DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
CI Institusi
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
CI Institusi
A. Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan
penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada
20 minggu (Sastrawinata, 2005)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).
B. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus
spontan ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin.keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus,
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia
berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun
seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis juga dapat
menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis
Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion uteri
gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester II ialah serviksin kompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang
tidak dijahit.
Secara umum abortus disebabkan oleh :
1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri,
misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis,
biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru,
aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat
penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia
serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan
seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
6. Kelainan alat kandungan.
7. Gangguan kelenjar tiroid.
8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan
bawaan.
9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan
sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
PATHWAY
Terlampir
D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus.
E. Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran kehamilan
biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa kehamilan membahayakan
bagi ibunya sebelum usia kandungan 28 minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya alasan medis
yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya abortus spontan
dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini,
hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi
serviks)
b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan
disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau
dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim.
c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi
dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau
sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim
kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk.
Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita
yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika
datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang
tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang
tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan
uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.
f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin
mati.
g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi beberapa hari
hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut rahim masih menutup. Jika
perdarahan berhenti biasanya kehamilan akan dapat terus berlanjut, walaupun ada
risiko terjadi kelahiran prematur, atau berat lahir bayi rendah. Namun perdarahan
seperti ini tidak menyebabkan kecacatan pada janin.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes urine,
hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
G. Penatalaksanaan
1. Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4
jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum pada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone progesteron.
Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil
konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka pemberian
hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan apakah masih
janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preprat hematinik
misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
2. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret vacum atau cunam abortus
disusul kerokan memakai kuret tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose
5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
3. Abortus incomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis atau Ringer
Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
IM.
c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta
secara manual.
d. Berikan antibiotic.
4. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
5. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi dengan cunam
ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan gagang laminaria
selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator hegar kemudian ambil hasil
konsepsi dengan cunam ovum dan kuret tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg infus oksitosin 10
IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20 tetes permenit kemudian naikkan
dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi keluarkan
dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum uteri dinding perut.
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
7. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang
sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus dan olah raga, terapi dengan
hormone progesteron, vitamin, hormone tiroid dan lainnya mungkin mempunyai
pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
8. Abortus infeksiosus (Septik)
a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami banyak
perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan
dan menghilangkan jaringan yang nekrotis. Yang bertindak sebagai medium
pembiakan bagi jasad renik. Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak
ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis yang lebih tinggi.
H. Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus
harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi
serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan
hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih
besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau
diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati
keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan
perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan
laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum
uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan
sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah
apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh
darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian
pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan
pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS ABORTUS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001)
1. Data subyektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian (Nursalam, 2001)
2. Data objektif
1. Fungsi fisiologi
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar
yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Eliminasi
e. Proteksi / perlindungan
i. Fungsi endokrin
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri
ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini
sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder
4. Mode interdependensi
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
untuk dirinya.
No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang diderita klien Meningkatkan koping klien dalam melakukan
dan penyebabnya guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
3. Ansietas
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
klien penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan support yang
penyebab kecemasan
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
perlu diketahui oleh klien dan
membangun support system keluarga; untuk
keluarga mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik (Nursalam, 2001).
E. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman pembuatan SOAP, atau
SOAPIE pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA
Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta
Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc : jakarta
Wilkinson, judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC : Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN PRENATAL
Derajat : -
Senam hamil []
Rencana tempat melahirkan []
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu []
Kesiapan mental ibu dan keluarga []
Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan dan cara mengatasi nyeri proses
persalinan []
Perawatan payudara []
DS :
- klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak
- klien mengatakan nyeri seperti diremas-remas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± tiap 5 menit
- klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir
- klien mengatakan sering merasa haus
- klien mengatakan badannya terasa lemas dan cepat lelah
DO:
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 7 (skala 0-10)
- N : 110x/mnt
- klien Nampak lemah
- tugor kulit jelek
- mukosa kering
- Konjungtiva anemis
- TD : 110/60 mmHg
N : 110 x/mnt
S: 37 oC
R : 23 x/ mnt
- terdapat perdarahan aktif pada jalan lahir ± 40 cc
- klien Nampak lemas
- klien Nampak menahan kesakitan
- Hb : 10 g/dL
ANALISA DATA
2. DS :
- klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir Perdarahan dalam desidua basalis Kekurangan Volume
- klien mengatakan sering merasa haus (plasenta) dan nekrosis jaringan Cairan
sekitar
DO:
- klien Nampak lemah Hasil konsepsi sebagian atau
- tugor kulit jelek seluruhnya terlepas
- mukosa kering
- Konjungtiva anemis
- TD : 110/60 mmHg Uterus berkontraksi
N : 110 x/mnt
S: 37 oC Isi rahim keluar
R : 23 x/ mnt
- terdapat perdarahan aktif pada jalan lahir ± 40
cc Perdarahan per vaginam
Uterus berkontraksi
09.05 H:
S:
- klien mengatakan nyeri pada bagian - klien mengatakan nyeri pada
bawah perut bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri bertambah saat - klien mengatakan nyeri
bergerak bertambah saat bergerak
- klien mengatakan nyeri seperti diremas- - klien mengatakan nyeri
remas seperti diremas-remas
- kien mengatakan nyeri hilang timbl ± - kien mengatakan nyeri
tiap 5 menit hilang timbl ± tiap 5 menit
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 7 (skala 0-10) O:
- N : 110x/mnt - klien Nampak meringis
- skala nyeri 6 (skala 0-10)
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan - N : 100x/mnt
09.20 tenang
A: Masalah belum teratasi
H: klien mengatakan sudah nyaman dengan
lingkungannya P: Lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas
09.30 2. ciptakan lingkungan yang
dalam dengan cara menarik napas panjang
nyaman dan tenang
secara perlahan melalui hidung lalu tahan
3. ajarkan klien tehnik relaksasi
selama 2-3 detik dan hembuskan secara
napas dalam
perlahan melalui mulut, tehnik tersebut
4. penatalaksanaan pemberian
dilakukan sebanyak 3-5 kali jika nyeri
terapi analgetik sebagai
timbul . tindakan kolaborasi
H : klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
sesuai yang diajarkan perawat
10.00 4. Melayani pemberian terapi analgetik
sebagai tindakan kolaborasi
3. 20/8/2020 1. Mengkaji kemampuan klien dalam 14.50
11.00
beraktivitas
S:
H: klien mengatakan badannya terasa lemas Klien mengatakan badannya
dan cepat lelah dan hanya bisa beraktivitas masih terasa lemas
ditempat tidur
O:
- klien Nampak lemas
2. Membantu dan latih klien dalam melakukan
- klien hanya dapat
11.10
aktivitas secara bertahap beraktivitas ditempat tidur
- TD : 110/70 mmHg
H: klien hanya dapat melakukan aktivitas
N : 100 x/mnt
ringan ditempat tidur S : 37 oC
R :22 x/mnt
3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
11.25
istirahat saat beraktivitas A: masalah belum teratasi
H: klien selalu bristirahat sesaat sedang
P: lanjutkan intervensi
beraktivitas
09.05 H:
S:
- klien mengatakan nyeri pada bagian - klien mengatakan nyeri pada
bawah perut bagian bawah perut
- klien mengatakan nyeri seperti diremas- berkurang
remas - klien mengatakan nyeri
- kien mengatakan nyeri hilang timbl seperti diremas-remas
- klien Nampak meringis jika nyeri timbul - kien mengatakan nyeri
- skala nyeri 5 (skala 0-10) hilang timbl
- N : 90x/mnt
O:
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan - klien Nampak lebih rileks
- skala nyeri 4 (skala 0-10)
tenang
- N : 90x/mnt
H: klien mengatakan sudah nyaman dengan
09.20 A: Masalah teratasi
lingkungannya
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas P: Perthankan intervensi
1. ciptakan lingkungan yang
dalam dengan cara menarik napas panjang
nyaman dan tenang
secara perlahan melalui hidung lalu tahan
09.30 2. anjurkan klien untuk
selama 2-3 detik dan hembuskan secara
melakukan tehnik relaksasi
perlahan melalui mulut, tehnik tersebut
napas dalam jika nyeri
dilakukan sebanyak 3-5 kali jika nyeri
timbul
timbul .
H : klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
sesuai yang diajarkan perawat
4. Melayani pemberian terapi analgetik
sebagai tindakan kolaborasi
10.00
3. 21/8/2020 5. Mengkaji kemampuan klien dalam 15.00
11.00 S:
beraktivitas
Klien mengatakan sudah bisa
H: klien mengatakan sudah bisa berjalan beraktivitas secara perlahan
sekirar tempat tidur tapi masi merasa lemas
O:
- keadaan umum kien sedang
6. Membantu dan latih klien dalam melakukan
- klien dapat berjalan
aktivitas secara bertahap - TD : 110/70 mmHg
11.10
N : 90 x/mnt
H: klien dapat beraktivitas di sekitaran tempat
S : 37 oC
tidur sampai ke toilet R :22 x/mnt
7. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
A: masalah teratasi
11.25 istirahat saat beraktivitas
P: Pertahankan intervensi
H: klien selalu bristirahat sesaat sedang
1. anjurkan klien untuk
beraktivitas
meningkatkan istirahat saat
beraktivitas
8. Menganjurkan keluarga klien untuk selalu
2. anjurkan keluarga klien untuk
11.30
mendampingi klien
selalu mendampingi klien
H: keluarga klien selalu mendampingi klien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN KASUS PARTUS
LAMA ( PROLONG LABOUR) DI RUANG KAMAR BERSALIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
CI Institusi
A. Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin,
2002). Persalianan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal
atau sulit.
B. Etiologi
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
1. Kelaianan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalaami hambatan atau kemacetan.
2. Kelaianan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin.
3. Kelaianan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau
menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :
1. Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat keluar janin
belum berkembamg sempurna/masih kecil.
2. Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna tulang
panggul sempit.
3. Kehamilan pertama dikuatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam panggul sehingga akan
membahayakan keselamatan janin.
4. Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang selanjutnya.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala partus lama, yaitu:
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi
a. Temperature tinggi
b. Nadi dan pernafasan
c. Abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen
a. Meteorismus
b. Lingkaran bandle tinggi
c. Nyeri segmen bawah Rahim
4. Pemeriksaan local vulva-vagina
a. Edema vulva
b. Cairan ketuban berbau
c. Cairan ketuban bercampur meconium
5. Pemeriksaan dalam
a. Edema serviks
b. Bagian terendah sulit didorong ke atas
c. Terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam Rahim
Asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama
a. Rupture uteri imminen sampai rupture uteri
b. Kematian karena perdarahan dan atau infeksi
8. Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf.
9. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
D. Jenis-Jenis Kelainan His
1. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal
kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita
biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal
terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri
primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk
waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia
uteri, harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil.
Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat
diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis
inersia uteri atau untuk mamulai terapi aktif.
b. Pemeriksaan fisik :
- Nilai keadaan umum (head to toe), suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
- Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi lakukan
pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
- Pemeriksaan abdomen (leopold I-IV)
Menentukan tinggi fundus
Kontraksi uterus
Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Pemeriksaan dalam
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
- Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
Kala II
a. Aktivitas /istirahat
- Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/ relaksasi
- Letargi
- Lingkaran hitam di bawah mata
c. Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.
c. Integritas Ego
- Respon emosional dapat meningkat.
- Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat
mengejan secara aktif.
d. Eleminasi.
- Keinginan untuk defikasi yang involunter pada kontraksi, disertai tekanan intra
abdominal dan tekanan uterus.
- Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
- Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama upaya
mendorong.
e. Nyeri/ Ketidak nyamanan
- Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
- Penurunan kesadaran diantara kontraksi mungkin terlihat.
- Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir 60-90 dtk.
- Kemungkinan melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam ANC
(Antenatal Care).
f. Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan
g. Keamanan
- Diaforesis sering terjadi.
- Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
h. Sexualitas
- Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
- Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
- Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
- Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
- Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada presentasi vertex
Keluhan :
a. Mengerang kesakitan, gelisah, mengatakan dorongan bayi sangat kuat dan merasa
ingin BAB
b. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi:
- Vulva membuka
- Perineum menonjol
- Anus membuka
- Keringat di atas bibir
- Ekstremitas bergetar
- HIS 5x/10, durasi 45 detik
- Dilatai serviks lengkap
- Ketuban (+)
- Kepala hodge 4
Kala III
a. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
b. Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke tingkat
normal dengan cepat.
- Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
- Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
a. Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
b. Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
c. Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang
pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
d. Pemeriksaan fisik:
- Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status
mental klien.
- Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan
plasenta.
- Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah
pengeluaran plasenta.
Kala IV
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
- Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal
- TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia, atau
meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena
kehamilan
- Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau dapat juga
pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada
kehamilan)
- Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk
kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria
c. Integritas Ego
- Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau perilaku
menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa
- Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau
kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
d. Eliminasi
- Hemoroid sering ada dan menonjol
- Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin
dipasang
- Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius dan
atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.
e. Makanan / Cairan : Dapat mengeluh haus, lapar, mual
f. Neurosensori
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya hipertensi,
khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien primipara)
g. Nyeri / Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma
jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
h. Keamanan
- Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
- Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
i. Seksualitas
- Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya beberapa
bekuan kecil
- Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
- Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
- Payudara lunak dengan puting tegang
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah
k. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain
mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
Kala II
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri b.d Tingkatan Nyeri Manajemen nyeri
kontraksi dan Indikator : Aktivitas :
dilatasi uterus Melaporkan Nyeri Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
Frekuensi nyeri dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab.
Ekspresi nyeri lisan Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama
Ekspresi wajah saat nyeri untuk pasien yang tidak bisa
Kegelisahan mengkomunikasikannya secara efektif
Ketegangan otot Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat
Perubahan frekuensi memberikan kenyamanan pada pasien dan
pernapasan rencana keperawatan
Ajari untuk menggunakan tehnik non-
farmakologi (spt: biofeddback, TENS, hypnosis,
relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
acupressure, apikasi hangat/dingin, dan pijatan )
sebelum, sesudah dan jika memungkinkan,
selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur.
Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien
(suhu ruangan, pencahayaan, keributan)
2. Resiko tinggi Keseimbangan cairan Pengurangan perdarahan
kekurangan Indikator : Aktivitas :
volume cairan Tekanan darah : DBH Instruksikan pasien dan keluarga terhadap
b.d Hipotensi Ortostatik (-) keparahan kehilangan darah dan tindakan yang
perdarahan Kesimbangan intake & output tepat untuk dilakukan
(24jam) Identifikasi etiologi perdarahan
Asites (-) Monitor pasien secara ketat akan perdarahan
Monitor jumlah dan karakter (nature) kehilangan
darah pasien
Catat kadar Hb/Ht sebelum dan setelah kehilanga
darah sebagai indikasi
Monitor TD dan paameter hemodinamik, jika
tersedia (contoh: tekanan vena sentral dan kapiler
paru/tekanan arteri temporalis)
Monitor status/keadaan cairan termasuk intake
dan output
Kala IV
NO DX NOC NIC
1 Kekurangan Keseimbangan cairan Pengontrolan perdarahan
volume cairan - Tekanan darah : DBH - mengenal penyebab perdarahan
b.d. - Tekanan arteri rata-rata : - monitor jumlah dan sifat darah yang hilang
perdarahan DBN - catat nilai hemoglobin / hematokrit sebelum
- Tekanan vena sentral : DBH dan sesudah kehilangan darah sesuai indikasi
- Kesimbangan intake & - evaluasi respon psikologi pasien terhadap
output perdarahan dan persepsi terhadap peristiwa
- Rasa haus abnormal (-) yang terjadi
- Perubahan suara napas (-) - monitor tanda dan gejala perdarahan persisten
- Elektrolit serum : DBN - monitor fungsi neurologi
- Hemoglobin : DBN
- Hematokrit : DBN
Manajemen Cairan
Kontrol Resiko - Monitor status hidrasi (seperti :kelebapan
- Pantau faktor resiko mukosa membrane, nadi)
lingkungan - Monitor TTV
- Pantau faktor resiko prilaku - Monitor respon pasien untuk meresepkan
personal terapi elektrolit
- Atur strategi kontrol resiko - Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan
sesuai kebutuhan tanda kehilangan cairan makin buruk
- Gunakan sistem pendukung - Kaji ketersediaan produk darah untuk
personal untuk mengontrol trsanfusi
resiko - Berikan cairan
- Pantau perubahan status
kesehatan
2 Kelelahan b.d Level Kelelahan Manajemen Energi
proses Kehabisan tenaga Jelaskan tanda yang menyebabkan
persalinan, Hematokrit kelemahan
anemia Saturasi Oksigen Jelaskan penyebab kelemahan
Metabolisme Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas
yang dibutuhkan untuk membangun
Ketahanan energi
Level oksigen darah Monitor intake nutrisi yang adekuat
Hb Monitor respon kardiorespirasi selama
Elektrolit serum aktivitas
Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Monitor respon oksigenasi pasien
3 Resiko Infeksi Pengetahuan : Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
b.d. Mendeskripsikan tanda- Alokasikan dengan tepat kekakuan pasien
terputusnya tanda dan gejala dengan indikasi pedoman CDC.
kontinuitas Mendeskripsikan Bersihkan lingkungan sekitar setelah
jaringan aktivitas-aktivitas digunakan pasien.
meningkatkan daya tahan Ganti peralatan pengobatan pasien setiap
terhadap infeksi protocol/pemeriksaan.
Mendeskripsikan tingkat Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci
keberhasilan diagnose tangan dengan benar.
infeksi Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan pada pasien.
Deteksi resiko Gunakan aturan umum.
Mengenal tanda-tanda dan Gunakan sarung tangan sebagai pengaman
gejala-gejala yang yang umum.
menunjukkan adanya Gunakan sarung tangan yang bersih.
indikasi resiko Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
Gunakan sumber untuk tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
mendapatkan informasi melaporkannya pada tim kesehatan.
tentang adanya potensi
resiko Perlindungan Terhadap Infeksi
Memeriksa system dan tanda-tanda dan
Kontrol resiko gejala-gejala infeksi.
Mengetahui resiko Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
Memperhatikan factor gejala-gejala infeksi dan melaporkannya
resiko lingkungan kepada pemberi layanan kesehatan lainnya.
Tentukan strategi control Mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana
resiko yang dibutuhkan mencegah infeksi.
Indikasi Kerja
Meninjau sejarah kandungan untuk
menginformasikan pengaruhnya terhadap
induksi, seperti usia kandungan dan kontra
indikasi melengkapkan plasenta, uterus
yang terisi, dan kelainan struktur pelvis.
Memeriksa tanda-tanda vital ibu dan janin
sebelum induksi.
Mengevaluasi kembali keadaan cervic
Menijau perubahan kegiatan di uterus.
Memulai pemberian obat (ex : oxytocin)
untuk merangsang kegiatan di uterus setelah
berkonsultasi dengan dokter.
Perawatan Perineal
Bantu kebersihan.
Menjaga perineum tetap kering.
Memeriksa kondisi torehan atau sobekan (ex :
episiotomy).
Gunakan kompres dingin dengan baik.
Bersihkan perineum sepenuhnya pada interval
tetap.
Memelihara kenyamanan posisi klien.
Catat karakteristik pengaliran dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Current Obstetric and Gynecologic, Diagnosis treatment, ninth Edition International, 2003
Geoffrey chamberlain, prolonged pregnancy Turn Bull’s Obstetric, 3rd Edition, Churchill
Livingstone
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung
Robert Resnik, Jay P lams, Maternal – fetal medicine, 5th Edition, Saunders, Philadelphia, 2004
sastrawinata Sulaiman, Ilmu kesehatan Reproduksi, Obstetri Patologi, Ed.2 – Jakarta: EGC, 2004
.
FORMAT PENGKAJIAN INTRA NATAL
Hb : 11 g/dL
Urine : protein (-)
Glukosa (-)
V. DATA PSIKOSOSIAL
1. Penghasilan keluarga setiap bulan : Rp1 juta
2. Bagaimana perasaan anda terhadap kehamilan sekarang ?
merasa cemas karena ini merupakan proses persalinan pertama
3. Bagaimana perasaaan anda terhadap suami sekarang ?
baik, karna suami selalu mendampingi
Objektive :
- klien Nampak lemah
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit , lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak pukul 15.00
26 Agustus 19.00 1. Klien mengatakan nyeri saat His 1. mengatur posisi ibu dan mengajarkan tehnik
2020 dating relaksasi napas dalam
3. pembukaan 3 cm
3. pembukaan 5 cm
Objektif :
- klien Nampak lemas
- Nampak pengeluaran cariran pervaginam
DS :
- Klien mengatakan ini merupakan persalinan pertamanya
- klien mengatakan nyeri perut menjalar sampai ke punggung sejak pukul 10.00,
- klien mengatakan ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- klien mengatakan merasa cemas dengan proses persalinannya
DO :
- klien Nampak lemah
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit , lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak pukul 15.00
- TTV : TD : 120/70 mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 37x/menit
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. ansietas b.d deficit pengetahuan Setelah diakukan 1. kaji tingkat 1. mengetahui
tindakan keperawatan pengetahuan tingkat
tentang proses persalinan, ditandai
selama 1x30 menit klien tentang pemahaman klien
dengan : diharapakan proses 2. efektif untuk
kecemasan klien persalinan menurunkan
DS :
berkurang atau hilang 2. ciptakan tingkat ansietas
- klien mengatakan merasa dengan kriteria hasil : lingkungan 3. informasi yang
- klien tidak yang nyaman cukup memantu
cemas dengan proses
Nampak gelisah 3. berikan mengurangi
persalinannya - TTV normal informasi ansietas klien
- Klien paham factual terkait 4. peran keluarga
- Klien mengatakan ini
dengan diagnosis dan dalam
kondisinya perawatan mendampingi
merupakan persalinan 4. dorong kelarga akan
klien untuk meningkatkan
pertamanya
selalu kepercayaan diri
DO: mendampingi sehingga
klien mengurangi
- klien Nampak gelisah
ansietas klien
- TD : 120/70 mmHg
- N: 80X/mnt
2. Nyeri akut b.d cedera Setelah
agen diakukan 1. kaji karakteristik 1. untuk mengetahui
tindakan keperawatan nyeri klien tingkat
biologis (kontraksi uterus),
selama 1x30 menit 2. atur posisi yang ketidaknyamanan
ditandai dengan : diharapakan klien nyaman bagi klien
dapat beradaptasi klien 2. posisi yang
DS :
dengan nyeri dengan 3. ajarkan klien nyaman
- klien mengatakan nyeri kriteria hasil : tehnik relaksasi mengrangi rasa
4. berikan informasi nyeri
perut menjalar sampai ke
- klien dapat mengenai 3. prinsip
punggung sejak pukul mengontrol nyeri penyebab nyeri manajemen nyeri
- klien tidak klien yang benar dpat
10.00,
mengungkapkan mengurangi nyeri
- klien mengatakan ada nyeri berlebihan 4. informasi yang
cukup dapat
pengeluaran pervaginam
membantu klien
lender bercampur darah untuk beradaptasi
dengan nyeri
DO:
- klien Nampak meringis
- klien Nampak gelisah
- Nampak ada pengeluaran
pervaginam lender
bercampur darah
- His : 3x dalam 10 menit ,
lamamya 20- 40 dtik
- pembukaan 2 cm sejak
pukul 15.00
EVALUASI KEPERAWATAN
NO.DX WKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 26/8/20 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang 12.00
11.00 proses persalinan
H : Klien mengatakan belum mengetahui tentang S : klien mengatakan kecemasannya
proses persalinan karena ini merupakan berkurang
persalinan pertamanya O:
- keadaan umum lemah
11.05 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman - klien Nampak gelisah
H : klien mengatakan sudah nyaman dengan - TD : 120/70 mmHg
lingkungannya - N: 90 x/mnt
A: masalah belum teratasi
3. Memberikan informasi factual terkait P: pertahankan intervensi
11.10 diagnosis dan perawatan - dorong keluarga untuk selalu
H: klien mengatakan paham dengan apa yang mendampingi klien
dijlaskan perawat
11.20
4. Mendorong kelarga klien untuk selalu
mendampingi klien
H: klien mengatakan keluarganya selalu
mendampinginya
2. 26/8/20 1. Mengkaji karakteristik nyeri klien 12.20
11.30 H:
S:
- klien mengatakan nyeri perut menjalar
- klien mengatakan perutnya terasa
sampai ke punggung sejak pukul 10.00,
nyeri seperti ingin BAB
- Nampak gelisah
- His : 3x dalam 10 menit , lamamya 20-
O:
40 dtik
- klien Nampak meringis
- pembukaan 2 cm sejak pukul 15.00
- His 3x dalam 10 mnit, selama
11.35 40 dtik
2. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien
-
H: klien mengatakan merasa nyaman dengan
A: Tujuan belum tercapai
posisinya
P: lanjutkan intervensi
1. kaji karakteristik nyeri klien
3. Mengajarkan klien tehnik relaksasi napas
11.40 2. atur posisi yang nyaman bagi
dalam dengan cara menarik napas secara
klien
perlahan melalui hidung tahan Selma 2-3
3. ajarkan klien tehnik relaksasi
detik lalu hembuskan secara perlahan melalui
4. berikan informasi mengenai
mulut. tehnik ini dilakukan 3-5 kali jika nyeri
penyebab nyeri klien
timbul
H: klien mengatakan paham dengan tehnik yang
diajarkan
11.50
4. Memberikan informasi mengenai penyebab
nyeri klien
H :klien mengatakan paham dengan penjelasan
perawat
III. Kala II
Jam : 05 s/d 06.00
Subjektif :
- klien mengatakan perutnya terasa mules seperti ingn BAB
- klien mengatakan ada pengeluaran cairan dari vagina
- klien mengatakan badanya lelah
- klien mengatakan cemas dan takut karena belum segera melahirkan
Objektif :
- klien Nampak lemas
- klien Nampak kekuangan energy
- klien Nampak gelisah
- Nampak pengeluaran cariran pervaginam
27 agustus 13.00 1. kontraksi uteus 4x dalam 10 1. observasi keadaan klien\ Observasi keadaan
2020 menit, lamanya 45 detik umum klien
2. lakukan pengawasan Kala II
2. pembukaan 10 cm 3. Anjurkan Ibu mengejan jika ada His
3. portio tidak teraba 4. Lakukan pertolongan Persalinan
4. ketuban (-)
5. DJJ : 134x /mnt
PENGUMPULAN DATA
DS :
- klien mengatakan perutnya terasa mules seperti ingn BAB
- klien mengatakan ada pengeluaran cairan dari vagina
- klien mengatakan badanya lelah
- klien mengatakan cemas dan takut karena belum segera melahirkan
DO :
- klien Nampak lemah
- klien Nampak gelisah
- klien Nampak kekurangan energi
- Nampak ada pengeluaran pervaginam lender bercampur darah
- His : 4x dalam 10 menit , lamamya 45 dtik
- pembukaan 10 cm sejak pukul 05.00
- TTV : TD : 120/70 mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 80 x/menit Pernafasan : 37x/menit
ANALISA DATA
2. DS : Kelaianan His
klien mengatakan cemas dan takut Ansietas
karena belum segera melahirkan Fase laten <8 jam
DO:
- klien Nampak gelisah Kurang pengetahuan
- TD : 120/70 mmHg
- N: 80X/mnt cemas
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO.DX WKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 26/8/20 1. Melakukan pemeriksaan vagina untuk 07.00
06.00 mengetahui letak dan posisi janin
H: S: klien mengatakan mengalami
- His : 4x dalam 10 menit , lamamya 45 kelelahan dan tidak bertenaga untuk
dtik mengedan
- pembukaan 10 cm sejak pukul 05.00 O:
06.05 - Portio tidak teraba 1. klien Nampak lemah
2. klien namak kekurangan energy
2. Menjaga privasi dan kenyaman klien 3. His : 4x dalam 10 menit , lamamya
H: privasi klien terjaga 45 dtik
4. pembukaan 10 cm
06.10 3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam 5. TTV :
H: klien paham dengan tehnik relaksasi yang TD : 110/80 mmHg
diajarkan perawata N : 80 x/mnt
06.20 S:37,2 oC
4. Membantu mengarahkan persalinan R:22 x/mnt
H: Klien melakukan sesua arahan A: masalah belum teratasi
5. Melakukn kolaborasi pemberian terapi P: lanjutkan intervensi
oksitosin dan perencenaan SC 1. lakukan pemeriksaan vagina untuk
H : pemberrian Inj. Oksitosin 1 amp/IM mengetahui letak dan posisi janin
Perencanaan SC 2. Penatalaksanaan Kolaborasi SC
2. 26/8/20 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang 07.00
06.30 proses persalinan
H : Klien mengatakan belum mengetahui tentang S : klien mengatakan kecemasannya
proses persalinan karena ini merupakan berkurang
persalinan pertamanya O:
- keadaan umum lemah
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman - klien Nampak gelisah
H : klien mengatakan sudah nyaman dengan - TD : 120/70 mmHg
lingkungannya - N: 90 x/mnt
06.35 A: masalah belum teratasi
3. Memberikan informasi factual terkait P: pertahankan intervensi
diagnosis dan perawatan - dorong keluarga untuk selalu
H: klien mengatakan paham dengan apa yang mendampingi klien
dijlaskan perawat
06.40
4. Mendorong kelarga klien untuk selalu
mendampingi klien
H: klien mengatakan keluarganya selalu
mendampinginya
LAPORAN PARTUS NORMAL
“SYAIR OBSTETRI”
P:
