Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

NEUROBLASTOMA

DI RUANG 7A RSUD. Dr. SYAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik

Mata Kuliah Keperawatan Anak

Oleh

ALIF AKBAR HASYIMI

201820461011099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

NEUROBLASTOMA

I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi Neuroblastoma
Neuroblastoma adalah tumor neuroblastik dari sel neural crest primordial yang
terdapat disepanjang sistem saraf simpatis. Neuroblastoma adalah malignancy solid
ekstrakranial  yang paling umum pada kanak –kanak dan tumor malignant yang paling
umum pada pasien usia lebih muda dari umur 1 tahun. Neuroblastoma adalah tumor
neuroblastik dari sel neural crest primordial yang terdapat disepanjang sistem saraf
simpatis. (American Cancer Society, 2015). Neuroblastoma adalah malignancy solid
ekstrakranial yang paling umum pada anak-anak dan tumor malignant yang paling umum
pada pasien usia lebih muda dari umur 1 tahun. (Brodeur et all, 2011).
Neuroblastoma terdiri dari kata “neuro” yang artinya syaraf/nerves dan
“blastoma” mengacu pada kanker yang mempengaruhi sel yang belum matang atau masih
berkembang sehingga dapat diartikan bahwa neuroblastoma adalah kanker yang bermula
pada sel syaraf muda (neuroblast) (American Cancer Society/ACS, 2018). Menurut
MayoClinic (2018), neuroblastoma merupakan suatu kanker yang terbentuk dari sel
syaraf yang imatur/tidak matang yang dapat ditemukan di berbagai area tubuh. Joyner
(2017) menambahkan bahwa neuroblastoma biasanya menyerang pada infant dan anak-
anak usia 5 tahun atau lebih muda dan lokasi terjadinya neuroblastoma yang paling sering
adalah di medula adrenal, dan paraspinal atau paraaortic
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa neuroblastoma
merupakan suatu kanker yang terbentuk dari sel syaraf imatur/belum matang dan
biasanya menyerang pada infant dan anak-anak usia 5 tahun atau lebih muda serta
bermula paling sering di medula adrenal, dan paraspinal atau paraaortic.

I.2 Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan
dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti
hidantoin, etanol, dll.

Beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma


adalah sebagai berikut (American Cancer Society, 2015) :
a. Gaya Hidup
Gaya hidup yang berhubungan dengan faktor risiko seperti berat badan, aktivitas
fisik, diet, dan penggunaan tembakau memainkan peran utama dalam kanker dewasa.
Namun faktor-faktor ini biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk
mempengaruhi risiko kanker, dan dapat berpengaruh dalam kanker pada anak,
termasuk neuroblastoma. Tidak ada faktor lingkungan (seperti eksposur selama
kehamilan atau pada awal masa kanak kanak) yang diketahui dapat meningkatkan
angka kejadian neuroblastoma.
b. Usia
Neuroblastoma paling sering terjadi pada anak-anak yang sangat muda, dan jarang
terjadi pada anak di atas usia 10 tahun.
c. Keturunan
Sekitar 1% sampai 2% dari semua kasus neuroblastoma, anak mungkin telah
mewarisi peningkatan risiko terjadinya neuroblastoma. Namun mayoritas dari
neuroblastoma tampaknya tidak diwariskan. Anak-anak dengan riwayat keluarga
neuroblastoma (mereka yang memiliki kecenderungan diwariskan kanker ini)
biasanya dari keluarga dengan riwayat satu atau lebih anggota keluarga yang
menderita neuroblastoma.

I.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala neuroblastoma dapat sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada
besarnya ukuran tumor, dimana lokasi tumor berada, seberapa jauh tumor telah
menyebar, dan jika tumor tersebut mensekresikan hormon. Tanda dan gejala yang
disebabkan tumor primer:
a. Lokasi tumor pada abdomen atau pelvis  Salah satu tanda yang paling banyak
terjadi pada tumor yang berada di abdomen adalah adanya pembengkakan atau
pembesaran bagian abdomen. Anak-anak tertentu akan mengalami penurunan nafsu
makan, rasa penuh di perut, maupun nyeri perut. Namun, sering kali tidak ditemukan
adanya nyeri tekan. Adanya tumor pada abdomen ini dapat menyebabkan
terganggunya aliran balik vena maupun limfonodi. Hal ini akan menyebabkan
munculnya oedem pada ekstremitas bawah dan pada anak laki-laki oedem pada
scrotum. Selanjutnya penekanan tumor abdomen pada vesika urinaria dapat
menimbulkan gangguan berkemih dan gangguan pada peristaltik usus.
b. Tumor pada thoraks dan leher  Lokasi tumor pada thoraks atau leher terlihat
sebagai suatu benda yang keras dan tidak nyeri saat ditekan. Tumor yang berada pada
bagian thoraks dapat menekan vena cava superior yang menyebabkan adanya
pembengkakan pada bagian wajah, leher, lengan, dan thoraks bagian atas dan hal ini
disertai dengan kemerahan pada kulit wajah. Hal ini juga dapat menyebabkan nyeri
kepala, pusing, dan perubahan kesadaran. Tumor juga dapat menekan tenggorokan
dan esophagus. Hal ini akan menyebabkan batuk, kesulitan bernapas, dan kesulitan
menelan.

Tanda gelaja yang disebabkan karena penyebaran tumor pada bagian tubuh lainnya.
Tanda yang dapat ditemukan adalah:
1. Pada saat diagnosis neuroblastoma ditegakkan biasanya hal tumor sudah menyebar
kira-kira pada 2 hingga 3 limfonodi. Hal ini ditandai dengan adanya pembengkaran
limfonodi yang teraba sebagai masa dibawa kulit. Biasanya hal ini ditemukan pada
leher, dada, di lipat lengan, dan lipat paha.
2. Neuroblastoma yang menyebar pada tulang pada menimbulkan rasa nyeri pada tulang
hingga anak sering kali tidak dapat berjalan. Selain itu apabila tumor menyebar pada
vertebra dan menekan spinal cord akan menimbulkan kelemahan otot, rasa baal,
hingga paralisis.
3. Tumor yang menyerang sumsum tulang (bone marrow) dapat menyebabkan penderita
mengalami penurunan jumlah baik eritrosit, leukosit, maupun trombosit. Hal ini akan
menimbulkan gejala klinis seperti kelemahan, perdarahan, dan infeksi.
4. Tumor yang menyebar ke hepar. Tumor akan menyebabkan hepar menjadi sangat
membesar dan teraba sebagai suatu massa pada abdomen dextra. Terkadang tumor ini
cukup besar sehingga mendesak pulmo dan menyebabkan kesulitan bernapas pada
penderita.
5. Tumor yang menyebar pada kulit akan ditandai dengan adanya masa berwarna biru
ungu yang akan tampak seperti buah blueberry.

I.4 Patofisiologi
Neuroblastoma adalah tumor ekstrakranial yang sering ditemukan pada bayi yang
berasal dari neuroblast yaitu sel pluripoten saraf dan bermigrasi sepanjang perkembangan
saraf membentuk pleksus simpatikus, membentuk sel ganglion dan ke kelenjar adrenal
membentuk medula. Pola distribusi sel ini berkaitan dengan presentasi dari tumor
primernya (Lacanayo, 2015). Tumor dapat berkembang di rongga abdomen (60% adrenal
dan 2% paraspinal ganglia) atau tempat yang lain (1% toraks, 5% pelvis, 3% leher dan
12% tempat yang lain). Pada bayi sering ditemukan di thoraks dan servikal, sedangkan
pada anak yang lebih tua lebih sering di rongga abdomen (Lacanayo, 2015).

Neuroblastoma timbul dari primordial sel neural, yang bermigrasi selama embriogenesis
untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatis. Hal ini menyebabkan
neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau di sepanjang ganglia simpatis, terutama di
retroperitoneum dan mediastinum posterior. Berikut ini gambaran tempat predisposisi
neuroblastoma

Gambaran tempat munculnya


neuroblastoma yaitu sepanjang
gangia simpatis dan glandula
adrenal (PubMed, 2015)
Glandula adrenal berkembang dari dua sel yang asalnya berbeda. Kortek adrenal dibentuk
dari sel yang berasal dari mesoderm sedangkan medula adrenal berkembang dari sel
neural crest. Sel neural crest dibentuk dari migrasi ventrolateral dari sel neuro-ectodermal
yang berasal dari tabung saraf sekitar minggu ke 3 perkembangan. Sel neural crest ini
dibagi menjadi 2 kelompok sel yang membentuk ganglia sensoris dari kranial dan saraf
tulang belakang serta migrasi ke berbagai posisi lain dalam tubuh untuk menimbulkan
melanosit dan ganglia simpatik. Kortek adrenal dibentuk pertama, biasanya selama
minggu ke 6 perkembangan. Minggu ke 7 sel neural crest dari ganglia simpatik
bermigrasi membentuk massa pada sisi medial dari perkembangan kortek. Selama
beberapa bulan berikutnya sampai kelahiran janin, korteks akan tumbuh dan
berdiferensiasi mengelilingi sekitar massa sel puncak saraf. Ketika mereka dikelilingi,
sel-sel diferensiasi ke dalam sel-sel sekretori dari medula adrenal. Pada sekitar usia 1
tahun akhir dari pembentukan glandula adrenal menunjukkan 3 lapisan korteks adrenal
mengelilingi sel matur dari medulla adrenal.

Pada awalnya sel saraf dan sel medulla dari bagian adrenal dibentuk dari neuroblas pada
fetus. Neuroblastoma terbentuk ketika neuroblas fetus gagal untuk menjadi sel saraf
matur atau sel adrenal dan malah semakin tumbuh dan berkembang. Neuroblas tidak
secara langsung matur secara lengkap saat bayi lahir, berdasarkan studi diketahui bahwa
terdapat kumpulan kecil dari neuroblas pada daerah kelenjar adrenal pada bayi < 3 tahun.
Sebagian besar sel ini akan membentuk sel saraf atau malah akan mengalami apoptosis
dan tidak membentuk neuroblastoma. Sel neuroblas yang tersisa dapat tumbuh menjadi
sel kanker.Kegagalan neuroblas untuk matur dan berhenti untuk tumbuh disebabkan
abnormalitas DNA, yang dapat memicu onkogen dan menekan tumor suppressor
(American Cancer Society, 2015).

Internasional Neuroblastoma Scoring System membagi tingkat keparahan (staging) dari


penyakit neuroblastoma sebagai berikut:
(National Cancer Institute , 2015)
Stadium Karakteristik
Stadium  1 Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan
atau tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negatif.
Stadium 2A Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negatif
Stadium 2B Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar
limfe regional ipsilateral positif
Stadium 3 Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsilateral positif
Stadium 4 Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang,
hati, kulit atau organ lainnya
Stadium 4S Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang
I.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya penurunan jumlah sel-sel darah.
Pemeriksaan ini dapat dilengkapi dengan pemeriksaan apusan darah tepi.

b. Pemeriksaan radiologi:
 Rontgen: Pemeriksaan ini dapat melihat perkiraan lokasi tumor dan juga melihat
adanya penyebaran tumor pada tulang. Namun pemeriksaan ini tidak dapat
menentukan secara detail letak tumor dan penyebarannya secara pasti. Hal ini
selanjutnya akan di konfirmasi dengan pemeriksaan lainnya.
 Ultrasound (USG): Pemeriksaan ini biasa dikerjakan pertama kali karena cepat
dan mudah terutama untuk melihat posisi tumor pada abdomen.
 Computed Tomography: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat letak tumor
pada abdomen, thoraks, dan pelvis.
 Magnetic Resonance Imajing (MRI): Pemeriksaan ini akan memberikan informasi
mengenai detail jaringan lunak pada tubuh. Pemeriksaan MRI ini terutama
dilakukan apabila terdapat kecurigaan adanya tumor pada spinal cord dan otak.
c. Biopsy: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya sel-sel ganas dan juga
menentukan seberapa cepat pertumbuhan tumor dan dapat menjadi penentu dalam
staging dari neuroblastoma
 Incisional (open or surgical) biopsy
 Needle (closed) biopsy

I.6 Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke sum-
sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke tulang
cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri ekstremitas,
artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan anemia,
hemoragi, dan trombositopenia (Willie, 2008).

I.7 Penatalaksaaan
Penatalaksanaan neuroblastoma pada anak tidak hanya berdasarkan dari stadium tetapi
juga berdasar pembagian risiko sesuai klinis dan variabel biologi. Faktor biologi yang
berpengaruh saat ini adalah status N-myc, ploidy (untuk infants), klasifikasi
histopatologi.
Kelompok Resiko

Kelompok risiko Prediksi angka bertahan hidup 3 tahun


Resiko rendah >90%
Resiko sedang 70-90%
Resiko tinggi <30%

A. Kelompok usia rendah


- Stadium 1 ( localized resectable neuroblastoma)
- Stadium 2 < 1 tahun
- Stadium 4S
Kemoterapi adjuvant biasanya tidak diperlukan untuk kelompok pasien ini kecuali
pada kasus penyakit stadium 4S yang mengancam kehidupan

Pengobatan :

a. Semua Pasien INSS Stadium 1:


Pembedahan tumor primer dengan observasi kekambuhan penyakit. Event free
survival (EFS) 3 tahun sebanyak 94%, overall survival (OS) 99%.

b. Semua pasien dengan INSS stadium 2A, stadium 2B tanpa amplifikasi MYCN:
1) Pembedahan tumor primer tanpa kerusakan organ vital. Observasi setelah
pembedahan hanya didapatkan pasien dengan > 50% reseksi tumor primer.
2) Untuk pasien < 50%: kemoterapi 4 siklus dengan dosis sedang menggunakan
carboplantin, etoposide, cyclophosphamide, dan doxorubicin
c. Pasien dengan INSS penyakit stadium 4S:
1) Mayoritas pasien dengan INSS stadium 4S masuk kelompok risiko rendah
dengan EFS 86% dan OS 92%. Mayoritas tumor 4S akan regresi spontan,
meskipun pasien kurang dari 2 bulan mempunyai insidensi tinggi gagal nafas
dan disfungsi hati oleh karena infiltrasi diffuse tumor ke hati.
2) Tidak ada komplikasi yang mengancam jiwa, tidak ada indikasi pengobatan.
3) Reseksi bedah dari tumor primer biasanya tidak diperlukan, meskipun biopsi
lokasi primer atau lokasi metastasis dibutuhkan untuk kepastian karakteristik
biologik.
4) Kemoterapi dimanfaatkan pada pasien dengan komplikasi yang mengancam
kehidupan seperti gangguan pernafasan dan disfungsi hati berat.Penelitian
menunjukkan bahwa secara singkat ciclophosphamide oral dosis rendah
(5mg/kg/hari selama 5 hari setiap 2-3 minggu) atau sampai 4 siklus untik
kemoterapi risiko sedang sering menginduksi remisi. Kemoterapi harus
dihentikan jika didapatkan hasil remisi sebelum mencapai 4 siklus kemoterapi.
Radioterapi dosis rendah dapat juga dimanfaatkan. Pasien stadium 4 S dengan
biologik tidak baik jarang menjadi calon untuk perawatan yang lebih intensif.
B. Kelompok resiko sedang
- Stadium penyakit 3/4/4S , umur < 1 tahun dan gambaran histologi baik
- Stadium 3, lebih dari 1 tahun dengan non-N-myc dan gambaran histologi baik.

Empat agen kemoterapi (Cyclophosphamide, doxorubicin, Carboplatin, Etoposide)


diberikan 4 atau 8 siklus berdasarkan gambaran histologi. Pembedahan dilakukan
setelah kemoterapi. Jika penyakit timbul kembali, radioterapi dapat dipertimbangkan.

Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan seperti yang dijelaskan dibawah modalitas pengobatan
umum sebelumnya. Berdasarkan tahap klinis INSS, umur, dan biologis meliputi N-
myc, histopatologi, dan ploidi, telah mengembangkan rejimen kemoterapi yang
dirancang untuk memelihara atau meningkatkan kelangsungan hidup untuk
meminimalkan morbiditas akut dan jangka panjang. Rejimen ini menggunakan empat
agen yang paling aktif dalam neuroblastoma (carboplatin, etoposid, siklofosfamid,
dan doxorubicin). Pasien dengan neuroblastoma berisiko sedang dan biologi yang
menguntungkan mendapatkan satu saja dari empat siklus kemoterapi, dan pasien
dengan biologi tidak menguntungkan mendapatkan dua program (delapan siklus).
Masing-masing siklus diberikan setiap 3 minggu.

C. Kelompok resiko tinggi


 Penyakit stadium 2A/2B, umur > 1 tahun dan mempunyai amplifikasi N-myc,
gambaran histologi tidak baik.
 Stadium 3/4/4S ,umur < 1 tahun dan amplifikasi N-myc
 Stadium 3 pada anak > 1 tahun dengan amplifikasi N-myc atau non N-myc
amplified dan gambaran histologi yang tidak baik.
 Stadium 4 pada anak > 1 tahun
Induksi kemoterapi multiagen untuk remisi tumor, dan meningkatkan
kemungkinan reseksi. Jika respon buruk, kemoterapi lini kedua digunakan.

Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan dilakukan dibawah modalitas pengobatan, dengan
probabilitas ketahanan hidup jangka panjang kelompok pasien kurang dari 15%.
Secara keseluruh angka ketahanan hidup ditingkatkan menjadi 43-50% dengan
penatalaksanaan yang komprehensif:
1) Induksi kemoterapi
Neuroblastoma sensitif terhadap kemoterapi, tujuan induksi terapi adalah untuk
mereduksi secara maksimal pada tumor primer dan lokasi metastasis. Durasi
induksi terapi pada masing- masing protokol kira-kira 4-5 bulan.
2) Terapi konsolidasi dosis tinggi dengan stem sel autolog
Fase terapi berikutnya adalah konsolidasi. Tujuannya untuk menghilangkan setiap
tumor yang tersiasa dengan agen sitotoksik myeloablative dan penyelamatan sel
induk. 3 tahun survival rate pada pasien yang diberikan rejimen myeloablative
diikuti oleh penyelamatan stem sel jauh lebih unggul (38-50%) dengan
kemoterapi saja (15%). Hal ini terutama berlaku untuk pasien berisiko sangat
tinggi seperti usia lebih dari 1 tahun dan amplifikasi N-myc penyakit metastasis.
3) Terapi untuk penyakit residual minimal:
- Radiasi untuk lokasi tumor
- Agen nonsitotoksik
II. Rencana asuhan keperawatan klien dengan neuroblastoma
II.1 Pengkajian
II.1.1 Riwayat Keperawatan
Sering terjadi pada anak-anak dan pada pasien usia kurang dari 1 tahun
II.1.2 Pemeriksaan fisik : data focus
 Kaji adanya rasa nyeri, demam, kelemahan, berat badan menurun, anemia.
Kaji adanya masa diabdomen, inkontinensia atau retensi urin, ekimosis pada
supsaorbital, exoptalmus, paralysis akibat kompresi pada saraf spinal.
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Lactate Dehydrogenase
Nilai serum LDH yang tinggi menandai aktivitas proliferasi atau luasnya tumor.
Nilai LDH > 1500 IU/L dihubungkan dengan prognosis yang buruk. LDH dapat
digunakan untuk monitor aktivitas penyakit atau respon terapi.
- Ferritin
Nilai yang tinggi dari serum ferritin (>150 ng/mL) juga merupakan gambaran
besarnya tumor atau cepatnya pembesaran tumor.

Radiography
Rontgen dada dapat digunakan untuk memperlihatkan massa mediastinum
posterior, biasanya neuroblastoma di toraks pada anak.

Ultrasonography
Walaupun ultrasonography merupakan modalitas yang lebih sering digunakan
pada penilaian awal dari suspek massa abdomen, sensitivitas dan akurasinya
kurang dibandingkan computed tomography (CT) atau magnetic resonance
imaging (MRI) untuk diagnosis neuroblastoma.

II.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Intoleransi aktivitas
II.2.1 Definisi
Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
II.2.2 Batasan karakteristik
- Dispsnea setelah beraktivitas
- Keletihan
- Ketidaknyamanan setelah beraktifitas
- Perubahan elektrokardiogram (EKG)
- Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
- Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.

II.2.3 Faktor yang berhubungan


- Gaya hidup kurang gerak
- Imobilitas
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Tirah baring

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


II.2.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
II.2.5 Batasan karakteristik
- Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal.
- Bising usus hiperaktif
- Cepat kenyang setelah makan
- Diare
- Gangguan sensasi rasa
- Kehilangan rambut berlebihan
- Kelemahan otot pengunyah
- Kelemahan otot untuk menelan
- Kerapuhan kapiler
- Kesalahan informasi
- Kesalahan persepsi
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Kram abdomen
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makanan
- Membrane mukosa pucat
- Nyeri abdomen
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Sariawan rongga mulut
- Tonus otot menurun

II.2.6 Faktor yang berhubungan


- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Gangguan psikososial
- Ketidakmampuan makan
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
- Kurang asupan makanan

II.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : intoleransi aktivitas
II.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria)
- Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas
- Pasien menyatakan mengerti tentanf kebutuhannya untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap.
- Pasien mengidentifikasi faktor-faktor terkontrol yang menyebabkan
kelemahan.
- Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi tetap dalam batas yang
ditetapkan selama aktifitas.
- Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas baru yang dapat
dicapai.
- Pasien mendemonstrasikan keterampilan dalam menghemat energy ketika
melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada tingkat yang dapat ditoleransi.
- Pasien menjelaskan penyakit dan menghubungkan gejala-gejala intoleransi
aktivitas dengan deficit suplai atau penggunaan oksigen.

II.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


- Diskusikan dengan pasien tentang perlunya beraktivitas
Rasional : Mengkomunikasikan kepada pasien bahwa aktivitas akan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikososial.
- Identifikasikan aktifitas yang diinginkan pasien dan sangat berarti baginya
Rasional : Meningkatkan motivasi lebih aktif
- Dorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas yang
mencangkup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien.
Rasional : Partisipasi pasien dalam perencanaan dapat membantu memperkuat
keyakinan pasien.
- Instruksikan dan bantu pasien untuk beraktivitas diselingi istirahat.
Rasional : menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan mencegah keletihan.
- Identifikasikan dan minimalkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien.
Rasional : Membantu meningkatkan aktivitas.
- Pantau tanda-tanda vital pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Rasional : Meyakinkan bahwa frekuensinya kembali normal beberapa menit
setelah melakukan latihan.
- Ajarkan kepada pasien cara menghemat energy ketika melakukan aktivitas
hidup sehari-hari, contohnya : duduk dikursi ketika memakai baju.
Rasional : Tindakan tersebut dapat meringankan metabolism selular dan
kebutuhan oksigen.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


II.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria)
- Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut: (sebutkan 1-5: tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup
adekuat, sangat adekuat).
a. Makanan oral atau pemberian makanan lewat selang
b. Asupan cairan oral atau IV
- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

II.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional

Mandiri
1) Kaji faktor yang mungkin menjadi penyebab kekurangan nutrisi
R/ Banyak faktor yang mempengaruhi kekurangan nutrisi sehingga
identifikasi faktor penyebab menjadi penting sebagai bahan intervensi
2) Tanyakan kebiasaan makan, pantangan makan, alergi dan jenis makanan
yang disukai
R/Data untuk perencanaan makan pasien
3) Timbang berat badan pasien
R/Berat badan merupakan salah satu indikator status nutrisi
4) Jaga kebersihan badan dan mulut pasien
R/Meningkatkan selera makan pasien
5) Anjurkan pasien makan dengan porsi yang kecil tetapi sering sesuai dengan
diet yang diberikan
R/Mengurangi rasa mual dan meningkatkan asupan nutrisi
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai
R/Merencanakan jenis dan diet yang sesuai kebutuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Neuroblastoma (Online)


http://www.cancer.org/cancer/neuroblastoma/detailedguide/neuroblastoma-what-causes
diakses tanggal 6 April 2017

Helman, LJ & Malkin. (2010). Cancers of Childhood.DeVita (Ed) Cancer: Principles &
Practice of Oncology, 8th Edition. USA : Lippincott William & Wilkins

Rutigliano D.N, Quanglia, Neuroblastoma and other adrenal tumor, In: Carachi R, Grosfeld
J.L, Azmy A.F, editors. The surgery of childhood tumors, 2008,11:202-19

Ricafort R. Tumor markers in infancy and childhood. Pediatric in Review 2011, 306-8

Sandoval JA, Malkas LH, Hickey RJ. Clinical significance of serum biomarkers in pediatric
solid mediastinal and abdominal tumors. Int J Mol Sci 2012; 13:1126-53

Zage & Ater, (2011). Neuroblastoma. Margdante (Ed) Nelson Textbook of Pediatric 19th
Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Anda mungkin juga menyukai