Anda di halaman 1dari 24

ruangkebidanan

Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Muda, Abortus

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, hidayah, serta karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal, mengenai “Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Muda, Abortus “ ini
dapat selesai dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal pada semester IV. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat menambah wawasan maupun pengetahuan serta dijadikan dasar dalam menuntut ilmu
bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Padang, Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

1. Kegawatdaruratan obstetric
2. Abortus
3. Macam-macam abortus
4. Penanganan Abortus
5. Asuhan kebidanan pada abortus
6. Tindakan di komunitas dan rumah sakit

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan
kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur
kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan
antepartum.

Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan
masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita
harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan
kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang
ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui
15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari
pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus
per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari
semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.

Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita
sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.

1. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan?


2. Apa itu Abortus?
3. Apa saja macam-macam Abortus?
4. Bagaimana cara penanganan Abortus?
5. Bagaimana suhan kebidanan pada abortus ?
6. Bagaimana penanganan di bidan komuntas dan rumah sakit?

1. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu kegawatdaruratan
2. Untuk mengetahui apa itu Abortus
3. Untuk mengetahui macam-macam Abortus
4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan abortus
5. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada abortus
6. Untuk mengetahui bagaimana penanganan di bidan komuntas dan rumah sakit

BAB II

PEMBAHASAN

1. KEGAWATDARURATAN

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi

perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista
vasikuler,

kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati

cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina
setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan,

hematoma, dan koagulopati obstetri.

Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang
memerlukan perawatan yang tidak direncnakan dan mendadak atau terhadap pasien dengan
penyakit atau cidera akut untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien.

Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang
mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya .membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan
kehamilian, persalinan, peurperium baik dalam keadaan normal maupun abnormal.

Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu atau 28
hari setelah lahir)

1. ABORTUS
2. Pengertian

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Prawiroharjo, 2006).

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat
per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat
per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus
septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan
gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok.

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”
berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh (www.aborsi.org). Menurut buku ilmu kebidanan, istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan (Wiknjosastro, 1991;h.302)

Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum fetus
mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan mencapai umur 20-24 minggu.
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena definisi
viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel
apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr
atau lebih.

Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil
pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
2. Etiology

Penyebab abortus ( early pregnancy loss ) bervariasi dan sering diperdebatkan. umumnya
lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang
menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat
zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi
virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah
pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang
paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan
bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim
melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat, kelainan
berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Factor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan antara lain :

 Kelainan kromosom

Kelainan yang paling sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan seks

 Lingkungan kurang sempurna

Lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian


zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu

 Pengaruh dari luar

Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
didalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

1. Kelainan pada plasenta

Oksigenisasi plasenta yang terganggu menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan


kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
1. Penyakit ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus, malaria dan pielonefritis dapat menyebabkan
abortus.

1. Kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan bawaan dapat menyebabkan abortus. Sebab
lain abortus dalam trimester ke 2 adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan serviks, dilatasi serviks berlebihan, atau robekan servik luas yang tidak
dijahit.

1. Trauma baik yang disengaja maupun tidak disengaja

Faktor-faktor penyebab lainnya :

1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan
kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom,
lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat
oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan
kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
3. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:

 penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,


 toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi
abortus,
 penyakit menahun, dan
 kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan
kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
 faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta
mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.

3. Gejala Klinis
4. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
5. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
6. Rasa mulas atau nyeri yang hebat karena adanya kontraksi uterus
7. Rasa kram di daerah perut atau di daerah atas simfisis
8. Rasa tertekan pada punggung bagian belakang/pelvic

4. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio
akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi
akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus.

 Pada kehamilan kurang dari 8 minggu:

Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan
dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi.

 Pada kehamilan 8 – 14 minggu:

Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan
diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum
uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada
dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.

 Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:

Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas
bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.

5. Patofisiology

Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat
perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai
berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio
defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut
blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.

Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat
belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga
mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat
menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.

Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya
dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan.
Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai
persalinan kecil

1. MACAM-MACAM ABORTUS
 Aborsi Spontan

Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,
disebabkan oleh sebab- sebab alami.

1. Abortus iminens(keguguran mengancam)

abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada abortus
ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi
bisa juga tidak.

1. Abortus incipiens

Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada
pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian abdomen
bawah atau pada punggung.

1. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)

Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya jaringan plasenta)
masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan perdarahan yang bertambah parah
atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi pada trimester ke II

1. Abortus kompletus

Keguguran lengkap

1. Missed abortus ( keguguran tertunda )

Keadaan dimana janin telah mati selama 22 minggu tetapi tertahan didalam rahim selama 2
bulan atau lebih setelah janin mati.

1. Abortus Habitualis

Keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga
kali.

1. Abortus infeksiosus dan abortus septic

Abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah abortus infeksius
berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.

 Aborsi Buatan (Provokatus)

Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal
ini dokter, bidan atau dukun beranak)
 Abortus provocatus therapeuticus

Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan


membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit berat.

 Abortus provocatus criminalis

Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

1. Perdarahan pervaginam
Abortus
2. Mulas sedikit atau tidak ada keluhan
Imminens
3. Ostium uteri masih tertutup
T
A 4. Besar uterus sesuai umur kehamilan

N 5. Tes urin masih positif

D 1. Perdarahan pervaginam dan semakin bertambah sesuai


dengan pembukaan serviks
A
2. Serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
Abortus membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum ueri

D Insipiens 3. Mulas karena kontraksi yang sering dan kuat

A 4. Besar uterus sesuai dengan umur kehamilan

N 5. Tes urin masih positif

1. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlah nyapun bisa


banyak atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa,
G yang menyebabkan sebagian plasental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus
E
Abortus 2. Kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
J dalam kavum uerti atau menonjol pada ostium uteri
Inkompletus
eksternum.
A
3. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan
L kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum ueri tampak
massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan
A
1. Biasa tidak ada keluhan .
Abortus
2. Biasa diawali dngan abortus iminens yang kemudian
kompletus
merasa sembuh, tapi pertumbuhan terhenti.
3. Pada pemeriksaan USG akan didapatka uterus yang
mengecil , kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya
tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda-tanda kehidupan.

4. Pemeriksaan tes urine biasa hasil negatif setelah satu


minggu dari terhentinya kehamilan.

1. Perdarahan sedikit
2. Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri,
Missed ostium uteri telah menutup

Abortion 3. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan

4. Pemeriksaan tes urine biasanya masih positif 7 – 10


hari setelah abortus

1. Ostium serviks akan mebuka ( inkompeten )


Abortus
2. Tanpa rasa mules / kontraksi rahim dan akhirnya
Habitualis
terjadi pengeluaran janin

1. Panas tinggi
2. Tampak sakit dan lelah.

Abortus 3. Takikardi

Infeksiosus / 4. Perdarahan pervaginam yang berbau


sepsis
5. Uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan.

6. Pemeriksaan laboratorium didapatkan tanda infeksi dan


leukositosis

1. PENANGANAN ABORTUS
2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau mungkin meningkat.

Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi vulva akan ditemukan perdarahan pervaginam
disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva,
osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada colok vagina ditemukan porsio mungkin masih
terbuka atau kemungkinan juga sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan
2. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

 Tes urine untuk mengetahui kehamilan


 Pemeriksaan Dopler untuk mengetahui denyut jantung janin
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui keadaan janin
 Pemeriksaan Hb
 Pemeriksaan fibrinogen pada missed abortion

3. Diagnosis/criteria diagnosis

Diagnosa abortus dapat ditegakkan apabila seorang wanita usia produktif mengeluh
mengalami perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid, terdapat rasa nyeri,
ditemukan tes kehamilan yang positif, adanya pembukaan cerviks atau ada jaringan dalam
kavum uteri atau vagina (Wiknjosastro, 1991).

4. Terapi/tindakan penanganan

 Pemberian cairan fisiologik yang disusul dengan transfusi untuk mencegah syok yang
mungkin diakibatkan oleh perdarahan yang hebat
 Setelah syok teratasi dilakukan kuretase diikuti dengan pemberian ergometrin IM untuk
mempertahankan kontraksi uterus
 Istirahat baring membuat aliran darah ke uterus bertambah dan mengurangi rangsang
mekanik
 Pemberian antibiotic pada abortus infeksiosus

1. ASUHAN KEBIDANAN PADA ABORTUS


2. Abortus Imminens

 Berikan informent consent. Bila ibu masih menghendaki kehamilan tersebut, maka
pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.
 Tes urine
 Pemeriksaan USG
 Penderita melakukan tirah baring sampai perdarahan terhenti.
 Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontrkasi atau diberikan tambahan hormon
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.
 Peenderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak
boleh berhubungan seksual sampai lebih kurang 2 minggu.

2. Abortus Insipiens
 Berikan Informent consent
 Tes urine
 Pemeriksaan USG
 Perhatikan keadaan umum pasien dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan
lakukan segera tindakan evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase jika
perdarahan banyak.
 Berikan uterotonika.
 Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika dan antibiotik
profilaksis.

3. Abortus Inkomplet

 Berikan informen consent.


 Tes urine
 Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan pemeriksaan secara klinis.
 Bila terjadi perdarahan yang hebat segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa terhenti.
 Selanjutnya lakukan tindakan kuretase.
 Pasca tindakan diberikan uterotonika parenteral atau per oral dan antibiotika.

4. Abortus Komplet

 Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis telah memadai.
 Pemeriksaan urine biasanya masih positif sampai 7 – 10 hari setelah abortus.
 Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya
hanya diberi robonsia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
 Uterotonika tidak perlu diberikan.

5. Missed Abortion

 Informent consent
 Pemeriksaan urine
 Pemeriksaan USG
 Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat secara langsung
dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
 Bila umur kehamilan diatas 12 minggu tau kuang dari 20 minggu dengan serviks uterus
yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan
janin atau meamtangkan kanalis serviks.bBeberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan
pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai daari dosis 10 unit dalam 500 cc
dekstrose 5% tetesan, 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit
dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh
 Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi
biasanya maksimal 3 kali
 Setelah janin atau jarigan hasil konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilajutkan
dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
 Pada dekade ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau sintetisnya
untuk melakukan induksi padamissed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan
adalah dengan cara poemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang
dapat diulangi dua kali dengan jarak 6 jam.
 Apabila terjadi hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah atau fibrinogen.
 Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan
pemberian antibiotika.

6. Abortus Habitualis

Jika ibu belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan untuk melakukan pemeriksaan
lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus habitualis itu.

Disamping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan bentuk badan penderita,
dilakukan pula pemeriksaan suami – istri, antara lain pemeriksaan darah dan urin rutin,
pemeriksaan golongan darah , faktor Rh, dan tes terhadap sifilis; selanjutnya pada isteri
dibuatkan kurve harian glukose darah dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa
sperma.

Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomik, baik kelainan bawaan atau kelainan yang
terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada serviks uteri dan adanya mioma uteri dapat
ditemukan pada pemeriksaan ginekologik, sedang mioma uteri submukosum, uterus septus
dan serviks uteri inkompeten dapat diketahui dengan melakukan histerogafi. Kadang-kadang
perlu dilakukan laparoskopi untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan
anatomik pada uterus.

Selain terapi yang bersifat kausal, mak penderita dengan abortus habitualis, jika ia hamil,
perlu mendapat perhatian yang khusus. Ia harus banyak istirahat, hal ini tidak berart i bahwa
ia harus tinggal terus ditempat tidur, akan tetapi perlu dicegah usaha – usaha yang
melelahkan.

Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya harus adekuat mengenai
protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya dalam masa organogenesis pemeberian
obat – obatan harus dibatasi dan obat – obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh
jelekterhadap janin, dilarang. Dimana khususnya dimana faktor emosional memegang
peranan penting, pengaruh dokter sangat besar utntuk mengatasi ketakutan dan kecemasan.

Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada gangguan fungsi tiroid, atau
gangguan fase luteal. ( ilmu kandungan, prawirohardjo. S,Hal 249 )

7. Abortus Infeksiosus

 Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya
pemberian antibiotika yang adekuatb sesuai dengan kultur dan sensitivitas kuman yang
diambil dari darah dan cairan fluksus / flour yang keluar pervaginam.
 Untuk tahap pertama dapat diberikan penisilin 4 x 1,2 juta unit atau ampisilin 4 x 1 gram
ditambah gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2x 1 gram. Selanjutnya antibiotik sesuai
dengan kultur.
 Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah
antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan
uterotonika.
 Antibiotik dilanutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian
tidak memberikan respon harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
 Apabila ditkutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis
vagina / uterus dengan larutan peroksida ( H₂O₂) atau kalau perlu histerektomi total
secepatnya.

8. Abortus Provokatus

Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provokatus medicinalis dibedakan menjadi 3 (tiga)
yaitu:

 Aborsi pada triwulan pertama sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan sampai batas 7
minggu pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret tajam, agar ovum kecil tidak
tertinggal, maka ovum uteri dikerok seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7
minggu digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi
sebagian besar lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut dapat dikeluarkan
dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang
cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan tampon kedalam uteri dan vagina yang akan
dikeluarkan esok harinya.
 Abortus pada kehamilan 12 sampai 16 minggu. Aborsi dilakukan dengan menggunakan
perpaduan antara dilatasi, kuret dan pengisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya
luka-luka yang menimbulkan pendarahan.
 Abortus pada triwulan kedua (Kehamilan sampai 16 minggu), dilakukan dengan
menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara
spontan. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukanesantasi (pembiusan lokal).

1. TINDAKAN DI KOMUNITAS DAN RUMAH SAKIT

1. DI KOMUNITAS

1. Bidan melakukan pertolongan hanya jika terjadi perdarahan akibat gugur-kandung oleh
orang lain atau sendirinya.
2. Pasang infus dengan apa saja (Laktat Ringer,glukosa Ringer, Larutan garam normal atau
fisiologis, atau larutan glukosa 5 % atau 10 % ).
3. Lakukan pemeriksaan dalam bila mungkin melakukan pengeluaran jaringan hasil konsepsi
sacara manual, sehingga mungkin perdarahan dapat dihentikan.
4. Beri oksitosin atau uterotonika lainnya, sehingga terjadi kontraksi yang akan membantu
menghentikan perdarahannya. dengan lebih bersih
5. Bila keadaan sedikit sudah dapat diatasi, maka kirimkan kerumah sakit terdekat untuk
tindakan lanjut diantaranya dilakukan kuretasesehingga sumber perdarahan dapat
dihentikan
6. Bila dipandang perlu, dalam perjalanan, bidan dapat saja memasang tampon vagina
sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan dalam perjalanan ke rumah sakit.

2. DI RUMAH SAKIT

1. Nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukankonfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain
2. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnyasalbutamol
atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegahabortus.
3. Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bilaperlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bilaperlu).
4. Berikan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena(garam fisiologik atau larutan
ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
5. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasidengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manualtidak tersedia.
6. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcgper oral
(dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
1. CONTOH KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI

NY P UMUR 35 TAHUN G2P1A0Ah1 HAMIL 11 MINGGU 3 HARI

DENGAN ABORTUS IMMINENS

DI PUSKESMAS NANGGALO

No RM : 00 03 47

Tanggal masuk: 21 Maret 2015

Pukul : 23.00 WIB

1. Data Subjektif
2. Identitas

Nama : Ny. P Tn. B

Umur : 35 tahun 37 Tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Swasta

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Alamat : Gedangan, Sentolo

2. Anamnesa

1. Keluhan Utama

Ibu menyatakan mengeluarkan flek-flek mulai jam 23.00 kemudian keluar darah segar dan
merasakan mules
1. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 26 tahun, lama
pernikahan 9 tahun, status sahsecara agama danNegara

1. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari, siklus 28 hari
teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada nyeri saat menstruasi.

HPHT= 31-12-2013 HPL=8-10-2014

Umur kehamilan= Januari : 4 minggu 3 hari

Februari :4 minggu

21 Maret : 3 minggu

11 minggu 3 hari

1. RiwayatObstetri

BB
No Tahun Penolongpersalinan Jenispersalinan Tempat H/M JK Lahir
Komplikasi ket

Laki- 2900
1 2007 Bidan Spontan BPS H Tidakada –
laki gram

2 2015 Hamilini

1. Riwayatkontrasepsi

PASANG LEPAS
No
Metode Tahun Petugas Tempat Tahun Petugas Tempat

1 Suntik 2005 Bidan BPS 2006

2 Suntik 2008 Bidan BPS 2013


1. Riwayatkesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurunseperti DM, asma, danpenyakitkronissepertijantung.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.

3) Riwayatkesehatankeluarga

Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis
seperti jantung.

1. Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakan ANC pertamakali di puskesmaSentolo 1 sejakumurkehamilan 4 minggu

Gerakan janin pertama kali belum dirasakan

Gerakan janin dalam sehari belum

Frekuensi ANC: TM I= 2X TM2= belum TM3= belum

Pendidikan kesehatan yang diperoleh

Trimester Keluhan Pendidikankesehatan

KIE mual muntah, Nutrisi ibu


I Mualmuntah
hamil, dan pentingnya ANC

II – –

III – –

Permasalahan atau keluhan saat hamil

Trimester Keluhan Tindakan/terapi

I Mual muntah Asamfolat, Vit C

II – –
III – –

1. Polakebutuhan sehari-hari

1) Nutrisi

Makan : 3x/hari porsis atu piring

Jenis : Nasi, sayur, lauk

Keluhan : Tidak ada

Minum : 7-8 gelas/hari

Jenis : Air putih, Susu

Keluhan :Tidakada

2) Eliminasi

BAB : 1-2x/hari, warnakuningkecoklatan,baukhas feces, konsistensipadat

Keluhan :tidakada

BAK : 4-5x/hari

Keluhan: tidak ada

3) Aktivitas

Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari-harinya yaitu melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti menyapu, memasak, mencuci, merawat anak dan lain-lain.

4) Istirahat

Siang : 1 jam

Malam : 6-7 jam

Keluhan: Tidakada

5) Pola seksual

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual

6) Personal hygiene
Mandi : 2x/hari

Gosokgigi : 2x/hari

Keramas :3x/minggu

Gantibaju :2x/hari

Potong kuku :1x/minggu

7) Data psikososial

Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini

Ibu mengatakan dalam mengambil keputusan secara bermusyawarah

Pengetahuan ibu tentang kehamilan masih kurang tentang abortusimminens

Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan

Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan anaknya

Ibu mengatakan belum merencanakan tempat persalinan

1. Data Objektif
2. Pemerisaan umum

KU : Sedang

Kesadaran: Composmentis

Vital Sign : TD: 110/70 N:80X/menit S:36,2OC R: 20X/menit

BB : 45,5 kg

TB : 158

LILA : 24 cm

2. Pemeriksaanfisik

Kepala Mesochepal, tidak ada masa/benjolan, kulit kepala, bersih

Muka Tidak pucat, tidak adacloasma gravidarum, tidakadaoedem

Mata Konjungtiva merah muda, sclera putih


Hidung Tidak ada polip, tidak ada secret, bersih

Mulut Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bersih

Telinga Simetris, tidakadaserumen, bersih

Tidak ada masa/ benjolan, tidak ada pembengkakan


Leher
kelenjar tiroid, vena jugularis

Dada Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing

Tidak ada masa/benjolan, areola hiper pigmentasi, putting


Payudara
susumenonjol

Abdomen Tidak ada striaegravidarum, tidak ada luka bekas operasi

Genetalia Keluar flekflek

Ekstremitas (atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek patella (+)

3. Pemeriksaan penunjang

PP test :(+)

Hb : 10,8 gr%

HbsAg : (-)

Protein urin : (-)


BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Prawiroharjo, 2006).

Macam-macam abortus

1. Aborsi spontan
2. Abortus iminens(keguguran mengancam)
3. Abortus incipiens
4. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)
5. Abortus kompletus
6. Missed abortus ( keguguran tertunda )
7. Abortus Habitualis
8. Abortus infeksiosus dan abortus septic
9. Aborsi buatan (provokatus)
Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan mencapai 28 minggu sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal
ini dokter, bidan atau dukun beranak).

1. Abortus provocatus therapeuticus

Pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan


membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit berat.

1. Abortus provocatus criminalis

Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : TIM

—Ed. 1, Cet 7— Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2004 xxiv, 346
halm : ilus ; 24 cm

—Ed 1,Cet 5 — Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009 xxiv, 608 halm:
ilus ; 24 cm

Rukiyah, Ai yeyeh.2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta : TIM

Arafahrasyid. 2013/05/kegawatdaruratan-maternal-dan-neonatal.html diakses tanggal 20


Maret 2015

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Anda mungkin juga menyukai