- observasi keadaan ibu dan janin
05.45 S:
Klien mengatakan kelehan dan tidak mampu mengedan
O:
- klien Nampak emah dan kehilangan energy
- TD: 110/70 mmHg
N: 80x/mnt
R: 20 x/mnt
S: 37oC
- kepala janin Nampak tertahan divulva
- tidak ada lilitan tali pusat
- ketuban (-)
A:
- janin hidup
P:
- observasi keadaan ibu dan janin
- Kolaborasi pelaksanaan SC
06.20 Klien dipindahkan keruang Operasi untuk dilakukan SC
PATOGRAF
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN KASUS INFEKSI
POST PARTUM HARI KE-4 DENGAN HIV RUANG MATAHARI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
CI Institusi
Proses involusi :
Involusi TFU
Segera setelah persalinan 2 cm di bawah pusar
3. Serviks
Segera setelah persalinan / post partum, bentuk serviks agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
seolah – olah pada perbatasan antara korpus dan serviks, uteri terbentuk semacam
cincin.
4. Vagina dan perineum
Vagina nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi
mukus normal dengan ovulasi.
Perineum
Episiotomi :
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi :
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
Pada post partum terdapat lochia, yaitu cairan / sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina.
Macam – macam lochia :
a. Lochia rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, cairan yang keluar berwarna
merah dan berlangsung selama 2 hari pasca persalinan
b. Lochia sanguinolenta
Berisi darah dan lendir, cairan yang keluar berwarna merah agak kekuningan dan
berlangsung pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c. Lochia serosa
Berisi darah berwarna kuning, berlangsung dari hari ke 7 – 14 hari pasca
persalinan
d. Lochia alba
Cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan
5. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara, kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3 – 5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI
6. Ligamen
Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur – angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungnya turun”
setelah melahirkan karena ligament, fasia dan jaringan alat peunjang genetalia
menjadi agak kedor. Untuk memulihkan kembali jaringan – jaringan penunjang alat
genetalia tersebut, juga otot – otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan – latihan tertentu pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi, keuntungan lain ialah dapat mencegah stasis darah yang mengakibatkan
trombosis masa nifas.
7. Sistem pencernaan
a. Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
b. Nafsu makan kembali normal.
c. Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
8. Sistem perkemihan
Uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan
edema, seringkali disertai daerah – daerah kecil hemoragi
9. Sistem integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang sebelumnya
D. Perubahan Psiklogi pada masa nifas
1. Bonding
Bonding adalah Daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya ikatan batin
antara orang tua dan bayinya (Bobak,2000). Bonding adalah menggambar suatu
hubunagan yang berawal dari saling memikat diantara orang-orang seperti orang tua
dan anaknya ketika pertama kali bertemu. Bonding merupakan langkah awal untuk
saling tertarik dan berespon orang tua dan bayi serta merupakan dasar untuk
menciptakan kasih sayang dan menerima bayinya sebagai anggota keluarga
Prinsip Bonding tidak sebatas memperhatikan bayi kepada ibu,memberitahu
jenis kelamin,panjang,dan berat badan saja tetapi ada prinsip-prinsip yang
mendasarinya:
a. Pada menit pertama sesudah kelahiran adalah masa paling optimal untuk
dilakukan bonding
b. Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali diberikan kepada orang tua
(memandang berkata, dan melakukan sesuatu)
c. Monotropi adalah proses yang terstruktur dimana pad satu waktu orang tuanya
hanya dapat berespon pada satu bayi
d. Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui beberapa tanda seperti
gerakan tubuh dan gerakan mata
e. Awal penentu perkembangan masa depan
2. Attechment
Attechment adalah suatu perubahan perasaan satu sam lain yang paling
mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung jawab dan kepuasan .Attechment
adalah suatu perasan kasih sayang atau kesehatan yang mengikat antara satu orang
dengan orang lain.Attechment adalah unik,spesifik dan memerlukan kesabaran
Ketidaknyamanan dikurangi atau dirubah oleh ibu (pemberian perawatan dalam
bentuk yang lain) dan diganti dengan kesenangan,ibu memberikan dengan pertasaan
senang dan puas.Ibu akan mengulurkan tangan pada bayi,menjaga kontak mata antara
ibu dengan bayi,dan berbicara dengan baik, ibu menjadi infant, dicintai dan dapat
berinteraksi sebagai penguat agen atau setiap peristiwa.Ibu menjadi sesuatu yang
bermakna lain pada kehidupan Infant
II. KONSEP INFEKSI PASCA PERSALINAN
A. Pengertian
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam
tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya . Infeksi pascapartum
(sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa
nifas.
C. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang
terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami
persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling
sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim
yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran
caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu
dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula
terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam,
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina
berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada
infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang
berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air
kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang
meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan
pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan
dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi
sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat
terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada
tuba atau indung telur
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri
perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan
tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu
keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau.
3. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,
perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau
kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
F. Penatalaksanaan
1. Masa Persalinan
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik,
apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominal
dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti
dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban,
kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua
sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak
berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan
banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan
harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-
tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada
saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang
harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami
infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,
2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas
(broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila
ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.
G. Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah.
Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
H. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi
berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam
batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain :
1. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik/biologis (distensi abdomen, after pains,
distensi kandung kemih).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
6. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
informasi.
7. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan
sebagai orang tua.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana
asuhan keperawatan pada klien post partum menurut
1. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih.
Tujuan :
Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit),
Tidak meringis,
Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
Skala nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua tekanan kemajuan atau penyimpangan
darah, nadi dan pernafasan setiap dari hasil yang diharapkan.
4 jam. 2. Relaksasi dan nafas dalam
2. Anjurkan klien untuk dapat mengurangi ketegangan
menggunakan teknik relaksasi dan otot dan menghambat
nafas dalam serta teknik distraksi rangsang nyeri serta
(untuk nyeri ringan dan sedang). menambah pemasukan
oksigen. Distraksi mengganggu
stimulus nyeri tetapi tidak
mengubah intensitas nyeri,
paling baik untuk periode
pendek.
3. Anjurkan posisi tidur miring. 3. Mempermudah pengeluaran
gas
4. Berikan obat analgetik sesuai 4. Analgetik bersifat
order menghambat reseptor nyeri,
sehingga persepsi nyeri
berkurang/hilang
2. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
Tujuan :
Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih
dari 38 0C),
Insisi kering
Lochea tidak berbau busuk
Uterus tidak lembek
Dolor : 1 - 2
Kalor : 36’5 – 37’2 C
Rubbor : Normal
Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka dengan 1. Akan meminimalkan dan
teknik aseptic dan anti septic. mencegah kontaminasi dan
atau masuknya
mikroorganisme.
2. Observasi adanya tanda-tanda 2. Akan memudahkan intervensi
infeksi pada daerah luka : dolor, lebih dini dan intervensi
kalor, rubor dan function laesa. selanjutnya.
3. Berikan antibiotic sesuai order dan 3. Antibiotik bersifat bakterisida
kolaborasi untuk pemeriksaan dan adanya leukositosis
leukosit. merupakan salah satu tanda
infeksi.
4. Anjurkan untuk makan makanan 4. Protein dan viatamin C
tinggi protein, vitamin C dan zat dibutuhkan untuk
besi. pertumbuhan jaringan dan zat
besi untuk pembentukan
hemoglobin.
Dada
Jantung : suara janting reguler
Paru-paru : ekspansi paru simetris , tidak ada suara napas tambahan
Payudara : payudara simetris kiri dan kanan
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI: terdapat pengeluaran ASI
Masalah khusus : tidak ada …
Abdomen
Involusi uteri : kembali seperti sebelum hamil
Fundus uteri : ±2 cm dibawah umbilikus , Kontraksi :tidak ada
Posisi : dibawah umbilikus
Kandung kemih : kosong
Diatasis rektus : ada
Fungsi pencernaan : klien mengatakan fungsi pencernaannya baik
Masalah khusus : tidak ada
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit mengalami kemerahan, tidak
ada edeme , tidak ada hematom , terdapat
pengeluaran darah ±40 cc
Perineum : episiotomy
Tanda REEDA
R : Kemerahan : [√]YA []TIDAK
E : Edema : []YA [√]TIDAK
E : Ekimosis : []YA [√]TIDAK
D : Dishargeserum []pus []darah [√]tidak ada
A : Aproximate : [√]YA []TIDAK
Kebersihan : kurang bersih
Lokia : ada
Jumlah :±40cc Jenis/warna : rubra/merah kecoklatan
Konsistensi : cair Bau : khas
Hemoroid : tiak ada
Derajat : …- Lokasi :
Berapa lama : …-
Nyeri : [√]YA []TIDAK
Masalah khusus : klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum akibat
episiotomy, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk dan
perih, klien mengtakan nyeri hilang timbul, skala nyeri 8.
pada luka jahitan Nampak luka masi basah , kemerahan da nada
bintik kebiruan , klien post partum hari ke-4
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : []YA [√]TIDAK
Varises: []YA [√]TIDAK
Ekstremitas bawah
Edema : [√]YA []TIDAK
Varises: []YA [√]TIDAK
Tanda hormone :-
Masalah khusus : tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK
BAK saat ini …normal… Nyeri : [√]YA []TIDAK
Fekal : Kebiasaan BAB
BAB saat ini 1 x pacsa melahikan…Konstipasi : []YA [√]TIDAK
Masalah khusus : tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama3-5..jam, frekuensi: 2x/hari
Pola tidur saat ini kurang teratur
Keluhan ketidaknyamanan : ya; lokasi luka jahitan di perineum
Sifat nyeri Intensitas seperti tertusuk – tusuk dan perih
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : klien mengatakan dapat melakukan mobiliasasi secara mandiri
Latihan/senam : tidak pernah
Masalah khusus : tidak ada
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi : Nafsu makan: [√] baik [] kurangbaik []tidak ada
Asupan cairan : [√] cukup []kurang
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : klien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang karena ini
merupakan persalinan pertamanya, klien selalu bertanya tentang
kesehatannya dan bagaimana cara merawat payudara.
Penerimaan terhadap bayi : klien mengatakan senang atas kelahiran bayi pertamanya
Masalah khusus : kurang pengetahuan tentang perawatan payudara
Kemampuan menyusui : baik
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
- Amoxicylin 3x 500 mg
- methergin 1 amp
- Vitamib B/C/sf 2x1
- Dexamethason 9 mg/ 8 ja/iv
- IVFD RL 20 tpm
- Efavirenz 3x 60 mg/oral
Hasil pemeriksaan penunjang :
- HEMATOLOGI
Analyzer Hema Hasil Nilai Normal
Hb 11,80 g/dL 12-15
Ht 34,70 % 35-47
Eritrosit 3,50% 3,90-5,60
MCH 33.80% 27-32
MCV 99,20% 76-96
MCHC 34,10% 29-36
Leukosit 16.9 rb/mmk 4-11 rb
Trombosit 195,0 rb/mmk 150-400 rb
- KIMIA KLINIK
Elektrolit Hasil Nilai Normal
Na 138 mmol/L 136-145
K 4,9 mmol/L 3.5-5,1
Cl 111 mmol/L 98-107
Cal 2,42 mmol/L 2.12-2,52
PENGUMPULAN DATA
DS:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum akibat episiotomy
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk dan perih
- klien mengtakan nyeri hilang timbul
- klien mengatahan luka jahitan di perineum terasa perih
- klien mengatakan tidak tau bagaimana melakukan perawatan payudara
DO:
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 8
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- N: 90x/mnt
- TD: 120/70 mmHg
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- keadaan luka masih basah, kemerahan dan Nampak ada bintik kebiruan pada skitar luka
- keluar loche rubra ± 40cc
- Nampak ada pengeluaran cairan berwarna merah pada vulva
- vulva kotor
- S : 37,2 oC
- N: 90x/mnt
- Leukosit : 16.9 rb/mmk
- klien Nampak sering bertanya tentang cara perawatan payudara
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Persalinan dengan
- klien mengatakan nyeri pada luka episiotomy
jahitan di perineum akibat Nyeri Akut
episiotomy Terputusnya jaringan
- klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk- tusuk dan perih Menekan pembuluh saraf
- klien mengtakan nyeri hilang timbul
DO:
- klien Nampak meringis Reseptor nyeri teraktifasi
- skala nyeri 8
- Nampak ada luka jahitan pada nyeri
perineum
- N: 90x/mnt
- TD: 120/70 mmHg
2. DS: Persalinan dengan
- klien mengatahan luka jahitan di episiotomy
perineum terasa perih Resiko Infeksi
DO: Terputusnya jaringan
- Nampak ada luka jahitan pada
perineum
- keadaan luka masih basah, kuman mudah masuk dan
kemerahan dan Nampak ada bintik berkembang pada luka
kebiruan pada skitar luka
- keluar loche rubra ± 40cc
- Nampak ada pengeluaran cairan resiko terjadi infeksi
berwarna merah pada vulva
- vulva kotor
- S : 37,2 oC
- N: 90x/mnt
- Leukosit : 16.9 rb/mmk
3. DS: status persalianan pertama
- klien mengatakan tidak tau Kurang
bagaimana melakukan perawatan perubahan status psikologis pengetahuan
payudara
DO: kurang terpapar informasi
- klien Nampak sering bertanya
tentang cara perawatan payudara kurang pengetahuan
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
A. TUJUAN
Setelah melakukan kegiatan penyuluhan tentang abortus selama 40 menit, diharapkan
para ibu hamil mampu memahami dan dapat mencegah terjadinya abortus pada kehamilan
berikutnya.
B. MATERI
1. Pengertian Abortus
2. Penyebab Abortus
3. Jenis- jenis Abortus
4. Tanda dan gejala Abortus
5. Penatalaksanaan Abortus
6. Pencegahan Abortus
C. MANFAAT
Dapat memberikan pengetahuan bagi ibu tentang abortus
D. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab
E. MEDIA
Leaflet
F. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
1. Matrik Penyuluhan
Materi Kompetensi Indikator/kriteria Aspek Waktu Metode Media Evaluasi
pokok dasar penilaian/ TIK kompetensi
K A P
Abortus Memahami 09.00- 1.Ceramah Leaflet
abortus pada 10.00 2. Tanya dan
kehamilan WIB jawab flipchart
2. Langkah Penyuluhan
NO Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1 Pembukaan: 10 menit Sasaran mendengarkan serta memperhatikan
para penyuluh
2 Pelaksanaan: 15 menit Sasaran mendengarkan , memperhatikan dan
mengerti tentang materi yang disampaikan
3 Evaluasi: 15 menit Ada respon dari sasaran dengan menanyakan
tentang materi yang tidak mengerti dan
membingungkan
4 Penutup: 10 menit Sasaran dapat menyebutkan isi materi yang
telah disampaikan
MATERI
A. PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan ( Sarwono, 200)
B. PENYEBAB ABORTUS
1. Faktor ibu
a. Infeksi akut : virus (cacar, rubella, hepatitis, herpes simplex),bakteri (salmonella tphy),
parasit (plasmodium).
b. Infeksi kronis : sifilis, TB paru aktif, keracunan (keracunan tembaga, air raksa, timah).
c. Penyakit kronis : hipertensi, nepritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung.
d. Gangguan fisiologis : syok, ketakutan.
e. Trauma fisik
f. Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun (usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun). Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara
emosional dan fisik belum matang, selain itu pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda tergantung pada orang lain. Abortus dapat juga terjadi pada ibu yang tua
usianya meskipun mereka telah berpengalaman, namun kondisi badan dan kesehatannya
sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin intra uterin.
g. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat: jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik (menyebabkan abortus), persalinan lama dan
perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.
2. Faktor janin :
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta contohnya
abnormal pembentukan plasenta, kelainan kromosom (monosomi, trisomi).
3. Faktor eksternal :
Dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan,merokok, alcohol, kopi, dan bahan kimia.
C. JENIS-JENIS ABORTUS
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
a. Abortus iminens
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks.Diagnosis abortus iminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada
paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan dari
beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi kram perut. Nyeri abortus mungkin
terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul
digaris tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
b. Abortus insipiens
Adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan keluar perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompli
Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkomplit
d. Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil.Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap
e. Missed abortion
Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati
itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Missed abortion biasanya di dahului
oleh abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan, atau setelah
pengobatan.Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamae agak mengendor lagi, uterus
mengecil, tes kehamilan menjadi negative.
f. Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannnya berakhir
sebelum 28 minggu.
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. MEDIA
1. Leaflet
G. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Audiens / Peserta Penkes
H. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan tanya jawab.
Pertanyaan yang akan diajukan pada audient :
1. Sebutkan manfaat ASI bagi bayi dan bagi ibu!
A. PENGERTIAN
Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan pada enam bulan
pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain. ( www.tabloid-
nakita.com, 2005 ). Menurut laporan tahun 2000 WHO, ± 15 % bayi di seluruh dunia diberi
ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak
sesuai dan tidak aman sehingga menyebabkan ± 1, 5 juta anak meninggal karena pemberian
Pada tahun 2000, survei kesehatan demografi WHO menemukan bahwa pemberian ASI
eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika Tengah dan utara, Asia
dan Amerika Latin. Oleh karena itu, WHO menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama sebab terbukti bahwa menyusu eksklusif selama 6 bulan
menurunkan angka kematian dan kesakitan pada umumnya dibandingkan menyusu selama 4
bulan.
1. Memberikan nutrisi yang optimal dalam hal kulitas dan kuantitas bagi bayi.
Dalam ASI terkandung kolostrum, yang merupakan cairan kental yang berwarna
kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu, pada periode akhir atau
trimester ketiga kehamilan kolostrum dikeluarkan pada hari pertama setelah kelahiran.
14 hari
1) Lysozyme, yaitu enzim yang aktif di saluran pencernaan yang jumlahnya ribuan
zat besi diboikot, tidak mendapat suplay zat besi hingga mati
5) Makrofage, berfungsi melindungi kelenjar susu ibu dan saluran pencernaan bayi.
a. Asuh ( fisik-biomedis)
jaringan sangan dibutuhkan nutrisi atau makanan bergizi. Dan, ASI memenuhi
kebutuhan ini.
b. Asah (stimulasi-pendidikan)
perkembangan kecerdasan anak secara optimal. Ibu menyusui termasuk guru pertama
yang terbaik bagi anaknya. Dengan demikian, perkembangan sosialisasinya akan baik
ASI dan menyusui secara eklusif akan menciptakan faktor lingkungan yang optomal
faktor-faktor lingkungan.
c. Asih (fisik-biomedis)
terpenting disini adalah pemberian kasih sayang dan rasa aman. Seorang anak yang
berkembang menjadi manusia dengan budu pekerti dan nurani yang baik. Selain itu
seorang bayi merasa aman, karena merasa dilindungi, akan berkembang menjadi orang
1. ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi
2. Secar alamiah, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi
(seperti pada bayi prematur, ASDI memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
8. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan
9. ASI akan melatih daya isap bayi dan membantuk otot pipi yang baik
3. Mencegah kanker payudara (karena pada saat menyusui hormon esterogen mengalami
penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon esterogen tetap tinggi
dan inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya
4. Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan ibu secara bertahap
5. Memberikan secara puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya
6. Pemberian ASI secara eksklusif dapat sebagai kontrasepsi selama 6 bulan setelah
kelahiran karena isapan bayi merangsang prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/
Dalam memberikan ASI Eksklusif, sebaiknya memperhatikan hal – hal di bawah ini :
1. Teknik menyusui
Duduklah dengan posisi enak dan santai kalau perlu pakailah kursi yang ada
sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak
Bila menyusukan mulai dengan payudara kanan, letakkanlah kepala bayi pada
siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi mengahadap ke badan ibu. Lengan kiri
bayi di letakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat / paha
kanan bayi. Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri
dibawahnya, dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas bagian yang berwarna hitam (
aerola mamae ). Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu. Tunggu sampai bayi
dengan cara :
a. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi atau
5. Menyendawakan bayi
keluar sendawa
1. Asi Kurang.
apalagi bila bayinya seing menangis, ibu tergesa-gesa ingin memberikan tambahan
3. Payudara Bengkak
mengumpul di dalam payudara, menekan pembuluh darah dan saluran limfe. Hal ini
mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan nyeri. Untuk menghindari hal
tersebut lakukanlah :
Rasa nyeri timbul karena waktu menyusui hanya putting susu yang masuk ke
dalam mulut bayi sedangkan areola tidak masuk mulut. Disamping itu juga disebabkan
5. Mastitis
minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat atau luka pada putting
c. Cukup istirahat
d. Minum air putih minimal 2 liter/hari
ASI merupakan makanan utam dan satu-satunya untuk bayi sehat usia 0-6 bulan.
Setelah itu pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan diberikan makanan
pendamping. Akan tetapi pada zaman globalisasi ini dimana semakin banyak wanita yang
sibuk bekerja, maka semakin sedikit waktu yang dimiliki seorang ibu untuk menyusui
bayinya.
Salah satu cara yang terbaik untuk tetap bisa member ASI kepada bayi tanpa
mengganggu waktu bekerja adalah dengan memompa ASI dan menyimpannya sehingga
ASI bisa diberikan kapan saja dan dimana saja oleh pengganti ibu dalam mengasuh bayi.
Namun sekarang ini banyak sekali kesalahan baik dalam cara pemompaan, penyimpanan
dan pemberian ASI sehingga memberikan efek buruk pada si kecil. Berikut tips-tips cara
a. Siapkan wadah penampung ASI yang mudah disterilkan, biasanya berupa botol
b. Gunakan wadah yang volumenya sesuai dengan kebutuhan bayi untuk sekali
c. Bila ASI perah akan diberikan kurang dari 6 jam, maka tidak perlu di simpan di
lemari pendingin. Sebaiknya jangan menyimpan ASI di suhu kamar lebih dari 3
atau 4 jam.
d. Bila perlu disimpan selama 24 jam, segera masukkan ASI perah ke dalam lemari
e. Bila ASI perah akan digunakan dalam waktu 1 minggu atau lebih, maka ASI perah
tersebut harus segera didinginkan dalam lemari pendingin selama 30 menit, lalu
dibekukan pada suhu -18 derajat celcius atau lebih rendah. ASI yang sudah
f. Bila mungkin, simpanlah ASI di lemari pendingin bagian tengah, atau di bagian
g. Jangan menyimpan ASI pada rak yang menempel di pintu lemari pendingin karena
temperatur di tempat ini mudah berubah ketika pintu dibuka dan ditutup.
h. Beri label setiap wadah ASI yang berisi keterangan kapan ASI tersebut diperah.
i. Jangan mengisi penuh wadah penampung ASI, karena ASI akan memuai saat
j. ASI yang telah dihangatkan tidak boleh didinginkan lagi untuk diberikan pada bayi
k. Pembekuan yang lama (lebih dari 6 bulan) dapat mengubah komposisi kimia ASI,
tinggi, jika tiba-tiba listrik padam sehingga susu cair dan dibekukan kembali.
l. Simpan ASI beku sebagai cadangan untuk keadaan darurat. Jika sedang di rumah,
susui bayi.
G. CARA MEMERAH ASI YANG BENAR
1. Buatlah jadwal memerah ASI sekitar 3-4 jam sekali secara teratur untuk menjaga
produksi ASI. Perhatikan waktu yang tepat untuk memeras, yaitu bila payudara
2. Sebelum memerah, sebaiknya Ibu minum segelas air putih, jus buah, susu, sari
kacang hijau, teh atau minuman hangat. Hindari minuman yang dingin. Jangan lupa
4. Cuci dengan sabun kedua tangan Mama, pastikan semuanya sudah bersih,.
5. Siapkan gelas kaca bersih yang sudah disterilkan dengan air panas.
6. Kompres payudara dengan handuk kecil atau waslap yang telah direndam air hangat,
secara perlahan. Selanjutnya Ibu siap memerah ASI untuk mengumpulkan stok ASI
bagi buah hati. Teknik memerah susu dengan tangan sangat mudah dilakukan. Sesuai
prosedur pemerahan ASI dengan tangan atau lebih dikenal dengan teknik Marmet,
2. Tangan kanan mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut payudara kanan.
mulai dari dasar payudara ke arah puting susu dengan garis lurus, kemudian
2.Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan sisir yang bergigi lebar dan tumpul,
“sisirlah” payudara secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting susu.
3.Langkah ketiga, proses shake payudara. Condongkan tubuh ke arah depan kemudian
kocok atau goyangkan payudara dengan lembut. Dalam proses ini biarkan daya tarik
bumi meningkatkan stimulasi pengeluaran ASI. Setelah tiga tahap persiapan tersebut
a. Ambil posisi yang paling nyaman, dan condongkan tubuh Mama ke arah depan
b. Sanggalah payudara Mama dari sebelah bawah dengan salah satu tangan
c. Letakkan ibu jari tangan satunya di sekitar areola (di atas puting) dan telunjuk di
d. Mulailah memijat dengan lembut ke arah dalam, lalu pijat aerola di belakang
puting.
e. Kemudian lakukan gerekan menekan dan melepas beberapa kali sampai ASI
f. Tampunglah ASI dalam gelas kaca, kemudian masukkan dalam botol kaca atau
kurang lebih 20-30 menit. Mama tidak perlu terburu-buru dalam mengerjakannya.
Tetap rileks supaya ASI yang dihasilkan cukup banyak dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2002, Asuhan Keperawatan Ibu Hamil, Modul Diklat Jarak
Jauh, Jakarta
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2003, Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologi
Bagi Dosen Diploma III Kebidanan, Asuhan Antenatal, Buku 2, Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN
INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)
DISUSUN OLEH:
IRFAN
NPM. JP019.008
A. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan
tentang infeksi nifas diharapkan ibu nifas mengerti tentang infeksi yang terjadi pada saat
nifas.
B. TUJUAN KHUSUS
C. SASARAN
Sasaran pada promosi kesehatan ditujukan kepada masyarakat khususnya para ibu
nifas.
D. PROSES PENYULUHAN
- Menjawab salam
E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
F. MEDIA
1. Leafle
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
INFEKSI PUERPERIUM ( INFEKSI PADA IBU NIFAS)
A. PENGERTIAN
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam
minggu
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Ne'bnatal,
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan.
Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari
2. Selama persalinan
a. Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya
kuman-kuman dalam jalan lahir :
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya
persalinan tidak berlarut-larut.
c. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan tranfusi darah.
f. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan
masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke
kamar bersalin.
g. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
h. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
3. Selama nifas
a. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus
steril.
b. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu sehat.
c. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi
sedapat mungkin.
DAFTAR PUSTAKA