Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PERDARAHAN (KEGUGURAN)
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI

Perdarahan pervaginam atau perdarahan dari kemaluan adalah


salah sau tanda waspada terjadinya gangguan pada Rahim aau keguguran.

Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada
usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram,
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban
karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan
untuk dapat hidup terus.

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui
metode obat-obatan atau bedah. Berakhirnya kehamilan sebelum anak
dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di
dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan
28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat
anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500
– 999 gram disebut juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya
suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diuar kandungan.
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus
merupak suatu keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar dengan usia kurang dari 20 minggu.

1
2. ETIOLOGI
Penyebab abortus merupskan gabungan dari beberapa faktor.
Umumnya abortus di dahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu:
a. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering di jumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan
tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
1) Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi)
2) Embrio dengan kelainan lokal
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara
pasi, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan abortus:
a) Virus, misalnya; rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks,
varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan
ensefalomielitis.
b) Bakteri, misalnya Salmonella Typhi
c) Parasit, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium
2) Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular
3) Kelainan endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid;
defisiensi insulin.
4) Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA
(Human Leukocyte Antigen)

2
5) Trauma, kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera
setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a) Pengangkatan ovarium yang mengandung corpus luteum
graviditatum sebelum minggu ke 8
b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
c) Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma sub-
mukosa), serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi
incarcerata.
6) Faktor psikosomatik, pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
c. Faktor Eksternal
1) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
2) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah
dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
3. PATOFISIOLOGI
Pada awal keguguran terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti
dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin

3
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi
atau fetus papiraseus.
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin
yang kemudian di ikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu
terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi
sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang di interpretasikan
sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan konstraksi
uterus di mulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu
keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu di tekankan bahwa pada abortus
spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin
tidak layak di lakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus
tidak dapat di hindari.
Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
dengan lengkap. Hal ini di sebabkan sebelum minggu ke 10 vili korialis
belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua hingga telur mudah
terlepas keseluruhanya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan
cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai
saat tersebut sering terdapat sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau
terjadi abortus.
Pengeluaran hasil konsepsi di dasarkan 4 cara:
a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua
b. Kantong amnion dan isinya (fetus) di dorong keluar, meninggalkan
korion dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin keluar, terapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya
janin yang di keluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat di dorong keluar secara utuh.
Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu

4
kuretasi diperlukan untuk memebrsihkan uterus dan mencegah
perdarahan atau infeksi lebih lanjut.
Abortus bentuk yang istimewa seperti:
a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion
berisi air ketuban tanpa janin.
b. Mola kruenta adalah telur yang di bungkus oleh darah kental. Mola
kruenta terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga
darah sempat membeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini
sudah seperti daging disebut juga mola karnosa.
c. Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan,
disebabkan oleh hematom-hematom antara amnio dan korion.
d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil
dapat di absorpsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan
amnion diabsorpsi hingga janin tertekan (foitus compressus).

4. KLASIFIKASI
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
1) Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan,
dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
a. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Ditandai
dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu
mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis
ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai
pembukaan (dilatasi serviks).
b. Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini
terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di
dalam Rahim atau uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di
dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin

5
dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal
kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit
dan os uteri menutup dan Rahim mengecil. Pada wanita yang
mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa,
kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan
masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara
dikuret.
e. Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam
kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk
bundar, dan dindingnya menipis.
2) Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum
dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat
beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang
dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa
ibu. Syarat-syaratnya:
1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab
profesi.
2) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum, psikologi).

6
3) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
4) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5) Prosedur tidak dirahasiakan.
6) Dokumen medik harus lengkap.
b. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan
dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak
nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

7
6. KOMPLIKASI
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu
ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat
menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung
kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu
dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak
boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan
hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan
tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan
peritonitis.
Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita
harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi,
tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut
bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya,
sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi
luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan
miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat
mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa
tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada
suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut
lagi.
4. Perdarahan

8
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu
hendaknya dilakukan transfuse darah dan sesudah itu, dimasukkan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka
bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat
menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan
kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain
infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi
kehamilan lagi.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
a) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b) Adakah disertai bekuan darah
c) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
a) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c) Apakah tampak jaringan keluar ostium
d) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
a) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

9
b) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
d) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
f) Adakah terasa tumor atau tidak
g) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
8. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan abortus adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan
irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining
vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan
kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untuk menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika
mungkin untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat,
atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil
abnormal.

10
Penatalaksanaan pasca keguguran
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,
memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu
melakukan tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan
kemampuannya. Biasanya tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di
Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini merupakan kendala yang dapat berakibat
fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai dengan kendaraan umum.
Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan pengobatan
abortus inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan
kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan.
Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :
a) Membuat diagnosis abortus inkomplit
b) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana
pengobatan.
c) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
d) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah
tindakan.
e) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu
pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan
Pasca keguguran. Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat
dipakai pascaabortus.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan
segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.

11
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
c. Riwayat Kesehatan:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan:
e. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
f. Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM
, jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya.
g. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.
h. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

12
i. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini,bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
j. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahan yang menyertainya.
k. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
l. Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
pervagina
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervagina
3.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang abortus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Resiko syok NIC NOC
(hipovolemik) 1. Syok prevetion 1. Monitor status
berhubungan 2. Syok management sirkulasi, warna
dengan perdarahan Kriteria hasil : kulit, suhu tubuh,
1. Nadi dibatas yang denyut jantung dan
diharapkan ritme, nadi perifer
2. Irama jantung dalam batas dan kapiler refill
yang diharapkan 2. Monitor suhu dan
3. Irama pernapasan yang pernafasan
diharapkan 3. Monitor tanda awal
syok

13
4. Monitor tanda dan
gejala asites
5. Berikan cairan iv
dan oral yang tepat
6. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok.
2 Kekurangan 1. Fluid balace 1. Pertahankan
volume cairan 2. Hydration cacatan intake dan
berhubungan 3. Nutritional status output yang akurat
dengan perdarahan Kriteria hasil : 2. Monitor vital sign
1. Mempertahankan urine 3.Monitor tingkat HB
output sesuai dengan usia, dan HT
BB, BJ, urine normal, HT 4. Dorong pasien
normal. untuk menambah
2. Tekanan darah, nadi, suhu intake oral.
tubuh dalam batas normal 5.Kolaborasi dengan
3.turgor kulit baik dokter

3 Gangguan rasa 1. Ansienty 1. Gunakan


nyaman 2. Fear level pendekatan yang
berhubungan 3. Comfort menenangkan
dengan ansietas dan Kriteria hasil : 2. Temani pasien
nyeri abdomen 1. Mampu mengontrol untuk memberikan
kecemasan keamanan dan
2. Kualitas istirahat dan tidur mengurangi takut
adekuat 3. Bantu pasien
3. Dapat mengontol mengenali situasi
ketakutan yang menimbulkan
4. Mengontrol nyeri kecemasan
5. Respon terhadap 4. Dorong

14
pengobatan pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
4. Ansietas Tidak terjadi kecemasan, 1. Kaji tingkat
berhubungan pengetahuan klien dan pengetahuan/perse
dengan kurang keluarga terhadap penyakit psi klien dan
pengetahuan meningkat keluarga terhadap
tentang abortus Kriteria hasil: penyakit
1. RR dalam rentan normal, 2. Kaji derajat
2. klien tidak gelisah kecemasan yang
dialami klien
3. Bantu klien
mengidentifikasi
penyebab
kecemasan
4. Asistensi klien
menentukan
tujuan perawatan
bersama
5. Terangkan hal-hal
seputar aborsi
yang perlu
diketahui oleh
klien dan keluarga

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2020). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.
Morgan, (2020).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K.,
Nimade S.
Musliha (2018). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai