BAB I
PENDAHULAN
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta perubahan
sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidikan seakan-akan
dihdapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak, masyarakat pengguna jasa
kependidikan menuntut akan kualitas layanan jasa kependidikan secara lebih baik,
tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan dihadapkan pada
pelbagai keterbatasan. Bahkan secara individual mereka dihadapkan pula pada
suatu realitas bahwa kesejahteraannya perlu mendapat perhatian khusus. Imbalan
jasa kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran kebutuhan hidup realistis
masih menjadi topik diskusi keseharian masyarakat. Padahal masyarakat yakin
betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan sangat ditentukan oleh
keberhasilan proses sistem pendidikan.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain gelar pahlawan
tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu yang tidak
baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan menghasilkan implilkasi yang
justru menyudutkan para guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika tidak memberikan
jaminan hidup yang layak?
Itulah sekelumit permasalahan yang sesungguhnya akan terasa amat sulit jika
dihadapi secara individual. Artinya, kalangan profesional kependidikan dipandang
perlu untuk membentuk suatu organisasi profesi dan masuk di dalamnya sebagai
anggota. Melalui fungsi pemersatu organisasi ini, penyandang profesi kependidikan
memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan tugas keprofesiannya. Bukan
hanya itu, suatu organisasi kependidikan berupaya meningkatkan dn
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan.
Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi kependidikandari organisasi
profesinya sendiri. Sebab itu, disi dipandang penting untuk dibahas.Berikut ini
dikemikakan hakikat, fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan maam-macam organisasi
profesi kependidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN
ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN
D. HAKIKAT PROFESI
Pembahasan tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu:
profesi, Profesionalitas, profesional, profesionalisasi, dan profesinalisme.[1] Profesi
menunjuk pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut kehlian, tanggung
jawab, dan kesetiaan terhadapnya.[2]Tegasnya lagi, suatu profesi secara teori tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa melalui pendidikan atau latihan dalam
keahlian tertentu dan kurun waktu yang ditentukan pula. Profesionalitas menunjuk
pada kualitas atau sikap pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam konteks
lainnya, profesionalitas menunjuk pada ukuran tingkatan atau jenjang kualifikasi
suatu profesi. Profesional menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai
dengan tuntutan yang seharusnya dan menunjuk pada orang itu sendiri.
Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang sebagai profesional.
Dapat dimaknai Profesionalisme menunjuk sebagai pandangan atau pahamtentang
keprofesian.[3] Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat penapilan seseorang
sebagai profesional; tinggi, rendah, sedang, dan (b) sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkanstandar yang paling ideal darai kode etik
profesinya.
Suatu profesi berawal muncul dari adanya public trust atau kepercayaan
masyarakat.[4]Kepercayaan ini yang menetapkan suatu profesi dan membolehkan
sekelompok ahli untuk bekerja secara profesional. Kepercayaan masyarakat yang
menjadi penopang suatu profesi didasari oleh tiga perangkat keyakinan. Pertama,
kepercayaan masyarakat terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang
kompetensi. Keyakinan ini mengarahkan pada suatu pemahaman bahwa
seorangprofesional adalah yang memiliki keahlian khusus dan kompetensi yang
belum ditemukan di masyarakat luar. Kedua, adanya persepsi masyarakat bahwa
kelompok-kelompok profesional mengatur dirinya dan lebih lanjut diatur masyarakat
bedasarkan minat dan kepentingan masyarakat. Ketiga, persepsi yang melahirkan
kepercayaan masyarakat itu ialah anggota-anggota suatu profesi memiliki motivasi
untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang dengan siapa mereka bekerja.
[5] Persepsi ini menyangkut suatu keyakinan terhadap adanya kodifikasi mengenai
prilaku professional. Kodifikasi dalam konteks ini merupakan standar (ukuranukuran) prinsip umum yang jelas, yang mengatur paara professional bersangkutan.
Konspsi profesi sperti di atas merupakan refleksi nurani pihak professional yang
pernyataannya tesurat dan tersirat dalam standar kondifikasi, yang selanjutnya
disebut kode etik. Oemar Hamalik, sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat
profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Oleh karena itu,
seorang profesional yang melanggar standar etis profesinya akan berhadapan
dengan sangsi tertentu, seperti hukuman atau protes masyarakat, kutukan Tuhan,
bahkan hukuman oleh dirinya sendiri.
Suatu profesi mengandung unsur pengabdian.[6] Menurut Oemar, suatu profesi
bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan untuk
pengabdian kepada masyarakat. Profesi harus menimbulkan kebaikan,
keberuntungan dan kesempurnaan, serta kesejahteraan bagi mesyarakat.
Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang
banyak daripada kepentingan sendiri. Misalnya: profesi keguruan mengabdikan
dirinya bagi kepentingan peserta didik, profesi kedokteran mengabdikan diri bagi
kepentingan pasien atau orang yang sakit.
3. Cirri-ciri Profesi
Secara esensial, sesunggguhnya cirri-ciri suatu profesi sudah tersirat pada
pembahasan hakikat profesi. Namun dalam pembahasan ini akan dikemukakan
bagaimana rumusan cirri-ciri profesi menurut para ahli.
Erik Hoyle mengemukaka enam cirri profesi, yaitu:[7]
a profession perform an essential social service (suatu profesi menunjukkan suatu
pelayanan sosial)
a profession is founded up on a systematic body of knowledge (suatu profesi
didasari oleh tubuh keilmuan yang sistematis)
a profession recuires a lengthy period of academic and practical training (suatu
profesi memerlukan suatu pendidikan dan latihan dalam periode waktu yang cukup
lama)
a profession has light degree of autonomy (suatu profesi memiliki otonomi yang
tinggi)
a profession has a code of ethics (suatu profesi memiliki kode etik)
a profession generate in secvice growth (suatu profesi berkembang dalam proses
pemberian layanan).
Suatu jabatan profesional harus mempunyai beberapa ciri pokok yaitu: (a)
pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal; (b)
pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat; (c) adanya pengawasandari
suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI dan IPBI; (d) mempunyai kode etik sebagai
landaasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesi tersebut.[8]
Dedi Supriadi mengemukakan lima ciri suatu profesi.[9] Pertama, pekerjaan itu
mempunyai fungsi dan signifikasi sosial karena diperlukan mengabdi kepada
masyarakat. Kedua, profesi menuntutketerampilan tertentu yang diperoleh lewat
pendidikan dan latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga
tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, profesi didukung
oleh suatu disiplin ilmu, bukan sekedar serpihan atau hanya common
sense.Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman prilaku anggotanya beserta
sanksi yang jelas dan tegas. Kelima, sebagai konsekuensi profesi secara perorangan
ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materil.
4. Organisasi Profesi Kependidikan
Pertanyaan klasik yang sering muncul: apakah pekerjaan sebagai pendidik/guru
dapat dikatakan sebagai suatu profesi? Sesungguhnya pertanyaan tersebut keliru
dan tidak usah dijawab. Bukan masalah ya atau tidaknya, akan tetapi yang
terpenting adalah seberapa banyak ciri-ciri suatu profesi sudah ada dalam
pekerjaan sebagai pendidik/guru?.
Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima bahwa jabatan
kependidikan/keguruan merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai guru muncul
dari kepercayaan masyarakat dan mengabdikan diri pada masyarakat. Pekerjaan itu
menuntut keterampilan tertentu yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan
latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan. Seperti FKIP di pelbagai universitas dan sekolah tinggi
serta LPTK lainnya. Profesi keguruan didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu ilmu
keguruan dan ilmu pendidikan. Profesi ini juga memiliki kode etik dan organisasi
profesinya. Dari pekerjaan ini seorang guru memperoleh imbalan finansial
darimasyarakat sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikannya.
E. FUNGSI ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN
Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan,
sekaligus juga memiliki fungsi tersendiriyang bermanfaat bagi anggotanya.
Organisasi profesi kependidikan Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri
suatu profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi
dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat
diuraikan berikut ini.
3. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya,
yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membeantuk suatu
organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial,
politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Namun, umumnya
dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik.[10] Secara
intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya medapatkan kehidupan yang
layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka
terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin.
Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tmntutan masyarakat pengguna jasa suatu
profesi yang semakin hari semakin klompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu
profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara
individual. Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk
organisasi profesi. Demikian pula organisasi profesi kependidikan , merupakan
organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi kependidikan
dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna
pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan
organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam
menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk
melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi
kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
4. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan profesional
para pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No.
38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi:
Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional,
martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.
PP tersebut menunjukkan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan
para anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan
profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam
UUSPN Tahun 1989, Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa:
Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut dengan
istilah kompetensi , yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi
merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan.
Guru yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan
kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
RUANG LINGKUP
ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN
C. RUANG LINGKUP ORGANISASI KEPENDIDIKAN
5. Bentuk dan Corak Organisasi Kependidikan
Bentuk organisaasi profesi kependidikan begitu bervariasi dipandang dari segi
derajat keeratan dan keterkaitan antar anggotanya. Ada tiga bentuk organisaasi
profesi kependidikan.[12] Pertama, berbentuk persatuan (union), antara lain di
Ausrtalia, Singapura, dan Malaysia, misalnya:Ausrtalian Education Union (AUE),
National Tertiary Education Union (NTEU), Singapore Teachers Union (STU), National
Union of the Teaching Profession (NUTP), dan Sabah Teachers Union (STU). Kedua,
berbentuk federasi (federation) antara lain di India dan Bangladesh, misalnya: All
India Primary Teachers Federation (AIPTF), dan Bangladesh Teachers Federation
(BTF). Ketiga, berbentuk aliansi (alliance), antara lain di Pilipina, sepertiNational
Alliance of Teachers and Office Workers (NATOW). Keempat, berbentuk asosiasi
(association) seperti yang terdapat di kebanyakan negara, misalnya, All Pakistan
Government School Teachar Association (APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay
Teachers Association (BMTA) di Brunei.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah
sebagai berikut ini.
Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan,
teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang
bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian
tersebut dengan sebaik-baiknya.
Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan
tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program
layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:
Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin, baik
dalam maupun luar negeri; dan
Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI,
1975) sebagai berikut ini.
Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan brosur atau
penerbitan lain.
Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
Penelitian di bidang bimbingan.
Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.
Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.[17]
DAFTAR PUSTAKA
Bigs dan Blocher. 1986. The Cocgnitive Approach to Ethical Counseling. New York:
State University of New York.
Depdikbud. 1992. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992.
_________. 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989.
mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak
dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan
melelui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Ada
beberapa istilah lain yang dikembangkan yang bersumber dari istilah profesi yaitu
istilah professional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionaloisasi secara
tepat, berikut ini akan diberikan pengkelasan singkat mengeni pengertian istilah
istilah tersebut.
Pengertian Profesi keguruan:
Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
Jabatan yang memerlukan prinsip professional yang lama(bandingkan
dengan pekerjaan yang menngnakan latihan umum)
Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan
Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanent
Jabatan yang mementukan baku (standarnya) sendiri
Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin kuat dan
erat
A. Jabatan yan melibatkan kegiatan intelektual
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenyuhi kriteria ini, karena mengajar
melibatkan upaya-upaya yang sangat didominasi kegiatan intektual. Bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota professional ini adalah dasar bagi
persiapan semua kegiatan
professional lainnya oleh sebab itu, mengajar sering kali disebut
sebagi ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett, 1963)
B. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
Semua jabatan mempunyai monopoli pemgetahuan yang memisahkan
pengetahuan yang memeisahkan anggota mereka dengan orang awam, dan
memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya.
Anggota-anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun
keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan,
amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ining mencari
keuntungan. Terdapat beberapa pendapat tentang apakah criteria ini
dapt terpenuhi. Mereka yang bergerak dalam dunia pendidikan menyatakn
bahwa mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang khusus yang
sangat penting dalam mempersiapkan guru yang berwenang. Dan sebagian
mengatakan mengajar belum memiliki batang tubuh yang khusus.
C. Jabatan yang memerlukan persiaapan professional yang lama
Persiapan professional yang yang cukup lama perlu untuk mendidik guru
yang berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memnuhi kurikulum
perguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, professional dan
khusus sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula.
D. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang bersinambungan
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatabn
professional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan
latihan profesional, baik yang mendpatkan penghargaan kredit maupun
tanpa kredit. Malahan pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan
professional tambahan diikuti guru-guru dalam menyeratakan dirinya dan
kualifikasi yang telah diterpakan.
E. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanent
Diluar negeri barang kali syarat jabatan guru sebagai karier permanen
merupakantitik yang paling lemah dalam menuntut bahwa mengajar adalah
jabatan professional. Banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu
atau dua tahun saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah
kerja kebidang lain, yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
Untunglah di Indonesia kelihatannya tidak begitu banyak guru yang
berpindah ke bidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatab
guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi. Alasannya mungkin
karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.
Dengan demikian criteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di
Indonesia.
F. Jabatan yang menentukan bakunya sendiri
Karena jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh angota profesi sendiri,
terutama di Negara kita. Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur
oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru
tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
2.
lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut
dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab;
3.
organisasi profesi;
4.
5.
sistem imbalan;
6.
pengakuan masyarakat.
7.
Seorang profesional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan
pekerjaannya
Pengembangan profesionalisme guru sebagai profesi dan profesional, telah menjadi
kajian akademik para ahli. Persoalannya, seringkali adanya ketidaksesuaian antara
harapan konsep dengan konsistensi praksis. Implikasinya, di lapangan dirasakan
sebagai sesuatu hal yang baru.
Websters New World Dictionary mendefinsikan profesi sebagai Suatu pekerjaan
yang meminta pendidikan tinggi dalam liberal art atau science dan biasanya
meliputi pekerjan mental, bukan pekerjaan manual.
Goods Dictionary of education mendefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang
meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai
oleh suatu kode etik khusus.
Greewood (Kuswana,WS, 1995) mengemukakan esensial profesi adalah:
Suatu dasar teori sistematis
Kewenangan (autoruty) yang diakui oleh klien
Sanksi dalam pengakuan masyarakat atas kewenangan ini
Kode etik yang mengatur hubungan dari orang-orang profesional dengan klien
dan teman sejawat
Kebudayaan profesi yang terdiri atas nilai-nilai norma-norma dan simbol-simbol
profesi lainnya.
Professional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang
yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya. Penyandangan dan penampilan
professional ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal.
Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang
mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi.
Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para
pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan guru professional
adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan
yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan
formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta,
sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan guru
professional juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi
penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
guru. Dengan demikian, sebutan profesional didasarkan pada pengakuan formal
terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa:
professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan
pengabdian diri kepada pihak lain.
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam
bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan
dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki
profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmenya
terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai cara
dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna
proesional.
Profesionalitas adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu
profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka
miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan
profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian
seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini guru diharapkan memiliki profesionalitas
keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakantugasnya secara efektif.
Profesionalisasi adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan
profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan
mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan menurut Undang-undang nomer 14 tahun 2005 yaitu berpendidikan
akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus Sertifikasi Pendidikan. Pada dasarnya
profesionalisasi merupakan sutu proses berkesinambungan melalui berbagai
program pendidikan dalam jabatan (in-service).
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara
terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengrahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Guru professional akan tercermin dalam
pendidikan profesi. Pendidikan profesi terdiri atas dua bentuk yaitu pendidikan
profesi bagi calin guru dan pendidikan profesi bagi guru dalam jabatan yang
dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Apakah pekerjaan guru dapat sebagai suatu profesi. Bahwa pekerjaan
kependidikan baukan suatu profesi tersendiri. Bahwa setiap orang dapat menjadi
guru asalkan telah mengalamijenjang pendidikan tertentu ditambah dengan sedikit
pengalaman mengajar. Karena itu seorang dapat mengajar di TK sampai dengan
perguruan tinggi jika dia telah mengalami pendidikan tersebut dan telah memiliki
pengalaman mengajar di kelas. Selain itu, ada beberapa bukti bahwa pendidikan
dapat saja berhasil walaupun pengajarnya tidak pernah belajar ilmu pendidikan dan
keguruan.
Banyak orang tua seperti pedagang, petani, dsb yang telah mendidik anak-anak
mereka yang berhasil, padahal dia sendiri tidak pernah mengikuti pendidikan guru
dan mempelajari ilmu mengajar. Sebalikinya tidak sedikit guru atau tenaga
kependidikan lainnya atau sarjana pendidikan yang tidak berhasil mendidik
anaknya, bahkan justru sebaliknya, menjadi anak tergolong gagal. Jadi, kendatipun
seorang telah dididik menjadi guru, namun belum menjadi jaminan bahwa anaknya
akan terdidik baik.
Salah satu kewenangan guru adalah berhadapan dengan klien (siswa), yang harus
memiliki kemampuan dan memiliki standar, dengan prinsif mandiri (otonom) atas
keilmuannya. Uraian tersebut, memberikan penguatan bahwa profesi guru perlu
adanya kekuatan pengakuan formal melalui tiga tahap; yakni; sertifikasi; regristrasi
dan lisensi.
Sertifikasi adalah pemberian sertifikat yang menunjukkan kewenangan
seseorang anggota seperti ijasah tertentu.
Regritasi mengacu kepada suatu pengaturan di mana anngota diharuskan terdaptar
namanya pada suatu badan atau lembaga.
Adapun lisensi adalah suatu pengaturan yang menetapkan seseorang memperoleh
izin dari yang berwajib untuk menjalankan pekerjaanya.
Lingkungan profesi, harus membentuk perilaku kooperatif dan saling mendukung
dan menghindari kompetisi yang a-moral. Hubungan bersifat kolegial dan konsultaif.
Selain itu kebudayaan profesi terdiri atas nilai-nilai, norma-norma, simbol-simbol
dan konsep karier, nilai sosial dari sekelompok profesional adalah jasanya adalah
kebajikan sosial atau kesehateraan masyarakat.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada
yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya
lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada
lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi
profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No.
26/1989).
Usaha profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena
uniknya profesi guru. Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti
kompetensi profesional, personal dan sosial.
sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam konteks
penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran).
Hal ini telah dipertegas dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
yang menyatakan bahwa (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis
untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya untuk
pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan sekolah, jelas bahwa ujung
dari pelaksaan tugas adalah terjadinya suatu proses pembelajaran yang berhasil.
Segala aktifitas yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan harus
mengarah pada keberhasilan pembelajaran yang dialami oleh para peserta
didiknya. Berbagai bentuk pelayanan administrasi yang dilakukan oleh para
administratur dilaksanakan dalam rangka menunjang kelancaran proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru; proses pengelolaan dan pengembangan
serta pelayanan-pelayanan teknis lainnya yang dilakukan oleh para manajer sekolah
juga harus mendorong terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas dan efektif.
Lebih lagi para pendidik (guru), mereka harus mampu merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai komponen yang
akan terlibat dalamnya.
Ruang lingkup tugas yang luas menuntut para pendidik dan tenaga kependidikan
untuk mampu melaksanakan aktifitasnya secara sistematis dan sistemik. Karena itu
tidak heran kalau ada tuntutan akan kompetensi yang jelas dan tegas yang
dipersyaratkan bagi para pendidik, semata-mata agar mereka mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Guru sebagai Profesi
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi
tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan
untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan (vocational), yang
kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian,
komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah : tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
Menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi
pelajaran yang diajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada
kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) Kemampuan menyusun program
pengajaran, kemampuan ini mencakup kemampuan menetapkan kompetensi
belajar, mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi
pembelajaran; dan (4) Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan
proses pembelajaran.
Kompetensi kepribadian, yaitu bahwa guru hendaknya memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Didalamnya juga
diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam menjalankan tugas serta
senantiasa terbiasa membangun etos kerja. Hingga semua sifat ini memberikan
pengaruh positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya. Jika kita mengacu
kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian-kepribadian guru
meliputi:
(1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak
sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
(2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja.
(3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
(4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
(5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan
yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong),
dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. (Ahmad, 2007 : 3)
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki
indikator esensial; bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan
norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Selain kompetensi kepribadian, ada satu kompetensi yang penting dan wajib dimiliki
oleh seorang guru, yaitu kompetensi profesional. Kompetensi profesional
merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan
bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar
mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan atau materi bidang studi. Banyak ahli pendidikan yang memberikan
koreksi seharusnya lebih cocok digunakan istilah kompetensi akademik. Kompetensi
profesional adalah untuk keempat kompetensi guru tersebut diatas.
Kompetensi yang paling utama adalah kemampuan mengajar dan mendidik, yang
juga disebut sebagai kompetensi profesional. Guru sebagai profesi atau bidang
pekerjaan yang dijalani, tak dapat hanya menyorot sisi kompensasi material
semata. Ada hal-hal yang sepantasnya dipenuhi oleh profesi guru. Diantaranya
menguasai bidang studi yang diajarkan, memahami materi, struktur, dan konsep,
serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat dinilai
profesional ketika dia melakukan pengembangan wawasan dan ilmu, mampu
menelaah secara kritis, serta kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi.
Guru yang profesional adalah guru yang melakukan proses belajar sebagai sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu. Prinsip-prinsip profesional yang harus dimiliki
seorang guru adalah sebagai berikut:
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
Mematuhi kode etik profesi.
Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
norma-norma tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai
oleh masyarakat. Kode etik bagi suatu organisasi sangat penting dan mendasar,
sebab kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang
dijunjung tinggi oleh setia anggotanya. Kode etik berfungsi untuk mendidamisit
setiap anggotanya guna meningkatkan diri, dan meningkatkan layanan
profesionalismenya demi kemaslakatan orang lain.
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi dalam artian mengatur diri
sendiri, berarti guru harus memiliki sikap mandiri dalam mengambil keputusan
sendiri dan dapat mempertanggungjawabkan keputusan yang dipilihnya.
Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memiliki peran sentral
dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai tenaga
pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat
tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada
masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada
masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga
guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak
didik. (Agung, 2005 : 2)
Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat
dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar
belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran,
mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. Dilihat dari
perspektif latar belakang pendidikan, kemampuan profesional guru SLTP dan SLTA di
Indonesia masih sangat beragam, mulai dari yang tidak berkompeten sampai yang
berkompeten. Semiawan (1991) mengemukakan hierarkhi profesi tenaga
kependidikan, yaitu: (1) tenaga profesional, (2) tenaga semiprofessional, dan (3)
tenaga para-profesional.
1.
Tenaga Profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan sekurang-kurangnya S1 (atau yang setara), dan memiliki wewenang
penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian
pendidikan/pengajaran. Tenaga kependidikan yang termasuk dalam kategori ini juga
berwenang untuk membina tenaga kependidikan yang lebih rendah jenjang
profesionalnya, misalnya guru senior membina guru yang lebih yunior.
2.
Tenaga Semiprofessional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan tenaga kependidikan D3 (atau yang setara) yang telah berwenang
mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan tenaga
kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalnya, baik dalam hal perencana,
pelaksanaan, penilaian maupun pengendalian pengajaran.
3.
Tenaga Paraprofessional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan tenaga kependidikan D2 ke bawah, yang memerlukan pembinaan dalam
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian pendidikan atau
pengajaran.
Menghadapi tantangan demikian, maka diperlukan guru yang benar-benar
profesional. H.A.R. Tilaar memberikan empat ciri utama agar seorang guru
terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah:
memiliki kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing
personalitiy);
mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik;
memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat; dan
sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan.
Menurut Wardiman Djojonegoro (1996), guru yang bermutu memiliki paling tidak
empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang
dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dan
pekerjaannya. Kemampuan profesional meliputi kemampuan intelegensia, sikap dan
prestasi kerjanya. Upaya profesional (profesional efforts) adalah upaya seorang
guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam
tindakan mendidik dan mengajar secara nyata. Waktu yang dicurahkan untuk
kegiatan profesional (teachers time) menunjukkan intensitas waktu dari seorang
guru yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas profesinya. Dan yang terakhir, guru
yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar
dan berhasil. Untuk itu guru harus menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu
pengetahuan maupun metodologi mengajarnya.
