Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan berusia kurang dari 20 minggu
dengan berat badan kurang dari 500 gr. Insiden abortus spontan secara umum
pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Abortus ini dibedakan
antara lain abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplitus, dan abortus
komplitus, selain itu juga dikenal adanya abortus habitualis, missed abortion dan
abortus infeksious selama kehamilan
Abortus imminens ditandai dengan terjadinya perdarahan dari uterus pada
masa kehamilan < 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, belum didapati
adanya pembukaan serviks, disertai atau tidak dengan adanya rasa mules. Sifat
abortus imminens adalah baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankan janin.
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari
semua kehamilan. . Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
kromosom. Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan
kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor
lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang
kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan
penyakit sistemik pada ibu.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.

Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus.


Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau terjadi
secara spontan. Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Dan abortus
imminens termasuk abortus spontan.
Penegakan diagnosis abortus imminens dapat dilakukan melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamesa akan didapatkan
gejala perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid, sering
terdapat rasa mules atau kram perut bawah. Pada pemeriksaan fisik dapat
dijumpai perdarahan berupa bercak hingga sedang, servik masih tertutup, uterus
sesuai dengan tanda gestasi, dan uterus masih lunak. Penatalaksanaan abortus
imminens antara lain: Observasi perdarahan, istirahat, hindarkan coitus, istirahat
berbaring, pemberian hormon progesteron namun masih dalam perdebatan, dan
pemeriksaan USG apakah janin masih hidup atau tidak. Prognosis ditentukan
lamanya perdarahan, jika perdarahan berlangsung lama, mules- mules yang
disertai pendataran serviks menandakan prognosis yang buruk. Selain
mendiagnosis abortus, perlu dipikirkan kemungkinan diagnosis lain, seperti
kehamilan ektopik yang terganggu, mola hidatidosa dan kehamilan dengan
kelainan pada serviks.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal
terakhir. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus
yang beratnya kurang dari 500 gram. Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi
masih dalam uterus dan viabel, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
KLASIFIKASI ABORTUS
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel
telur dan sel sperma.
- Abortus imminens (threaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari
intra uterine sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dengan atau tanpa kontraksi, tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa
ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya adalah
mengancam,

tetapi

masih

ada

kemungkinan

untuk

mempertahankan hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan pada


wanita yang hamil dengan gejala perdarahan pervaginam yang
timbul dalam waktu kehamilan trimester pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan, namun dapat
menetap dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal
ini akan mengakibatkan gangguan terhadap hasil konsepsi berupa
persalinan preterm, berat badan lahir rendah serta kematian
-

prenatal.
Abortus insipiens (inivitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai
dengan perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya
pembukaan serviks, namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pada

keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri
kolik uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan
dilatasi ostium serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol.
Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih
berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong
(3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian
bawah. Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan
pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.
-

Abortus inkompletus
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan kurang dari 500 gram dan masih
terdapat hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
Abortus kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.


Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada
lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada
pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong (Sastrawinata,
2008).
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan, baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis
abortus provokatus dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
- Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas
-

indikasi medis.
Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan
karena indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau
melanggar hukum (Cunningham, 2007).

PENYEBAB

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau


cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, yang tersering adalah trisomi, poliploidi dan
kelainan kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil
saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau
sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta
Endarteritis terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau
mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak
dijahit.
TANDA DAN GEJALA
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan
punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa
kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.
DIAGNOSIS

Tanda dan gejala abortus imminens


5

Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium,


tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau

adneksa.
Tes kehamilan positif, dan
Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan
Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,
mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG
dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil
pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian.
USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur kehamilan
tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas
jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima
milimeter. Bila kantong gestasiterlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5%
pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15 mm pada usia tujuh minggu
dan 21mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%.
Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka
keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan
apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.9
Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan
viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa
yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa mudigah diprediksikan
nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai prediksi positif
100%. Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis
buruk.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT
dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif
menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia
6

janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan
perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih
dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi
84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian
keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai
beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan
kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih
dari 20 minggu sebesar 97%.
BIOKIMIA SERUM IBU
Kadar human chorionic gonadotropin
(hCG) kuantitatif serial
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan Hcg serial kecuali pasien
mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk
mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial
diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola,
abortus imminens, dan missed abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang
mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester
pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens
yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus
imminens. Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas hCG
bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan
abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens
yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka
prediksi positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada
wanita yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih
tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun
penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak
memberikan data tentang aktivitas jantung janin.
Pemeriksaan kadar progesteron

Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga


pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan
viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan
dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang
viabel dengan sensitivitas 100%.
PENCEGAHAN
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal
kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan
yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi
lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau
mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam
menghadapi

kehamilan

dan

kelahiran

sebagai

pengalaman

yang

menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC


mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian
menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah
tidak

meningkatkan

risiko

komplikasi

kehamilan

namun

hanya

menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh


banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan terdahulu
melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu
hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk
mengalami risiko kelahiran prematur.
PENATALAKSANAAN
Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya
penyebab abortus imminens adalah kromosom abnormal pada janin. Meskipun
banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektif untuk abortus
imminens, penatalaksanaan aktif pada umumnya terdiri atas:
Tirah Baring

Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan abortus


imminens karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. Pada suatu penelitian, 1228 dari 1279 (96%)
dokter umum meresepkan istirahat pada perdarahan hebat yang terjadi pada awal
kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut perlu,
dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik.
Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah
baring pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang
mengalami perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang
viabel, secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah
baring. Persentase terjadinya keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masingmasing 30%, 48%, and 75%. Perbedaan signifi kan tampak antara kelompok
injeksi hCG dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG dan
plasebo atau antara kelompok plasebo dan tirah baring tidak signifi kan. Meskipun
pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan tirah
baring, namun ada kemungkinan terjadi sindrom hiperstimulasi ovarium, dan
mengingat terjadinya abortus imminens dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan
dengan fungsi luteal, menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak
melanjutkan penelitian tentang penggunaan hCG.
Dalam sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang dirawat di RS
dengan keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens, 16% dari 146 wanita
yang melakukan tirah baring mengalami keguguran, dibandingkan dengan
seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuah studi
kohort observasional terbaru dari 230 wanita dengan abortus imminens yang
direkomendasikan tirah baring menunjukkan bahwa 9,9% mengalami keguguran
dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahan vagina, ukuran
hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak mempengaruhi tingkat
terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti bahwa istirahat dapat
mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas selama beberapa hari
dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh
emosional. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat,
namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan sehari-hari.

Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat
stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat
pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,
karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju,
namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya. Meskipun bukti terbatas, percobaan pada 421 wanita
abortus imminens menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada
penatalaksanaan abortus imminens sebagai upaya mempertahankan kehamilan.
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan pada
154 wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang dari
13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi
(95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg
dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok
yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%. Meskipun tidak ada bukti kuat
tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi
uterus lebih cepat daripada tirah baring, terlepas dari kemungkinan bahwa

10

pemakaiannya pada abortus imminens mungkin dapat menyebabkan missed


abortion, progestogen pada penatalaksanaan abortus imminens terbukti memicu
timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang merupakan
efek berbahaya bagi ibu. Selain itu, penggunaan progestogen juga tidak terbukti
menimbulkan kelainan kongenital. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan jumlah
lebih besar untuk memperkuat kesimpulan.
hCG (human chorionic gonadotropin)
hCG

diproduksi

plasenta

dan

diketahui

bermanfaat

dalam

mempertahankan kehamilan. Karena itu, hCG digunakan pada abortus imminens


untuk mempertahankan kehamilan. Namun, hasil tiga penelitian yang melibatkan
312 partisipan menyatakan tidak ada cukup bukti tentang efektivitas penggunaan
hCG pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Meskipun tidak
terdapat laporan efek samping penggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukan
penelitian lanjutan yang lebih berkualitas tentang pengaruh hCG pada keguguran.
Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia
awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal
vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan
tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri
abdomen dan perdarahan vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik
dapat digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.
Relaksan otot uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan
sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang lebih
baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas,
dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal
terjadinya abortus imminens. Cochrane Library menyebutkan tidak ada cukup
bukti yang menunjukkan efektivitas penggunaan relaksan otot uterus dalam
mencegah abortus imminens.

11

PROGNOSIS
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran,
kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dankematian perinatal.
Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila
perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks. (Tabel)

LAPORAN KASUS
STATUS GINEKOLOGI
DOKTER MUDA SMF OBGIN RSU MATARAM
I. IDENTITAS
Nama

: Ny. SK

Umur

: 32 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Selaparan

Suku/Bangsa : Sasak

12

Pendidikan

: SLTP

Pekerjaan

: Karyawan swasta

MRS

: 07 Februari 2015, pkl. 05.30 WITA

MR

: 111304

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama

: keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak tgl 31/01/2015. Darah
berupa flek sedikit-sedikit dan tidak ada yang bergumpal-gumpal. Kemudian pada
tanggal 06/02/2015 (pkl. 18.00), pasien mengeluh keluar darah lebih banyak dari
yang sebelumnya, sampai ganti pembalut 2x. Mulas (+), mual (+), muntah (-),
demam (+) sejak 1 hari sebelum MRS. Pasien juga mengeluhkan keputihan sejak
3 bulan sebelum hamil sampai saat ini, berwarna putih, tidak berbau, dan tidak
gatal. BAK (+) 4-5 x/hari, warna kuning jernih, darah (-), nyeri saat BAK (-).
BAB (-) sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat abortus sebelumnya (+).


Pasien sudah sering mengalami keputihan sejak hamil ke dua.
Riwayat hipertensi (-), kencing manis (-), asma (-), merokok (-).

Riwayat Pengobatan:

Pasien pernah ke IGD RSUP NTB 1x pada hari sabtu (31/01/2015), oleh

dokternya dianjurkan untuk USG.


Pasien melakukan USG di Sp.OG tgl 06/02/2015, dan oleh Sp.OG diberi
pengobatan berupa clindamisin tablet 150 mg, vaginitis supp, dan

utrogestan 200 mg.


Pasien sudah sering mengobati keputihannya di dokter umum dan Sp.OG.
Pasien dikatakan mengalami infeksi karena jamur dan diberikan obat yang
dimasukkan ke dalam vagina.

Riwayat Penyakit Keluarga:

13

Keluarga menderita keganasan (-), diabetes mellitus (-), hipertensi (-),


hepatitis (-), TBC (-), asma (-), suami perokok (+).
Riwayat Alergi
Tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan.
Riwayat Menstruasi :
-

Menarche : umur 14 tahun.

Siklus : teratur 28 hari sekali.

Banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)

Lamanya : 7 hari

HPHT : 04-11-2014

HTP : 11-08-2015

Riwayat Perkawinan

: perkawinan pertama, lama 14 tahun

Riwayat Kehamilan

1.
2.
3.
4.
5.

Laki-laki, aterm, spontan, bidan, 12 tahun, hidup.


Abortus, 1 bulan.
Laki-laki, aterm, spontan, bidan, 4 tahun, hidup.
Abortus, 1 bulan.
Ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK (16/10/2011)


Status Generalis
Keadaan Umum

: sedang

Kesadaran

: E4V5M6

TD

: 110/80 mmHg

Nadi

: 96x/menit

Respirasi

: 24x/menit

Suhu aksila

: 38,2 0C

Mata

: anemis -/-, ikterus -/-

Leher

: KGB tidak teraba

Thorax

:
Inspeksi

: massa (-), payudara simetris


14

Palpasi

: gerakan dinding dada simetris, massa (-).

Perkusi

: sonor (+/+)

Auskultasi

: Cor : S1 S2 tunggal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)


Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Whezing -/-

Abdomen

Inspeksi

: distensi (-), massa (-), scar bekas operasi (-).

Auskultasi

: bising usus (+) normal.

Palpasi

: supel (-), massa (-), TFU 3 jari di atas simfisis,


ballotement (+), nyeri tekan (-).

