PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan berusia kurang dari 20 minggu
dengan berat badan kurang dari 500 gr. Insiden abortus spontan secara umum
pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Abortus ini dibedakan
antara lain abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplitus, dan abortus
komplitus, selain itu juga dikenal adanya abortus habitualis, missed abortion dan
abortus infeksious selama kehamilan
Abortus imminens ditandai dengan terjadinya perdarahan dari uterus pada
masa kehamilan < 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, belum didapati
adanya pembukaan serviks, disertai atau tidak dengan adanya rasa mules. Sifat
abortus imminens adalah baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankan janin.
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari
semua kehamilan. . Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
kromosom. Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan
kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor
lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang
kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan
penyakit sistemik pada ibu.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal
terakhir. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janin-neonatus
yang beratnya kurang dari 500 gram. Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi
masih dalam uterus dan viabel, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
KLASIFIKASI ABORTUS
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel
telur dan sel sperma.
- Abortus imminens (threaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari
intra uterine sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dengan atau tanpa kontraksi, tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa
ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya adalah
mengancam,
tetapi
masih
ada
kemungkinan
untuk
prenatal.
Abortus insipiens (inivitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai
dengan perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya
pembukaan serviks, namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pada
keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri
kolik uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan
dilatasi ostium serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol.
Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih
berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong
(3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian
bawah. Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan
pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam ovum disusul dengan kerokan.
-
Abortus inkompletus
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan kurang dari 500 gram dan masih
terdapat hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
Abortus kompletus
indikasi medis.
Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan
karena indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau
melanggar hukum (Cunningham, 2007).
PENYEBAB
adneksa.
Tes kehamilan positif, dan
Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan
Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,
mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG
dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil
pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian.
USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur kehamilan
tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas
jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima
milimeter. Bila kantong gestasiterlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5%
pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15 mm pada usia tujuh minggu
dan 21mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%.
Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka
keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan
apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.9
Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan
viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa
yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa mudigah diprediksikan
nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai prediksi positif
100%. Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis
buruk.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT
dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif
menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko (bradikardia
6
janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan
perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih
dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi
84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian
keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai
beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin dengan USG di pelayanan
kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih
dari 20 minggu sebesar 97%.
BIOKIMIA SERUM IBU
Kadar human chorionic gonadotropin
(hCG) kuantitatif serial
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan Hcg serial kecuali pasien
mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk
mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial
diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola,
abortus imminens, dan missed abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang
mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester
pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens
yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus
imminens. Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas hCG
bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan
abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens
yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka
prediksi positif 88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada
wanita yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih
tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun
penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak
memberikan data tentang aktivitas jantung janin.
Pemeriksaan kadar progesteron
kehamilan
dan
kelahiran
sebagai
pengalaman
yang
meningkatkan
risiko
komplikasi
kehamilan
namun
hanya
Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau akibat
stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat
pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional
atau memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi
progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat mencegah keguguran,
karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum
gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian besar ahli tidak setuju,
namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya
kekurangan hormon progesteron. Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar
keguguran didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang
tidak banyak manfaatnya. Meskipun bukti terbatas, percobaan pada 421 wanita
abortus imminens menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada
penatalaksanaan abortus imminens sebagai upaya mempertahankan kehamilan.
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan pada
154 wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang dari
13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi
(95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg
dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok
yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%. Meskipun tidak ada bukti kuat
tentang manfaatnya namun progestogen disebutkan dapat menurunkan kontraksi
uterus lebih cepat daripada tirah baring, terlepas dari kemungkinan bahwa
10
diproduksi
plasenta
dan
diketahui
bermanfaat
dalam
11
PROGNOSIS
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran,
kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD dankematian perinatal.
Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya
perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila
perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks. (Tabel)
LAPORAN KASUS
STATUS GINEKOLOGI
DOKTER MUDA SMF OBGIN RSU MATARAM
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. SK
Umur
: 32 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Selaparan
Suku/Bangsa : Sasak
12
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Karyawan swasta
MRS
MR
: 111304
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Riwayat Pengobatan:
Pasien pernah ke IGD RSUP NTB 1x pada hari sabtu (31/01/2015), oleh
13
Lamanya : 7 hari
HPHT : 04-11-2014
HTP : 11-08-2015
Riwayat Perkawinan
Riwayat Kehamilan
1.
2.
3.
4.
5.
: sedang
Kesadaran
: E4V5M6
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 96x/menit
Respirasi
: 24x/menit
Suhu aksila
: 38,2 0C
Mata
Leher
Thorax
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor (+/+)
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
: timpani
: hangat (+/+), edema (-/-)
Status Ginekologis
o Inspeksi : genitalia eksterna dalam batas normal, perdarahan pervaginam (-).
o Inspekulo : OUE (-), porsio livide (+), porsio erosi (+), fluxus (+),
perdarahan dari OUE (+) minimal.
o Pemeriksaan dalam (VT): (-), porsio lunak, nyeri goyang portio (-), cavum
uteri antefleksi, ukuran sesuai usia kehamilan 10-12 minggu, APCD dalam
batas normal.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Indikator
HB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
WBC
PLT
BT
CT
Hasil
12,2
4,70
36,3
77,2
26,0
33,6
16,63
191
210
600
Normal
11,5-16,5 g/dL
4,0 5,0 106/L
37,0 45,0 %
82,0 92,0 fL
27,0 31,0 pg
32,0 37,0 g/dL
4,0 11,0 103/L
150 400 103/L
1-6 menit
11-15 menit
USG abdomen
Rencana terapi:
MRS
Paracetamol 500 mg (k/p)
Clindamisin tab 2 x 300 mg
Vagistin supp. 1x/hari
Utrogestan cap.
Amoksisilin tablet 3 x 500 mg
KIE:
Follow up:
Hari/
tgl
07/02/
2015
S
Perdarahan
pervaginam
(+),
demam
(-), mulas (-),
mual
(-),
muntah (-).
O
KU: sedang
Kes : CM
TD : 120/70
mmHg
N: 88 x/m
RR : 20xm
T : 37,3
G5P2A2H2,
T/H/IU, uk 13-
14
minggu
dengan abortus
imminen.
Bed rest
Clindamisin tab 2 x
300 mg
Vagistin supp 1x
Utrogestan 3 x 200
mg
Amoxcicilin tab 3 x
500 mg
Djj: 156x/m
16
08/02/
2015
Perdarahan
pervaginam
(+),
demam
(-), mulas (-),
mual
(-),
muntah (-).
KU: sedang
Kes : CM
TD : 120/70
mmHg
N: 88 x/m
RR : 20xm
T : 37,3
Bed rest
Clindamisin tab
Vagistin supp 1x
Utrogestan cap.
Amoxcicilin tab 3 x
500 mg
BPL.
Djj: 152x/m
BAB III
PEMBAHASAN
Abortus berdasarkan definisinya adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dengan usia kurang dari 20 minggu
dan berat janin belum mencapai 500 gr.
Keluhan utama pada abortus adalah perdarahan pervaginan, dimana pada
pasien ini. Ny. SV , 32 tahun datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak
4 hari yang lalu, disertai keluhan tambahan berupa rasa mules, demam, dan
keputihan. Serta pada pemeriksaan dalam, tidak terdapat dilatasi servik.
Penyebab abortus secara garis besar terbagi menjadi dua berdasarkan
faktor maternal dan faktor hasil konsepsi. Pada pasien ini penyebabnya masih
perlu dicari. Dari faktor konsepsi, kelainan perkembangan maupun pertumbuhan
hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin maupun cacat , tetapi dari hasil
pemeriksaan USG tidak didapati kelainan. Penyebab lain bisa berupa kelainan
kromosom, dari beberapa penelitian tampak bahwa 50-60% dari abortus dini
spontan berhubungan dengan anomali kromosom pada saat konsepsi. Pada pasien
17
ini adanya kelainan kromoson pada janinnya yang menjadi penyebab abortus tidak
dapat dibuktikan sebab tidak dilakukan pemeriksaan.
Faktor maternal yang memungkinkan menjadi penyebab abortus, antara
lain adalah infeksi. Pada pasien ini didapatkan riwayat keputihan yang merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya abortus terjadinya abortus. Faktor-faktor lain
yang bisa menjadi penyebab abortus ,seperti adanya gangguan endokrin, riwayat
penyakit kronis, penggunaan obat-obatan maupun riwayat trauma tidak ditemukan
pada pasien ini.
Berdasarkan keluhan utama pasien berupa perdarahan pervaginam, pada
kehamilan kurang dari 20 minggu, selain abortus perlu juga dicurigai adanya KET
dan mola hidatidosa sebagai diagnosis banding.
Kehamilan ekopik terganggu, gejala awalnya berupa amenore seperti pada
kehamilan biasa dan kemudian terjadi perdarahan pervaginam. Tetapi hal ini dapat
disingkirkan sebab tidak terdapatnya tanda-tanda akut abdomen yang merupakan
tanda klasik pada KET dan pada pemeriksaan fisik tdak ditemukan nyeri goyang
portio dan pada pemeriksaan USG didapati bahwa hasil konsepsi berada dalam
kavum uteri sehingga diagnosis banding KET dapat disingkirkan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami
perubahan hidropik. Pada awalnya gejala yang timbul mirip pada kehamilan biasa,
terjadi perdarahan. Tetapi diagnosa ini dapat disangkal, karena pada pasien ini
terdapat tanda-tanda kehamilan pasti, seperti terdapatnya gerakan janin dan
adanya DJJ, serta tidak ditemukannya snow flake pattern pada pemeriksaan USG.
Penanganan abortus imminens yang utama adalah tirah baring (bed rest),
Pemberian antibiotika di sini adalah untuk mengatasi infeksi tidak untuk
mencegah terjadinya abortus. Sedangkan pemberian utrogestan disini bertujuan
untuk menyokong kehamilan.
18
BAB IV
SIMPULAN
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang
serius, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat
badan lahir rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah
dini, namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan USG
transvaginal penting dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan
penatalaksanaan, menentukan apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan
intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortion serta menggambarkan prognosis
ibu hamil yang mengalami gejala abortus imminens. Gambaran aktivitas jantung
janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat keberhasilan kehamilan,
sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan antara
perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran
sebelumnya memperburuk prognosis. Pemeriksaan kadar serum -hCG,
progesteron, namun tes ini mungkin tidak berguna dalam penanganan primer.
19
Belum ada cukup bukti yang menjelaskan tentang upaya pencegahan abortus
imminens baik melalui pemberian asupan vitamin dan ANC rutin.
Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada
bukti pasti tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih
aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat sekresi oksitoksin
dan
dapat
perdarahan
antepartum
yang
merupakan
efek
yang
dapat
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY, editors. 23rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2010.
2. Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2007 : 302-312
3. Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. Threatened Miscarriage:
Evaluation and management. BMJ. 2004;329(7458):152-5.
4. Wahabi HA, Fayed AA, Esmaeil SA, Al Zeidan RA. Progestogen for
treating threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2011 [cited 2012 Dec 10];
12:CD005943.
Available
from:
http://www.thecochranelibrary.com/DOI:10.1002/14651858.CD005943.pu
b4.
5. Devaseelan P, Fogarty PP, Regan L. Human chorionic gonadotrophin for
threatened miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
[Internet]. 2010 [cited 2012 Dec 10]; 5:CD007422.
6. Current medical diagnosis & treatment. In: McPhee SJ, Papadakis MA,
editors. 2010. USA: McGraw-Hill; 2010.
7. Ultrasonografi . In: Gondo HK, Suwardewa TGA, editors. Buku ajar
obstetri ginekologi. Jakarta: EGC; 2012.
8. Rumbold A, Middleton P, Pan N, Crowther CA. Vitamin supplementation
for preventing miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews
21
spontaneous
abortion.
Acta
Obstet
Gynecol
Scand.
2001;80(8):753-6.
11. Lede RL, Dulley L. Uterine muscle relaxant drugs for threatened
miscarriage. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2007
[cited 2012 Dec 29]; 1: CD002857. Available from:
22