Anda di halaman 1dari 35

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. E DENGAN POST


OPERASI OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) ATAS
INDIKASI FRAKTUR CLAVICULA SINISTRA DI RUANG
CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

Disusun Oleh :

Veronica Bekti Handayani


NIM. P.09110

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. E DENGAN POST
OPERASI OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) ATAS
INDIKASI FRAKTUR CLAVICULA SINISTRA DI RUANG
CEMPAKA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

Veronica Bekti Handayani


NIM. P.09110

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penguji panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Rasa Nyaman
: Nyeri Akut Pada Tn. E Dengan Post Operasi Orif Atas Indikasi Fraktur
Clavicula Sinistra di Ruang Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing dan penguji I yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
3. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Tyas Ardi Suminarsis, S.,Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya


studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Orang tua, suami dan anak yang selalu mendampingi dan mendukung saya
dalam menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis membuka saran demi penelitian selanjutnya. Semoga Laporan Studi Kasus
ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta,

Penulis

Juni 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan .................................................................... 4

BAB II

LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .......................................................................... 6
B. Pengkajian ............................................................................... 6
C. Perumusan Masalah ................................................................. 9
D. Perencanaan ............................................................................ 10
E. Implementasi ........................................................................... 11
F. Evaluasi ................................................................................... 13

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN


A. Pembahasan ............................................................................. 15
B. Simpulan dan Saran ................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data


Lampiran 2. Log Book
Lampiran 3. Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 4. Asuhan Keperawatan
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kecelakaan lalu lintas banyak terjadi di negara- negara berkembang,
menurut World Health Organization (WHO, 2004) dalam penelitian Nasution
(2010) cidera akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi dijumpai beberapa
Negara Amerika Latin (41,7%), Korea Selatan (21,9%), Thailand (21%).
Menurut data Direktorat Keselamatan Transformasi Darat Departemen
Perhubungan (2005) jumlah korban kecelakaan lalu lintas tahun 2005 terdapat
33.827 orang. Data Kepolisian RI tahun 2009 terdapat 57.726 kasus
kecelakaan di jalan raya, maka dalam setiap 9,1 menit sekali terjadi satu
kasus kecelakaan. WHO mencatat, hingga saat ini sebanyak 50 juta orang
lainnya menderita luka berat. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
fraktur (patah tulang) terbanyak (Departemen Perhubungan, 2010).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau ruda paksa. Pada pasien fraktur
akan timbul nyeri dimana hal ini dapat menyebabkan kecemasan pada pasien
(Pierce & Neil, 2006). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh cidera, trauma yang
menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung atau tidak langsung
(Elizabeth, 2009).

Fraktur dapat terjadi di beberapa titik di sepanjang tulang, termasuk


regio sepertiga tengah, sepertiga distal, sepertiga medial. Salah satunya
fraktur klavikula yang terbagi menjadi beberapa tipe, tipe I terjadi dibagian
lateral ligamentum koraklavikula dan hanya bergeser sedikit, tipe II terjadi
bila fragmen proksimal lepas dari ligamentum CC, sehingga membuatnya
tidak stabil dan tipe III membentang ke sendi akromioklavikular. Penanganan
pada fraktur klavikula salah satunya dengan cara pembedahan atau operasi
(Greenberg, 2007).
Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi
terbuka dengan fiksasi iterna (Open Reduction and Internal Fixation/ ORIF)
(Greenberg, 2007). Masalah yang muncul setelah pasien operasi, pasien telah
sadar dan berada di ruang perawatan dengan edema / bengkak, keterbatasan
lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan untuk
ambulasi berjalan karena luka bekas operasi dan luka bekas trauma, serta
nyeri (Brunner & Suddart, 2003).
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis bertujuan untuk melindungi diri
dan disebabkan oleh stimulus tertentu (Saryono, 2005). Klasifikasi nyeri ada
dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial, terjadi secara tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis

adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan


muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, terjadi secara tibatiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi secara konstan
atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung lebih dari enam bulan (Nanda, 2009).
Hasil observasi penulis pada tanggal 22 April 2013 ditemukan data
bahwa Tn. E mengeluh nyeri, nyeri yang dirasakan seperti linu- linu dengan
skala 5, apabila nyeri tidak segera diatasi atau dilakukan tindakan
keperawatan, maka akan menyebabkan mobilisasi terganggu dan defisit
perawatan diri (Judha, dkk, 2012).
Melihat latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil
studi kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Rasa Nyaman :
Nyeri Akut pada Tn. E dengan post Operasi ORIF Atas Indikasi Fraktur
Clavicula Sinistra di Ruang Cempaka Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Tn. E dengan post operasi ORIF atas
indikasi fraktur clavicula sinistra di Ruang Cempaka RS. Panti Waluyo
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian nyeri akut pada Tn. E dengan
post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah


nyeri akut pada Tn. E dengan post operasi ORIF atas indikasi fraktur
clavicula sinistra.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. E
dengan nyeri akut post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula
sinistra.
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. E dengan
nyeri akut post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. E dengan nyeri akut post
operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Tn. E
dengan nyeri akut post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula
sinistra.

C. Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Institusi rumah sakit
Memberikan referensi tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan nyeri post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra
agar dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

2. Institusi pendidikan keperawatan


Memberikan referensi tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan nyeri post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra
serta dapat digunakan sebagai pengetahuan dan wacana tentang
perkembangan ilmu keperawatan.
3. Penulis
Bagi penulis dengan penyusunan KTI ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan nyeri post operasi ORIF atas indikasi
fraktur clavicula sinistra.
4. Pembaca
Sebagai sumber infomasi bagi pembaca tentang manajemen nyeri
pada pasien post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra.

BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas klien
Dari hasil pengkajian pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB,
didapatkan hasil identitas klien bernama Tn. E, usia 43 tahun, agama Islam,
pendidikan Diploma 3, pekerjaan guru, alamat Sragen, diagnosa medis post
operasi ORIF, nomer register 155XXX, dokter T, Identitas penanggung jawab
adalah Ny. H usia 40 tahun, pendidikan SMK, seorang ibu rumah tangga,
alamat Sragen, hubungan dengan klien adalah istri.

B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB
dengan metode allo-anamnesa dan auto-anamnesa. Keluhan utama yang
dirasakan Tn. E adalah mengeluh nyeri pada bahu kiri dengan riwayat
kesehatan sekarang adalah sebagai berikut, pada tanggal 19 April 2013 pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas, pada saat kejadian pasien tidak sadarkan
diri, setelah sadar pasien merasakan bahu kiri tidak dapat digerakkan dan
terasa sakit. Pada tanggal 20 April 2013 oleh keluarga dibawa ke IGD RS.
Panti Waluyo Surakarta jam 05.15 WIB, saat di IGD klien diperiksa dan
didapatkan hasil bahwa klien mengalami fraktur clavicula sinistra dan harus
segera dilakukan operasi ORIF, di IGD klien mendapat terapi berupa infuse
RL 20 tetes per menit, ranitidin 50 mg, ketorolak 30 mg, cefotaxim 1gr.

Kemudian dokter menyarankan klien untuk dirawat inap, dihari yang sama
pasien dipindah ke ruang Cempaka agar mendapat perawatan lebih lanjut.
Pada tanggal 21 April 2013 dilakukan operasi ORIF atas indikasi fraktur
clavicula sinistra. Saat dilakukan pengkajian tanggal 22 April 2013 post
operasi hari pertama pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi, nyeri
dirasakan klien seperti linu-linu, klien tampak meringis menahan sakit. Klien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu Diabetes Militus
(DM) tetapi klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan atau obat.
Pada pengkajian kesehatan fungsional menurut gordon, ditemukan data
pola kognitif perceptual, sebelum sakit klien mengatakan tidak merasakan
sakit apapun dan bisa beraktivitas seperti biasa. Selama sakit klien mengeluh
nyeri pada luka post operasi, nyeri dirasakan klien seperti linu-linu, dengan
skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Sebelum sakit klien
mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca indranya. Selama sakit
klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca indranya seperti
penglihatan , pendengaran, perabaan dan penciuman dalam keadaan baik.
Pada pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien mengatakan dapat
melakukan kegiatan sehari-hari dengan mandiri / tanpa bantuan orang lain
(nilainya = 0). Selama sakit, klien mengatakan hari pertama post operasi
ORIF hanya dapat berbaring di tempat tidur dan dibantu keluarga dalam
makan / minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi /
ROM (nilainya = 2).

Pada pola istirahat tidurnya, sebelum sakit klien mengatakan tidur


sehari kurang lebih 8 jam perhari dan tidak pernah memakai obat tidur.
Selama sakit klien mengatakan dapat tidur kurang lebih 6 jam perhari tetapi
sering bangun bila luka bekas operasi terasa nyeri
Pemeriksaan umum didapatkan hasil keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis dengan GCS eyes 4, motorik 6, verbal 5. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital didapat: tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5 derajat
celcius, nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: kepala bersih, mesocepal. Rambut
hitam dan berminyak. Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, penglihatan
normal. Hidung simetris, tidak ada polip. Telinga simetris, ada sedikit
serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Hasil pemeriksaan pada clavicula didapatkan hasil inspeksi : luka bekas
operasi tertutup kassa dan tidak ada rembesan. Hasil pemeriksaan paru
didapatkan hasil: inspeksi: pengembangan dada kanan sama dengan kiri;
palpasi: vocal fremitus kanan sama dengan kiri; perkusi: sonor; auskultasi:
vesicular. Hasil pemeriksaan jantung didapatkan hasil; inspeksi: ictus cordis
tidak tampak; palpasi: ictus cordis teraba di SIC V; perkusi: bunyi pekak,
auskultasi: BJ 1-2 murni, tidak ada suara tambahan. Hasil pemeriksaan
abdomen: inspeksi: tidak ada jejas dan tidak ada benjolan, auskultasi:
peristaltic usus 20x/menit, palpasi: tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
nyeri tekan, perkusi: tympani.

Hasil pemeriksaan ekstermitas: tangan kanan terpasang infus RL 20


tpm, bahu kiri sudah dilakukan tindakan post operasi ORIF sehingga
pergerakan terbatas, tidak ada oedem, pada kaki tidak terdapat luka sehingga
pergerakan bebas.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan tanggal 20 April 2013,
pemeriksaan laboratorium dengan hasil HB: 13.4 g/dl ( N: 14-18 g/dl ),
Hematokrit: 37.4 %, Eritrosit: 6.28 juta/mm^3 ( N: 4,5-5,5 juta/mm^3 ) ,
Leukosit: 21.100 /mm3 ( N: 4,5-11,0 /mm3 ), Trombosit: 288.000 u/l (N: 150390 u/l ), MCH: 21 Pg ( N: 28-33 Pg ), MCV: 60 fl ( N: 80-96 fl ), MCHC :
36 % ( N: 32-36 % ). Hasil pemeriksaan rontgen post pinning clavicula distal
kiri, tampak juga fraktur scapula kiri.
Terapi medik yang diberikan tanggal 22-24 April 2013 yaitu infuse RL
20tpm, Metformin 1x850mg untuk obat gula, Cloracef 2x500mg untuk
infeksi kulit, Ketesse 2x25mg untuk mengurangi nyeri post operasi, Calplex
2x500mg untuk suplemen patah tulang.

C. Perumusan Masalah Keperawatan


Dari hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa
data kemudian memutuskan prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan
kegawatan yang dialami klien atau yang harus segera mendapatkan
penanganan karena apabila tidak segera diatasi akan menimbulkan masalah
yang lain. Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis angkat yaitu nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi ORIF).

Dengan data subjektif Tn. E mengatakan nyeri pada luka bekas operasi,
provocate = nyeri akibat post operasi, quality = nyeri yang dirasakan seperti
linu-linu, region= bahu kiri, scale = skala 5, time = hilang timbul dan data
objektif post operasi hari pertama klien tampak meringis menahan sakit.
Setelah merumuskan atau memutuskan satu diagnosa keperawatan prioritas,
kemudian dilanjutkan untuk penyusunan rencana asuhan keperawatan.

D. Perencanaan
Tujuan dari perencanaan atau tindakan yang akan dilakukan yaitu
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri
klien dapat terkontrol dengan kriteria hasil, skala nyeri berkurang menjadi 1,
klien tampak rileks. Dengan intervensi keperawatan, observasi keadaan
umum klien dengan rasional berguna untuk mengetahui keadaan atau respon
klien. Kaji ulang tingkat nyeri klien meliputi provocate/faktor pencetus nyeri,
quality/kualitas nyeri, regio/tempat terjadinya nyeri, skala nyeri, dan
time/waktu terjadinya nyeri (PQRST), dengan rasional berguna untuk
pengawasan keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan. Monitor tandatanda vital, dengan rasional berguna untuk mengetahui kemunduran dan
kemajuan keadaan klien. Anjurkan pada klien untuk melakukan teknik
relaksasi distraksi, dengan rasional meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
kemampuan koping. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian
analgesik, dengan rasional mengontrol atau menurunkan tingkat nyeri dengan
farmakologi.

E. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan yang sudah dilakukan tanggal
22 April 2013 pada jam 11.15 WIB mengobservasi keadaan umum klien,
dengan respon subjektif klien mengatakan badan terasa lemah, dan respon
objektif klien post operasi hari pertama, klien tampak hanya tiduran. Pada jam
11.20 WIB mengkaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST), dengan respon
subjektif klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, provocate = nyeri akibat
post operasi, quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu
kiri, scale = skala 5, time = hilang timbul dan respon objektif post op hari
pertama

klien tampak meringis menahan sakit. Pada jam 11.30 WIB

memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif klien mengatakan


bersedia untuk dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan respon objektif
tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali per
menit, suhu 36,5 derajat celsius. Pada jam 12.30 WIB mengajarkan pada klien
tentang teknik relaksasi, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia
mengalihkan nyeri dengan nafas dalam dan respon objektif klien tampak
lebih rileks.
Implementasi yang telah dilakukan tanggal 23 April 2013 jam 08.00
WIB mengobservasi keadaan umum klien, dengan respon subjektif klien
mengatakan keadaanya baik dan respon objektif post operasi hari kedua
klien tampak sudah duduk dan berjalan. Pada jam 08.15 WIB mengkaji ulang
tingkat nyeri klien (PQRST), dengan respon subjektif klien mengatakan
masih merasa nyeri pada lukanya, provocate = nyeri akibat post operasi,

quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale =
skala nyeri 5, time = hilang timbul dan respon objektif post operasi hari
kedua klien tampak menahan sakitnya. Pada jam 08.30 WIB memonitor
tanda-tanda vital, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan respon objektif tekanan darah
120/60 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36
derajat celsius. Pada jam 11.30 WIB mengajarkan tehnik relaksasi nafas
dalam, dengan respon subjektif klien mengatakan masih ingat cara relaksasi
nafas dalam dan respon objektif tampak pasien melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam. Pada jam 14.00 WIB memberikan terapi analgesik ketesse
25mg, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia minum obat dan
respon objektif tampak obat masuk melalui oral.
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 24 April 2013 jam
08.00WIB mengobservasi keadaan umum klien, dengan respon subjektif
klien mengatakan keadaannya baik badan tidak terasa lemas dan dan respon
objektif post operasi hari ketiga klien tampak sudah duduk dan berjalan. Pada
jam 08.20 WIB mengkaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST), dengan respon
subjektif klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang, provocate
= nyeri akibat post operasi, quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu,
region= bahu kiri, scale = skala nyeri 3, time = hilang timbul dan respon
objektif post operasi hari ketiga klien tampak lebih rileks. Pada jam 08.30
WIB memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif klien mengatakan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan respon objektif

tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali per
menit, suhu 36,5 derajat celsius. Pada jam 10.00 WIB menganjurkan
melakukan tehnik relaksasi bila teasa nyeri, dengan respon subjektif klien
bersedia melakukan tehnik relasasi bila terasa nyeri dan respon objektif
tampak pasien mau melakukan relaksasi saat terasa nyeri. Pada jam 14.00
WIB memberikan terapi analgesik ketesse 25mg, dengan respon subjektif
klien mengatakan bersedia minum obat dan respon objektif tampak obat
masuk melalui oral.

F. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 22 April 2013 jam 12.45
WIB didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri
pada bekas operasi, provocate = nyeri akibat post operasi, quality = nyeri
yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale = skala 5, time =
hilang timbul dan hasil observasi post operasi hari pertama klien tampak
meringis menahan sakit, dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan nyeri belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan yaitu
observasi keadaan umum klien, kaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST),
monitor tanda-tanda vital, anjurkan teknik relaksasi dan lanjutkan program
terapi sesuai advis dokter.
Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 23 April 2013 jam 14.00
WIB didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan masih
merasa nyeri pada lukanya, provocate = nyeri akibat post operasi, quality =

nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale = skala 5, time
= hilang timbul dan respon objektif post operasi hari kedua klien tampak
menahan sakitnya. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan nyeri belum teratasi, sehingga intervensi dilanjutkan yaitu
observasi keadaan umum klien, kaji tingkat nyeri klien (PQRST), monitor
tanda-tanda vital, anjurkan tehmik relaksasi dan lanjutkan program terapi
sesuai advis dokter.
Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 24 April 2013 jam 14.00
WIB didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri
yang dirasakan sudah berkurang, provocate = nyeri akibat post operasi,
quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region = bahu kiri, scale =
skala 3, time = hilang timbul dan respon objektif post operasi hari ketiga
klien tampak lebih rileks. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan nyeri tidak teratasi (skala nyeri sudah berkurang dan klien sudah
tampak rileks) sehingga intervensi dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum
klien, kaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST) dan anjurkan klien rutin minum
obat sesuai advis dokter.

BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Dalam BAB ini penulis akan membahas studi kasus asuhan keperawatan
yang dilakukan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 di Ruang Cempaka RS.
Panti Waluyo Surakarta. Prinsip pembahasan ini akan memfokuskan kebutuhan
dasar manusia di dalam asuhan keperawatan yaitu pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman pada Tn. E dengan post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula
sinistra.

A. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah- masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan
keperawatan yang tepat (Muttaqin, 2008).
Keluhan utama yang dirasakan Tn. E adalah mengeluh nyeri pada
bahu kiri, pada pengkajian kesehatan fungsional menurut gordon,
ditemukan data pola kognitif perceptual, bahwa klien mengeluh nyeri
pada luka post operasi, nyeri dirasakan klien seperti linu-linu, dengan
skala 5, nyeri yang dirasakan hilang timbul, pemeriksaan pada clavicula
didapatkan hasil inspeksi : luka bekas operasi tertutup kassa dan tidak ada
rembesan.

Dari tindakan operasi ORIF tersebut dapat menimbulkan


ketidaknyamanan, salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006). Teori
tersebut sesuai dengan hasil pengkajian pada Tn. E setelah dilakukan
operasi ORIF, klien mengeluh nyeri pada luka post operasi, nyeri yang
dirasakan seperti linu- linu, dengan skala 5, nyeri yang dirasakan hilang
timbul dan dari hasil observasi, klien tampak meringis menahan sakit.
Nyeri

didefinisikan

sebagai

suatu

sensori

subyektif

dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian- kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005). Nyeri
adalah suatu sensori persepsi yang tidak menyenangkan yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan karena proses penyakit,

