Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MATERNITAS

KONSEP TEORI DAN ASKEP PADA IBU HAMIL PATOLOGIS ABORTUS

Dosen Pengampu :
Mardiatun,M.Kep

Disusun Oleh kelompok 1


Anggota kelompok :
1. Desak Made Alit Arini (P07120121048)
2. M. Hidayat Reza Kurnia (P07120121063)
3. Rantina Putri Utari (P071201210

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MATARAM
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga bisa
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Teori dan Askep Pada Ibu Hamil
Patologis Abortus” dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Maternitas.

Adapun makalah ini disusun secara sistematis dengan memperhatikan kebutuhan materi
pembelajaran yang terkait. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan
dari pihak tertentu, oleh karena itu tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua,
dosen pembimbing, dan teman-teman yang telah membantu hingga selesainya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

Rabu, 15 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian dari abortus
2. Etiologi dari abortus
3. Tanda dan Gejala Abortus
4. Pathway dari abortus
5. Klasifikasi abortus
6. Manifestasi klinis abortus
7. Komplikasi dari abortus
8. Pemeriksaan fisik (pemeriksaan diagnostic) ibu hamil pada abortus
9. Penatalaksaan keperawatan dan medis ibu hamil pada abortus
10. Asuhan keperawatan pada pasien abortus

BAB III PENURUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Menurut (WHO, 2019), Abortus atau aborsi dibedakan menjadi abortus aman dan tidak
aman, Abortus aman yaitu abortus yang dilakukan dengan metode yang direkomendasikan
oleh WHO dan dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Sedangkan abortus yang tidak aman
yaitu abortus yang terjadi jika kehamilan dihentikan oleh orang yang tidak memiliki
keterampilan atau keadaan yang tidak sesuai dengan standar medis minimal dan dilakukan
dengan metode yang sudah ketinggalan zaman seperti kuretase tajam, memasukkan benda
asing atau menggunakan ramuan tradisional (Marked, 2020).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
Internasional (Sarwono, 2014: 213). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan
fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami
menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2012:3)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram (Prawirohardjo, 2008). Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus
(Nugroho, 2011).
Abortus merupakan kondisi yang dialami ibu hamil dimana hasil konsepsi keluar sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, S, 2008). Abortus merupakan salah
satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua.
Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut.
Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus (Winkojosastro,
2006). Salah satu klasifikasi abortus spontan adalah abortus inkompletus. Abortus
inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum (Prawirohardjo, S, 2006). Komplikasi dari abortus inkompletus
berupa perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. Jika abortus tidak mendapatkan penanganan
yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker.Kelainan yang sering terjadi pada abortus
inkompletus berupa pendarahan. Tetapi bila pendarahan yang terjadi banyak menimbulkan
syok serta sisa kehamilan masih tertinggal didalam rahim, maka keadaan ini sudah patologis
yang disebut dengan abortus inkompletus.
Kehamilan ibu hingga saat ini masih banyak bermasalah terutama dalam bidang kesehatan.
Minimnya informasi tentang kesehatan reproduksi terutama pada masa kehamilan
menyebabkan terjadinya masalah-masalah yang tidak diinginkan atau terjadi resiko tinggi
pada masa kehamilan. Pemeriksan Antenatal Care diadakan dalam upaya pencegahan resiko
tinggi ataupun untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari abortus?


2. Apakah Etiologi dari abortus?
3. Bagaimana tanda dan gejala abortus?
4. Bagaimana Pathway dari abortus?
5. Bagaimana klasifikasi dari abortus?
6. Apasaja manifestasi klinis abortus?
7. Apakah komplikasi yang disebabkan oleh abortus?
8. Bagaimana Pemeriksaan fisik (pemeriksaan diagnostic) ibu hamil pada abortus?
9. Bagaimana Penatalaksaan keperawatan dan medis ibu hamil pada abortus?
10. Apa Asuhan keperawatan pada pasien abortus?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari abortus


2. Untuk mengetahui etiologi dari abortus
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala abortus
4. Untuk mengetahui pathway dari abortus
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari abortus
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis abortus
7. Untuk mengetahui komplikasi dari abortus
8. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik (pemeriksaan diagnostic) ibu hamil pada abortus
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan dan medis ibu hamil pada abortus
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami abortus
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONDEP TEORI PATOLOGIS ABORTUS

1. Pengertian abortus
Abortus atau miscarriage adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan sekitar 500 gram atau kurang dari 1000 gram, terhentinya
proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Abortus adalah
komplikasi umum kehamilan dan salah satu penyebab kematian ibu dan janin (Tuzzahro,
2021). Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (dihitung dari hari
pertama menstruasi terakhir). (Desmansyah, 2021 ).
Abortus Imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi , keluarnya fetus masih
dapat dicegah.
Abortus Insipien adalah abortus yang sdang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban sudah teraba. Kehamilan sudah tidak dapat dipertahankan lagi
Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus (Nugroho, 2011).
Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desi dua dan fetus) ,
sehingga rongga rahim kosong.
Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam Rahim
dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
Abortus Habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran tiga kali atau
lebih berturut-turut.

2. Etiologi dari abortus


Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian. Sebaliknya, pada
kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang
menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-
faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :
a) Kelainan kromosom
b) Lingkungan kurang sempurna
c) pengaruh dari luar
2) Kelainan pada plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.
3) Penyakit ibu Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan
lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat
melalui plasenta ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian
terjadilah abortus.
4) Kelainan traktus genitalis Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan
uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio
uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan,
amputasi, atau robakan serviks luas yang tidak dijahit ( Prawirohardjo, 2006)

3. Tanda Dan Gejala abortus


1) Perdarahan
Perdarahan atau keluarnya bercak darah merupakan tanda awal keguguran. Namun
perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan akan berakhir dengan keguguran.
Perdarahan ringan dengan bercak berwarna merah mudah atau cokelat biasanya tidak
perlu dikhawatirkan. Perdarahan ringan juga umumnya berlangsung selama 1-2
minggu. Namun, jika yang keluar adalah darah berwarna merah cerah dengan volume
yang banyak atau gumpalan berwarna merah muda, bisa jadi perdarahan tersebut
menandakan keguguran.
2) Nyeri
Perdarahan yang disertai rasa nyeri patut diwaspadai sebagai tanda-tanda keguguran.
Bagian tubuh yang terasa nyeri biasanya adalah panggul, perut, dan punggung
belakang. Rasa nyeri ini biasanya terasa lebih hebat dibandingkan nyeri haid dan bisa
muncul terus-menerus atau sesekali
3) Pergerakan bayi menurun
Umumnya, keguguran terjadi saat usia kehamilan belum mencapai 20 minggu.
Namun, keguguran terlambat (late miscarriage) dapat terjadi pada usia kehamilan 12-
24 minggu. Salah satu tanda dari late miscarriage adalah adanya penurunan
pergerakan bayi.
4) Perubahan gejala kehamilan
Perubahan gejala kehamilan, seperti tidak lagi mual atau muntah, bisa menjadi tanda-
tanda keguguran. Namun, perlu diingat bahwa perubahan ini juga dapat terjadi
karena adanya faktor lain, seperti hormon kehamilan. Keluar cairan atau jaringan dari
vagina
5) Cairan atau jaringan yang keluar dari vagina dapat menjadi tanda-tanda keguguran.
Jika Bumil mengalami kondisi ini, letakkan jaringan di dalam wadah yang bersih,
lalu bawalah ke dokter untuk mendapatkan analisis lebih lanjut. Perdarahan pada
trimester awal juga tidak selalu berkaitan dengan keguguran, karena banyak juga ibu
hamil yang tetap bisa melanjutkan kehamilan dan melahirkan bayi dengan sehat.

4. Pathway dari abortus


Terjadi abortus/ruptur lalu
Kelainan anatomic uterus masuk ke tuba, lumen tuba

Pertumbuhan janin intra


uteri tidak sempurna
Terjadi pendarahan
pembukaan pembuluh
darah
Abortus

Pelepasan mudigah
Cemas

Pelepasan sempurna Pelepasan tidak


Kurang Pengetahuan sempurna

Resiko pendarahann
Pendarahan terus
berlangsung

Ruptur dinding uterus,


ovarium/sesuai letak Kekurangan Tuba memebesar dan
implantasi volume cairan kebiruan/hepatosalpin
g
Trauma kecil seperti
Pelepasan histamine,
koitus, vaginal toucher
prostaglandin

Perdarahan Nyeri akut

Pembedahan/oprasi

Ansietas

5. Klasifikasi dari abortus


Sebelum penanganan sesuai klasifikasinya, abortus memiliki penanganan secara umum
antara lain:
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda
vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).
b. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikut
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
1) Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
2) Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
3) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
d. Segerah rujuk ibu ke rumah sakit.
e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
kongseling kontrasepsi pasca keguguran.
f. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84).
1. Abortus imminiens adalah Penangananya:
a) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga
rangsang mekanik berkurang.
b) Pemberian hormon progesterone
c) Pemeriksa ultrasonografi (USG).
2. Abortus Insipiens adalah pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunan ovum, disusul
dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih
besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya peforasinya kecil.
3. Abortus inkomplit adalah begitu keadaan hemodinamik pasien sudah dinilai dan pengobatan
dimulai, jaringan yang tertahan harus diangkat atau perdarahan akan terus berlangsung.
Oksitosik (oksitosin 10 IU/500ml larutan dekstrosa 5% dalam larutan RL IV dengan
kecepatan kira-kira 125 ml/jam) akan membuat uterus berkontraksi, membatasi perdarahan,
membantu pengeluaran bekuan darah atau jaringan dan mengurangi kemungkinan perforasi
uterus selama dilatasi dan kuretase.
4. Abortus komplit dan abortus tertunda (missed Abortion) Penganan terbaru missed abortion
adalah induksi persalinan dengan supositoria prostaglandin E2, jika perlu dengan oksitosin
IV (C.Benson, 2013: 302).

6. Manifestasi klinis abortus


Ada beberapa manifestasi klinis pada abortus, yaitu:
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif (Harsismanto, 2019).

7. Komplikasi pada abortus


Abortus yang terjadi berulang-ulang atau abortus tanpa penanganan lebih lanjut ataupun
abortus yang tidak aman akan menyebabkan komplikasi. Komplikasi abortus menurut dr.
Taufan (2010, p.21) sebagai berikut :
1) Perdarahan
Pada abortus komplitus, perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatkan
kematian. Sedangkan pada abortus inkomplitus, perdarahan akan terjadi terus-
menerus sehingga dapat mengakibatkan gangguan koagulasi yang pada akhirnya
menyebabkan anemia dan kematian. Perdarahan dapat diatasi dengan pengolongan
uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi dan dampak dari kuretase akan menyenankan perforasi pada dinding
uterus yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan berikutnya. Jika terjadi
peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya
didapatkan pada abortus inkompletus yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang
tidak aman (unsafe abortion). Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).
8. Pemeriksaan fisik (pemeriksaan diagnostic) ibu hamil pada abortus

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus abortus adalah pemeriksaan tanda vital untuk
memastikan stabilitas hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta
pemeriksaan obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual, inspekulo,
dan pemeriksaan denyut jantung janin.
Dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
1) Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan mata, inspeksi
dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.
2) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dilakukan
untuk mendeteksi ciri-ciri jaringan atau organ.
3) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
4) Auskultasi, merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk
memperjelas mendengar denyut jantung, paru-paru, bunyi usus serta untuk mengatur
tekanan darah sedangkan lenec digunakan mendengar denyut jantung janin (DJJ).

9. Penatalaksaan keperawatan dan medis ibu hamil pada abortus


1) Penatalaksanaan medis
a) Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
 Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangi rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti.
 Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan
irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina
 Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
b) Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit
 Evaluasi tanda – tanda vital
 Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining
vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan
kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin
 Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan,
effacement, serta kondisi ketuban.
c) Jika pemeriksaan negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita.
d) Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal.
e) Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau
hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal.
2) Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Padila (2015) tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi pada klien
abortus imminens yaitu istirahat tirah baring, menganjurkan ibu hamil untuk tidak
berhubungan seks dahulu selama 2 minggu, bersihkan vulva minimal 2 kali sehari
dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi, pemberian terapi preabor, asam
mefenamat dan asam folat, advis dokter yaitu dengan pemberian progestron.
Pada anamnesis yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan
riwayat terdahulu Riwayat kesehatan klien, yang terdiri atas : Riwayat penyakit
sekarang, Riwayat pembedahan, Riwayat penyakit yang pernah dialami, Riwayat
penyakit keluarga, Riwayat kehamilan, Riwayat seksual, Riwayat pemakaian obat,
Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan baik sebelum dan saat
sakit, Pemeriksaan Fisik.
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan cairan
infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi perdarahan
yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara
manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara
hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang
dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca
tindakan disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan kontraksi uterus
( Prawirohardjo, 2006).
B. Asuhahan keperawatan abortus
1) Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, suku, bangsa, pendidikan, alamat, agama, pekerjaan,
nomor register, diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti terlambat haid, keluar darah dari vagina, tidak akan berhenti sampai
hasil konsepsi dikeluarkan, rasa mulas atau kram perut., keluhan nyeri pada
perut bagian bawah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Mulai hamil pernah menderita penyakit menular atau keturunan, pernah
MRS, dan adakah hiperemesis gravidarum.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular atau keturunan,
adakah kelahiran kembar.
e. Riwayat kebidanan
 Riwayat haid Kaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna, adanya dismenorhoe, dan fluor
albus.
 Riwayat kehamilan Kaji hari pertama haid terakhir, tanggal perkiraan
persalinan dan bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien mengerti atau tidak tentang pemeliharaan kesehatan mengenai
keadaan yang terjadi pada dirinya, yaitu perdarahan yang berlebihan.
 Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun, berat badan menurun, klien lemah.
 Pola aktivitas
Aktivitas terganggu, keadaan ibu lemah karena nyeri perut yang
timbul.
 Pola eliminasi
Frekuensi defekasi dan miksi tidak ada kesulitan, warna, jumlah, dan
konsistensi.
 Pola istirahat dan tidur
Terjadi adanya perubahan pola tidur akibat dari adanya perdarahan.
 Pola sensori dan kognitif
Mengalami kecemasan dengan penyakitnya sehingga kadang mudah
tersinggung dan gelisah.
 Pola persepsi diri
Terjadi perubahan pola konsep diri (harga diri) kerena timbul
anggapan tidak bisa merawat dirinya.
 Pola hubungan dan peran
Hubungan klien dan keluarga kemungkinan mengalami perubahan
karena kurang mampu memperhatikan keadaan sekitar.
 Pola reproduksi dan sexual
Kemungkinan keadaan sexual terganggu karena keadaan klien yang
lemah.
 Pola penanggulangan stress
Kemungkinan dalam mengatasi masalah yang dihadapi mengalami
perubahan karena kadang-kadang klien mudah tersinggung dan
gelisah.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Pola ibadah mungkin mengalami perubahan karena tidak untuk
melakukan aktivitas ibadah.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
 Status generalis
Keadaan umum : Setelah dilakukan kuret biasanya hasil yang
didapatkan sedang. Adapun tanda-tanda dari post kuret yaitu adanya
nyeri,dan lemas.
Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, atau koma.
 Vital Sign
 Tekanan darah, dilakukan pemeriksaan tekanan darah, sistolik
90-130mmHg dan diastolik 70-90mmHg, tekanan darah pada
abortus normal atau menurun.
 Suhu tubuh, normalnya 36,5º-37,5ºC.
 Nadi, untuk mengetahui denyut nadi pasien dilakukan
pemeriksaan, normal nadi 60-100 x/ menit. Pada pasien yang
mengalami keguguran biasanya denyut nadi normal, cepat dan
lambat. (Irianti, 2014)
 Respirasi Rate, periksa frekuensi pernafasan yang dihitung
dalam menit, normalnya 16-24 x/ menit. Pada kasus abortus
biasanya didapatkan hasil pernapasan lebih lambat.
 Tinggi Badan Bila badan kurang dari 145 cm perlu diwaspadai
kemungkinan ibu mempunyai panggul yang sempit.
 Lingkar Lengan Atas Normal LILA pada ibu hamil 2,35cm,
jika kurang dari 2,35cm maka dianggap status gizi kurang.
 Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan kepala meliputi mata,hidung,mulut dan gigi,
leher,rambut
 Pemeriksaan dada
Ada tidaknya nyeri dada, pergerakan pernapasan, payudara membesar,
areola ukuran lebih luas.
 Pemeriksaan abdomen
Untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus,TFU 14
 Genetalia
Meliputi kebersihan, raba kulit didaerah selakangan, pada keadaan
normal tidak teraba benjolan kelenjar.
 Ektremitas
Untuk mengetahui apakah terdapat varises.
 Status kesehatan umum
Meliputi kesadaran, suara bicara, pernafasan, suhu tubuh, nadi,
tekanan darah, GCS, BB, TB.
 Kepala dan Leher
Ada tidaknya kelainan pada kepala dan leher, seperti pembesaran
kelenjar tyroid, keadaan rambut, stomatitis, icterus, maupun anemis
dan ada tidaknya cloasma gravidarum.
 Telinga
Meliputi kebersihan, ada tidaknya serumen atau benda asing.
 Hidung
Ada tidaknya pernafasan cuping hidung, polip dan sekret.
 Dada
Ada tidaknya nyeri dada, pergerakan pernafasan, kebersihan
payudara, hiperpigmentasi pada areola mamae, pembesaran pada
payudara.
 Abdomen
Meliputi tinggi fundus uteri sesuai atau tidak dengan umur kehamilan,
ada tidaknya linea alba dan linea nigra dan bekas operasi SC.
 Genetalia
Meliputi kebersihan, ada tidaknya varices pada vulva.
 Anus
Ada tidaknya haemoroid.
 Punggung
Ada tidaknya punggung lordosis atau kifosis.
 Ekstremitas
Mencakup ada tidak adanya kecacatan atau fraktur, terpasang infus
dan reflek lutut.
 Integumen Mencakup keadaan kulit seperti warna kulit, turgor kulit,
dan ada tidaknya nyeri tekan.
h. Pemeriksaan penunjang
 Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup
bahkan 2-3 hari setelah abortus.
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup (Arif Mansjoer, 2001).
i. Analisa Data
Merupakan data yang telah dikelompokkan kemudian dipisahkan sesuai
dengan data subyektif dan obyektif sehingga dapat ditentukan masalah.

2) Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
2. Resiko Syok

3. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ansietas


3) Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Kekurang Status Cairan Manajemen 1. Untuk
an L.03028 Hipovolemia I.03116 mengetahui
volume Setelah dilakukan Observasi Periksa tanda
cairan tindakan selama 3x24 - Periksa tanda dan dan gejala
berhubun jam diharapkan status gejala hipovolemia
gan cairan membaik hipovolemia (mis. (mis. Frekuensi
dengan dengan kriteria hasil : Frekuensi nadi nadi meningkat,
pendarah 1. Kekuatan nadi meningkat, nadi nadi teraba
an meningkat 5 teraba lemah, lemah, tekanan
2. Turgor kulit tekanan darah darah menurun,
meningkat 5 menurun, tekanan tekanan nadi
3. Dyspnea nadi menyempit, menyempit,
menurun 5 turgor kulit turgor kulit
4. Perasaan menurun, menurun,
lemah membrane membrane
menurun 5 mukosa kering, mukosa kering,
5. Frekuensi nadi volume urin volume urin
membaik 5 menurun, menurun,
6. Tekanan darah hemtokrit hemtokrit
membaik 5 meningkat, haus, meningkat, haus,
7. Tekanan nadi lemah) lemah)
membaik 5 - Monitor intake 2. Untuk
8. Intake cairan dan output cairan mengetahui
membaik 5 Terapeutik monitor intake
9. Suhu tubuh - Hitung kebutuhan dan output
membaik 5 cairan cairan
- Berikan posisi 3. Untuk
modified mengetahui
trendelengburg hitung
- Berikan asupan kebutuhan
cairan oral cairan
Edukasi 4. Untuk
- Anjurkan mengetahui
memperbanyak berikan posisi
asupan cairan oral modified
- Anjurkan trendelengburg
menghindari 5. Untuk
perubahan posisi mengetahui
mendadak berikan asupan
Kolaborasi cairan oral
- Kolaborasi 6. Untuk
pemberian cairan mengetahui
IV isotonic (mis. anjurkan
NaCL, RL) memperbanyak
asupan cairan
oral
7. Untuk
mengetahui
njurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
8. Untuk
mengetahui
kolaborasi
pemberian
cairan IV
isotonic (mis.
NaCL, RL)

Resiko Tingkat Syok l.03032 Pencegahan Syok 1. Untuk mengetahui


Syok Setelah dilakukan I.02068 onitor status
tindakan selama 3x24 Observasi kardiopulmonal
jam diharapkan tingkat - Monitor status (frekuensi dan
syok menurun dengan kardiopulmonal kekuatan nadi,
kriteria hasil (frekuensi dan frekuensi npas,
1. Kekuatan nadi kekuatan nadi, TD,MAP)
meningkat 5 frekuensi npas, 2. Untuk mengetahui
2. Output urine TD,MAP) monitor status
meningkat 5 - Monitor status oksigenasi
3. Tingkat oksigenasi (oksimetri
kesaran (oksimetri nadi,AGD)
meningkat 5 nadi,AGD) 3. Untuk mengetahui
4. Saturasi - Monitor status monitor status
oksigen cairan (masukan cairan (masukan dan
meningkat 5 dan haluaran, haluaran, turgor
5. Akral dingin turgor kulit, CRT) kulit, CRT)
menurun 5 - Monitor tingkat 4. Untuk mengetahui
6. Pucat menurun kesadaran dan monitor tingkat
5 respon pupil kesadaran dan
- Periksa riwayat respon pupil
alergi 5. Untuk mengetahui
Terapeutik periksa riwayat
- Berikan oksigen alergi
untuk 6. Untuk mengetahui
mempertahankan berikan oksigen
saturasi oksigen untuk
>94% mempertahankan
- Persiapkan saturasi oksigen
intubasi dan >94%
ventilasi mekanis, 7. Untuk mengetahui
jika perlu persiapkan intubasi
- Pasang jalur IV, dan ventilasi
Jika perlu mekanis, jika perlu
- Pasang kateter 8. Untuk mengetahui
urine untuk pasang jalur IV, Jika
menilai produksi perlu
urine, jika perlu 9. Untuk mengetahui
- Lakukan skin test pasang kateter urine
untuk mencegah untuk menilai
reaksi alergi produksi urine, jika
Edukasi perlu
- Jelaskan 10. Untuk mengetahui
penyebab/faktor lakukan skin test
resiko syok untuk mencegah
- Jelaskan tanda reaksi alergi
dan gejala awal 11. Untuk mengetahui
syok jelaskan
- Anjurkan melapor penyebab/faktor
jika resiko syok
menemukan/mera 12. Untuk mengetahui
wat tanda dan jelaskan tanda dan
gejala awal syok gejala awal syok
- Anjurkan 13. Untuk mengetahui
memperbanyak anjurkan melapor
asupan cairan oral jika
- Anjurkan menemukan/meraw
menghindari at tanda dan gejala
alergen awal syok
Kolaborasi 14. Untuk mengetahui
- Kolaborasi anjurkan
pemberian IV, memperbanyak
jika perlu asupan cairan oral
- Kolaborasi 15. Untuk mengetahui
pemberian IV, anjurkan
jika perlu menghindari alergen
- Kolaborasi 16. Untuk mengetahui
pemberian kolaborasi
transfuse darah, pemberian IV, jika
jika perlu perlu
- Kolaborasi 17. Untuk mengetahui
pemberian kolaborasi
antiinflamasi, jika pemberian IV, jika
perlu perlu
18. Untuk mengetahui
kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu
19. Untuk mengetahui
kolaborasi
pemberian
antiinflamasi, jika
perlu
Nyeri Tingkat Nyeri Pemantauan Nyeri 1. Untuk mengetahui
akut L.08066 I.08242 monitor status
berhubun Setelah dilakukan Observasi kardiopulmonal
gan tindakan selama 3x24 (frekuensi dan
dengan jam diharapkan tingkat - Identifikasi faktor kekuatan nadi,
kontraksi nyeri menurun dengan pencetus dan frekuensi npas,
uterus kriteria hasil pereda nyeri TD,MAP)
1. Kemampuan - Monitor kualitas 2. Untuk mengetahui
menuntaskan nyeri (mis. Terasa monitor status
aktivitas tajam, tumpul, oksigenasi
meningkat 5 diremas-remas, (oksimetri
2. Keluhan nyeri ditimpa beban nadi,AGD)
menurun 5 berat) 3. Untuk mengetahui
3. Meringis - Monitor lokasi monitor status
menurun 5 dan penyebaran cairan (masukan dan
4. Gelisah nyeri haluaran, turgor
menurun 5 - Monitor intensitas kulit, CRT)
5. Kesulitan tidur nyeri dengan 4. Untuk mengethaui
menurun 5 menggunakan monitor tingkat
6. Menarik diri skala kesadaran dan
menurun 5 - Monitor durasi respon pupil
7. Perasaan dan frekuensi 5. Untuk mengetahui
depresi nyeri periksa riwayat
menurun 5 Terapeutik alergi
8. Perasaan takut - Atur interval 6. Untuk mengetahui
mengalami waktu atur interval waktu
cedera pemantauan pemantauan sesuai
berulang sesuai dengan dengan kondisi
menurun 5 kondisi pasien pasien
9. Muntah - Dokumentasikan 7. Untuk mengetahui
menurun 5 hasil pemantauan dokumentasikan
10. Mual menurun Edukasi hasil pemantauan
5 - Jelaskan tujuan 8. Untuk mengetahui
11. Nafsu makan dan prosedur jelaskan tujuan dan
membaik 5 pemantauan prosedur
12. Pola tidur - Informasikan hasi pemantauan
membaik 5 pemantauan,jika 9. Untuk
perlu mengetahuinformasi
kan hasi
pemantauan,jika
perlu
Kurang Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi 1. Untuk mengetahui
pengetah L.09093 0.09326 penurunan tingkat
uan Setelah dilakukan Observasi energi,
berhubun tindakan 3x24 jam - Identifikasi ketidakmampuan
gan diharapkan tingkat penurunan tingkat konsetrasi, atau
dengan ansietas menurun energi, gejala
ansietas dengan krtiteria hail : ketidakmampuan ketidaknyamanan
1. Verbalisasi konsentrasi, atau lain yang
khawatir akibat gejala mengganggu
kondisi yang ketidaknyamanan kemampuan kognitif
dihadapi lain yang 2. Untuk mengetahui
menurun 5 mengganggu teknik relaksasi
2. Perilaku kemampuan yang pernah efektif
gelisah kognitif. digunakan
menurun 5 - Identifikasi teknik 3. Untuk mengetahui
3. Keluhan relaksasi yang kesediaan,
pusing pernah efektif kemampuan dan
menurun 5 digunakan penggunaan teknik
4. Pucat menurun - Identifikasi sebelumnya
5 kesediaan, 4. Untuk mengetahui
5. Pola tidur kemampuan, dan ketegangan otot,
membaik 5 penggunaan frekuensi nadi,
6. Perasaan teknik tekanan darah, dan
keberdayaan sebelumnya suhu sebelum dan
membaik 5 - Periksa sesudah latihan
ketegangan otot, 5. Untuk mengetahui
frekuensi nadi, ciptakan lingkungan
tekanan darah, yang tenang dan
dan suhu sebelum tanpa gangguan
dan sesudah dengan pencahayaan
latihan dan suhu ruang
- Monitor respon nyaman
terhadap terapi 6. Untuk mengetahui
relaksasi relaksasi sebagai
Terapeutik stratefi penunjnag
- Ciptakan dengan analgetik
lingkungan yang atau tindakan medis
tenang dan tanpa 7. Untuk mengetahui
gangguan dengan tujuan,
pencahayaan dan manfaat,batasan dan
suhu ruang jenis relaksasi yang
nyaman, jika tersedia (mis, music,
memungkinkan meditasi, napas
- Gunakan relaksasi dalam, relaksaso
sebagai strategi otot progresif)
penunjang dengan 8. Untuk mengetahui
analgetik atau rileks dan
tindakan medis merasakan sensasi
lain, jika sesuai relaksasi
Edukasi 9. Untuk mengetahui
- Jelaskan tujuan, sering mengulangi
manfaat, batasan atau melatih teknik
dan jenis relaksasi yang dipilih
yang tersedia
(mis, music,
meditasi, mapas
dalam, relaksasi
otot progresif)
- Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih

4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002).
Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana atau itervensi yang telah
dibat oleh perawat. Perawat tidak boleh melakuan implementasi melebihi dari
intervensi yang telah dibuat. Di dalam format membuat implementasi,berisikan :
1. Tanggal/jam pelaksanaan Tindakan kepada pasien/klien
2. Diagnosa keperawatan yang dilakukan
3. Tindakan apa yang telah/sedang diberikan kepada pasien/klien,dan tentunya
harus sesuai dengan intervensi yang telah dibuat oleh perawat.
4. Respon hasil dari pasien/klien setelah mendapatkan Tindakan/implementasi
dari perawat.
5. Kemudian perawat harus memberikan/membuat paraf pada dokumentasi
askep khsusunya pada implementasi ini,agar nantinya jika terjadi sesuatu
pada pasien/klien nya, dapat dipertanggung jawabkan.

5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian ini merupakan
proses untuk menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. Macam-
Macam Evaluasi Keperawatan dalam asuhan keperawatan anara lain :
1. Pertama Evaluasi proses (formatif)
Yaitu Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, Berorientasi pada
etiologi, Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai
2. Kedua Evaluasi hasil (Sumatif)
Yaitu Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna, Berorientasi pada masalah keperawatan, Menjelaskan
keberhasilan/ketidakberhasilan, Rekapitulasi dan kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
Evaluasi ditulis sesuai dengan kkriteria hasil. Format penulisannya adalah :
I. Menuliskan hari/tanggal/jam
II. Menuliskan catatan perkembangan pasien. Disini Adapun format
penulisannya yaitu SOAP atau SOAPIER dan disertai juga dengan paraf.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Abortus atau miscarriage adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan sekitar 500 gram atau kurang dari 1000 gram, terhentinya
proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Abortus adalah
komplikasi umum kehamilan dan salah satu penyebab kematian ibu dan janin (Tuzzahro,
2021). Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (dihitung dari hari
pertama menstruasi terakhir). (Desmansyah, 2021 ).

B. Saran

Diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang
Abortus , dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek
keperawatannya. Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan
memahami hal tersebut. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat
bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat
dalam membuat asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arofah, S., & R. S. (2021). HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN


ABORTUS. Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, 77- 86. Darmiati. (2018). Faktor-
faktor yangberhubungan dengan kematian janin dalam rahim Di RSUD Haji Makassar.
Makassar: Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Vol.2 No 2 (Internet).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan IndoJakarta Selatan :
PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : PPNI

Anda mungkin juga menyukai