( STASE MATERNITAS)
DISUSUN OLEH :
NPM JP 019.02.015
CI INSTITUSI
1
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Defenisi
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Manuaba, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnionsebelum dimulainya
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan
kehamilan manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah
dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia
22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia
kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami KPD.
Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
2. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba, 2007) yaitu sebagai
berikut:
b. Hidramnion
2
e. Kehamilan ganda
Buku obstetric dan ginekologi, 2009, geri morgan, penyebab KPD adalah:
a. Persalinan prematur
dan sebagainya
sebelumnya
3) Inkompeteni serviks
h. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai penyebab
kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD mayoritas pada ibu
multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu, pembesaran uterus normal
3
3. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air
ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi
4. Klasifikasi
1. PROM
Ketuban pecah saat usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu. Pada PROM
factor risiko yang jelas dalam beberapa kasus ketuban pecah dini. Untuk penanganannya
danGynecologists, 2007)
3. Prolenged PPROM
5. Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017) yaitu:
4
a. Prognosis Ibu Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus
b. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom
tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor
6. Patofisiologi
Pecahnya ketuban pada saat persalinan secara umum disebabkan oleh adanya kontraksi
uterus dan juga peregangan yang berulang.Selaput ketuban pecah pada bagian tertentu
selaput ketuban, sehingga menjadi rapuh. Biasanya terjadi pada daerah inferior
(Prawirohardjo, 2010) Korion amnion yang biasa disebut selaput janin merupakan batas
desidua maternal dan lainnya pada membran basemen kolagen tipe II serta IV dan lapisan
berserat yang ada di bawahnya mengandung kolagen tipe I, III, V, dan VI, maka dari itu
kolagen merupakan kekuatan utama untuk korion amnion. Selaput ketuban pecah adalah
5
proses penyembuhan dari luka di mana kolagen dirusakkan. Kumpulan matrix
metalloproteinase (MMPs) adalah salah satu keluarga enzim yang bertindak untuk merusak
serat kolagen yang memgang peranan penting. Di sini prostaglandin juga memacu produksi
MMPs di leher rahim dan desidua untuk mempromosikan pematangan serviks dan aktivasi
membran desidua dan janin, MMPs-1 dan MMPs-8 adalah kolagenase yang
mendegradasikan kolagen tipe I, II dan III, sedangkan MMPs-2 dan MMPs-9 merupakan
gelatinase yang mendegradasikan kolagen tipe IV dan V. Aktivitas MMPs sendiri diatur
oleh inhibitor jaringan MMPs yaitu tissue inhibitors of MMPs (TIMPs). Faktor yang sering
dapat meningkatkan konsentrasi MMPs adalah infeksi atau peradangan. Infeksi dapat
meningkatkan konsentrasi MMP dan menurunkan kadar TIMP dalam rongga ketuban
melalui protease yang dihasilkan langsung oleh bakteri, yang nantinya protease itu akan
mengakibatkan degradasi kolagen. Proinflamasi seperti IL-1 dan TNFα juga dapat
meningkatkan kadar MMP (Sulistyowati, 2013) Selaput ketuban yang tadinya sangat kuat
pada kehamilan muda, akan semakin menurun seiring bertambahnya usia kehamilan, dan
puncaknya pada trimester ketiga. Selain yang telah disebutkan di atas, melemahnya
kekuatan selaput ketuban juga sering dihubungkan dengan gerakan janin yang berlebihan.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis (Prawirohardjo,
2010)
6
7.Pathway
Resiko infeksi
Ansietas
7
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret
vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna
,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri
pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi
banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
sujiyatini,2009,hal:16-17)
9. Penatalaksanaan.
a. Pencegahan
2) Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi atau
berhenti.
8
4) Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada faktor
predisposisi.
b. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal
1) Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
b) Polihdramnion
2)Herpes aktif
pecahnya ketuban
a) Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan
dari vagina.
b) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada
3) Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
9
b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide
4) Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke
dokter.
d. Penatalaksanaan konservatif
2) Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina
a) Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan /
atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.
c) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa
pun
e. Penatalaksaan agresif
3) Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda
10
5) Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
induksi dimulai
7) Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
8) Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang
1) Pesalinan spontas
a) Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
c) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat
neonates
11
d) Lakukan kultur sesuai panduan
2) Indikasi persalinan
1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai
tubuh ibu dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapatmenurunkan kejadian
itu makin kecil umurkehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang
sebagai berikut:
12
3.Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehinggak
13
1. Pengkajian
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang
klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2010).
1). Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan
ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien
tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
perawatan dirinya.
14
b. Pola nutrisi dan metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu
c. Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada
nyeri.
d. Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
e. Pola istirahat dan tidur Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum persalinan.
f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien
g. Pola penagulangan stres Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran
anak.
h. Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat
kontraksi uterus pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami
i. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
15
j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
k. Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya pada saat menjelang persalinan dan
sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres
e. Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
g. Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
16
h. Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
i. Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskuluskeletal Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
l. Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
prematur.
3. Rencana AsuhanKeperawatan.
17
DX Keperawatan
1 Nyeri akut -Pain level (level nyeri Pain Management
berhubungan dengan -Pain control(control ( Manajemen nyeri)
ketegangan otot nyeri) 1.Lakukan pengkajian nyeri
rahim -Comfort level (level secara komprehensif termasuk
kenyamanan) lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekwensi, kualitas dan factor
1.Mampu mengontrol presipitasi
nyeri( tahu penyebab
2.Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mempu
dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik
3.Gunakan tehnik komunikasi
non farmakologi
terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi
pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari
bantuan) 4.Ajarkan tentang teknik non
18
control dipakai pasien lain.
(pengetahuan : 2.Batasi pengunjung bila perlu.
controll infeksi), 3.Instruksikan pada pengunjung
- Risk control (control untuk mencuci tangan saat
infeksi). berkunjung dan setelah
Kriteria Hasil: berkunjung meninggalkan
1.Klien bebas dari tanda pasien.
dan gejala infeksi 4.Cuci tangan setiap sebelum
2.Mendeskripsikan dan sesudah tindakan
proses penularan keperawtan.
penyakit, factor yang 5.Gunakan sarung tangan
mempengaruhi sebagai alat pelindung.
penularan serta 6.Kolaborasi pemberian terapi
penatalaksanaannya. antibiotik bila perlu.
3.Menunjukkan
kemampuan untuk Infection Protection (proteksi
mencegah timbulnya terhadap infeksi) :
infeksi 1.Monitor tanda dan gejala
4.Jumlah leukosit dalam infeksi sistemik dan lokal,
batas normal. 2.Monitor hasil laboratorium
5.Menunjukkan perilaku (lekosit).
hidup sehat 3.Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
4.Monitor masukkan nutrisi dan
cairan yang cukup.
5.Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep.
6.Ajarkan pasien dan keluarg
tanda dan gejala infeksi.
7.Ajarkan cara menghindari
infeksi
19
3 Defisiensi - Knowledge : disease Teaching : disease Process
pengetahuan process (Pengajaran : proses
berhubungan dengan (Pengetahuan proses penyakit)
kurang informasi. penyakit),
1.Berikan penilaian tentang
- Knowledge : health
tingkat pengetahuan pasien
Behavior
tentang proses penyakit yang
((Pengetahuan :
spesifik.
tingkah laku
kesehatan). 2.Jelaskan patofisiologi dari
20
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
4 Ansietas Anxiety control (control Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan dengan kecemasan), Coping kecemasan)
persalinan prematur (Koping). 1.Gunakan pendekatan yang
dan neonatus menenangkan.
Kriteria Hasil :
berpotensi lahir 2.Nyatakan dengan jelas harapan
prematur. 1.Klien mampu terhadap pelaku pasien.
mengidentifikasidan 3.Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama
cemas. prosedur.
2.Mengidentifikasi, 4.Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik mengurangi takut.
untuk mengontol 5.Berikan informasi faktual
cemas. mengenai diagnosis, tindakan
3.Vital sign dalam batas prognosis.
normal. 6.Dorong keluarga untuk
4.Postur tubuh, ekspresi menemani anak.
wajah, bahasa tubuh 7.Dengarkan dengan penuh
dan tingkat aktivitas perhatian.
menunjukkan 8.Identifikasi tingkat kecemasan.
berkurangnya 9.Bantu pasien mengenal situasi
kecemasan yang menimbulkan kecemasan.
10.Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi.
11.Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
21
22
DAFTAR PUSTAKA
FKUI
Nanda NIC- NOC .2015,Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Sagita Darma Sari, SST, M.Kes, 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm dan Posterm
23