Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI

( STASE MATERNITAS)

DISUSUN OLEH :

RATNA SARI PEDING

NPM JP 019.02.015

CI INSTITUSI

NI NYOMAN ELFIYUNAI S.Kep. Ns. M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI

I. Defenisi

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Manuaba, 2009).

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnionsebelum dimulainya

persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaputamnion sebelum usia kehamilannya

mencapai 37 minggu dengan atau tanpakontraksi (Mitayani, 2011)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan

kehamilan manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah

dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia

22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia

kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang

sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD.

Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.

2. Etiologi

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2007) yaitu sebagai

berikut:

a. Multipara dan Grandemultipara

b. Hidramnion

c. Kelainan letak: sungsang atau lintang

d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)

2
e. Kehamilan ganda

f. Pendular abdomen (perut gantung)

Buku obstetric dan ginekologi, 2009, geri morgan, penyebab KPD adalah:

a. Persalinan prematur

b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD

c. Malposisi atau malpresentasi janin

d. Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks

1)  Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik, LEEP,

dan sebagainya

2)  Peningkatan paritas yang memnungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran

sebelumnya

3)  Inkompeteni serviks

e. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih

f.  Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat ibu

1)   Kelebihan berat badan sebelum kehamilan

2)   Penambahan berat badan sebelum kehamilan

g. Merokok selama kehamilan

h. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda

i.  Riwayat hubungan seksual baru-baru ini

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai penyebab

kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD mayoritas pada ibu

multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal

dan letak janin preskep.

3
3. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air

ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila

duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau

“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang

banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi

yang terjadi (Sunarti, 2017).

4. Klasifikasi

1. PROM

Ketuban pecah saat usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu. Pada PROM

penyebabnya mungkin karena melemahnya membran amnion secara Fisiologis. Kondisi

klinis seperti inkompetensi serviks dan polihidramnion telah di identifikasi sebagai

factor risiko yang jelas dalam beberapa kasus ketuban pecah dini. Untuk penanganannya

melalui seksio caesarea

2. PPROM ( Preterm Premature Rupture of membrane)Ketuban pecah dini premature

(PPROM) mendefinisikan ruptur spontan membran janin sebelum mencapai umur

kehamilan 37 minggudan sebelum onset persalinan (American College of Obstetricians

danGynecologists, 2007)

3. Prolenged PPROM

Ketuban pecah yang terjadi lebih dari 12 jam

5. Komplikasi

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017) yaitu:

4
a. Prognosis Ibu Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi

intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus

lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya

SC), morbiditas dan mortalitas maternal.

b. Prognosis Janin

Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom

distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal), retinopati

premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan

risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan

tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor

APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal,

distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru,

deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas

perinatal (Marmi dkk, 2016).

6. Patofisiologi

Pecahnya ketuban pada saat persalinan secara umum disebabkan oleh adanya kontraksi

uterus dan juga peregangan yang berulang.Selaput ketuban pecah pada bagian tertentu

dikarenakan adanya perubahan biokimia, yang mengakibatkan berkurangnya keelastisan

selaput ketuban, sehingga menjadi rapuh. Biasanya terjadi pada daerah inferior

(Prawirohardjo, 2010) Korion amnion yang biasa disebut selaput janin merupakan batas

desidua maternal dan lainnya pada membran basemen kolagen tipe II serta IV dan lapisan

berserat yang ada di bawahnya mengandung kolagen tipe I, III, V, dan VI, maka dari itu

kolagen merupakan kekuatan utama untuk korion amnion. Selaput ketuban pecah adalah

5
proses penyembuhan dari luka di mana kolagen dirusakkan. Kumpulan matrix

metalloproteinase (MMPs) adalah salah satu keluarga enzim yang bertindak untuk merusak

serat kolagen yang memgang peranan penting. Di sini prostaglandin juga memacu produksi

MMPs di leher rahim dan desidua untuk mempromosikan pematangan serviks dan aktivasi

membran desidua dan janin, MMPs-1 dan MMPs-8 adalah kolagenase yang

mendegradasikan kolagen tipe I, II dan III, sedangkan MMPs-2 dan MMPs-9 merupakan

gelatinase yang mendegradasikan kolagen tipe IV dan V. Aktivitas MMPs sendiri diatur

oleh inhibitor jaringan MMPs yaitu tissue inhibitors of MMPs (TIMPs). Faktor yang sering

dapat meningkatkan konsentrasi MMPs adalah infeksi atau peradangan. Infeksi dapat

meningkatkan konsentrasi MMP dan menurunkan kadar TIMP dalam rongga ketuban

melalui protease yang dihasilkan langsung oleh bakteri, yang nantinya protease itu akan

mengakibatkan degradasi kolagen. Proinflamasi seperti IL-1 dan TNFα juga dapat

meningkatkan kadar MMP (Sulistyowati, 2013) Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat

pada kehamilan muda, akan semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan

puncaknya pada trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas, melemahnya

kekuatan selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan gerakan janin yang berlebihan.

Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis (Prawirohardjo,

2010)

6
7.Pathway

Multipara dan grandemultipara, hidramnion, kelainan letak: sungsang atau lintang,


Cephalo Pelvis Disproportion (CPD), kehamilan ganda, pendular abdomen ( Perut gantung)

Pemeriksaan penunjang: Tanda dan gejala:


Pemeriksaan lab dan pemeriksaan USG keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma
air ketuban berbau manis dan tidak seperti bauamoniak,
berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang

Ketuban Pecah Dini (KPD)

mengiritasiAir ketuban terlalu pasien tidak mengetahui tidak adanya pelindung


nervusbanyak keluar penyebab dan akibat KPD dunia luar dengan
(pudendal) daerah rahim
distosia (partus kering) kurang informasi
stimulus nyeri
laserasi pada mudahnya mikroorganisme
jalan lahir masukDefisit
secara asendens
Nyeri akut pengetahuan

Resiko infeksi

kecemasan ibu terhadap


keselamatan janin dan dirinya

Ansietas

7
8.  Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud an PH

nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret

vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna

,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi

biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi

vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan

meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik

menunjukkan gambaran daun psikis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri

pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi

kesalahan pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup

banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan

anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi kebidanan,

sujiyatini,2009,hal:16-17)

   9. Penatalaksanaan.

a. Pencegahan

1)  Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial

2)  Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi atau

berhenti.

3)  Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil

8
4)  Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada faktor

predisposisi.

b. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal

bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.

1) Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat

a) Letak kepala selain vertex

b) Polihdramnion

2)Herpes aktif

3) Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya

c.Bila ketuban telah pecah

1) Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya

pecahnya ketuban

2) Bila robekan ketuban tampak kasar :

a) Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan

dari vagina.

b) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk

mengkaji ferning dibawah mikroskop.

c)  Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji

diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada

perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.

3) Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan

pemeriksaan pekulum steril.

a) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).

9
b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.

c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide

untuk mengkaji ferning dubawah mikroskop.

4) Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke

dokter.

d. Penatalaksanaan konservatif

1)   Kebanyakan persalinan dimulai dalam  24-72 jam setelah ketuban pecah.

2)   Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina

, kecuali spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.

3)   Saat menunggu, tetap pantau pasien  dengan ketat.

a)    Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan /

atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.

b)   Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak

kekuningan menunjukan adanya infeksi.

c)   Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa

pun

e.  Penatalaksaan agresif

1)   Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)

dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter

2)   Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons

3)   Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda

mulai pemberian pitocin

4)   Berikan cairan per IV , pantau janin

10
5)   Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.

6)   Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi,

kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan

untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik

manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau

induksi dimulai

7)   Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari

berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi

8)   Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang

merupakan salah satu tanda infeksi

9)   Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :

a)    Suhu tubuh ibu meningkat signifikan

b)   Terjadi takikardia janin

c)    Lokia tampak keruh

d)   Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan

e)    Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus

f)     Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih

f. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah

1)   Pesalinan spontas

a)    Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam

b)   Anjurkan pemantauan janin internal

c)    Beritahu dokter  spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat

neonates

11
d)   Lakukan kultur sesuai panduan

2)   Indikasi persalinan

a)    Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter

b)   Ukur suhu tubuh setiap 2 jam

c)   Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang memberikan

1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai

profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu

tubuh ibu dan DJJ  untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.

(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan).

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim

terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,tatalaksana

ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapatmenurunkan kejadian

persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.Memberikan profilaksis antibiotika dan

membatasi pemeriksaan dalammerupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping

itu makin kecil umurkehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang

dapat memacuterjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1

kg.Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapatdijabarkan

sebagai berikut:

1.Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga

mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2.Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicusepsis,

meningitis janin, dan persalinan prematuritas.

12
3.Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan

diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehinggak

ematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009)

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

13
1. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang

klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2010).

1). Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku

bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor

register, dan diagnosa keperawatan. .

2). Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan

ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda

persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga

seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit

tersebut diturunkan kepada klien

d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat

bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

3) Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien

tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta

kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam

perawatan dirinya.

14
b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu

makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,

terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada

klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan

nyeri.

d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah

kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,

yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena

penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).

e. Pola istirahat dan tidur Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan

tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.

f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien

dengan keluarga dan orang lain.

g. Pola penagulangan stres Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran

anak.

h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat

kontraksi uterus pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami

kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.

i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan

kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi

perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri

15
j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

seksual atau atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses

persalinan dan nifas.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang persalinan dan

sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres

total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya

4). Pemeriksaan fisik

a. Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat

adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena

adanya proses menerang yang salah.

c. Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan

kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan

yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

d. Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,

adakah cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang

kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

f. Dada Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola

mamae dan papila mamae.

g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa

nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

16
h. Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat

pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan

menandakan adanya kelainan letak anak.

i. Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.

j. Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena

membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

k. Muskuluskeletal Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena

adanya luka episiotomi.

l. Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi

cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2015.

1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

4.Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir

prematur.

3. Rencana AsuhanKeperawatan.

NO. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

17
DX Keperawatan
1 Nyeri akut -Pain level (level nyeri Pain Management
berhubungan dengan -Pain control(control ( Manajemen nyeri)
ketegangan otot nyeri) 1.Lakukan pengkajian nyeri
rahim -Comfort level (level secara komprehensif termasuk
kenyamanan) lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekwensi, kualitas dan factor
1.Mampu mengontrol presipitasi
nyeri( tahu penyebab
2.Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mempu
dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik
3.Gunakan tehnik komunikasi
non farmakologi
terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi
pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari
bantuan) 4.Ajarkan tentang teknik non

2.Melaporkan bahwa farmakologi.

nyeri berkurang 5.Berikan analgetik untuk


dengan menggunakan mengurangi nyeri.
manajemen nyeri)
6.Kolaborasikan dengan dokter
3. Mampu mengenali
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri ( skala,
nyeri tidak berhasil
intensitas, frekwensi
dan tanda nyeri)
4.Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
5.Tanda vital dalam
rentang normal.
2 Resiko infeksi -Immune Status (status Infection Control (Kontrol
berhubungan dengan imun), infeksi)
ketuban pecah dini - Knowledge : Infection 1.Bersihkan lingkungan setelah

18
control dipakai pasien lain.
(pengetahuan : 2.Batasi pengunjung bila perlu.
controll infeksi), 3.Instruksikan pada pengunjung
- Risk control (control untuk mencuci tangan saat
infeksi). berkunjung dan setelah
Kriteria Hasil: berkunjung meninggalkan
1.Klien bebas dari tanda pasien.
dan gejala infeksi 4.Cuci tangan setiap sebelum
2.Mendeskripsikan dan sesudah tindakan
proses penularan keperawtan.
penyakit, factor yang 5.Gunakan sarung tangan
mempengaruhi sebagai alat pelindung.
penularan serta 6.Kolaborasi pemberian terapi
penatalaksanaannya. antibiotik bila perlu.
3.Menunjukkan
kemampuan untuk Infection Protection (proteksi
mencegah timbulnya terhadap infeksi) :
infeksi 1.Monitor tanda dan gejala
4.Jumlah leukosit dalam infeksi sistemik dan lokal,
batas normal. 2.Monitor hasil laboratorium
5.Menunjukkan perilaku (lekosit).
hidup sehat 3.Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
4.Monitor masukkan nutrisi dan
cairan yang cukup.
5.Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep.
6.Ajarkan pasien dan keluarg
tanda dan gejala infeksi.
7.Ajarkan cara menghindari
infeksi

19
3 Defisiensi - Knowledge : disease Teaching : disease Process
pengetahuan process (Pengajaran : proses
berhubungan dengan (Pengetahuan proses penyakit)
kurang informasi. penyakit),
1.Berikan penilaian tentang
- Knowledge : health
tingkat pengetahuan pasien
Behavior
tentang proses penyakit yang
((Pengetahuan :
spesifik.
tingkah laku
kesehatan). 2.Jelaskan patofisiologi dari

Kriteria Hasil : penyakit dan bagaimana hal ini

1.Pasien dan keluarga berhubungan dengan anatomi

menyatakan dan fisiologi, dengan cara yang

pemahaman tentang. tepat.

penyakit, kondisi, 3.Gambarkan tanda dan gejala


prognosis dan program yang biasa muncul pada
pengobatan. penyakit, dengan cara yang
2.Pasien dan keluarga tepat.
mampu melaksanakan
4.Gambarkan proses penyakit,
prosedur yang
dengan cara yang tepat.
dijelaskan secara
benar. 5.Identifikasi kemungkinan

3.Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara yang

mampu menjelaskan tepat.

kembali apa yang 6.Sediakan informasi pada


dijelaskan perawat/tim pasien tentang kondisi, dengan
kesehatan lainnya. cara yang tepat.

7.Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan.
8.Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi

20
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
4 Ansietas Anxiety control (control Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan dengan kecemasan), Coping kecemasan)
persalinan prematur (Koping). 1.Gunakan pendekatan yang
dan neonatus menenangkan.
Kriteria Hasil :
berpotensi lahir 2.Nyatakan dengan jelas harapan
prematur. 1.Klien mampu terhadap pelaku pasien.
mengidentifikasidan 3.Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama
cemas. prosedur.
2.Mengidentifikasi, 4.Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik mengurangi takut.
untuk mengontol 5.Berikan informasi faktual
cemas. mengenai diagnosis, tindakan
3.Vital sign dalam batas prognosis.
normal. 6.Dorong keluarga untuk
4.Postur tubuh, ekspresi menemani anak.
wajah, bahasa tubuh 7.Dengarkan dengan penuh
dan tingkat aktivitas perhatian.
menunjukkan 8.Identifikasi tingkat kecemasan.
berkurangnya 9.Bantu pasien mengenal situasi
kecemasan yang menimbulkan kecemasan.
10.Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
11.Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi

21
 

22
DAFTAR PUSTAKA

Arma, dkk, 2015.Bahan Ajar Obsetri Fisiologi. Yogyakarta

Sujiyatini , 2009. Asuhan Patologi Kebudanan.Jogyakarta: Nuha Medika

Geri Morgan.,2009.Obsetri dan Ginekologi. Jakareta EGC, Kedokteran

Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obsetri.. Jakartakarta: EGC

Manuaba, 2009.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsetri dan Gineokologi. Jakarta:

FKUI

Mitayani, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Nanda NIC- NOC .2015,Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi

Revisi Jilid I. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Sagita Darma Sari, SST, M.Kes, 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm dan Posterm

Disertai Evidence Based. Jakarta.

Sulistiyawati,2013.Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

23

Anda mungkin juga menyukai