Selanjutnya, Muchlas Samani (1996) dari Universitas Negeri Surabaya
mengemukakan empat prasyarat agar seorang guru dapat profesional. Masingmasing adalah kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum, kemampuan
guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan, kemampuan guru
memotivasi siswa untuk belajar sendiri, dan kemampuan guru untuk
mengintegrasikan berbagai bidang studi atau mata pelajaran menjadi kesatuan
konsep yang utuh. (Suyanto, 2001 : 145 146)
Perlunya untuk mengkaji ulang aturan atau kebijakan yang ada melalui perumusan
kembali aturan atau kebijakan yang lebih fleksibel dan mampu mendorong guru
untuk mengembangkan kreativitasnya;
Perlunya reorganisasi dan rekonseptualisasi kegiatan Pengawasan Pengelolaan
Sekolah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana alternatif peningkatan mutu
guru;
Perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penelitian, agar lebih
bisa memahami dan menghayati permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
proses pembelajaran.
Perlu mendorong para guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha meningkatkan
ilmu pengetahuan dan wawasan;
Memperketat persyaratan untuk menjadi calon guru pada Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK);
Menumbuhkan apresiasi karier guru dengan memberikan kesempatan yang lebih
luas untuk meningkatkan karier;
Perlunya ketentuan sistem credit point yang lebih fleksibel untuk mendukung
jenjang karier guru, yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas guru
dalam melaksanakan proses pengajaran.
Untuk lebih mendorong tumbuhnya profesionalisme guru selain apa yang telah
diutarakan oleh Balitbang Diknas, tentunya penghargaan yang profesional
terhadap profesi guru masih sangat penting. Seperti yang diundangkan bahwa guru
berhak mendapat tunjangan profesi. Realisasi pasal ini tentunya akan sangat
penting dalam mendorong tumbuhnya semangat profesionalisme pada diri guru.
Dengan adanya pengembangan profesionalisme guru, maka peranan guru harus
lebih ditingkatkan. Guru tidak hanya disanjung, dihormati, disegani, dikagumi,
diagungkan, tetapi guru harus lebih mengoptimalkan rasa tanggungjawabnya.
Peranan guru sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada pepatah
Sunda mengatakan, guru adalah digugu dan ditiru (diikuti dan diteladani), berarti
guru harus memiliki:
i.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru harus
mempersiapkan diri sedini mungkin, jangan sampai ia kerepotan ketika berhadapan
dengan siswa. Penguasaan materi sangat penting, jangan sampai pengetahuan
seorang guru jauh lebih rendah dibandingkan siswa, dan seorang guru harus
terampil tatkala proses kegiatan belajar berjalan.
ii.
Kemampuan profesional yang baik. Seorang guru harus menjadikan,
tanggungjawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi. Tidak bisa seorang
guru hanya mengandalkan, mengajar merupakan sebagai pelarian dan adem ayem
ketika menerima gaji di habis bulan.
Penuh rasa tanggung jawab sangat dibutuhkan, kemampuan untuk mengajar sesuai
disiplin ilmu yang dimilikinya. Ironisnya kenyataan kini masih ada seorang guru
mengajar tidak sesuai bidangnya. Misalnya, jurusan Matematika mengajar Bahasa
Indonesia, jurusan Dakwah mengajar PPKn, jurusan Bahasa Indonesia mengajar
Penjas, dan lain sebagainya.
iii.
Idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru adalah
pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu menjunjung
tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik, membina, mengayomi anak
didiknya.
iv.
Memiliki keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan. Keteladanan
seorang guru merupakan perwujudan dari realisasi kegiatan belajar mengajar, serta
menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik
dan sopan akan sangat berpengaruh terhadap sikap siswa. Sebaliknya seorang guru
yang berpenampilan premanisme, akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan
moral siswa.
Upaya meningkatkan profesionalisme guru menurut Gerstner dkk., peranan guru
tidak hanya sebagai teacher (pengajar), tapi guru harus berperan sebagai:
Pelatih (coach), guru yang profesional yang berperan ibarat pelatih olah raga. Ia
lebih banyak membantu siswanya dalam permainan, bedanya permainan itu adalah
belajar (game of learning) sebagai pelatih, guru mendorong siswanya untuk
menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya.
Konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan dalam pribadi yang
mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa, menciptakan suasana dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil di bawah bimbingan guru.
Manajer belajar, guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan, ia membimbing
siswanya belajar, mengambil prakarsa, mengeluarkan ide terbaik yang dimilikinya.
Di sisi lain, ia bertindak sebagai bagian dari siswa, ikut belajar bersama mereka
sebagai pelajar, guru juga harus belajar dari teman seprofesi. Sosok guru itu
diibaratkan segala bisa.
Wujud nyata pemerintah dalam peningkatan kualitas guru salah satunya dengan
sertifikasi guru. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik pada
guru. Sertifikat guru adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan
tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti bahwa bukti formal pengakuan
formalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikat
ini diberikan kepada guru yang telah memenuhi standard profesional. Guru
c.
d.
kemampuan profesional. Selain dilihat ruang lingkup profesi guru kita juga harus
melihat kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yang
berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang
mendukung terhadap pelaksanaan tugas guru.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh para pendidik jelas telah
dirumuskan dalam pasal 24 ayat (1), (4), dan (5) PP No. 19 tahun 2005 tentang
Standard Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut dinyatakan bahwa pendidik harus
memiliki kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2.
Tujuan Pendidikan
2.1. Tujuan Pendidikan Nasional Bersumber dari Pancasila dan UUD '45, dirumuskan
oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan
yang lebih khusus. 3.2.2. Tujuan Lembaga Pendidikan (Institusional) Ialah tujuantujuan yang harus diemban dan dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Artinya
kualifikasi atau kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mereka
menyelesaikan studinya pada lembaga pendidikan tersebut. Biasanya tujuan
institusional dibedakan menjadi tujuan umurn dan tujuan khusus. Tujuan
instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya, sebab yang langsung
berhubungan dengan anak didik. Tujuan instruksional berkenaan dengan tujuan
setiap perternuan. Artinya, kemarnpuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa
setelah ia menyelesaikan pengalaman belajar suatu pertemuan. Tujuan
instruksional dibedakan ke dalam dua jenis, yakni tujuan instruksional umum (TIU)
dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan TIU dan TIK terletak dalam hal
perumusannya. TIU dirumuskan dengan kata-kata dan tingkah laku yang bersifat
umum, sedangkan TIK menggunakan kata-kata dan tingkah laku yang bersifat
khusus, artinya dapat diukur setelah pelajaran itu selesai.
3. Isi Rumusan Tujuan Dalam Pendidikan
Isi rumusan tujuan dalam pendidikan harus bersifat komprehensif. Artinya
mengandung aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini harus
terdapat baik dalam tujuan yang bersifat umum tnaupun tujuan yang bersifat
khusus. Dunia pendidikan kita saat ini masih menerima taksonomi tujuan menurut
Prof. Dr. Benyamin Bloom, dengan istilah taksonomi tujuan Bloom. Men nurut Bloom,
tingkah laku manusia dikategorikan menjadi tiga ranah (matra, domain atau
pembidangan), yakni: a. Ranah (matra) kognitif yang terdiri atas pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah (matra) afektif yang
terdiri atas penerimaan, respons, organisasi, evaluasi, dan memberi sifat
(karakter)., c. Ranah (matra) psikomotor melalui pentahapan imitasi, spekuIasi,
prasisi, artikulasi, dan naturalisasi. Ketiga matra di atas dalam prakteknya tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, tetapi dapat dibedakan untuk memudahkan
pembahasan teoritisnya. Logjkanya ialah bahwa tingkah laku manusia diawali dulu
dengan pengetahuan, kemudian -sikap, lalu berbuat.
4.Guru sebagai Pendidik
Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan
bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat
kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada
pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi pendidikan
guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima anak, dan
makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu guru harus berkeyakinan dan
bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu dan berusaha menjalankan tugas
kewajiban sebaiknya sehingga dengan demikian masyarakat menginsafi sungguhsungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru.
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari sudut
masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Tugas seorang guru
tidak hanya mendidik. Maka, untuk melaksanakan tugas sebagai guru tidak
sembarang orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi
syarat, yang ada dalam undang-undang No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-Dasar
Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia. Syarat-syarat
tersebut adalah sebagai berikut :
b.
Berijazah,
c.
d.
e.
f.
Bertanggungjawab,
Berjiwa nasional.
Disamping syarat-syarat tersebut, tentunya masih ada syarat-syarat lain yang harus
dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru mendatangkan
hasil yang lebih baik. Salah satu syarat diatas adalah guru harus berkelakuan baik,
maka didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat yang baik.
Beberapa sikap dan sifat yang sangat penting bagi guru adalah sebagai berikut:
1.Adil
Seorang guru harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus dengan cara
yang sama, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.
2.Percaya dan suka terhadap murid-muridnya
Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya. Ini berarti bahwa guru harus
mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan,
mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk
dan menimbulkan kemauan untuk mencegah hal yang buruk.
3.Sabar dan rela berkorban
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan apalagi pekerjaan guru
sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki guru baik dalam melakukan tugas
mendidik maupun dalam menanti jerih payahnya.
v Syarat-syarat Profesi
Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-syarat Profesi seperti;
a.
b.
Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut
dengan standar kualitas.
c.
d.
Organisasi profesi.
e.
f.
Sistem imbalan.
g.