pemeriksaan

diagnostik atau prosedur invasif (Judha, 2012). Dari hasil wawancara Tn.
E mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dan hasil observasi terdapat
luka bekas operasi pada bahu kiri klien.
Tingkat nyeri dimulai dari 0-10 adalah sebagai berikut: skala angka
0-1: tidak nyeri, 2-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, 7-8: nyeri berat, 910: nyeri hebat (Judha, dkk, 2012). Dari hasil wawancara klien
mengatakan nyeri yang dirasakan linu- linu dengan skala nyeri 5 dan hasil
observasi klien tampak meringis menahan sakitnya. Menurut Judha skala
nyeri pasien tergolong nyeri sedang.
Nyeri dapat digambarkan dengan 3 fase perilaku yaitu antisipasi,
sensasi, dan fase pasca nyeri fase antisipasi memungkinkan individu untuk

memahami nyeri, untuk belajar, dan mendapatkan gambaran tentang nyeri


itu sendiri. Pada fase sensasi, saat terjadi nyeri banyak perilaku yang dapat
diungkapkan oleh seorang klien yang mengalami nyeri seperti meringis,
merungkukkan badan, menjerit bahkan mungkin menangis. Pada fase
pasca nyeri, klien mungkin mengalami trauma psikologis, takut, dan
depresi. Berdasarkan teori di atas, Tn. E termasuk dalam fase sensasi.
Dimana dari hasil wawancara Tn. E mengeluh nyeri pada luka post
operasi, nyeri seperti linu- linu, dengan skala 5, nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan hasil observasi, klien tampak meringis menahan sakit.
Perilaku klien dalam merespon nyeri dapat dipengaruhi oleh kemampuan
tubuh untuk menoleransi dan juga oleh berat ringannya sensasi nyeri itu
sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
aktual maupun potensial (NANDA, 2009).
Karakteristik nyeri yang dirasakan oleh Tn. E dengan post operasi
ORIF hari pertama yaitu termasuk nyeri akut, batasan karakteristik pada
nyeri akut antara lain adalah perubahan selera makan, perubahan tekanan
darah, perubahan frekuensi jantung dan pernafasan, mengekspresikan
perilaku meringis dan gelisah (Nanda,2009). Hal ini sesuai dengan teori
menurut Nanda bahwa pada kasus Tn. E ditemukan data subjektif Tn. E
mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, provocate = nyeri akibat post

operasi, quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri,
scale = skala 5, time = hilang timbul dan data objektif post operasi hari
pertama

klien tampak meringis menahan sakit. Sehingga dapat

dirumuskan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen


cidera fisik : post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra.
3. Intervensi
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis
rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnose yang ditegakkan
sehingga kebutuhan klien terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori
intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan
NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome
Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien
dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan
dengan Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur),
Achievable (dapat diterima), Rasional dan Time (ada criteria waktu).
Selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang
ditegakkan (Nursalam, 2008).
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria
hasil: ekspresi wajah rileks, skala nyeri menjadi 1.
Penulis merencanakan tindakan yang akan dilakukan terhadap Tn.
E antara lain: observasi keadaan umum klien dengan rasional berguna
untuk mengetahui keadaan atau respon klien. Kaji ulang tingkat nyeri klien

meliputi

provocate/faktor

pencetus

nyeri,

quality/kualitas

nyeri,

regio/tempat terjadinya nyeri, skala nyeri, dan time/waktu terjadinya nyeri


(PQRST), dengan rasional berguna untuk pengawasan keefektifan obat
dan kemajuan penyembuhan. Monitor tanda-tanda vital, dengan rasional
berguna untuk mengetahui kemunduran dan kemajuan keadaan klien.
Anjurkan pada klien untuk melakukan teknik relaksasi, dengan rasional
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping. Kolaborasi
dengan tim medis lain untuk pemberian analgesik, dengan rasional
mengontrol atau menurunkan tingkat nyeri dengan farmakologis.
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori implementasi dari rencana
asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Mengkaji ulang tingkat nyeri meliputi provocate/faktor pencetus
nyeri, quality/kualitas nyeri, regio/tempat terjadinya nyeri, skala nyeri, dan
time/waktu terjadinya nyeri (PQRST) untuk mengetahui karakteristik nyeri
(Judha, dkk, 2012). Pada Tn. E didapatkan hasil dengan respon subjektif
klien mengatakan nyeri pada bekas operasi, provocate = nyeri akibat post
operasi, quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri,

scale = skala 5, time = hilang timbul dan respon objektif post op hari
pertama klien tampak meringis menahan sakit.
Memonitor tanda vital merupakan suatu cara untuk mengetahui
adanya perubahan sistem tubuh pasien. Tanda vital meliputi tekanan darah,
denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu (Hidayat, 2005). Pada Tn. E
didapatkan hasil pengukuran tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80 kali
per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5 derajat celsius.
Metode penanganan nyeri yang cukup praktis dan tidak
menimbulkan efek samping yaitu dengan metode anti nyeri non
farmakologis yaitu dengan teknik relaksasi (Majid, 2011). Teknik relaksasi
sangat efektif digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri pada Tn. E dengan
cara tarik nafas dalam dan terbukti membuat Tn. E mampu menahan
nyerinya.
Memberikan terapi analgesik ketesse pada Tn. E, untuk
mengurangi nyeri. Terapi Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri berkurang (Mutaqqin, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan (Potter & Perry, 2005). Pada evaluasi penulis sudah sesuai teori
yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif (S), Objektif (O), Assesment (A),
Planning (P)

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh penulis pada Tn.


E, sudah sesuai dengan intervensi/perencaaan yang disusun dan hasil
evaluasi pada Tn. E tanggal 22 April 2013 masalah nyeri belum teratasi
dapat ditunjukkan dengan data subjektif klien mengatakan nyeri pada
bekas operasi, provocate = nyeri akibat post operasi, quality = nyeri yang
dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale = skala 5, time =
hilang timbul dan hasil observasi post operasi hari pertama klien tampak
meringis menahan sakit. Intervensi dipertahankan yaitu observasi keadaan
umum klien, kaji ulang tingkat nyeri klien (PQRST), monitor tanda-tanda
vital, anjurkan teknik relaksasi dan lanjutkan program terapi sesuai advis
dokter.
Hasil evaluasi tanggal 23 April 2013 masalah nyeri belum teratasi
dapat ditunjukkan dengan data subjektif klien mengatakan masih merasa
nyeri pada lukanya, provocate = nyeri akibat post operasi, quality = nyeri
yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale = skala 5, time =
hilang timbul dan respon objektif post operasi hari kedua klien tampak
menahan sakitnya. Intervensi dipertahankan yaitu observasi keadaan
umum klien, kaji tingkat nyeri klien (PQRST), monitor tanda-tanda vital,
anjurkan tehmik relaksasi dan lanjutkan program terapi sesuai advis
dokter.
Hasil evaluasi tanggal 24 April 2013 masalah nyeri tidak teratasi
dapatkan ditunjukkan dengan data subjektif klien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah berkurang, provocate = nyeri akibat post operasi, quality

= nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale = skala 3,
time = hilang timbul dan respon objektif post operasi hari ketiga klien
tampak lebih rileks. Intervensi yang dipertahankan yaitu kaji ulang tingkat
nyeri klien dan anjurkan klien untuk rutin minum obat sesuai advis dokter.
Berdasarkan evaluasi di atas tujuan atau kriteria hasil pada Tn. E
tidak dapat dicapai selama tiga hari, dikarenakan ditemukan hasil
observasi bahwa Tn. E masih mengeluh nyeri pada luka post operasi dan
skala nyeri masih 3.

