MUDA, ABORTUS
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, hidayah, serta karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal, mengenai “Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Muda, Abortus “ ini
dapat selesai dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal pada semester IV. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat menambah wawasan maupun pengetahuan serta dijadikan dasar dalam menuntut ilmu
bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
1. Kegawatdaruratan obstetric
2. Abortus
3. Macam-macam abortus
4. Penanganan Abortus
5. Asuhan kebidanan pada abortus
6. Tindakan di komunitas dan rumah sakit
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan
kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur
kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan
antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan
masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita
harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan
kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang
ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui
15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari
pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus
per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari
semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita
sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
1. RUMUSAN MASALAH
2. TUJUAN PENULISAN
Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang
memerlukan perawatan yang tidak direncnakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan
penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien.
Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang
mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya .membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan
kehamilian, persalinan, peurperium baik dalam keadaan normal maupun abnormal.
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28
hari setelah lahir)
2. ABORTUS
1. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Prawiroharjo, 2006).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat
per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat
per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus
septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan
gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”
berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh (www.aborsi.org). Menurut buku ilmu kebidanan, istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan (Wiknjosastro, 1991;h.302)
Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum fetus
mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan mencapai umur 20-24 minggu.
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena definisi
viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel
apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr
atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil
pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
2. Etiology
Penyebab abortus ( early pregnancy loss ) bervariasi dan sering diperdebatkan. umumnya
lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini
antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil ini pembuahan yang
tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat
obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada
plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru,
tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk
rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan),
mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
Kelainan kromosom
Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan seks
1. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus, malaria dan pielonefritis dapat menyebabkan
abortus.
1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada
plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang
sempurna, dan pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
3. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus,
penyakit menahun, dan
kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan
bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi
korpus luteum dalam produksi hormon.
3. Gejala Klinis
4. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
5. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
6. Rasa mulas atau nyeri yang hebat karena adanya kontraksi uterus
7. Rasa kram di daerah perut atau di daerah atas simfisis
8. Rasa tertekan pada punggung bagian belakang/pelvic
4. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi
akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus.
5. Patofisiology
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai
berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio
defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut
blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat
belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga
mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat
menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya
dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan.
Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai
persalinan kecil
MACAM-MACAM ABORTUS
Aborsi Spontan
Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
disebabkan oleh sebab- sebab alami.
Abortus incipiens
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada
pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian abdomen
bawah atau pada punggung.
Abortus kompletus
Keguguran lengkap
Abortus Habitualis
Keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga
kali.
T 1. Perdarahan pervaginam
1. Perdarahan pervaginam dan semakin bertambah sesuai
dengan pembukaan serviks
D
2. Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
A membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum ueri
1. Perdarahan sedikit
PENANGANAN ABORTUS
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau mungkin meningkat.
Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi vulva akan ditemukan perdarahan pervaginam
disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva,
osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada colok vagina ditemukan porsio mungkin masih
terbuka atau kemungkinan juga sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan
2. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Tes urine untuk mengetahui kehamilan
Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut jantung janin
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keadaan janin
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion
3. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosa abortus dapat ditegakkan apabila seorang wanita usia produktif mengeluh
mengalami perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, terdapat rasa nyeri,
ditemukan tes kehamilan yang positif, adanya pembukaan cerviks atau ada jaringan dalam
kavum uteri atau vagina (Wiknjosastro, 1991).
4. Terapi/tindakan penanganan
Pemberian cairan fisiologik yang disusul dengan transfusi untuk mencegah syok yang mungkin
diakibatkan oleh perdarahan yang hebat
Setelah syok teratasi dilakukan kuretase diikuti dengan pemberian ergometrin IM untuk
mempertahankan kontraksi uterus
Istirahat baring membuat aliran darah ke uterus bertambah dan mengurangi rangsang mekanik
Pemberian antibiotic pada abortus infeksiosus
2. Abortus Insipiens
Berikan Informent consent
Tes urine
Pemeriksaan USG
Perhatikan keadaan umum pasien dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan lakukan
segera tindakan evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase jika perdarahan banyak.
Berikan uterotonika.
Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika dan antibiotik profilaksis.
3. Abortus Inkomplet
Berikan informen consent.
Tes urine
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan pemeriksaan secara klinis.
Bila terjadi perdarahan yang hebat segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual
agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat
berlangsung baik dan perdarahan bisa terhenti.
Selanjutnya lakukan tindakan kuretase.
Pasca tindakan diberikan uterotonika parenteral atau per oral dan antibiotika.
4. Abortus Komplet
Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis telah memadai.
Pemeriksaan urine biasanya masih positif sampai 7 – 10 hari setelah abortus.
Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi
robonsia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
Uterotonika tidak perlu diberikan.
5. Missed Abortion
Informent consent
Pemeriksaan urine
Pemeriksaan USG
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat secara langsung dengan
melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
Bila umur kehamilan diatas 12 minggu tau kuang dari 20 minggu dengan serviks uterus yang masih
kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau
meamtangkan kanalis serviks.bBeberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus
intravena cairan oksitosin dimulai daari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan, 20 tetes per
menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah
terjadinya retensi cairan tubuh
Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya
maksimal 3 kali
Setelah janin atau jarigan hasil konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilajutkan dengan tindakan
kuretase sebersih mungkin.
Pada dekade ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau sintetisnya untuk
melakukan induksi padamissed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan cara
poemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi dua kali dengan
jarak 6 jam.
Apabila terjadi hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah atau fibrinogen.
Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian
antibiotika.
6. Abortus Habitualis
Jika ibu belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan untuk melakukan pemeriksaan
lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus habitualis itu.
Disamping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk badan penderita,
dilakukan pula pemeriksaan suami – istri, antara lain pemeriksaan darah dan urin rutin,
pemeriksaan golongan darah , faktor Rh, dan tes terhadap sifilis; selanjutnya pada isteri
dibuatkan kurve harian glukose darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa
sperma.
Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomik, baik kelainan bawaan atau kelainan yang
terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada serviks uteri dan adanya mioma uteri dapat
ditemukan pada pemeriksaan ginekologik, sedang mioma uteri submukosum, uterus septus
dan serviks uteri inkompeten dapat diketahui dengan melakukan histerogafi. Kadang-kadang
perlu dilakukan laparoskopi untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan
anatomik pada uterus.
Selain terapi yang bersifat kausal, mak penderita dengan abortus habitualis, jika ia hamil,
perlu mendapat perhatian yang khusus. Ia harus banyak istirahat, hal ini tidak berart i bahwa
ia harus tinggal terus ditempat tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha – usaha yang
melelahkan.
Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat mengenai
protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa organogenesis pemeberian
obat – obatan harus dibatasi dan obat – obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh
jelekterhadap janin, dilarang. Dimana khususnya dimana faktor emosional memegang
peranan penting, pengaruh dokter sangat besar utntuk mengatasi ketakutan dan kecemasan.
Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid, atau
gangguan fase luteal. ( ilmu kandungan, prawirohardjo. S,Hal 249 )
7. Abortus Infeksiosus
Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian
antibiotika yang adekuatb sesuai dengan kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan
cairan fluksus / flour yang keluar pervaginam.
Untuk tahap pertama dapat diberikan penisilin 4 x 1,2 juta unit atau ampisilin 4 x 1 gram ditambah
gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2x 1 gram. Selanjutnya antibiotik sesuai dengan kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika
adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
Antibiotik dilanutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak
memberikan respon harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
Apabila ditkutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis vagina /
uterus dengan larutan peroksida ( H₂O₂) atau kalau perlu histerektomi total secepatnya.
8. Abortus Provokatus
Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis dibedakan menjadi 3 (tiga)
yaitu:
Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan sampai batas 7 minggu
pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum
uteri dikerok seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu digunakan kuret tumpul
sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi sebagian besar lepas dari dinding uterus maka
hasil tersebut dapat dikeluarkan dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hati-hati
dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan tampon kedalam uteri dan
vagina yang akan dikeluarkan esok harinya.
Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu. Aborsi dilakukan dengan menggunakan perpaduan
antara dilatasi, kuret dan pengisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang
menimbulkan pendarahan.
Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu), dilakukan dengan menimbulkan
kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang
dilakukan adalah dengan melakukanesantasi (pembiusan lokal).
1. DI KOMUNITAS
1. Bidan melakukan pertolongan hanya jika terjadi perdarahan akibat gugur-kandung oleh orang lain
atau sendirinya.
2. Pasang infus dengan apa saja (Laktat Ringer,glukosa Ringer, Larutan garam normal atau fisiologis,
atau larutan glukosa 5 % atau 10 % ).
3. Lakukan pemeriksaan dalam bila mungkin melakukan pengeluaran jaringan hasil konsepsi sacara
manual, sehingga mungkin perdarahan dapat dihentikan.
4. Beri oksitosin atau uterotonika lainnya, sehingga terjadi kontraksi yang akan membantu
menghentikan perdarahannya. dengan lebih bersih
5. Bila keadaan sedikit sudah dapat diatasi, maka kirimkan kerumah sakit terdekat untuk tindakan lanjut
diantaranya dilakukan kuretasesehingga sumber perdarahan dapat dihentikan
6. Bila dipandang perlu, dalam perjalanan, bidan dapat saja memasang tampon vagina sehingga dapat
membantu mengurangi perdarahan dalam perjalanan ke rumah sakit.
2. DI RUMAH SAKIT
1. Nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukankonfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
2. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnyasalbutamol atau
indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegahabortus.
3. Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bilaperlu) atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bilaperlu).
4. Berikan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena(garam fisiologik atau larutan ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
5. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasidengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manualtidak tersedia.
6. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcgper oral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
CONTOH KASUS
1. Data Subjektif
2. Identitas
Nama : Ny. P Tn. B
2. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Ibu menyatakan mengeluarkan flek-flek mulai jam 23.00 kemudian keluar darah segar dan
merasakan mules
1. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 26 tahun, lama
pernikahan 9 tahun, status sahsecara agama danNegara
1. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari, siklus 28 hari
teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada nyeri saat menstruasi.
Februari :4 minggu
21 Maret : 3 minggu
11 minggu 3 hari
1. RiwayatObstetri
BB
Lah
N Tahu Penolongpersali Jenispersali Temp H/ ir Komplik ke
o n nan nan at M JK asi t
2 2015 Hamilini
1. Riwayatkontrasepsi
PASANG LEPAS
1. Riwayatkesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurunseperti DM, asma, danpenyakitkronissepertijantung.
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
3) Riwayatkesehatankeluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis
seperti jantung.
II – –
III – –
Mual
I muntah Asamfolat, Vit C
II – –
III – –
1. Polakebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Keluhan :Tidakada
2) Eliminasi
BAB : 1-2x/hari, warnakuningkecoklatan,baukhas feces, konsistensipadat
Keluhan :tidakada
BAK : 4-5x/hari
3) Aktivitas
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari-harinya yaitu melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, merawat anak dan lain-lain.
4) Istirahat
Siang : 1 jam
Keluhan: Tidakada
Mandi : 2x/hari
Gosokgigi : 2x/hari
Keramas :3x/minggu
Gantibaju :2x/hari
Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini
1. Data Objektif
2. Pemerisaan umum
KU : Sedang
Kesadaran: Composmentis
TB : 158
LILA : 24 cm
2. Pemeriksaanfisik
Mesochepal, tidak ada
masa/benjolan, kulit kepala,
Kepala bersih
Tidak ada striaegravidarum,
Abdomen tidak ada luka bekas operasi
3. Pemeriksaan penunjang
PP test :(+)
HbsAg : (-)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Prawiroharjo, 2006).
Macam-macam abortus
1. Aborsi spontan
2. Abortus iminens(keguguran mengancam)
3. Abortus incipiens
4. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
5. Abortus kompletus
6. Missed abortus ( keguguran tertunda )
7. Abortus Habitualis
8. Abortus infeksiosus dan abortus septic
9. Aborsi buatan (provokatus)
Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal
ini dokter, bidan atau dukun beranak).
DAFTAR PUSTAKA
Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : TIM
—Ed. 1, Cet 7— Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2004 xxiv, 346
halm : ilus ; 24 cm
—Ed 1,Cet 5 — Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009 xxiv, 608 halm:
ilus ; 24 cm