PENDAHULUAN
B. BATASAN MASALAH
Mengingat keterbatasan waktu, maka kami perlu memberikan batasan masalah
hanya pada “Asuhan Keperawatan Pada Masalah Abortus”.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk memperoleh pengetahuan secara dalam tentang abortus.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien abortus.
c. Meningkatkan kemampuan kami dalam mengidentifikasi dan
menganalisa masalah. Serta menerpkan asuhan keperawatan terhadap
pasien abortus.
2. Tujuan Khusu
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan abortus.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan abortus.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
abortus.
1
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
abortus
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada pasien dengan abortus
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriftif dengan
pendekatan asuhan keperawatan secara teoritis yaitu metode yang memberikan
gambaran dari studi kepustakaan yang ada.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan terdiri dari empat BAB. Yaitu:
1. BAB I : Pendahuluan yakni terdiri dari: latar belakang masalah, batasan
masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan
2. BAB II: Landasan teoritis yakni terdiri dari: konsep dasar abortus, definisi,
etiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, uji diagnostic dan komplikasi
3. BAB III: Asuhan keperawatan secara teoritis yakni terdiri dari: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
4. BAB IV: Kesimpulan dan saran
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. DEFINISI
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kendungan.
JEFFCOAT
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20
minggu, yaitu fetus sebelum viable by law
HOLMER
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses
plasenta belum selesai
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi, kelainan plasenta, penyakit ibu, kelainan traktus genitalis.
3
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium
disekitar implantasi kurang sempurna dengan pemberian zat-zat makan
pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh heterogen
3. Penyakit ibu
Penyakit ibu mendadak, seperti pneumonia, tifus, abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk kejanin sehingga menyebabkan
kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
lapartomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis,
toksoplasmosis, juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor
ibu dan faktor bapak
1. Kelainan Ovum
KontraksiMenurut HERTIG dan kawan-kawan pertumbuhan abnormal dari fetus
sering menyebabkan abortus spontan
4
Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9%
disebabkan karena ovum yang patologis, 3,2% disebabkan oleh kelainan letak
embrio dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal
4. Penyakit-Penyakit Ibu
Misalanya pada:
- Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,
pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat
disebabakan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
- Keracunan Pb, nikotin, gas beracun, alkohol dan lain-lain
- Ibu yang akfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru hebat,
anemi gravis.
5
- Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, E dan diabetes militus
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus
sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
6. Terlalu Cepatnya Korpus Luteum Menjadi Atrofis atau Faktor Servik Yang
Inkompetesi Serviks Sevisitis
8. Penyakit Bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemia dekompensasi kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar
rontage dan avitaminosis.
6
2. Abortus Inspiens
Tanda dan gejala
- Keram suprapubik intermiten/nyeri karena kontraksi rahim kuat
- Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
- Belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
- Tidak ada nyeri tekan abdomen
- Uterus membesar dan lunak
Terapi : Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan transfuse darah. Kemudian keluarkan jaringan dengan cepat
dengan metode digital dan kuertase. Setelah itu beri obat-obatan
uterotomika.
3. Abortus Inkompletus
Tanda dan gejala
- Amenore
- Kram suprapubik diakibatkan kontraksi uterus
- Mulas-mulas
- Ekspulsi sebagian hasil konsepsi
Terapi : Seperti abortus inspiens
4. Abortus Kompletus
Tanda dan gejala
- Sedikit atau tanpa nyeri perut bawah
- Riwayat ekspulsi hasil konsepsi
Terapi : Hanya dengan uterotonika
5. Missed Abortion
Tanda dan gejala:
- Ditemui amenore
- Perdarahan sedikit-sedikit
- Fundus tidak bertambah tinggi
Terapi: Berikan obat agar terjadi his sehingga fartus dan desidua dapat
dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase.
Dapat juga dilakukan hiterotomia anterior.
7
Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
6. Abortus Habitualis
Tanda dan gejala
- Mengalami keguguran berturut-turut 3 kali
Terapi : Pengobatan pada kelainan endometrium pada pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada seviks inkompeten terapinya adalah operatif.
8
D. PATOFISIOLOGI
Uterus Berkontraksi
Perdarahan
E. KOMPLIKASI
a. Kematian Ibu
Tampaknya morbiditas serius dan bahkan terjadi setelah beberapa abortus
efektif. Sebenarnya, abortus induksi yang legal relative aman, terutama jika
dilakukan selama dua bulan pertama kehamilan. Resiko kematian akibat
abortus yang dilakukan selama dua bulan pertama kehamilan adalah sekitar
0,6/100.000 prosedur (centers for disease control, 1986). Resiko relatif
kematian sebagai akibat abortus, berlipat dua kurang lebih setiap penundaan
dua minggu setelah kehamilan delapan minggu.
9
tampaknya menggambarkan penurunan absolute dan kematian akibat
komplikasi non-ansatesia.
b. Syok Septik
Endotoksemia dan eksotemia besar kemungkinannya menyebabkan syok
yang berat dan bahkan fatal. Syok septik yang untungnya kini sudah jarang
dijumpai. Sebelumnya paling penting sering ditemukan pada wanita dalam
usia reproduktif sehubungan dengan abortus induksi. Sekalipun keadaan ini
dapat terjadi akibat infeksi pada traktus genitalia atau traktus urinarius setiap
saat dalam massa kehamilan atau masa nifas.
d. Perdarah
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa konsepsi
dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
e. Perforasi
Perforsi uterus pada kerokan dapat terjadi juga pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa seperti ini, penderita perlu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan
tergantung dari luas dan bentuk perforsi, penjahitan luka perforsi atau perlu
10
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
F. UJI DIAGNOSTIK
- Urinalisis : Pada kasus abortus imimens, urinalisis normal. Jika eritrosit atau
leukosit ditemukan, maka kemungkinan masalah traktus traktus urnarius harus
dicurigai, karena sistitis atau obstruksi ureter menimbulkan gejala yang serupa
dengan abortus imenen.
- Tes kehamilan untuk bona dotropin korior : Pada kasus kehamilan intrauterine
viable, tes kehamilan positif. Waktu lipat dua untuk analisis kuantitatif
gonadotropin korion dalam dua contoh berseri dapat membantu dalam
evakuasi prognosis kehamilan muda
- Utrasonografi : bila diagnosis kehamilan intra uterin viabel masih meragukan,
maka adanya kantong kehamilan normal pada sonogram akan menenangkan.
Dengan “real time scan” maka aktivitas janin dan DJJ bisa dilihat.
- Hitung sel darah lengkap apusan darah. Hemoglobin dan Ht menunjukan
anemia dan perdarahan sebelumnya. Hitung leukosit dan hitung jenis dapat
mengidentifikasi suatu infeksi sitomik.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Ketika masuk rumah sakit, perawat menanyakan riwayat sehubungan dengan
masalah klien, nyeri perdarahan, menstruasi terakhir untuk menentukan kira-kira
umur gestasi. Data dasar termasuk tanda-tanda vital sebelum kehamilan,
sebelum kehilangan kehamilan, tipe dan lokasi nyeri, kuantitas dan sifat
perdarahan, alergi dan status emosional yang umum dirasakan oleh klien adalah
kecemasan dan ketakutan akan terjadi sesuatu yang terjadi pada diri dan
kehamilannya.
12
- Masalah perdarahan atau pembekuan
- Tingkat kesadaran (LOC)
- Keadaan emosi
Awal kehamilan
- Penetapan kehamilan
- Perdarahan (terang atau gelap, kadang-kadang atau terus menerus)
- Nyeri (tipe, intensitas dan keadaan)
- Keadaan vagina
Akhiran kehamilan
- Taksiran persalinan
- Perdarahan (banyaknya, dihubungkan dengan nyeri
- Keadaan membran amniotik
- Aktivitas uterine
- Nyeri abdomen
- Keadaan fetus/kelangsungan hidup
b. Data Fungsional
- Periode menstruasi
- Metode kontrasepsi
- Tanda dan gejala kehamilan
- Riwayat kesehatan lain
c. Data Psikososial
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Raeksi terhadap kehamilan
- Situasi hidup yang berhubungan dengan pilihan untuk hamil
- Tingkat ambivalen
- Pengetahuan dan konseling yang dibutuhkan
13
Tipe Jumalah Ketegangan Bagian Jaringan Mulut Ukuran
Aborsi Perdarahan uteri Jaringan dalam serviks uterus
Vagian bagian
dalam
Ancaman Sedikit Ringan Tidak Tidak ada Tertutup Sesuai dengan
usia
kehamilan
Tidak dapat Sedang Sedang Tidak Tidak ada Terbuka Sesuai dengan
dihindarkan usia
kehamilan
Inkomplitus Banyak Berat Ya Mungkin Terbuka Lebih kecil
ada dengan dari usia
jaringan kehamilan
Dalam servik
Komplitus Sedikit Ringan Ya Mungkin Tertutup Lebih kecil
ada dari usia
kehamilan
Missed Sedikit Tidak ada Tidak Tidak ada Tertutup Lebih kecil
dari usia
kehamilan
Septik Bervariasi Bervariasi Bervariasi Bervariasi Besarnya Kebanyakan
biasanya ada demam ada ada terbuka dan lebih besar
berbau demam demam demam dari usia
busuk dan kehamilan
demam dan lembek
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Potensial diagnosa perawatan yang paling tepat pada awal perdarahan kehamilan
termasuk kedua aspek perawatan fisik dan psikososial. Diagnosa keperawatan
pada pengalaman klien yang mengalami aborsi spontan mungkin termasuk hal
yang berikut ini:
a. Cemas/takut berhubungan dengan ketidaktahuan akibat dan tidak mengenal
prosedur Rumah Sakit
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
akibat aborsi spontan
c. Nyeri yang akut berhubungan dengan terjadinya aborsi yang tidak diduga-
duga
d. Self esteem yang rendah berhubungan dengan ketidak mampuan membawa
kehamilan sampai term gestasi dengan sukses.
C. PERENCANAAN
Rencana asuhan keperawatan dibuat pada hasil pengkajian biofisik dan
psikososial klien. Rencana harus sesuai dengan hasil pemeriksaan klinik klien
14
dan diagnosa keperawatan dan itu harus diukur sesuai dengan tingkah laku
klien.
Untuk mencapai tujuan harus berdasarkan juga pada hal sebagai berikut:
1. Wanita harus mendiskusikan pengaruh dari kehilangan pada diri dan
keluarga
2. Wanita harus mengidentifikasi dan menggunakan support system yang ada
3. Wanita tidak mengetahui perkembangan tanda dan gejala komplikasi
D. IMPLEMENTASI
Asuhan keperawatan harus difokuskan pada kestabilan kondisi klien dengan
segera. Aspek keperawatan psikososial memfokuskan pada arti kehilangan
kehamilan bagi klien dan keluarga. Klien dan keluarga merupakan focus
keperawatan. Penjelasan tentang aborsi sebagai suatu yang alamiah, prosedur
yang diharapkan. Kemungkinan dampak pada kehamilan yang akan datang
harus diberikan secara hati-hati. Wanita diberitahukan bahwa aborsi sepontan
merupakan suatu hal tidak bisa dan tidak selalu berhubungan dengan tingkah
lakunya. Jika seseorang wanita mempunyai kebiasaan merokok, minuman
alkohol atau ketergantungan pada obat-obatan maka dia harus diberikan
penerangan mengenai resiko tinggi kehilangan kehamilan sehubungan dengan
tingkah laku tersebut.
15
Penyuluhan untuk wanita yang aborsi secara spontan
1. Arahkan untuk memperoleh dukungan kelompok, pemuka agama, atau
penyuluh professional
2. Anjurkan klien untuk mencatat keadaan, banyaknya atau warna perdarahan
pada dokter
3. Terangkan pada klien bahwa bercak-bercak yang berwarna kecoklatan itu
adak ada kira-kira selama 1-2 minggu
4. Untuk mengurangi resiko infeksi. Ingatkan pada klien untuk memasukan
apapun kedalam vagina sampai perdarahan selesai
5. Beri penjelasan bahwa dia telah mengalami kehilangan dan memerlukan
waktu untuk memulihkan dia dapat merasa tertekan atau depresi
E. EVALUASI
Evaluasi berdasakan pada penetapan tujuan utama klien, perawat harus yakin
bahwa perawatan yang telah diberkan telah efektif sesuai tujuan yang telah
ditapkan. Yaitu wanita dapat mendiskusikan pengaruh kehilangan pada diri dan
keluarganya. Mengidentifikasi dan menggunakan system pendukung yang tepat
tidak berkembang tanda-tanda dan gejala komplikasi. Perawatan yang efektif
harus juga dihasilkan melakukan perawatan tindak lanjut diruma. Metode
kontrasepsi yang sesuai untuk mencegah kehamilan yang diinginkan.
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah penulis secara menyeluruh menjelaskan tentang abortus, penulis
menyimpulkan beberapa hal yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
B. SARAN
Setelah penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan. Penulis menganggap perlu
adanya saran-saran untuk memperbaiki, memperatahankan dan meningkatkan
kesehatan, terutama pada system reproduksi. Dengan cara mengetahui lebih dini
tanda dan gejala kelainan pada system reproduksi.
17
DAFTAR PUSTAKA
18