Pengakuan masyarakat.
c.
Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan
dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
d.
e.
f.
g.
h.
Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Sekarang yang menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah apakah semua kriteria ini
dapat dipenuhi oleh jabatan mengajar atau oleh guru? Mari kita lihat satu persatu.
a. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Jelas sekali bahwa jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan
upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut
dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah
dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya. Oleh sebab itu,
mengajar seringkali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett,
1963).
saja pada profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja ke bidang lain, yang
lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi. Untunglah di Indonesia
kelihatannya tidak begitu banyak guru yang pindah ke bidang lain, walaupun bukan
berarti pula bahwa jabatan guru di Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi.
Alasannya mungkin karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak
sulit. Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi professional yang kuat untuk
dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Di Indonesia telah
ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru
mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan atas, dan ada
pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh sarjana
pendidikan.
HAKIKAT PROFESI KEGURUAN
Pengertian dan Syarat Profesi
Profesi adalah
suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut
keahlian, menggunakan teknik-teknik, serta dedikasi yang tinggi.
organisasi.
h. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam pidana pendidikan.
BAB II
KOMPETENSI PROFESI KEGURUAN
i. Menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat.
j. Melaksanakan penelitian sederhana.
BAB III
PERAN PROFESI GURU
DALAM SISTEM PEMBELAJARAN
1. Hakikat Pembelajaran
Pada hakekatnya pembelajaran adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa,
ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa
dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamat dan dicermati
melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya,
menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau
menemukan.
2. Peran Guru dalam Sistem Pembelajaran
(1) As instructor
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas).
(2) As conselor
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu
menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri
sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
(3) As leader
Guru mengadakan superisi atas keiatan balajar murid, mengadakan menajemen
kelas, mengadakan manajemen balajar sebaik-baiknya, mengatur disiplin kelas
secara demoktaris.
(4) As scientist
Guru menyampaikan pengetahuan kepada murid dan berkewajiban
mengembangkan pengetahuan itu dan terus memupuk pengetahuan yang telah
dimilikinya.
(5) As person
Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang di senangi oleh muridmuridnya oleh orang tua dan masyarakat.
(6) As comunicator
Guru sebagai pelaksana menghubungkan sekolah dan masyarakat.
(7) As modernisasi
Guru memegang peranan sebagai pembaharu.
(8) As contruktor
Membantu berhasilnya rencana pembangun masyarakat.
BAB IV
PERAN PROFESI GURU
DI BIDANG LAYANAN ADMINISTRASI
BAB V
PERAN PROFESI GURU
DI BIDANG LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSLING
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Landasan
Landasan
Landasan
Landasan
Landasan
Landasan
Landasan
Landasan
BAB VI
ORGANISASI PROFESI KEGURUAN
upaya mewujudkan serta melindungi hak-hak asasi dan martabat guru khususnya
dalam aspek profesinya dan kesejahteraannya.
KONSEP PROFESI KEGURUAN
Profesi Keguruan
BAB 1. KONSEP PROFESI KEGURUAN
Pada Bab ini, kami akan mencoba untuk menjelaskan Konsep Profesi Keguruan
dilihat dari pengertian, syarat-syarat, kode etik profesi, organisasi, dan
perkembangannya.
1.1. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
1.2. Syarat-syarat Profesi
Ada beberapa hal yang termasuk dalam syarat-syarat Profesi seperti;
1. Standar unjuk kerja.
2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan
standar kualitas.
3. Akademik yang bertanggung jawab.
4. Organisasi profesi.
5. Etika dan kode etik profesi.
6. Sistem imbalan.
7. Pengakuan masyarakat.
Adapun syarat-syarat Profesi Keguruan adalah sebagai berikut;
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan
dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Guru sebagai Profesi
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi
tidak bisa di lakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan
untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan (vocational), yang
kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian,
komitmen, dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme.
Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah : tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1).
Menurut Dedi Supriadi (1999), profesi kependidikan dan/atau keguruan dapat
disebut sebagai profesi yang sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat
kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi tua
(old profession) seperti: kedokteran, hukum, notaris, farmakologi, dan arsitektur.
Selama ini, di Indonesia, seorang sarjana pendidikan atau sarjana lainnya yang
bertugas di institusi pendidikan dapat mengajar mata pelajaran apa saja, sesuai
kebutuhan/ kekosongan/ kekurangan guru mata pelajaran di sekolah itu, cukup
dengan surat tugas dari kepala sekolah.
Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab lemahnya profesi guru di
Indonesia. Adapun kelemahan-kelemahan lainnya yang terdapat dalam profesi
keguruan di Indonesia, antara lain berupa: (1) Masih rendahnya kualifikasi
pendidikan guru dan tenaga kependidikan; (2) Sistem pendidikan dan tenaga
kependidikan yang belum terpadu; (3) Organisasi profesi yang rapuh; serta (4)
Sistem imbalan dan penghargaan yang kurang memadai.