyak 7

orang (10,9%).

4. Distribusi pekerjaan pada ibu hamil

Untuk mengetahui distribusi pekerjaan pada ibu hamil di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4
Distribusi Pekerjaan Pada Ibu Hamil di RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017
No. Pekerjaan Jumlah

34
n %

1. Ringan 49 76,6
2. Sedang 15 23,4

Total 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa wanita hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassaryang memiliki pekerjaan dengan tingkat ringan

sebanyak 49 orang (76,6%) danwanitahamil yang memiliki pekerjaan

dengan tingkat sedang sebanyak 15 orang (23,4%).

5.1.2 analisis bivariat

Untuk melihat hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat digunakan analisis bivariat dengan uji statistik Spearman, dapat dilihat

pada tabel berikut.

1. Paritas

Tabel 5.5

Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus Inkomplet di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017

No. Paritas Ibu Abortus Inkomplet ρ-


Hamil Tidak Ya Total value
n % N % N %
1. <3 kali 30 46,9 29 45,3 59 92,2
2. >3 kali 2 3,1 3 4,7 5 7,8 0,648
Total 32 50 32 50 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

35
Dari tabel di atas telihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar pada tahun 2017 yang

memiliki paritas <3 kali adalah 59 orang (92,2%), dimana yang tidak

mengalami abortus inkomplet sebanyak 30 orang (46,9%) dan yang

mengalami abortus inkomplet sebanyak 29 orang (45,3%). Sedangkan ibu

hamil yang memiliki paritas >3 kalisebanyak 5 orang (7,8%), dimana yang

tidak mengalami abortus inkomplet sebanyak 2 orang (3,1%) dan yang

mengalami abortus inkomplet sebanyak 3 orang (4,7%).

Berdasarkan uji statistik spearman didapatkan hasil bahwa Probabilitas

(ρ = 0,648), nilai α >0,05 yang menyatakan H0 di terima dan H1 ditolak atau

sama dengan tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan

kejadian abortus inkomplet.

2. Frekuensi koitus

Tabel 5.6

Hubungan Frekuensi Koitus dengan Kejadian Abortus Inkomplet di RSIA

Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017

No. Frekuensi Abortus Inkomplet ρ-


Koitus Ibu Tidak Ya Total value
Hamil
n % N % n %
1. Tidak pernah 28 43,8 13 20,3 41 64,1
2. <2 kali (T1) 4 6,3 12 18,8 16 25 0,000
3. >2 kali (T1) 0 0 7 10,9 7 10,9
Total 32 50 32 50 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

36
Dari tabel di atas telihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar pada tahun 2017 yang tidak

pernah melakukan aktifitas seksual selama kehamilan adalah 41 orang

(64,1%), dimana yang tidak mengalami abortus inkomplet sebanyak 28 orang

(43,8%) dan yang mengalami abortus inkomplet sebanyak 13 orang (20,3%).

Sedangkan ibu hamil yang melakukan aktifitas seksual <2 kali ditrimester 1

selama kehamilan sebanyak 16 orang (25%), dimana yang tidak mengalami

abortus inkomplet sebanyak 4 orang (6,3%) dan yang mengalami abortus

inkomplet sebanyak 12 orang (18,8%). Sedangkan ibu hamil yang melakukan

aktifitas seksual >2 kali ditrimester 1 selama kehamilan sebanyak 7 orang

(10,9%), dimana yang tidak mengalami abortus inkomplet sebanyak 0 orang

(0%) dan yang mengalami abortus inkomplet sebanyak 7 orang (10,9%).

Berdasarkan uji statistik spearmandidapatkan hasil bahwa Probabilitas

(ρ = 0,000), nilai α <0,05 yang menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima atau

sama dengan ada hubungan yang bermakna antara frekuensi koitus dengan

kejadian abortus inkomplet.

