Anda di halaman 1dari 16

ABORTUS

PENGERTIAN ABORTUS
 abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Ada 2 kriteria utama dikatakan
sebagai abortus yaitu : berat janin kurang dari 500 gram serta umur
kehamilan kurang dari 20 minggu.
 Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar ( buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.
 Abortus buatan adalah aburtos yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
Terminologi unutk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau abortus
provokatus.
 Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12 minggu) dapat di
lakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan
penyedotan ( vakum ) atau dengan sendok curet.
Jenis jenis abortus
1. Abortus imminens
 Abortus imminens => jika seseorng wanita yang hamil muda
mengeluarkan darah sedikit pervaginam maka ia di duga menderita
abortus imminens tetapi abortus ini masih ada harapan bahwa
kehamilan masih berlangsung terus.
2. Abortus incipiens
 Tanda-tandanya ialah :
 Pendarahan banyak ,kadang –kadang keluar gumpalan darah.
 Nyeri karena kontraksi rahim kuat.
 Akibat kontrasepsi rahim terjadi pembukaan.
3. Abortus incompletus
 Jika sebagian telur telah terlahir tertinggal (biasanya jatongan placenta)
maka kita hadapi abortus incompletus.
4. Abortus Completus
 Pada abortus completes perdarahan segera berkurang setelah isi
Rahim dikeluarkan dan selambat lambatnyadalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka Rahim telah sembuh.
 Serta cervix juga dengan segera menutup kembali.
5. Abortus febrilis
 Ialah abortus incompletes atau abortus incipiens yang disertaiinteksi.
 Deman kadang-kadang menggigil.
 Lochia berbaubusuk.
 Abortus ini dapat menimbulkan endotoxin shock.
6. Missed abortion
 Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam Rahim selama 2
bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion.
 Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam
sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
ETIOLOGI
 Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama
kehamilan umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada
minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu), abortus yang
terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).
 Faktor ovofetal : Pemeriksaan USG janin dan histopatologis
selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang
telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar
belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada
20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
melakukan implantasi dengan adekuat.
 Faktor maternal : Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan
oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic lupus
erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu
lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas
uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa,
inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwamasalah
psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus
meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian
lanjutan.
Gambaran klinis
 Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
 pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
 perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
 rasa mulas atau kram perut, di daerah atas simfisis, sering
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
 pemeriksaan ginekologi:
 Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
 Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
 Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri.
Diagnosa abortus
 Dasar penegakan diagnosa:
 Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau nyeri punggung
 Perdarahan pervaginam
 Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari kanalis
servikalis
 Gejala dan tanda kehamilan menghilang
 Tes kehamilan negatif atau peningkatan kadar β hcg yang tak
sesuai
 Hasil pemeriksaan ultrasonografi yang tidak normal
Mekanisme abortus
1. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :
 Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian
desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto ,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam
terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
2. Pada kehamilan 8 – 14 minggu:
 Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau
masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
3. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22:
 Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.
PENANGANAN UMUM
Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien ( gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil )
 Pada kondisi gawat darurat, segara upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan ( evaluasi medik atau merujuk )
 Penilaian medik untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk ke rumah sakit
 Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera
atasi komplikasi tersebut
 Gunakan jarum infus besar ( 16 G atau lebih besar ) dan berikan tetesan cepat (
500 ml dalam 2 jam pertama ) larutan garam fisiologis atau ringer
 Periksa kadar Hb, gol darah dll
 Ingat, kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dan syok berat
 Bila terdapat tanda- tanda sepsis, berikan antibiotika yang sesuai
 Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan
 Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan
lanjutan
komplikasi
 Perdarahan, perforasi syok dan infeksi
 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
 Perforasi
 Luka pada serviks uteri
 Pelekatan pada kavum uteri
 Komplikasi lain
 Komplikasi yang dapat timbul pada Janin
 Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri
kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis
sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan
abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat
fisik.
Komplikasi abortus spontan
 Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul
segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
 Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan
bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
 Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke
dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan,
selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat
memastikan dengan segera.
Pemantauan pasca abortus
 Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu ibu bahwa
abortus spontan adalah hal yang biasa terjadi dan terjadi
paling sedikit 15 % ( satu dari tujuh kehamilan ) dari seluruh
kehamilan yang diketahui secara klinis.
 Berilah keyakinan akan kemungkinan keberhasilan untuk
kehamilan berikutnya kecuali jika terdapat sepsis atau adanya
penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada
kehamilan berikutnya ( hal ini jarang terjadi ) .
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai