A. Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam
uterus. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan
usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
(Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan maupun
disengaja, sebelum 20 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir atau
pelahiran janin-neonatus yang memiliki berat kurang dari 500 gr.
B. Klasifikasi
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok :
1. Abortus spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Klasifikasi abortus
spontan :
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung
beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun
demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir
akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan
dapat diatasi dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan,
maka kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk
meminta dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien
merupakan tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada
abortus iminens adalah tirah baring dan penggunaan sedatif selama
paling sedikit 48 jamdengan observasi cermat terhadap warna dan
jenis drah/jaringan yang keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan
laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus
dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu
kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama
selama periode ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga
berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen
bagian bawah dan dilatasi serviks. Jika abortus tidak terjadi dalam
waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan menggunakan forseps
ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim
untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium
ini.
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk pembuahan seperti janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri
kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami
involusi.
d. Abortus inkompletus/inkomplit
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan
ini, perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini dilakukan
sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian, evakuasi uterus
harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene
vulva. Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan.
Preparat gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita dengan Rh-
negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens,
perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan
berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak,
pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’
hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat
keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan
menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari
perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk
membentuk mola karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada
sekitar usia kehamilan 18 minggu dan sebagian dokter beranggapan
bahwa tindakan yang lebih aman adalah menunggu evakuasi spontan.
Namun demikian, wanita meminta dokter untuk mengeluarkannya
secepat mungkin setelah menyadari bahwa bayinya sudah meninggal.
Keadaan ini memberikan situasi yang sangat sulit.
2. Abortus provokatus (induced abortion)
terjadi karena sengaja dilakukam dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok :
1. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan terapeutik
(bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu) maupun
alasan lain.
2. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
C. Etiologi
Penyebab abortus dapat merupakan gabungan dari beberapa faktor baik
dari dalam maupun dari luar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya abortus yaitu :
1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta.
2. Faktor maternal
a. Infeksi-infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian bayi secara pasti,
apakah janin yang terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebab. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan keguguran diantaranya adalah virus (Rubella,
Sitomegalovirus, Virus herpes simpleks, Varicella zoster, Vacinia,
Campak, Hepatitis, Polio, Ensefalomielitis), bakteri (Salmonella
typhi), dan parasit (Toxoplasma gondii, Plasmodium).
b. Kelainan endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid,
defisiensi insulin.
c. Faktor imunologis, dimana terdapat ketidak cocokan (inkompabilita
sistem HLA (Human Leukocyte Antigent).
d. Kelainan uterus seperti hipoplasia uterus, mioma terutama mioma sub
mukosa, serviks inkompelen, atau retrofixcio uteri gravisi incarcerata
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
b. Obat-obatan seperti antagonis asam folat dan antikoagulan. Ibu hamil
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16
minggu kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin.
c. Bahan-bahan kimia lain yang mengandung arsen dan benzen.
D. Manifestasi klinis
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai
berikut :
1. Amenore
2. Perdarahan dapat dalam jumlah banyak atau sedikit
3. Sakit perut dan mules-mules dan sudah keluar jaringan atau bagian janin
4. Pemeriksaan dalam didapatkan serviks terbuka, pada palpasi teraba sisa-
sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri.
Gejala lain dari abortus inkomplit yang dapat muncul adalah sebagai
berikut :
E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai
khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi
khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada
plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,
adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion
dan khorion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi
kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam
tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan
(Susilowati, 2019).
F. Pathway
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler untuk menentukan apakah janin
masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
3. Tes kehamilan
H. Penatalaksanaan
1. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi
atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
2. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuscular.
3. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
4. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
I. Komplikasi
1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Kelainan zigot Kelainan hormonal Penyakit infeksi Kelainan imun
1. Identitas
a. Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal lahir, nomorpertumbuhan
Gangguan RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
janin
b. Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
Abortus (mati janin < 16-28
2. Riwayat kesehatan mnggu/BB <400-1000gr)
Nyeri abdomen Perdarahan Kurang
a. Keluhan utama pengetahuan
Gangguan rasa
Curetase Keluhan utama yang dirasakan pasien.
nyaman
Defisien volume
cairan Ansietas
b. Riwayat penyakit sekarang
Penurunan toleransi
Jaringan Pengkajianaktivitas
kondisi kesehatan pasien saat ini.
terputus/terbuka
3. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala /
Nyeri
keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Defisien volume cairan berhubungan dengan tidak cukupan asupan cairan
3. Penurunan toleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
4. Ansietas berhubungan dengan stresor
C. Intervensi
No DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1 Domain 12, Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri 1. Mengetahui karakteristik
kelas 1 Kriteria Hasil : 1. Lakukan nyeri yang dirasakan
(00132) 1. Mengetahui faktor pengkajian nyeri oleh klien
Nyeri penyebab nyeri secara 2. Untuk mengetahui
berhubungan 2. Mengetahui menyeluruh respon klien terhadap
dengan agen permulaan meliputi lokasi, nyeri yang dirasakan
cedera terjadinya nyeri durasi, kualitas, 3. Untuk mengurangi nyeri
biologis 3. Menggunakan keparahan nyeri non farmakologi
tindakan dan faktor 4. Memberi rasa nyaman
pencegahan pencetus nyeri. terhadap klien
4. Melaporkan gejala 5. Untuk mengurangi nyeri
5. Melaporkan 2. Observasi ketidak
kontrol nyeri nyamanan non
verbal.
Tingkat Nyeri 3. Ajarkan untuk
teknik
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan nyeri nonfarmakologi
berkurang atau misal relaksasi,
guide imajeri,
hilang
2. Frekuensi nyeri terapi musik,
berkurang distraksi.
4. Kendalikan faktor
3. Lamanya nyeri
berlangsung lingkungan yang
4. Ekspresi wajah saat dapat
nyeri mempengaruhi
Posisi tubuh respon pasien
melindungi terhadap
ketidaknyamanan
misal suhu,
lingkungan,
cahaya,
kegaduhan.
5. Kolaborasi :
pemberian
Analgetik sesuai
indikasi
Manajemen
Analgetik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
tingkat nyeri
sebelum
mengobati
pasien.
2. Cek obat meliputi
jenis, dosis, dan
frekuensi
pemberian
analgetik.
3. Tentukan jenis
analgetik
(Narkotik,Non-
Narkotik)
disamping tipe
dan tingkat nyeri.
4. Tentukan
Analgetik yang
tepat, cara
pemberian dan
dosisnya secara
tepat.
5. Monitor tanda –
tanda vital
sebelum dan
setelah
pemberian
analgetik.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes
RI.
Price, Sylvia, Anderson. 2019. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Nanda-1. 2021. Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2021-2023.
Editor, Herman, T. Heater. dkk. Alih Bahasa, Keliat, Anna Budi, dkk. ECG
: Jakarta
Nursing Intervenstion Classification (NIC). 2018. Edisi 7. Alih Bahasa, Butcher,
Howard. Dkk. CV. Mocomedia
Nursing Outcames Classification (NOC). 2018. Edisi 6. Alih Bahasa, Moorhead,
Sue. dkk. CV. Mocomedia
Susilowati, R. U. 2019. Laporan pendahuluan abortus