3. Pekerjaan

Tabel 5.7

Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Abortus Inkomplet di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar Tahun 2017

No. Pekerjaan Abortus Inkomplet ρ-


Ibu Hamil Tidak Ya Total value
n % N % n %

37
1. Ringan 29 45,3 20 31,3 49 76,6
2. Sedang 3 4,7 12 18,8 15 23,4 0,007
Total 32 50 32 50 64 100
Sumber : Analisis SPSS 23 tanggal 12 Maret 2018

Dari tabel di atas telihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSIA Sitti

Khadijah 1 Muhammadiyah Cabang Makassar pada tahun 2017 yang

memilikipekerjaan dengan tingkat ringan adalah 49 orang (76,6%), dimana

yang tidak mengalami abortus inkomplet sebanyak 29 orang (45,3%) dan

yang mengalami abortus inkomplet sebanyak 20 orang (31,3%). Sedangkan

ibu hamil yang memiliki pekerjaan dengan tingkat sedangsebanyak 15 orang

(23,4%), dimana yang tidak mengalami abortus inkomplet sebanyak 3 orang

(4,7%) dan yang mengalami abortus inkomplet sebanyak 12 orang (18,8%).

Berdasarkan uji statistik spearmandidapatkan hasil bahwa Probabilitas

(ρ = 0,007), nilai α <0,05 yang menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima atau

sama dengan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian

abortus inkomplet.

5.2 pembahasan

5.2.1 hubungan antara paritas terhadap abortus inkompletus

Berdasarkan uji statistik spearman dengan uji alternatif continuity

Correction didapatkan hasil bahwa Probabilitas (ρ = 0,648), nilai α

>0,05 yang menyatakan H0 di terima dan H1 ditolak atau sama dengan

tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

abortus inkomplet.

38
Pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian Abortus. Dimana

terdapat ibu hamil yang berada pada paritas berisiko tetapi ada yang

mengalami abortus inkomplet dan ada juga ibu hamil yang tidak

mengalami abortus inkomplet, begitu pula sebaliknya ibu hamil dengan

paritas tidak berisiko jumlah yang mengalami abortus inkomplet hampir

sama dengan ibu hamil yang mengalami abortus inkomplet. Hal ini

biasanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti frekuensi koitus dan

pekerjaan dimana ibu yang melakukan aktifitas seksual saat hamil bisa

menyebabkan abortus inkomplet dan ibu hamil yang memiliki

pekerjaan juga dapat beresiko mengalami abortus inkomplet.

Berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa, Setiap kehamilan yang

disusul dengan persalinan akan menyebabkan kelainan kelainan pada

uterus, dalam hal ini kehamilan yang berulang-ulang menimbulkan

kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi

sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan semakin berkurang

dibanding kehamilan sebelumnya.1

Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu

semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas.Persalinan kedua dan ketiga merupakan persalinan

yang aman, sedangkan risiko terjadinya komplikasi meningkat pada

kehamilan, persalinan, dan nifas setelah yang ketiga dan

39
seterusnya.Demikian juga dengan paritas 0 dan lebih dari 4 merupakan

kehamilan risiko tinggi.18

Dan berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Nurjaya, Muliaty dan Saniah di RSIA Siti Fatimah Makassar tahun

2006 menyatakan bahwa ibu hamil yang paritasnya >3 mempunyai

resiko abortus 5,534 kali lebih besar dibanding ibu hamil yang

paritasnya <3 kali, dan terdapat hubungan bermakna paritas terhadap

kejadian abortus.17

5.2.2 hubungan antara frekuensi koitus terhadap abortus inkompletus

Berdasarkan uji statistik spearman dengan uji alternatif continuity

Correction didapatkan hasil bahwa Probabilitas (ρ = 0,000), nilai α

<0,05 yang menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima atau sama dengan

ada hubungan yang bermakna antara frekuensi koitus dengan kejadian

abortus inkomplet.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa, hubungan

seksual saat kehamilan terutama saat orgasme pada wanita dengan

riwayat berkali-kali. Orgasme akan menyebabkan kontraksi pada

uterus, dimana hal ini bias menyebabkan dikeluarkannya janin dari

rahim dan mengakitbatkan terjadinya abortus.31

5.2.3 hubungan antara pekerjaan terhadap abortus inkompletus

Berdasarkan uji statistik spearman dengan uji alternatif continuity

Correction didapatkan hasil bahwa Probabilitas (ρ = 0,007), nilai α

40
<0,05 yang menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima atau sama dengan

ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian abortus

inkomplet.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa, pada saat ibu

bekerja dia akan mengalami stress yang berlebihan dan itu bisa

meningkatkan adrenalin sehingga terjadi penyempitan pada pembuluh

darah yang berakibat kurangnya aliran darah ke rahim. Bila terjadi

vasokontraksi atau timbul reaksi kandungan untuk mengeluarkan bayi,

dikhawatirkan akan terjadi keguguran.32

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ajeng

Septiani dan Daini Zulmi yang menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara pekerjaan dengan kejadian abortus (p=0,000), dimana

ibu yang bekerja lebih banyak mengalami abortus, sebaliknya ibu yang

tidak bekerja lebih banyak yang tidak mengalami kejadian abortus.32

Penelitian yang dilakukan oleh Lili Fajria di RSUP Dr. M. Djamil

padang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara

pekerjaan dengan kejadian abortus (p=0,000), dimana ibu yang

melakukan pekerjaan dengan mengeluarkan tenaga ekstra akan

mengalami abortus.33

Di Indonesia belum ada undang-undang yang mengatur ibu hamil

untuk tidak bekerja atau mendapatkan cuti selama hamil, sehingga

kondisi ini dapat memicu angka kejadian abortus pada ibu hamil yang

41
bekerja pada bidang pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau fisik

yang stabil.33

5.3 keterbatasan penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :

1. Adanya keterbatasan penelitian dalam pengumpulan sampel yaitu dalam

mengumpulkan data yang diperoleh dari petugas rekam medik.

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan data sekunder rekam

medik, sehingga peneliti tidak dapat memperoleh informasi yang lebih

rinci tentang data yang diperolehnya, contoh pada variabel frekuensi

koitus dimana tidak terdapat informasi tersebut sehingga peneliti

menggunakan komunikasi melalui telefon dengan melakukan informed

consent dan penjelasan serta wawancara yang baik untuk bisa

mendapatkan informasi tersebut.

42
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan

paritas, frekuensi koitus, dan pekerjaan ibu hamil terhadap kejadian abortus

inkompletus di RSIA Khadijah 1 Makassar tahun 2017, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini dari 3 variabel yang diteliti terdapat 2 variabel yang

memiliki hubungan dengan kejadian abortus inkomplet (dengan

menggunakan uji Spearman) yaitu frekuensi koitus, dan pekerjaan ibu

hamil.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

Abortus Inkomplet pada ibu hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassar tahun 2017. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh

faktor lain seperti pada variable lainnya yang diteliti yaitufrekuensi koitus

dan pekerjaan dimana ibu yang melakukan aktifitas seksual saat hamil bisa

menyebabkan Abortus Inkomplet dan ibu hamil yang memiliki pekerjaan

juga dapat beresiko mengalami Abortus Inkomplet.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi koitus dengan

kejadian Abortus Inkomplet pada ibu hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassar tahun 2017.

43
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu hamil dengan

kejadian Abortus Inkomplet pada ibu hamil di RSIA Sitti Khadijah 1

Muhammadiyah Makassar tahun 2017.

6.2 saran

1. Bagi calon ibu hamil untuk lebih menjaga gaya hidup seperti pekerjaan

dan aktivitas seksual saat kehamilan untuk menghindari resiko yang akan

mengakibatkan kejadian Abortus.

2. Bagi RSIA Khadijah 1 Muhammadiyah Makassaardapat lebih

meningkatkan pengawasan dan memberikan edukasi yang lebih baik

kepada ibu hamil agar resiko kasus Abortus Inkompletus dapat

diminimalkan.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar, Puskesmas dan Bidan desa serta

sektor terkait dapat meningkatkan komunikasi, intervensi dan edukasi

tentang pentingnya menjaga kesehatan dan gaya hidup seperti pekerjaan

dan aktivitas seksual selama kehamilan sesuai yang direkomendasikan.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian

dengan menyertakan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian

Abortus Inkompletus serta memperluas wilayah penelitian.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Astari, Resha, 2015, Hubungan Usia Ibu dan Paritas Ibu Dengan Kejadian

Abortus di RSUD dr. Pirngadi Medan, Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Benson, R.C & Pernoll, M.L. 2009. Obstetri & Ginekologi (Benson and

Pernoll’s Handbook of Obstetrics & Gynecology). Jakarta: EGC.

3. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

4. Fetty Chandra Wulandari, Nur Nasikhah, 2016, Hubungan Usia Ibu

Dengan Kejadian Abortus Inkomplete di Rumah Sakit Palang Biru

Kutoarjo.

5. Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

6. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

7. Varney H. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.

Hal : 369.

8. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Wiknjosastro H. 2013. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina

Pustakia Sarwono Prawirohardjo. Hal.362-401.

10. Shaheen S, Akhtar S. 2006. Causes of intra uterine prematurity, gestational

diabetes and placenta foetal death. JPMI. 90(3): 939-49.

45
11. Beck S, Wojdyla D, Say L, Betran AP, Merialdi M, Requejo JH, et al.

2010. The world wide incidence of preterm birth: a systematic

review on maternal mortality and morbidity. Bull World Health

Organ. 88(1):31–8.

12. Shaikh K, Premji SS, Rose MS, Kazi A, Khowaja S, Tough S. 2011. The

association between parity, infant gender, higher level of paternal

education and preterm birth in Pakistan: a cohort study. BMC

Pregnancy Childbirth. 11(1):88-97.

13. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.

2013. Obstetri williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.hlm. 795-839.

14. Wiknjosastro H. 2013. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina

Pustakia Sarwono Prawirohardjo. hlm. 362-401.

15. Dorland Newman, Ed Mahode. A Albertus, dkk, 2007, Kamus Kedokteran

Dorland, Edisi ke-31, EGC Medical Publisher, Jakarta, Hal.

16. Manuaba. 1998. Gawat Darurat Obstetri Dan Obstetri Ginekologi. Jakarta:

EGC.

17. Nurjaya., Muliaty & Saniah. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian abortus di RSIA Siti Fatimah Makassar.

18. Firman. 2011. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian

Abortus di RSUD Soreang Kabupaten Bandung Periode Januari

2008 – Desember 2010.

19. Maryunani, Anik & Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawat daruratan

Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Hal. 29

46
20. Sastrawinata., Martaadisoebrata., & Wirakusumah. (2005). Obstetri

Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

21. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri/ Obstetri Fisiologi dan Patologi . Edisi

2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

22. Panggabean, Marito Yani, 2010, Hubungan Karakteristik Ibu Dengan

Abortus Inkompletus Di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari

2008 – April 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

23. Sunaryo R., 2008. Diagnosis dan Penatalaksanaan Preeklampsia-

Eklampsia, in: Holistic and Comprehensive Management Eclampsia.

Surakarta: FKUNS.

24. Sunaryo R., 2008. Diagnosis dan Penatalaksanaan Preeklampsia

Eklampsia, in: Holistic and Comprehensive Management Eclampsia.

Surakarta: FK UNS

25. Dahlan, M. Sopiyudin. 2016. Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran

Dan Kesehatan, Edisi 4. Epidemiologi Indonesia, Jakarta.

26. Nurjannah. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Kecemasan Suami Dengan

Frekuensi Berhubungan Seks Selama Kehamilan di Wilayah Kerja

Puskesmas Kajhu Kec.Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013.

Fakultas Ilmu Kesehatan UUI.

27. https://kbbi.web.id/frekuensi.html (diakses 20 Desember 2017).

28. https://kbbi.web.id/koitus.html (diakses 20 Desember 2017).

47
29. Santoso, G.,2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta,

Penerbit : Prestasi Pustaka.

30. https://kbbi.web.id/pekerjaan.html (diakses 30 Desember 2017).

31. Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Ed.2. Jakarta:EGC

32. Septiani, Ajeng & Zulmi. 2013. Hubungan Umur, Paritas, dan Pekerjaan

Ibu dengan Kejadian Abortus. Akbid La Tansa Mashiro.

Rangkasbitung.

33. Fajria.Lili. 2013. Analisis Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUP Dr.

M. Djamil Padang. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

48

Anda mungkin juga menyukai