Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PRETERM PREMATURE RUPTURE OF THE MEMBRANE


(PPROM)
DI RUANG 8 OBSTETRI RS. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik


Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Oleh

ALIF AKBAR HASYIMI


201820461011099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PRETERM PREMATURE RUPTURE OF THE MEMBRANE (PPROM)

1. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya kelahiran (Nugroho,
2010). Menurut Manuaba (2012), Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya
ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam
belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. Achmad (2012) menambahkan,
ketuban pecah dini (KDP) atau ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya
cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses kelahiran, termasuk diantaranya
adalah PPROM.
Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM) adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya <
37 minggu (Achmad, 2012). PPROM adalah rusaknya/pecahnya kantung ketuban
(amnion sacs) sebelum awal persalinan, biasanya <37 minggu (The American
College of Obstetricians and Gynecologist/ACOG, 2018).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa PPROM merupakan
kondisi yang termasuk didalam jenis ketuban pecah dini. PPROM sendiri
diartikan sebagai pecahnya/rusaknya selaput atau kantung ketuban (amnion sacs)
pada pasien dengan umur kehamilan <37 minggu tanpa adanya tanda-tanda
melahirkan/inpartu dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada
tanda tanda inpartu

B. Klasifikasi
Ketuban pecah dini terbagi dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Premature Rupture of the Membrane (PROM), yaitu pecahnya selaput
ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37
minggu, kurang lebih satu jam sebelum persalinan dimulai.
2. Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM), yaitu pecahnya
selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur
kehamilannya < 37 minggu.
3. Prolonged Premature Rupture of the Membrane, yaitu pecahnya selaput
ketuban ≥ 18 jam dan belum terjadi onset persalina atau setelahnya timbul
persalinan.
4. Midtrimester PPROM atau pre-viable PPROM adalah pecahnya selaput
ketuban pada usia kehamilan <24 mingu. Pada usia kehamilan ini janin tidak
dapat bertahan hidup di luar rahim ibu (Beckman, 2010; Cunningham, 2014).

C. Etiologi Dan Faktor Resiko


Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat
dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
a. Infeksi.
b. Merokok selama kehamilan.
c. Penggunaan obat-obatan terlarang selama kehamilan.
d. Riwayat KPD atau kelahiran sebelumnya.
e. Polohidramnion (cairan ketuban berlebih).
f. Kehamilan kembar.
g. Setelah mengalami episode perdarahan kapan saja selama kehamilan.
h. Prosedur invasif.
i. Malnutrisi.
j. Kelainan letak janin (sungsang).
k. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
l. Trauma.
m. Keadaan sosial ekonomi rendah.
n. Malnutrisi.
o. Usia, untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35
tahun, usia yang kurang atau lebih akan mempengaruhi sistem reproduksi,
karena organ-organ reproduksinya bisa jadi belum matang atau berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan (Beckman,
2010; Manuaba,2012; DeCherney, 2013 & Cunningham, 2014).
D. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin
dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan
kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan. Selain itu,
proses infeksi dan inflamasi juga menyebabkan kelemahan kulit ketuban dan
meningkatkan resiko ketuban pecah dini. Melemahnya kulit ketuban juga
disebabkan karena kematian sel, gangguan pembentukkan kolagen dan kerusakan
kolagen (Cunningham, 2014).
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya PPROM antara lain:
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba,
2012).

F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa PPROM,
antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau dan
pH-nya. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
urine atau secret vagina. Secret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakmus (tes Nitrazin) jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban
(alklis), pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan
tes positif yang palsu.
b. Fern test (Ujii Pakis): Kapas steril digunakan untuk mengumpulkan cairan
dari vagina dan ditempatkana pada slide mikroskop. Setelah pengeringan,
cairan ketuban akan membentuk pola kristalisasi yang disebut arborisasi yang
menyerupai daun tanaman pakis bila dilihat di bawah mikroskop.
c. Blood test, untuk mengetahui adanya infeksi
2. Pemeriksaan untrasonografi (USG), pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasusn KDP terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita olighidramnion.
3. Pooling test, yaitu dengan melihat ada tidaknya kumpulan cairan amniotik
(ketuban) pada bagian belakangg vagina (fornix vagina) (Manuaba, 2012;
DeCherney, 2013; dan Cunningham et al, 2014).

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPROM antara lain:
1. Mudah terjadinya infeksi baik pada ibu maupun janin.
2. Partus prematur.
3. Gawat janin dan kematian perinatal.
4. Prolaps tali pusat akibat oligohidramnion parah.
5. Lepasnya plasenta.
6. Organ-organ bayi tidak terbentuk sempurna (Kayem & Maillard, 2010; dan
MayoClinic, 2018).

H. Penatalaksanaan
Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi:
a. Konservatif
1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan
diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
3. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1) Identitas ibu
Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM) adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur
kehamilannya < 37 minggu. Angka kejadian PPROM yang dilaporkan di
Cina berkisar 2,7%-7% dalam setahun, dan di Amerika sekitar 5%-15% per
tahunnya. Sedangkan di Indonesia sendiri setiap tahunnya diperkirakan 5-
10% mengalami ketuban pecah dini dari semua kelahiran (KPD) dan 34%
diantaranya terjadi pada kehamilan preterm (Iswanti, 2017).
2) Keluhan Utama
Ibu datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina/jalan lahir.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan <37 minggu
dengan atau tanpa komplikasi & tidak ada tanda-tanda inpartu
4) Riwayat kesehatan dahulu
a. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
b. Pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
c. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus.
d. Selaput amnion yang lemah/tipis.
e. Posisi fetus tidak normal.
f. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
g. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
h. Pernah mengalami KPD atau kelahiran premature.
5) Pemeriksaan fisik
1. Kepala, leher dan ketiak
a. Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjunctiva dapat ditemukan
anemis atau tidak
b. Hidung tidak ada pembengkakan, tidak ada hipersekresi mukosa
c. Mulut :gigi tidak karies ,mukosa mulut lembab dan warna mukosa
tidak pucat.
d. Leher dan ketiak: tidak ada peningkatan/pembengkakkan JVP, KGB
dan tiroid.
2. Dada / Toraks
a. Inspeksi: dada simetris, bersih, payudara simetris, putting payudara
menonjol ke luar, areola berwarna kecoklatan, tidak ada retraksi
dinding dada, frekuensi pernapasan normal atau dapat meningkat.
b. Palpasi: payudara tidak ada pembengkakan, tidak teraba massa.
c. Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas normal
vesikuler
3. Abdomen
a. Inspeksi: bekas operasi ada atau tidak, striae dan linea kemungkinan
ditemui
b. Palpasi: TFU, kontraksi uterus ada/tidak, posisi kandung kemih
penuh/tidak, pemeriksaan leopold I-IV
c. Auskultasi: DJJ ada/
4. Genitalia
a. Inspeksi: kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema,
discharge, approxiamately), ditemui pengeluaran air ketuban (lihat:
jumlah, warna, bau) jika keruh dan berbau menyengat/busuk
kemungkinan terdapat infeksi.
b. Palpasi : pembukaan serviks (0-4)
5. Ekstremitas: edema pada ekstremitas bawah kemungkinan besar ditemui,
varises tidak.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri Akut b/d Agens Cedera Biologis/Fisk
2. Kerusakan Integritas Jaringan b/d Prosedur Pembedahan
3. Ansietas b/d Ancaman Pada Status Terkini
4. Kurang Pengetahuan b/d Kurang Informasi
5. Risiko Infeksi dengan faktor risiko Pecah Ketuban Dini.
6. Risiko Infeksi Area Pembedahan dengan faktor risiko Tipe Prosedur Bedah
7. Risiko Perdarahan dengan faktor risiko Komplikasi Pascapartum

C. Rencana Asuhan Keperawatan


NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24
jam, Tingkat Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
terkontrol dengan kriteria: secara komprehensif.
NO Indikator Skala 2. Observasi adanya petunjuk
Nyeri yang nonverbal
1 5 ketidaknyamanan
dilaporkan
Ekspresi 3. Gali faktor-faktor yang
2 5
nyeri wajah dapat menurunkan atau
3 Iritabilitas 5 memperberat nyeri.
4 Mengernyit 5 4. Berikan informasi mengeni
Frekuensi nyeri, seperti penyebab
5 5
nafas nyeri.
Denyut
5. Kurangi atau eliminasi
Nyeri Akut b/d Agens 6 jantung 5
faktor-faktor yang dapat
1 radial
Cedera Fisik mencetuskan nyeri
Tekanan
7 5 6. Ajarkan teknik. non-
darah
Keterangan Skala: farmakologi untuk
1= Deviasi berat dari mengurangi nyeri (seperti,
kisaran normal teknik nafas dalam).
2= deviasi cukup berat dari 7. Berikan penurun
kisaran normal nyeri/analgesik.
3= deviasi sedang dari
kisaran normal
4= deviasi ringan dari
kisaran normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal

Risiko Infeksi Area Setelah dilakukan tindakan Perwatan luka


2 keperawatan selama 3x24
Pembedahan dengan jam, Penyembuhan Luka: 1. Lakukan pengkajian luka
faktor risiko Tipe Primer adekuat dengan 2. Berikan perawatan insisi
kriteria: pada luka, yang diperlukan
Prosedur Bedah NO Indikator Skala 3. Ganti balutan sesuai
1 Kondisi kulit 5 dengan jumlah eksudat dan
Kondisi tepi drainase
2 5 4. Dokumentasi lokasi luka,
luka
Eritema di ukuran dan tampilan.
3 kulit 5
sekitarnya Kontrol Infeksi
Lebam di
4 kulit 5
sekitarnya
5. Ajarkan pasien dan
Periwound keluarga mengenai tanda
5 5 dan gejala infeksi dan
edema
Bau luka kapan harus
6 5 melaporkannya pada
busuk
Drainase tenaga kesehatan
7 5
purulen 6. Berikan terapi antibiotik
Drainase yang sesuai
8 5
serosa
Drainase
9 5
sanguinis
Drainase
10
serosanguinis
Keterangan Skala:
1= Deviasi berat dari
kisaran normal
2= deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3= deviasi sedang dari
kisaran normal
4= deviasi ringan dari
kisaran normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Postpartum
keperawatan selama 1x24
jam, Status Maternal: 1. Monitor tanda-tanda vital
Pospartum adekuat dengan 2. Monitor lokia (warna,
kriteria: jumlh, bau, dan adanya
NO Indikator Skala gumpalan)
1 Kenyamanan 5 3. Pantau lokasi fundus,
Risiko Perdarahan Tekanan tinggi, dan tonus uteri
2 5
darah 4. Pantau luka operasi dan
dengan faktor risiko 3
Denyut nadi
5
jaringan sekitarnya
radial 5. Anjurkan pasien untuk
Komplikasi Tinggi mulai bergerak (seperti
3 4 5
fundus uteri berjalan-jalan) sejak awal
Pascapartum 5 Jumlah lokie 5 dan lakukan secara rutin,
6 Warna lokia 5
bantu pasien jika
Eliminasi
7
kemih
5 diperlukan
Eliminasi 6. Monitor kandung kemih
8 (intake dan output)
usus
Asupan 7. Monitor status pencernaan
9 makan dan (misal, tanggal dan waktu
cairan bab, adanya flatus)
10
Aktivitas 8. Berikan oksitosin IV atau
fisik IM, sesuai protokol atau
Keterangan Skala: order
1= Deviasi berat dari 9. Berikan obat-obatan
kisaran normal sesuai order
2= deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3= deviasi sedang dari
kisaran normal
4= deviasi ringan dari
kisaran normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal
(Herdman & Kamitsuru, 2017; Bulechek et al, 2013; dan Moorhead et al, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. F. (2012). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba medika.

American College of Obstetricians and Gynecologist. (2018). ACOG Practice


Bulletin No. 188: Prelabor Rupture of Membranes. Obstetrics &
Gynecology, 131(1):e1–e14. DOI: 10.1097/AOG.0000000000002455

Beckmann, C. (2010). Obstetrics and Gynecology, 6e. Baltimore, MD: Lippincott


Williams & Wilkins.

Cunningham, F (2014). Williams Obstetrics. New York: McGraw-Hill Education.

DeCherney, Alan (2013). Current Diagnosis & Treatment: Obstetrics &


Gynecology. New York: McGraw-Hill Medical

Iswanti, T. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban


Pecah Dini Pada Ibu Bersalin. Indonesian Midwifery Journal, 24-34.

Kayem, G, & Maillard, F. (2010). Preterm premature rupture of membranes:


active or wait-and-see management?. Gynécologie Obstétrique & Fertilité,
28(1): 75-76. doi: 10.1016/j.gyobfe.2009.11.012.

Manuaba, I. B. G., Manuaba, I. A., & Manuaba, I. B. G. F. (2012). Pengantar


Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedoktera EGC

MayoClinic. (2018). Preterm Labor. Retrieved from


https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/preterm-labor/symptoms-
causes/syc-20376842

Nugroho, T. (2012). OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOG kebidanan dan


keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugroho, T. (2010). Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha


Medika.

Sarwono. (2010). Obsteri Dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai