Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain (Mochtar, Rustam. 1998)
Menurut tua (umur) kehamilan, persalinan dapat berlangsung pada usia kehamilan
kurang bulan (Preterm). Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
37 minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang
potensial meningkatkan kematian perinatal. (Prawirohardjo, Sarwono. 2005)
Resiko persalinan preterm adalah tingginya angka kematian, disamping dapat
terjadi pertumbuhan mental-intelektual dan fisik yang kurang menguntungkan sehingga
dapat menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Dengan demikian kelahiran preterm
yang mempunyai resiko tinggi diupayakan dapat dikurangi sehingga angka kematian
perinatal dapat diturunkan.
Salah satu penyebab terbesar terjadinya persalinan preterm ini adalah Ketuban
Pecah Dini (KPD). Ketuban Pecah Dini atau spontaneous/early/premature ruptured of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998)
Ketuban Pecah Dini merupakan penyebab terbesar persalinan premetur dengan
berbagai akibatnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko terjadimya KPD dan
persalinan preterm, serta untuk menekan kematian perinatal maka diperlukan asuhan
kebidanan yang intensif. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengangkat kasus ibu hamil
dengan KPD dan persalinan preterm ini agar dapat digunakan dengan semestinya oleh
berbagai pihak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mengetahui Pengertian Ketuban Pecah Dini dan persalinan preterm, etiologi,
Patogenesis, pengaruh, diagnosa, pimpinan persalinan, komplikasi, asuhan yang
diberikan dalam persalinan, serta penanganan kasus persalinan dengan KPD di
Rumah sakit Ben Mari Kabupaten Malang

12.2 Khusus
1.2.2.1 Agar mahasiswi mampu melaksanakan pengumpulan data dasar pada ibu
bersalin patologis dengan ketuban pecah dini
1.2.2.2 Agar mahasiswi mampu melakukan interpretasi data terdiri dari diagnosa
kebidanan, masalah kebidanan dan kebutuhan pada ibu bersalin patologis
dengan ketuban pecah dini.
1.2.2.3 Agar mahasiswi mampu menentukan diagnosa potensial yang mungkin akan
timbul pada ibu bersalin patologis dengan ketuban pecah dini.
1.2.2.4 Agar mahasiswi mampu melakukan antisipasi apabila timbul diagnosa
potensial pada ibu bersalin patologis dengan ketuban pecah dini.
1.2.2.5 Agar mahasiswi mampu merencanakan tindakan yang akan di lakukan pada
ibu bersalin patologis dengan ketuban pecah dini.
1.2.2.6 Agar mahasiswi mampu melaksanankan rencana yan dibuat pada ibu
bersalin patologis dengan ketuban pecah dini.
1.2.2.7 Agar mahasiswi mampu melaksanankan evaluasi dan tindak lanjut dari
asuhan yang telah di lakukanpada ibu bersalin patologis dengan ketuban
pecah dini.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Ketuban pecah dini


Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature ruptured of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998)
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan, dan di tunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba, Ida
Bagus Gde. 1998)
Sedangkan waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian
ketuban pecah dini (periode laten).
2.2 Etiologi
Penyebab dari PROM masih belum jelas., maka preventif tidak dapat dilakukan,
kecuali dalam usaha menekan infeksi.
Beberapa faktor penyebab terjadinya KPD adalah :
a. Serviks inkompeten
b. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
c. Kelainan letak janin dalam rahim seperti pada Let-su dan Let-li
d. Kemungkinan panggul sempit seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, sevalopelvik disproporsi
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolotik sehingga memudahkan ketuban pecah
g. Nutrisi buruk
h. Status Sosial ekonomi lemah
i. Pertumbuhan berat badan maternal buruk
j. Berat badan prakehamilan kurang dari 45 kg
k. Zat kimia yang teratogen
l. Kelainan kromosom seperti trisomi
m. Infeksi virus/bakteri pada meternal
n. Abnormalitas genetik
o. Kehamilan ganda
p. Riwayat kehamilan IUGR terdahulu
q. Ibu yang merokok/menggunakan narkotika/peminum alkohol
r. Penyakit pada ibu anemia, DM, preeklampsia, penyakit jantung, penyakit vaskuler
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
· Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi
· Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban

2.3 Patogenesis
TAYLOR dkk. Telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal
berikut :
a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapa
bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
b. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
d. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi,
disproporsi, cerviks inkompeten, dan lain-lain.
e. Ketuban pecah dini artifisial(amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
PROM berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya
ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten (LP=Lag period). Makin
muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih
pendek dari biasanya., yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam.
2.4 Pengaruh
a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan mobiditas perinatal.
b. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas),
peritonitis, dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi.
Hal ini akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
2.5 Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang
mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
2.6 Diagnosa
 TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan
 Peningkatan Berat badan ibu kurang/ tidak ada
 Pada pemeriksaan USG lakukan pengukuran biparietal,panjang paha janin,
lingkaran abdomen
 Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo
atau bila telah terinfeksi bau
 Inspekulo : dilihat apakah ada air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah
ada bagian yang sudah pecah
 Gunakan kertas lakmus
 Pemeriksaan pH forniks posterior. Pada KPD, pH adalah basa
 Pemeriksaan hispatologi air ketuban
 Aborization dan sitologi air ketuban
2.7 Penanganan
1. Rawat di Rumah Sakit
2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika
4. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <>
a. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin , yaitu ampisilin
4x500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari
selama 7 hari
b. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin,
yaitu betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam atau deksametason6
mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam
c. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
d. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm
5. Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu :
a. Jika ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk
mengurangi risiko infeksi streptokoccus grup B yaitu ampisilin 2 gr IV setiap 6
jam atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Dan jika
tidak ada infeksi pasca persalinan, hentikan antibiotika
b. Nilai serviks
Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus
oksitosin atau lahirkan dengan seksio caesarea
2.8. Pimpinan Persalinan
Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan
dalam menghadapi PROM. Beberapa institut menganjurkan penatalaksanaan untuk
PROM sebagai berikut :
1. Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk
beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika profilaksis,
spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak
viable.
2. Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam
setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu
dimana induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka
lakukanlah tindakan operatif.
Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa :
– Partus spontan
– Ekstraksi vakum
– Ekstraksi forsep
– Embriotomi bila anak sudah meninggal
– Seksio caesarea bila ada mindikasi obstetrik

2.9 Komplikasi
a. Pada anak
IUFD dan IPFD
a
uritas
b. Pada ibu
Partus lama dan infeksi
Atonia uteri
Perdarahan post partum
Infeksi nifas

PERSALINAN PRETERM
2.1. Pengertian
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu
atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang
potensial meningkatkan kematian perinatal. (Prawirohardjo, Sarwono. 2005)
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 28-37
minggu, dengan berat badan lahir 1000-2500 gram. (Mochtar, Rustam. 1998)
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi dibawah umur kehamilan 37
minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram. (Manuaba, Ida
Bagus Gde.1998)

2.2. Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi persalinan preterm sering kali tidak diketahui. Namun, faktor etiologi
yang dikemukakan adalah :
· Kausa ignota
· Toksemia gravidarum
· Multiparitas
· Perdarahan antepertum
· Kelainan serviks
· Komplikasi dari penyakit seperti sifilis, dekompensasi kordis, rematik, penyakit-
penyakit ginjal, mioma uteri
· Kelainan kongenital
· Ketuban pecah dini
· Rh faktor
· Hidramnion, gemeli
Ada beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukan tindakan sehingga
terjadi persalinan preterm.
1) Kondisi yang menimbulkan partus preterm
a. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri
kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat.
b. Perkembangan janin terhambat
Perkembangan janin terhambat (Intrauterine growth retardation) merupakan
kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan
mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih
dini.
c. Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm,
meskipun sebagian besar (65%) terjadi aterm. Pada pasien dengan riwayat
solusio plasenta maka kemungkinan terulang akan menjadi lebih besar yaitu
11%.
d. Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus
dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan
banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
e. Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi
berkurang, meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi.
f. Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian
insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat dikendalikan.

2) Kondisi yang menimbulkan kontraksi


a. Kelainan bawaan uterus
Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus
preterm dengan kelainan uterus yang ada.
b. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada
beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti : serviks inkompeten,
hidramnion, kahamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain.
c. Serviks inkompeten
Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya
inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks
inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami
pengakhiran kehamilan pervaginam.
d. Kehamilan ganda
Sebanyak 10% pasien dengan dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan
secara umum kahamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang lebih
pendek.
3) Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Fetus
a. Faktor ovum sendiri
Sebagai contoh BB bayi laki-laki lebih besar dari bayi perempuan, misalnya
pada gamelli
b.Faktor ibu
Yaitu fisikal habitus (bentuk badan), misalnya BB bayi pada ibu yang besar
dan ibu yang kecil, serta kesehatan ibu sewaktu hamil, misalnya pada ibu
dengan diabetes meka BB bayi besar, bila ibu dengan hipertensi maka BB bayi
rendah.
c. Faktor lain
Seperti tempat tali pusat pada plasenta dan derajat infark plasenta. Pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan janin intra uterin, yaitu keadaan gizi ibu
terutama, kekurangan lemak dan protein yang lama, dan ibu yang merokok atau
tidak.

4) Faktor yang mempengaruhi Lamanya kehamilan


a. Susunan syaraf otonom
Penerimaan rangsang dari korpus uteri terhadap ans pada tiap wanita berbeda-beda
b. Perangsangan mekanik
Makin besar uterus diregang, makin banyak kesempatan uterus untuk berkontraksi
c. Derajat dimana korpus uteri menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan sewaktu hamil
§ Derajat perkembangan dan pertumbuhan uterus
§ Derajat dari harmonal block (progesteron, kerjanya dengan memblokir perjalanan rangsang
dari otot-otot uterus)
d. Faktor serviks
Inkompeten serviks, laserasi serviks, stenosis serviks, jaringan parut serviks.
2.3 Pencegahan
 Pemeriksaan Antenatal yang berkualitas untuk menurunkan kejadian BBLR
 Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan kerugian
kelahiran preterm atau BBLR
 Mengusahakan makan lebih baik pada masa hamil agar menghindarkan kekurangan
gizi dan anemia
 Menghindarkan kerja berat selama hamil
 Jangan kawin terlalu muda dan terlalu tua (idealnya 20-30 tahun)
 Perbaiki keadaan sosial ekonomi
 Cegah infeksi saluran kencing
 Memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
 Perbaiki kesalahan-kesalahan lokal seperti laserasi serviks dengan Emmet’s
operation atau Sirodkar operation
2.4 Pimpinan Partus
Ø Sewaktu partus jangan diberikan narkosa morfin dan sedativa kalau tidak perlu atau tidak
ada indikasi
Ø Pada ketuban pecah dini, berikan antibiotika yang cukup, ibu dirawat inap, dan tunggu
sampai anak cukup besar, serta jangan koitus terlebih dahulu.
Ø Jangan terlalu banyak trauma pada anak sewaktu menolong partus. Kalau perlu segera
lakukan episiotomi sewaktu kepala anak nampak di vulva. Tali pusat baru di klem setelah
pulsasi negatif
Ø Bisa pula dipakai obat-obatan relaxin, releasin, dactil, dibulin dan infus alkohol 10%yang
gunanya memberikan relaksasi pada serviks, kemasan progesteron (gestanon, duphaston)
dan obat-obat lainnya.
Cairan yang keluar dari jalan lahir dapat berupa :
ü Hidrorea amniotika
Yaitu keluarnya atau pecahnya selaput ketuban dan keluarnya air ketuban
ü Hidrorea palsu
Keluar air ketuban palsu, ketuban pelum pecah
ü Hidrorea hemoragika
Keluar air ketuban dan darah, misalnya pada solusio plasenta dan plasenta previa
ü Hidrorea alba
Fluor albus atau keputihan
2.5 Tindakan Konservatif
 Istirahat-Isolasi di tempat pelayanan kesehatan
 Perbaikan sosial ekonomi
 Konsultasi dengan dokter
 Pengobatan penyakit
 ANC yang teratur dan berkualitas sampai kehamilan aterm

Teori Manajemen Kebidanan 1.

Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan menurut Varney (2008), dan Mufdillah,
Hidayat, (2008) adalah sebagai berikut :

a. Langkah I : Pengkajian Data (Pengumpulan Data Dasar). Pengkajian adalah tahap awal
yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2009).

Menurut Pudiastuti (2012) pengkajian data meliputi :

1) Data Subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditemukan,
oleh tim kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2009)
a) Biodata yang Menyangkut Identitas Pasien
1) Nama Nama jelas dan lengkap bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan masa nifas.
3) Agama Untuk mengetahui pasien tersebut dalam membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
5) Pendidikan Berpengaruh terhadap tindakan kebidanan dan mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, 27 sehingga bidan dapat memberikan
konseling dengan pendidikannya.
6) Pekerjaan Pasien Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat Ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama dengan
alamat yang berbeda.
b) Keluhan Utama Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
adalah ibu mengatakan mengeluarkan cairan yang merembes melalui vagina,
nyeri perut dan demam (Nugroho,2010).
c) Riwayat Menstruasi Umur menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya darah, haid
teratur atau tidak, sifat darah (cair atau ada bekuan, warnanya), adanya
dismenorhoe.
d) Riwayat Perkawinan Perlu dikaji tentang berapa kali menikah, status menikah syah
atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologinya, sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
e) Riwayat Kehamilan, Persalian dan Nifas yang lalu (
1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan
hasilpemeriksaan kehamilan.
2) Persalinan : spontan atau buatan lahir aterm atau prematur ada perdarahan
atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan.
3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan ( abortus, lahir hidup,
apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau
intervensi 28 pada masa nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui
penyebabnya.