B. Simpulan Dan Saran


1. Kesimpulan
a. Hasil pengkajian pada Tn. E dengan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri post operasi ORIF hari pertama adalah data subjektif Tn.
E mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, provocate = nyeri akibat
post operasi, quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region=
bahu kiri, scale = skala 5, time = hilang timbul dan data objektif post
operasi hari pertama klien tampak meringis menahan sakit.
b. Diagnosa keperawatan pada Tn. E

yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik : post operasi ORIF.


c. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. E dengan nyeri
akut post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra. Tujuan
dari perencanaan atau tindakan yang akan dilakukan yaitu setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri

klien dapat terkontrol dengan kriteria hasil, skala nyeri berkurang


menjadi 1, klien tampak rileks. Dengan intervensi observasi keadaan
umum klien, kaji tingkat nyeri klien (P,Q,R,S,T), monitor tanda-tanda
vital, ajarkan pada klien teknik relaksasi, dan kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian analgesik. Tindakan keperawatan yang
dilakukan pada Tn. E dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman post
operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra sudah sesuai
dengan rencana keperawatan/intervensi.
d. Implementasi pada Tn. E pada tanggal 22- 24 April 2013 adalah
mengobservasi keadaan umum klien, mengkaji ulang tingkat nyeri klien
(PQRST), memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi analgesik
ketesse 25mg.
e. Evaluasi yang dilakukan pada Tn. E dengan S: Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan sudah berkurang, provocate = nyeri akibat post operasi,
quality = nyeri yang dirasakan seperti linu-linu, region= bahu kiri, scale
= skala 3, time = hilang timbul. O: Post operasi hari ketiga klien
tampak lebih rileks. A: Masalah keperawatan nyeri belum teratasi. P:
intervensi dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum klien, kaji tingkat
nyeri klien (PQRST), monitor tanda-tanda vital.
f. Analisa kondisi pada Tn. E setelah dilakukan perawatan dari tanggaal
22-24 April 2013, klien masih mengeluh nyeri pada luka post operasi,
dengan skala nyeri 3 dan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

2. Saran
a. Bagi Institusi Rumah Sakit.
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan
klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung
kesembuhan klien.
b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan.
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pedidikan yang
lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang
terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan.
c. Bagi Pembaca
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada pasien dengan pemenuhan rasa nyaman khususnya pada pasien
post operasi ORIF atas indikasi fraktur clavicula sinistra.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Alih Bahasa
Rini, M.A, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Barbara, J, Gruendemann Billie Fernsebner, 2005, Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Corwin, Elizabeth, J, 2009, Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, Alih Bahasa Nike
Budhi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Departemen Perhubungan. (2010). Epidemologi kecelakaan lalu lintas.
http://itd.idaho.gov/ohs/2009Data/2010/02/a21.jpg. skripsi dari PSIK-UR.
Grace, Pierce, A & Borley, Neil, R, 2007, Surgery at a Glance, Edisi 3, Penerbit
Erlangga, Semarang
Greenbergs, 2007, Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan, jilid 2, Penerbit Erlangga
Hartati, T, 2008, Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri pada
Anak
Usia
Sekolah,
Jurnal
Kebidanan
dan
Keperawatan.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42088796.pdf. Diakses pada tanggal
26 April 2013 jam 11.30 WIB.
Hidayat, A. Aziz, Alimul, 2004, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Judha, Mohamad, Sudarti, Fauziah, Afroh, 2012, Teori Pengukuran Nyeri dan
Nyeri Persalinan, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.
Saryono, Anggriyana, Tri, Widianti, 2005, Kebutuhan Dasar Manusia (KDM),
Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.
Kusmarjathi, N.K, 2009, Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi ORIF Dalam
Jurnal Ilmiah Keperawatan. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/
21097276.pdf. Diakses pada tanggal 20 April 2012 jam 12.05 WIB.
Muttaqin, Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC, Jakarta
Majid, A, 2011, Pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda, 2009, Diagnosis Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Potter, Patricia, A & Perry, Anne, Griffin, 2005, Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tamsuri, A, 2006, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith M., 2006, Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions
and NOC Outcomes, 7th Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep., M. Kes.,
dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai