Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS

1. Lansia dengan COPD


Bapak Yun, berusia 70 tahun, mempunyai keluhan napas cepat dan dangkal serta tidak dapat
menyelesaikan satu kalimat saat berbicara (terengah-engah). Pemeriksaan Fisik, didapatkan N 96
x/menit; RR 28 x/menit; TD 138/82 mmHg; peningkatan anteroposterior dada; jari tabuh dengan
sianosis sedang pada dasar kuku; TB 180 cm; BB 77 Kg; orientasi baik terhadap waktu, tempat dan
orang. Bapak Yun mengatakan, “takut beraktifitas dan merasa letih. Saya tidak dapat berkeliling
seperti biasanya, keletihan dan terengah engah. Saya lebih banyak menonton TV.” Bapak Yun
berhenti merokok 5 tahun yang lalu, karena semakin kesulitan bernapas. Ia juga mengatakan
turunnya nafsu makan, karena sesak saat mengunyah makanan.
Bapak Yun, terdiagnosa emfisema.
Silahkan disusun ASKEPnya.

2. Lansia dengan Pneumonia Hipostatik


Bapak Luwi, 76 tahun, stroke dengan riwayat hipertensi tidak terkontrol dan gangguan penglihatan.
Kesehariannya mobilitas di atas tempat tidur, dan ketergantungan. Ia tinggal dengan istri dan satu
anaknya yang kerja kantoran (3 shift). Sang Istri menolak asisten perawat untuk merawat suaminya
setiap hari, dan berharap anaknya untuk merawat. Perawat rumah melakukan visite setiap 2
minggu. Namun selama 1 bulan terakhir, anaknya sering lembur dan bahkan tugas keluar kota.
Sehingga didapati kondisi Bapak Luwi makin tidak terawat dan mulai batuk berdahak.

Setelah dibawa ke rumah sakit lansia, perawat Ns. Hesron mendapati penumpukan slem / dahak.
Nadi 96 x/menit, RR 36 x/menit, Tensi 172/100 mmHg, suhu 38.7 ⁰C. Setelah dilakukan Tindakan
nebulizer dan suction, Bapak Luwi masih harus dirawat di RS.
Sebegai perawat, uraikan ASKEPnya

3. Lansia dengan Fraktur


Ny. Vick, 72 tahun, kesahariannya merawat suaminya dan ibu rumah tangga serta sangat
memperhatikan perawatan dirinya. Mereka sudah menikah selama 50 tahun. Suatu hari Ny. Vick
tersandung dan jatuh, mengalami patah tulang panggul. Dia ke rumah sakit terdekat, untuk
dipasangkan pen. Karena proses perawatan, maka rambut panjangngya di potong pendek.

Pada hari ketiga pasca operasi, ia mengalami thrombosis vena profunda, akibatnya ia harus
mengalami amputasi pada area bawah lutut kaki kanannya. Sejak saat itu ia mengalami perubahan
dari mandiri menjadi ketergantungan. Kertika Ny. Vick dipindahkan ke ruang perawatan, sejak saat
itu ia tidak mau berbicara, tidak mau belajar menggunakan walker, menolak makan, menolak
perawatan diri seperti mandi, menyisir rambut dan dandan.

Kepada perawat yang bertugas Ns. Resky, Ny. Vick selalu mengatakan dirinya jelek karena kakinya
sudah tidak ada, dan menolak untuk diberikan Latihan atau intervensi yang lain. Selama 2 minggu
proses perawatan di rumah, ia mengalami kehilangan BB (77.5 Kg menjadi 58 Kg).
Sebagai perawat, uraikan ASKEPnya

4. Lansia dengan Arthritis


Ibu Eng, janda 80 tahun. Tinggal sendiri di apartemen, kompleks Lansia. Ia memiliki riwayat
pembesaran Jantung, dengan gejala yang masih dialami yaitu napas pendek, nyeri dada dan mudah
Lelah. Ibu Eng, juga mengalami Rheumatoid arthritis di bahu, siku, pergelangan tangan dan lutut. Ia
tidak lagi mampu makan sendiri dengan tangan kanan, bahu kanan dapat fleksi kira kira 90⁰
(maksimum 180⁰). Ia dapat memakai pakaian sendiri, tapi tidak dapat melepaskan pakaian. Kecuali
bila pakaian sangat longgar dan terpasang kancing yang besar (berukuran sekitar 2,5 cm) yang
tampak jelas di bagian depan pakaiannya. Ia tidak mampu menyisir rambutnya, sehingga
menggunakan rambut palsu. Ia mengalami nyeri hebat di lutut, yang meyebabkan kesuliatan
menaiki tangga serta duduk dan bagun dari kursi. Ia tidak bisa membuka kemasan susu, memutar
tutup botol selai, dan menutup botol obat dengan baik.

Ibu Eng sangat yakin dirinya menderita kanker, meskipun sudah memeriksa beberapa kali dan
hasilnya negative. Ia tidak percaya bahwa RA dapat menyebabkan nyeri sangat hebat. Ia percaya
semua yang didengarnya di radio, namun tidak percaya dengan arahan dari tenaga Kesehatan. Ibu
Eng, menolak penggunaan tongkat / walker, walaupun ia mudah kehilangan keseimbangan karena
memiliki gaya berjalan dengan Langkah lebar. Ia sering minta bantuan sokongan orang lain untuk
berjalan jauh. Karena takut jatuh, maka ia sering menghabiskan waktunya di depan TV, mendengar
radio atau nonton di kamarnya. Ibu Eng juga memiliki Riwayat hipertensi, dengan komplikasi
gangguan penglihatan dan pendengaran sehingga ia tidak mau berpartisipasi dalam kelompok
social. Namun ia dapat mendengarkan percakapan di telepon, radio dan TV. Ia senang
mendengarkan berita.
Sebagai perawat keluarga, yang melakukan home visit. Uraikan ASKEPnya

5. Lansia dengan Gangguan Konsep diri


Ny. Case, 73 tahun, telah menikah selama 49 tahun. Suaminya meninggal tahun lalu, dan sejak itu
penyakit arthritis dan DM yang dideritanya semakin memburuk. Secara fisik, ia mengalami kesulitan
saat berjalan dan sering merasakan nyeri. Kadar gula darahnya terus meningkat, namun ia menolak
penggunaan insulin. Ny. Case sering merasa sulit tidur di malam hari “tanpa alasan”. Karena ia
merasa kurang sehat, makai a berhenti berkunjung pada pertemuan Lansia (3x seminggu).

Ny. Case mengatakan merasa sedih dan kesepian sejak suaminya meninggal. Namun ia juga
mengakui suaminya sering berlaku kasar dan mengkritik / merendahkannya, sehingga ia sering
marasa tak berharga lagi. Pada suatu hari, Ny. Case mengatakan bahwa ialah yang menyebabkan
kematian suaminya, dan ia terus menyalahkan diri sendiri. Ia mengatakan, apabila malam itu ia
langsung bangun dan memeriksa ke dapur karena ada suara benda terjatuh di lantai ruangan dapur;
kemungkinan suaminya tidak akan tergeletak kaku di lantai sampai pagi.

Ny. Case memiliki hubungan yang tidak baik dengan anaknya. Ia mengatakan anak-anaknya sangat
sibuk dan jarang berkomunikasi atau mengunjungi dirinya. Ia juga menyalahkan suaminya yang
meniggalkan dia mengurusi anak-anaknya sendiri. Ia juga menyalahkan anaknya laki-laki yang
alkoholik, sehingga menyebabkan suaminya meninggal.
Staf keperawatan di klinik setempat Ns. Agung, terkejut pertama kali melihat Ny. Case datang
memeriksan dirinya. Ada banyak perubahan pada dirinya sejak kunjungan terakhirnya 3 bulan yang
lalu. Penampilan Ny. Case tampak tidak rapi, pakaian kusut dan sangat kotor. Saat ditanya, apa
kaba?......... ia menjawab “saya sangat lelah, tidak ada yang memerhatikan saya”. Ia mengatakan
sering menangis karena tidak memiliki apa-apa. Ia juga tidak mau pergi melihat tanaman di kebun,
karena takut jatuh dan harus duduk di kursi roda.
Silahkan uraikan ASKEPnya

6. Lansia dengan Demensia


Bapak Liu, 72 tahun, seorang professor yang telah pensiun. Tinggal rumahnya Bersama istri, di kota
X yang adalah sebuah kota pelajar. Mereka sudah 40 tahun tinggal menetap disitu. Sejak 3 tahun
yang lalu, sang istri sudah memperhatikan kemunduran Kesehatan dari Bapak Liu, seperti: pelupa,
disorientasi dan menjauh. Mulai membuat kesalahan dengan mengatur janji pertemuan, tidak
menghadiri pertemuan yang dijadwalkan, serta kehilangan barang – barang pribadinya. Upaya dan
watak bapak Liu, menjadi tidak terarah dan sering menyalahkan istri bila ada masalah yang muncul.
Bapak Liu juga berhenti membayar tagihan listrik, dengan pemikirian bahwa dia takut penagih akan
mengambil uangnya. Saat sedang diskusi berita di koran, sang istri mendapati bahwa Bapak Liu
sudah tidak bisa membaca. Sebelum kemunduran kesehatan ini, Bapak Liu sangat teratur.
Setelah diperiksa dokter keluarga, Bapak Liu terdiagnosa Penyakit Alzhaimeer dan gangguan yang
berkaitan (Alzheimer’s disease and related disorders)

Setelah terdiagnosa PAGB, mereka pindah rumah agar lebih dekat dengan anak mereka.
Perpindahan ini menyebabkan perubahan perilaku dari Bapak Liu, dan semakin memburuk. Bapak
Liu, tidak bisa mandiri untuk mandi dan berpakaian. Ketika malam hari, Bapak Liu merasa ketakutan
dengan box barang barang yang masih menumpuk (belum dirapihkan). Sang istri merekrut asisten,
untuk membantu merawat Bapak Liu, namun ART ditolak oleh Bapak Liu karena merasa asing dan
terganggu.

Gejala lain yang muncul adalah perubahan persepsi dari Bapak Liu. Dia berpikir foto foto di dinding
dan lukisan adalah nyata. Televisi, membuatnya berpikir ada anak anaknya sedang berada di
rumah. Suatu malam, saat ketakutannya muncul, Bapak Liu memecehakan 2 buah cermin dan
membangunkan istrinya sambil berteriak teriak “kebakaran, api …. Ada api” (karena takut
kebakaran). Saat itu, Bapak Liu sedang memegang buku yang bergambar anak kecil duduk di
samping api unggun. Selama 2 minggu, Bapak Liu dengan kondisi ketakutan setiap malam. Akhirnya,
dipindahkan ke panti werda yang memiliki klinik untuk dirawat sepenuhnya.
Silahkan disusun ASKEPnya

7. Lansia dengan Masalah Spiritual


Keluarga Foster di rujuk ke seorang konsultan perawat geontologik (Ns. Dian), melalui devisi
asosiasi Alzheimer (Ns. Cahya).
Ny. Foster, berusia 79 tahun yang suaminya terdiagnosa Alzheimer setahun lalu (tahap awal, degan
gejala ringan). Mereka telah menikah 55 tahun. Tn. Foster menunjukan gejala seperti kehilangan
memori jangka pendek, gangguan penilaian dan kendali impuls, serta kehilangan pesona
kepribadian.

Ny. Foster mengalami kesulitan menghadapi penyakit suaminya, ia menjadi bimbang antara
percaya bahwa memori suaminya masih baik, karena suaminya kadang-kadang masih mengingat
hal hal tertentu. Ny. Foster, merasa putus asa dengan kondisi suaminya.
Tn. Foster pernah mengalami gangguan / disorientasi saat menyetir, dan tidak akan diberikan lagi
ijin mengemudi. Namun Ny. Foster menolak pencabutan ijin mengemudi tersebut.

Selama pernikahan, Ny. Foster sangat turut pada suaminya dan ia berperan sebagai istri yang
mandiri. Namun ketika suaminya terdiagnosa Alzheimer, Ny. Foster berubah menjadi sangat
ketergantungan pada suaminya. Ia merasa sangat sulit menerima kondisi / situasi ini, ia juga tidak
menemukan solusi untuk hal ini. Terkadang ia mengeluh nyeri kepala, hilang nafsu makan, dan
stress. Ia merasa sendiri dan tidak ada orang yang menemaninya.

Sejak Tn. Foster terdiagnosa Alzheimer, mereka menarik diri dari kegiatan ibadah yang aktif
dilakukan sebelumnya dan tidak meberitahukan kepada siapapun mengenai Tn. Foster. Mereka
memilih beralih dari kegiatan kegamaan yang terstruktur, ke program TV religius dan intrinsik
seperti berdoa. Mereka percaya bahwa penyakit ini akan sembuh. Dalam hal ini mereka kehilangan
sosialisasi dan persahabatan.

Ny. Foster, semakin menunjukan ketegangan peran karena merawat suaminya. Ia mengatakan,
letih dan tidak tahu berapa lama akan bertahan. Ia merasa sangat sendirian dan berbeban berat. Ia
menunjukan depresi, pucat dan gelisah saat diwawancara. Ia tidak mendapatkan banyak informasi
tentang Alzheimer, karena dokter tidak memberikan rujukan layanan komunitas. Ny. Foster hanya
menghubungi asosiasi Alzheimer karena rasa putus asa yang dia alami.
Sebagai konsultan perawat geontologik, uraikan ASKEPnya

Anda mungkin juga menyukai