Perkusi
Ekstremitas

: timpani
: hangat (+/+), edema (-/-)

Status Ginekologis
o Inspeksi : genitalia eksterna dalam batas normal, perdarahan pervaginam (-).
o Inspekulo : OUE (-), porsio livide (+), porsio erosi (+), fluxus (+),
perdarahan dari OUE (+) minimal.
o Pemeriksaan dalam (VT): (-), porsio lunak, nyeri goyang portio (-), cavum
uteri antefleksi, ukuran sesuai usia kehamilan 10-12 minggu, APCD dalam
batas normal.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium : DL, HbsAg,


06/02/2015

Indikator
HB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT
BT
CT

Hasil
12,2
4,70
36,3
77,2
26,0
33,6
16,63
191
210
600

Normal
11,5-16,5 g/dL
4,0 5,0 106/L
37,0 45,0 %
82,0 92,0 fL
27,0 31,0 pg
32,0 37,0 g/dL
4,0 11,0 103/L
150 400 103/L
1-6 menit
11-15 menit

USG 2x :di Sp.OG


15

Hasil 1 : dikatakan kondisi janin baik.


Hasil 2 : + CRL, D = 81,9 mm, GW 14 w 2 d, EDCB 05/08/2015
V. DIAGNOSIS
G5P2A2H2, T/H/IU, uk 13-14 minggu dengan abortus imminens.
VII. TATALAKSANA
Rencana diagnostik:

USG abdomen

Rencana terapi:

MRS
Paracetamol 500 mg (k/p)
Clindamisin tab 2 x 300 mg
Vagistin supp. 1x/hari
Utrogestan cap.
Amoksisilin tablet 3 x 500 mg

KIE:

Menjelaskan kepada pasien tentang kondisi ibu dan janin.


Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat kembali ke rumah nanti.
Menghindari melakukan hubungan badan untuk sementara waktu.
Kontrol 2 minggu lagi, atau jika ada keluhan segera rumah sakit.
Jika keputihan tidak membaik setelah selesai pengobatan, pasien
sebaiknya memeriksakan diri kembali ke dokter.

Follow up:
Hari/
tgl
07/02/
2015

S
Perdarahan
pervaginam
(+),
demam
(-), mulas (-),
mual
(-),
muntah (-).

O
KU: sedang
Kes : CM
TD : 120/70
mmHg
N: 88 x/m
RR : 20xm
T : 37,3

G5P2A2H2,
T/H/IU, uk 13-
14
minggu
dengan abortus
imminen.

Bed rest
Clindamisin tab 2 x
300 mg
Vagistin supp 1x
Utrogestan 3 x 200
mg
Amoxcicilin tab 3 x
500 mg

Djj: 156x/m

16

08/02/
2015

Perdarahan
pervaginam
(+),
demam
(-), mulas (-),
mual
(-),
muntah (-).

KU: sedang
Kes : CM
TD : 120/70
mmHg
N: 88 x/m
RR : 20xm
T : 37,3

Bed rest
Clindamisin tab
Vagistin supp 1x
Utrogestan cap.
Amoxcicilin tab 3 x
500 mg
BPL.

Djj: 152x/m

BAB III
PEMBAHASAN
Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu
dan berat janin belum mencapai 500 gr.
Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginan, dimana pada
pasien ini. Ny. SV , 32 tahun datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak
4 hari yang lalu, disertai keluhan tambahan berupa rasa mules, demam, dan
keputihan. Serta pada pemeriksaan dalam, tidak terdapat dilatasi servik.
Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan
faktor maternal dan faktor hasil konsepsi. Pada pasien ini penyebabnya masih
perlu dicari. Dari faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan
hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin maupun cacat , tetapi dari hasil
pemeriksaan USG tidak didapati kelainan. Penyebab lain bisa berupa kelainan
kromosom, dari beberapa penelitian tampak bahwa 50-60% dari abortus dini
spontan berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi. Pada pasien

17

ini adanya kelainan kromoson pada janinnya yang menjadi penyebab abortus tidak
dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan pemeriksaan.
Faktor maternal yang memungkinkan menjadi penyebab abortus, antara
lain adalah infeksi. Pada pasien ini didapatkan riwayat keputihan yang merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya abortus terjadinya abortus. Faktor-faktor lain
yang bisa menjadi penyebab abortus ,seperti adanya gangguan endokrin, riwayat
penyakit kronis, penggunaan obat-obatan maupun riwayat trauma tidak ditemukan
pada pasien ini.
Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada
kehamilan kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET
dan mola hidatidosa sebagai diagnosis banding.
Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenore seperti pada
kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam. Tetapi hal ini dapat
disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang merupakan
tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tdak ditemukan nyeri goyang
portio dan pada pemeriksaan USG didapati bahwa hasil konsepsi berada dalam
kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan biasa,
terjadi perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada pasien ini
terdapat tanda-tanda kehamilan pasti, seperti terdapatnya gerakan janin dan
adanya DJJ, serta tidak ditemukannya snow flake pattern pada pemeriksaan USG.
Penanganan abortus imminens yang utama adalah tirah baring (bed rest),
Pemberian antibiotika di sini adalah untuk mengatasi infeksi tidak untuk
mencegah terjadinya abortus. Sedangkan pemberian utrogestan disini bertujuan
untuk menyokong kehamilan.

18

BAB IV
SIMPULAN
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang
serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat
badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah
dini, namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan USG
transvaginal penting dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan
penatalaksanaan, menentukan apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan
intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortion serta menggambarkan prognosis
ibu hamil yang mengalami gejala abortus imminens. Gambaran aktivitas jantung
janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat keberhasilan kehamilan,
sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan antara
perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran
sebelumnya memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum -hCG,
progesteron, namun tes ini mungkin tidak berguna dalam penanganan primer.

19

Belum ada cukup bukti yang menjelaskan tentang upaya pencegahan abortus
imminens baik melalui pemberian asupan vitamin dan ANC rutin.
Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada
bukti pasti tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih
aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat sekresi oksitoksin

dan

dapat

mempercepat pematangan serviks oleh prostaglandin E dalam semen dan


meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen disebutkan
dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring,
selain itu penggunaannya tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan
atau

perdarahan

antepartum

yang

merupakan

efek

yang

dapat

membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan progestogen dan hCG tidak


menimbulkan kelainan kongenital.
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan
penggunaannya.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY, editors. 23rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.
2. Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
3. Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. Threatened Miscarriage:
Evaluation and management. BMJ. 2004;329(7458):152-5.
4. Wahabi HA, Fayed AA, Esmaeil SA, Al Zeidan RA. Progestogen for
treating threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2011 [cited 2012 Dec 10];
12:CD005943.
Available

from:

http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD005943.pu
b4.
5. Devaseelan P, Fogarty PP, Regan L. Human chorionic gonadotrophin for
threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2010 [cited 2012 Dec 10]; 5:CD007422.
6. Current medical diagnosis & treatment. In: McPhee SJ, Papadakis MA,
editors. 2010. USA: McGraw-Hill; 2010.
7. Ultrasonografi . In: Gondo HK, Suwardewa TGA, editors. Buku ajar
obstetri ginekologi. Jakarta: EGC; 2012.
8. Rumbold A, Middleton P, Pan N, Crowther CA. Vitamin supplementation
for preventing miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews

21

9. Kamus Kedokteran Dorland. In: Harjono RM, Hartono A, Japaries W,


Kuswadji S, Maulany RF, Setio M, Sugani S, Suyono J, Tambajong J,
Winata I, editors. Jakarta: EGC; 2002.
10. Ou MC, Pang CC, Chen FM, Su CH, Ou D. Antibiotic treatment for
threatened abortion during the early _ rst trimester in women with
previous

spontaneous

abortion.

Acta

Obstet

Gynecol

Scand.

2001;80(8):753-6.
11. Lede RL, Dulley L. Uterine muscle relaxant drugs for threatened
miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2007
[cited 2012 Dec 29]; 1: CD002857. Available from:

22

Anda mungkin juga menyukai