Anda di halaman 1dari 4

1.

Pathogenesis abortus
Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), kebanyakan abortus
spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan
akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas
seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing
dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan
segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga
rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian
embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan.
Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak
dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat
dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis
belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur
mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan
desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion
(plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.

2. Tanda hiperpigmentasi pada areola mammae dan makna TFU 2


jari diatas simphisis pubis
Hiperpigmentasi pada areola
Penggelapan atau hiper-pigmentasi yang terjadi pada areola dikarenakan hormon kehamilan
yaitu hormon progesteron dan estrogen. Kedua hormon ini pada dasarnya turut bekerja
memicu pigmen pada wanita hamil yang menyebabkan berbagai gejala pada wanita hamil.

Tujuan dari perubahan dan aerola menjadi lebih gelap atau menghitam antara
lain:

Melindungi dan melumasi kulit pada aerola yang lebih sensitif sehingga tidak sakit ketika
menyusui dimana akan ada tekanan, kikisan, pengeringan dan tarikan pada kulit aerola
ketika bayi sedang menyusu.
Aerola yang lebih gelap membuat bayi lebih mudah saat ingin menyusu karena saat
pertama kali lahir penglihatan bayi masih kabur dan tidak jelas.
Dan minyak pada kelenjar montgomery ini kemungkinan juga mengandung bau khas
yang bisa merangsang nafsu makan untuk bayi.

Berdasarkan TFU
Pemeriksaan Klinis: Tinggi Rahim (fundus uteri) Tinggi rahim atau fundus uteri ibu
hamil dapat digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan, namun sebaiknya hal ini
dilakukan oleh tenaga profesional (dokter atau bidan) agar hasilnya akurat. Menghitung usia
kehamilan berdasarkan fundus uteri ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Menggunakan Palpasi (perabaan) tinggi rahim. Pemeriksa akan melakukan perabaan
(palpasi) untuk mencari fundus uteri, untuk menghitung usia kehamilan tinggi fundus uteri
yang didapat akan dibandingkan dengan patokan standar, yakni:
12 minggu >> 1/3 di atas simpisis
16 minggu >> simpisis-pusat
20 minggu >> 2/3 di atas simpisis
24 minggu >> Setinggi pusat
28 minggu >> 1/3 di atas pusat
34 minggu >> pusat-prosessus xifoideus
36 minggu >> Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu >> 2 jari di bawah prosessus xifoideus

Defnisi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan disebabkan oleh faktorfaktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja,
baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat (Mochtar, 1998). Abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi
baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih daripada 500 gram
atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata et al., 2005). Abortus spontan
merujuk kepada keguguran pada kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa adanya tindakan medis
atau tindakan bedah untuk mengakhiri kehamilan (Griebel et al., 2005). Abortus spontan adalah
merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum
berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebabsebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi
(Syafruddin, 2003).
Klasifikasi Abortus
Klasifikasi abortus menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005) adalah seperti
berikut :
i. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis.
ii. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau
abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya :
penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini
ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit
dalam dan psikiatri, atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran
kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak
berwenang dan dilarang oleh hukum.
ETIOLOGI

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya
pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal
yang menyebabkan abortus dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktorfaktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan.
b. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan
menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin.

c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia berat, dan keracunan.
d. Kelainan Traktus Genetalis
Mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain abortus
dalam trisemester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatari serviks berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan serviks
luar yang tidak dijahit.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik abortus antara lain:
1. Terlambat haid atau amenote kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
3. Pendarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup ada atau
tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
c. Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kaum douglasi tidak menonjol dan tidak
nyeri.
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Perforasi , karena pada kerokan terjadi hiper retrofleksi
3. Infeksi , sering pada abortus buatan dan dapat terjadi pada abortus inkompletus
Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke myometrium, tuba,
parametrium, dan peritoneum
4. Syok, syok perdarahan ( hemoragik) dan syok infeksi (endoseptik).

Anda mungkin juga menyukai