Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KOMPLIKASI DAN PENYULIT


PADA KEHAMILAM TRIMESTER I (ABORTUS)

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Asuhan


Kebidanan Kegawatdaruratan”

Oleh :
Avita Putri (195020
Ayu Aprilia N. (19502038)

PROGRAM STUDI STR KEBIDANAN NON REGULER


STIKES MITRA RIA HUSADA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
“Abortus” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang komplikasi dan penyulit pada kehamilan
trimester pertama terutama yang disebabkan oleh abortus bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 21 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3


A. Pengertian Rekam Medis 3
B. Kegiatan Rekam Medis 3
C. Tujuan Rekam Medis 4
D. Kegunaan Rekam Medis 6
E. Syarat Rekam Medis Yang Berguna 8
F. Tatacara Penylenggaraan Rekam Medis 9
G. Komputerisasi Rekam Medis 11
H. Dasar Hukum Rekam 12

BAB IV PENUTUP 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya
perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan.
Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada
umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III
disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai
dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat
terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir
tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan
kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan
tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan
muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus
provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi
komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20%
merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar  5% dari
pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran  2 kali
yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam.
Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara
15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian
abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.

1
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor  baik dari ibu maupun dari
janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus
memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk  selalu
memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang
terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian abortus?
2. Apa saja penyebab abortus?
3. Bagaimana patofisiologi abortus?
4. Apa saja macam-macam abortus?
5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang abortus dan penatalaksanaan dari abortus.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian abortus
b. Menjelaskan penyebab abortus
c. Menjelaskan patofisiologi abortus
d. Menyebutkan macam-macam abortus
e. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
f. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak
dari abortus.
2. Bagi peneliti

2
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar
dapat melakukan penatalaksanaan abortus.

3. Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya
bagi institusi kesehatan agar dapat mengetahui
tentang abortus dan penatalaksanaannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui
metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar
disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya
telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga
yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari
500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut
juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan,
(prawirohardjo, 2010).

B. Penyebab Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan
kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

4
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan.
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau
dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat
teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan
lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta
tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat,
keracunan dan toksoplasmosis.

5
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya
pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal
jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada
metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin
akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya
preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia,
tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri,
virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan
derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga
hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus
walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan
kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri
atau halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus,
misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio
uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus
septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada
serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.

6
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan
seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus
pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12
minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum
dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi
uterus lewat hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
a. Penyebab secara umum:
1) Infeksi
a) Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c) Parasit, misalnya malaria.
2) Infeksi kronis
a) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b) Tuberkulosis paru aktif.
c) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa,
dll.
d) Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis,
diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia
gravidarum
e) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f) Trauma fisik.
b. Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, inkompetensia serviks.
2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
3) Retroversi kronis.

7
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
d. Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya
menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi
gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin.
e. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal.
f. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
melakukan implantasi dengan adekuat.

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. Macam-macam Abortus
1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang
mengancam).

8
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan
berhenti setelah berlangsung beberapa hari dan kehamilan
berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang
mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat
perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi
dengan menjelaskan kalu janin mengalamin gangguan, maka
kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak
terjadi. Pada abortus ini, perdarahan berupa bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan kehamilan. Namun,
pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau
komplit, sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa
kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya risiko
untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam
rahim.
a. Diagnosa pada abortus imminent adalah :
1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
3) Serviks dan OUE masih tertutup.
4) PP test (+).
b. Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting
dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara

9
intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui
secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran
Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang
hingga berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada
abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan
intrauteri berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum
uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE
terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.
a. Diagnosa abortus insipiens  :
1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
5) PPtest dapat positif atau negatif .
b. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat,
segera lakukan :
a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.

10
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-
sisa hasil konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi.
c) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).


Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus
inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam
keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks
tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua)
dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan
plasenta).
a. Diagnosa abortus inkomplit adalah:
1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa
kurang
2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya
hasil konsepsi, tidak jarang pasiendatang dalam keadaan
syok.
3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
4) PP test positif atau negatif, anemia.
b. Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan

11
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k
ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.

4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)


Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari
cavum uteri. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim
dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari
perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi
sudah dikeluarkan.

12
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan –
janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan
rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus
mengalami involusi.

a. Diagnosa abortus komplets adalah : 


1) Perdarahan yang sedikit
2) Ostium uteri telah menutup
3) Uterus telah mengecil   
b. Penanganan abortus komplit :
1) Tidak perlu evaluasi lagi.
2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus
600 mg per hari
5) selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali
atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya
sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah
ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien
dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
a. Diagnosa abortus habitualis adalah :
1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa
disertai mulas.
2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan
pemeriksaan vaginal tiap minggu.

13
4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan
banyak lender dari vagina
5) Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan
dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar
lebih dari 8 mm.

b. Penanganannya terdiri atas:


1) Memperbaiki keadaan umum.
2) Pemberian makanan yang sempurna.
3) Anjuran istirahat cukup banyak.
4) Larangan koitus dan olah raga.
5) (5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid,
dan lainnyamungkin  hanya mempunyai pengaruh psikologis.

6. Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed
abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan
per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus
imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang
kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage.
Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.
a. Gejala-gejala selanjutnya ialah :
1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air
ketuban dan macerasi janin.
2) Buah dada mengecil kembali.
3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe
berlangsung terus.
4) Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan
selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin
mati pada kehamilan yang masih muda sekali, maka janin lebih

14
cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut
retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi janin
diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed
abortion (abortus tertunda).
b. Diagnosa missed abortion adalah :
1) Gejala subyektif kehamilan menghilang
2) Mammae agak mengendor lagi
3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin
menghilang.
5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang
disertai gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu
dilakukan.
c. Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan
apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan
pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah
kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I
bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa
gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan
ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7. Abortus infeksiosa, abortus septik


Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat
disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah
atau peritoneum.

15
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus
kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal
ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan
frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi
parametritis, peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300
abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada
seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob
sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang
dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah
haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus
grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk
konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena.
Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif.
Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati
intravaskular diseminata.
a. Diagnosa abortus infeksiosa adalah
1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat
genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam
yang berbau, uterus yang membesar, lembek serta nyeri
tekan, dan adanya leukositosis.
2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat,
kadang-kadang menggigil.
3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan
pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.

8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


Sebanyak 80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu
tindakan.

16
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup
diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
a. Macam-macam abortus provokatus :
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
a) Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran
kehamilan, biasanya dengan alat-alat, dengan alasan
bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi
ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
b) Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah
12minggu) dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglandin atau curettage dengan penyedotan
(vakum) atau dengan sendok curet.
c) Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan
hysterotomi juga dapat disuntikkan garam hypertonis
(20%) atau prostaglandin intra-amnial.
d) Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit
jantung (rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro
cervik.
e) Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau
bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa
indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah
penyakit jantung persisten dengan riwayat
dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi
tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif.
American College Obstetricians and Gynecologists
(1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
- Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam
nyawa ibu atau mengganggu kesehatan secara
serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat

17
resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor
lingkungan pasien.
- Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau
incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang
bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang
sama.
- Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar
menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental
atau deformitas fisik yang berat.
2) Abortus provocatus criminalis.
a) Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang
oleh hukum.
b) Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan
sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang
bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin
atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus
yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
  
E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ Diagnosi Tindakan
tanda s
Bercak Tertutup Sesuai Kram Abortus Obserasi
hingga dengan perut imminen perdarahan
sedang usia bawah s Istirahat
gestasi Uterus Hindarkan
lunak koitus
Sedikit Limbung Kehamil Laparotomi
membe atau an dan parsial
sar dari pingsan ektopik Salpingekto
normal Neri perut yang mi
bawah tergang Salpingosto
Nyeri gu mi

18
goyang
porsio
Masa
adneksa
Cairan
bebas
intraabdo
men
Tertutup/terb Lebih Sedikit/tan Abortus Tidak perlu
uka kecil pa nyeri komplit terapi
dari perut spesifik
usia bawah kecuali
gestasi Riwayat perdarahan
ekspulsi berlanjut
hasil atau terjadi
konsepsi infeksi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
hingga usia nyeriperut insipiens
masif/ kehamil bawah
banyak an Belum
terjadi
ekspulsi
hasil
konsepsi
Kram atau Abortus Evakuasi
nyeri perut inkompli
bawah t
Ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

Terbuka Lunak Mual/ Abortus Evakuasi


dan muntah mola Tatalaksan

19
lebih Kram a mola
besar perut
dari bawah
usia Sindroma
gestasi mirip
preeklamsi
Tak ada
janin
keluar
jaringan
seperti
anggur

F. Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan,
perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan
luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan
abortus. Brucella abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa
abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan
kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma
gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak

20
terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks
dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah
terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara
independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia
(HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi
vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dank karena infeksi berat (syok endoseptik).

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan
hasil konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus
genitalia, trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik,
sebab dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi
provokatus (buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum
dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus
(buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam
perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat
dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam
KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi
(pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya),
sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur
dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami
kesulitan saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan
lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian

22
kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut
merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja,
minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini
tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses
pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

 B.      Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus
waspada terhadap setiap komplikasi yang terjadi.
àMudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih
memahami dan mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak
sampai melakukan tindakan aborsi karena tindakan tersebut
selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum
perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari
perbuatan aborsi.

                                                           

                                                              

23
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I,


FKUI. Jakarta: Media Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta :
EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002.
Aborsi di Indonesia.
            (http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerin
tah_Indonesia)

24

Anda mungkin juga menyukai