f) Riwayat kehamilan sekarang Menurut Rohani dkk. (2011), data subyektif dari
riwayat kehamilan antara lain :

1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan
untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan prematur.
2) Kepala bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk
menentukan usia kehamilan menurut taksiran atau perkiraan ibu.
3) Taksiran persalinan.
4) Keluhan pada trimester I, II, III.
5) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan dimana ibu
memeriksakan kehamilannya. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi
masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan kali ini.
6) Imunisasi TT. Sudah pernah imunisasi TT ataubelum, berapa kali, dimana,
teratur atau tidak.

g) Riwayat Keluarga Berencana Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai, efek samping,
alasan berhentinya menggunakan alat kontrasepsi, dan lama penggunaan alat
kontrasepsi.

h) Riwayat Penyakit Sekarang Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan


dan kehamilan, dengan menanyakan apakah ibu mengalami sakit kepala hebat,
pandangan berkunangkunang, atau nyeri epigastrum, sehingga dapat
mempersiapkan bila terjadi kegawatan dalam persalinan.

i) Riwayat Penyakit Keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular,ataupun penyakit keturunan.

j) Pola Kebiasaan Sehari-Hari


1) Nutrisi 29 Menggambarkan tentang pola makanan dan minuman, frekuensi
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
2) Eliminasi Menggambarkan berapakali ibu BAB dan BAK dalam satu hari.
3) Pola Istirahat Menggambarkan berapa lama ibu istirahat tidur siang atau
malam.
4) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok Harus dikaji apakah ibu perokok dan
pemakai obatobatan atau jamu-jamuan selama hamil atau tidak. Jamu-jamuan
dapat menyebabkan perlekatan plasenta semakin kuat sehingga memicu
terjadinya retensio plasenta.

k) Keadaan psikososial Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu
takut, cemas atau bingung.

2) Data Obyektif Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga
kesehatan.

a) Keadaan umum Keadaan umum ini meliputi : Baik, sedang, atau jelek. Pada
kasus ketuban pecah dini keadaan umumnya baik (Nugroho,2010).
b) Kesadaran Kesadaran adalah kemampuan individu mengadakan hubungan
dengan lingkungannya, serta dengan dirinya sendiri melalui panca indranya dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri
melalui perhatian.
c) Tekanan darah Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik. 30 Perubahan 30 mmHg sistolik 15 mmHg
diastolik diatas tekanan darah sebelum hamil, menandakan toxemia gravidarum
(keracunan kehamilan ) (Hani, dkk. 2011)
d) Suhu Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada peningkatan atau tidak, suhu
normal 36,5-37,5oC (Sulistyawati, 2012).
e) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam satu menit. Batas
normal 60-100 kali permenit ( Hani, dkk. 2011).
f) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam
menit. Batas normal 20-24 kali permenit (Salmah, dkk, 2006).
g) Tinggi Badan Untuk mengetahui tinggi badan ibu, dan mengetahui resiko tinggi
badan. Tinggi normal ibu hamil adalah 145 cm (Hani, dkk, 2011).
h) Berat badan Untuk mngetahui berat badan ibu, karena jika berat badan ibu
berlebih dapat beresiko menyebabkan komplikasi kehamilan meliputi diabetes
gestasional, hipertensi, akibat kehamilan dan distosia bahu. Kenaikan berat
badan ibu normal selama kehamilan sekitar 6,5-15 kg (Saryono, 2010).
i) Lila (lingkar lengan atas) Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien, sebagai
ukuran status gizi ibu hamil, jika kurang dari 23,3 cm maka kekurangan energy
kronik (KEK) (Sulistyawati, 2012).

Pemeriksaan fisik

a) Kepala Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersih atau kotor dan
berketombe atau tidak (Sulistyawati, 2012)
b) Muka Apakah terdapat oedema atau tidak, terdapat cloasma gravidarum atau
tidak, dan muka pucat atau tidak, karena pada pasien dengan anemia sedang
muka terlihat pucat (Hani, dkk. 2011).
c) Mata Untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak, dan sclera putih
atau tidak, pada penderita anemia biasanya warna konjungtiva pucat (Varney,
2011)
d) Hidung Untuk mengetahui adanya kelainan, cuping hidung, benjolan dan secret
(Hani,dkk. 2011).
e) Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoran atau tidak
(Sulistyawati, 2012)
f) Mulut Gigi dan Gusi Untuk mengetahui adanya stomatitis, karies gigi, gusi
berdarah atau tidak (Sulistyawati, 2012).
g) Leher Untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar
thiroid dan vena jugularis (Hani, dkk. 2012)
h) Mamae Untuk mengetahui adanya pembesaran pada mamae,simetris atau tidak,
putting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, dan sudah ada
pengeluaran kolostrum atau tidak (Sulistyawaty, 2012). 32
i) Abdomen
1) Inspeksi Adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai pembesaran
perut sesuai atau tidak dengan usia kehamilan, bentuk perut memanjang atau
melenting, adakah linea alba atau linea nigra, adakah kelainan pada perut
serta untuk menilai pergerakan anak (Varney, 2011)

2) Palpasi Adalah pemeriksaan dengan indera peraba yaitu tangan dilakukan


untuk menentukan besarnya rahmi, dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan palpasi dengan metode
leopold menurut Manuaba (2010) meliputi :

Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawah janin bokong atau kepala

Leopld IV : Untuk mengetahui apakah bagian terbawah jani sudah masuk


pintu atas panggul (PAP) atau belum. TFU : untuk mengetahui TFU
dengan (Mc.Donald) menggunakan metlin mengukur dari sympisis
sampai fundus TBJ : Untuk mengetahui taksiran berat janin TBJ :
(TFU-12)X155 Leopold I : untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri
(TFU) dan bagian apakah yang terdapat difundus

Leopold II : Untuk mengetahui bagian punggung janin disebelah kanan atau


kiri

(Konvergen) (TFU-12)X155 (Divergen)

3) Auskultasi Adalah pemeriksaan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan


bunyi detak jantung janin, punctun maximum, frekuensi, normal atau tidak
(Salmah, 2011)

4) Pemeriksaan Dalam Untuk mengetahui kemajuan persalinan ibu. pemeriksaan


dalam harus dilakukan dengan interval 4 jam (Elisabeth Siwi Walyani dan
Endang Purwoastusi, 2015). 10) Pemeriksaan penunjang Laboratorium untuk
menguji adanya kelainan yang menyertai kehamilan atau tidak, berguna untuk
mengetahui kesejahteraan janin. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mengkaji kadar Hb ibu hamil dengan anemia sedang, dimana kadar Hb ibu hanya
mencapai 7-8 gr%. (Manuaba, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “Y G2P1A0H1 GRAVID 27-28
MINGGU DENGAN KPD DAN PERSALINAN PRETERM
DI KAMAR BERSALIN RS Dr. M.DJAMIL PADANG
TGL 29-30 OCTOBER 2008
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/ BIODATA
Nama Ibu : Ny “Y”
Umur : 28 tahun
Suku/bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat rumah : Gn. Pangilun kec. Nanggalo, kodya Padang
Telp. Rumah : –
No. MR : 614476
Nama suami : Tn “A”
Umur : 37 tahun
Suku/ bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Kuli
Alamat rumah : Gn. Pangilun kec. Nanggalo, kodya Padang
Telp. Rumah : –
B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk tanggal : 29 Oktober 2008
Pukul : 23.45 WIB
1. Alasan datang berkunjung : Ibu mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari, keluar air
dari kemaluan sejak 5 jam yang lalu dan keluar darah sejak 8 jam yang lalu
Ibu merasa cemas
persalinan
a) Kontraksi : Ada
b) Frekwensi : Sering, 3-4 x dalam 10 menit
c) Lamanya : ± 40 detik
d) Kekuatan : Kuat
4. Pengeluaran pervaginam
a) Darah lendir : Ada
b) Air ketuban : Ada.
c) Darah : Ada.
5. Riwayat kehamilan sekarang
a) HPHT : 14 April 2008
b) TP : 21 Januari 2009
c) Lamanya : 5-7 hari
d) Siklus : 1 x 1 bulan
e) ANC : Teratur
f) Frekwensi : 4 kali selama hamil
6. Riwayat iminusasi : Tidak Ada
7. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : sering, ± 20x sehari
8. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
TGl Usia Jenis Tempat Komplikasi Bayi Nifas
No Lahir Kehamilan Persalinan Persalinan Penolong Ibu AnakJenis PB/BB Lochea laktasi
3100 tidak Tidak
1 2001 Cukup Spontan BPS Bidan Tidak Tidak gr/ ada ada
Bulan ada ada 48 cm kelainan kelainan
2 Ini

9. Makan dan minum terakhir


a) Pukul : Pukul 18.00 WIB
b) Jenis makanan : sepotong roti + air putih 1 gelas
10 . BAK terakhir : Pukul 18.30 WIB
11. BAB terakhir : Pukul 08.30 WIB,
12. Tidur malam : + 5 jam
13. Psikologis : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda Vital
a) Tekanan darah : 120/70 mmHg
b) Nadi : 80 x/ mnt
c) Pernafasan : 20 x/ mnt
d) Suhu : 37,5 ˚C
4. Inspeksi
a)Kepala : Bersih, tidak ada ketombe
b) Muka
· Kelopak mata : Tidak ada oedema
· Konjungtiva : Tidak pucat.
· Sclera : Tidak ikterik.
c)Mulut dan gigi
· Caries : Tidak ada
· Stomatitis : Tidak ada
d) Leher
· Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
· Kelenjer limfe : Tidak ada pembesaran.
e)Dada
Mamae
· Pembesaran : Membesar
· Puting susu : Menonjol
· Benjolan/tumor : Tidak ada
· Pengeluaran : Kolostrum (-)
Abdomen
· Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan.
· Striae : Terdapat strie albicans
· Bekas luka operasi : Tidak ada.
· Gerakan janin : Terlihat.(+)
f) Genitalia
Vulva dan vagina
· Warna : Merah kebiruan.
· Luka : Tidak ada
· Varices : Tidak ada
· Oedema : Tidak ada
Perineum : sikatrik
Anus : Tidak ada haemorroid.
Pengeluaran pervaginam : Air ketuban.dan darah
g)Ekstremitas
Atas
· Oedema : Tidak ada.
· Varices : Tidak ada.
· Pergerakan : Aktif
Bawah
· Oedema : Tidak ada.
· Varices : Tidak ada.
· Pergerakan : Aktif
5. Palpasi
ld I : TFU 3 jari di atas pusat
Teraba lunak, tidak melenting, kemungkinan bokong janin
ld II : Pada bagian kiri perut ibu teraba panjang, memapan, kemungkinan punggung janin dan pada bagian
kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil, kemungkinan ekstremitas janin.
ld III : pada sebelah bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting, kemungkinan kepala janin. Kepala masih
bisa digoyangkan / belum masuk PAP
ld IV : Tidak dilakukan
e) Mc. Donald : 27 cm
f) TBBJ : (27-13) x 155 cm =2170 gram
g) HIS
· Frekwensi : 3-4 x/10 mnt
· Durasi : 40 detik.
· Intensitas : kuat
6. Auskultasi
a) DDJ : (+)
b) Frekwensi : 160 x/mnt
c) Irama : Teratur
d) Intensitas : Kuat
7. Pemeriksaan dalam
a) Pembukaan : 4-5 cm
b) Penipisan porsio : 50 %
c) Konsistensi porsio : lunak
d) Ketuban : (-)
e) Presentasi : kepala
6. Perkusi
a) Refleks patella kanan : (+)
b) Refleks patella kiri : (+)
7. Pemeriksaan laboratorium
Haemoglobin : 10,9 gr%
Hematokrit : 32%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pembinaan dengan melakukan manajemen asuhan kebidanan
pada Ny “Y” G2P1A0H1 penulis dapat mengembangkan pola pikir dalam memberikan
asuhan kebidanan pada kasus KPD dan persalinan preterm
· Melaksanakan pengkajian dan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
kebidanan, pemeriksaan penunjang pada ibu bersalin
· Mengidentifikasi secara benar diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin
· Mengidentifikasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin
· Mengidentifikasi perlunya tindakan segera secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan pada ibu
bersalin
· Melaksanakan asuhan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan pada ibu
bersalin
· Melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman pada ibu bersalin
· Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin
4.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan diharapkan mahasiswa lebih berperan aktif
dalam melakukan pembinaan kasus. Sehingga asuhan yang diberikan dapat
diterapkan sesuai dengan teori yang didapat di institusi pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai