Oleh
1302105038
DESEMBER, 2016
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Definisi aborsi menurut WHO adalah pengeluaran embrio atau janin yang berat
badannya 500 gram atau kurang, yang setara dengan usia kehamilan sekitar 22
minggu. Dalam praktik, aborsi lebih sering dideskripsikan sebagai keguguran
(abortus) untuk menghindari terjadinya distress, karena beberapa wanita
menghubungkan istilah aborsi dengan terminasi kehamilan yang disengaja.
Masalah awal kehamilan (abortus). (Chris Brooker, 2008).
2. EPIDEMIOLOGI
3. ETIOLOGI
5. JENIS-JENIS ABORTUS
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut dan kejadiaanya sekitar
15-30% dari seluruh kehamilan normal (Pilliteri, 2002) meliputi :
a. Abortus Imminens (Abortus Mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks selanjutnya terjadi pengeluaran hasil konsepsi berupa
darah yang disertai mules atau tanpa mules. Pada abortus imminens ini,
kehamilan masih dapat dipertahankan, terjadi perdarahan bercak yang
menunjukan ancaman terhadap kelangsungan kehamilan. Diantara wanita
yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan itu kebanyakanya akan
mengalami abortus, perdarahan pada abortus imminens sangat sedikit
tetapi perdarahan tersebut dapat bertahan beberapa hari atau beberapa
minggu (Batzofin dkk, 1984).
b. Abortus Insipiens (Abortus sedang berjalan)
Abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat lagi dicegah, ditandai
dengan terbukanya ostium uteri eksternum dan selain pendarahan
(Achadiat, 2004). Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda
dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini
menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit atau komplit (Saifudin, 2006). Perdarahan
pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri didaerah perut bawah dan
panggul, serviks mulai membuka dan hasil konsepsi menjulur ke kanalis
serviks (Moegni, 1987)
c. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002). Perdarahan
pada kehamilan muda dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar kavum
uteri melalui kanalis servikalis (Saifudin, 2006). Proses abortus dimana
sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.
d. Abortus Komplit
Proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui
jalan lahir (Achadiat, 2004). Perdarahan pada kehamilan muda dimana
seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri ( Saifudin,
2006).
2. Abortus Infeksius dan abortus septik
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari dan
tidak dapat dihindari (James & Lindsey, 2007). Adanya retensi yang lama
terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan atau reternsi
hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atau lebih, kejadiannya sekitar 2
% dari kehamilan (Pilliteri, 2002). Perdarahan pada kehamilan muda disertai
dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih
(Saifudin, 2006)
Merupakan abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan , kebanyakan karena kehamilan yang tidak
diinginkan, merupakan pengguguran kandungan disengaja, baik dengan obat-
obatan maupun alat-alat meliputi 2 bagian dari abortus provokatus yaitu :
a. Abortus medisinalis ( abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapatkan persetujuan 2 3 tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
6. Manifestasi Klinis
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
a) Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas,
b) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
8. Pemeriksaaan Penunjang
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggusetelah
abortus
b. Pemeriksaan doppler atau usg untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Manjoer,
2000).
9. Therapi/Tindakan Penanganan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dengan pasien abortus menurut
(Manjoer, 2000; Prawirahardjo, 2005) diantaranya:
1. Abortus Imminens
a. Tidak di perlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring
secara total
b. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan
atau melakukan hubungan seksual
c. Bila perdarahan
- Berhenti : melakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian
ulang bila terjadi perdarahan lagi
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG),
lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik atau mola)
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinis dan hasil pemeriksaan ginekologi
2. Abortus insipein
a. Dilakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan aspirasi
vakum manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila
usia gestasi 16 minggu evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi
dan kuretase.
b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi
lebih besar dari 16 minggu , lakukan tindakan pendahuluan dengan :
- Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8
tetes/menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/menit, sesuai
dengan kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
- Ergometri 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
- Misopiostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat
diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal
- Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan
dengan AVM atau D x K ( hati-hati resiko perforasi)
3. Abortus inkomplit
a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi )kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan
hingga ukuran sedang dapat dikeluarkan secara digital atau cunam
cavum, setelah itu evaluasi perdarahan
- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral
- Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
AVM dan D x K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan
serviks dan keberadaan bagian-bagian janin )
c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis ( ampicilin
500 mg oral atau doksosiklin 100 mg)
d. Bila terjadi infeksi , beri ampicilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap
8 jam
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu
segera lakukan evakuasi dengan AVM
f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas fevosus 600 mg perhari
selama 2 minggu ( anemia sedang), transfusi darah (anemia berat)
Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus
tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut :
a. Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus
atau cedera intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung,demam,
perut kembung,nyeri perut bawah, dinding perut tegang)
b. Bersihkan ramuan tradisional , jamu, bahan kosmetik,kayu atau
benda-benda lainnya dari regio genitalia
c. Berikan bosfer tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada
dinding vagina atau kanalis serviks dan pasien pernah imunisasi
d. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti
tetanus ( ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus
toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu
e. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan
lanjut
4. Abortus komplit
a. Apabila kondisi klien baik, cukup diberi tablet ermogetrin 3x1 tablet/hari
untuk 3 hari
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu di sertai dengan anjuran mengkonsumsi
makanan bergizi (susu, sayuran segar,ikan, daging,telur) untuk anemia
berat berikan transfusi darah
c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan
antibiotika atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik
profilaksis
5. Abortus infeksiosa
a. Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan
setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien kerumah
sakit
b. Sebelum merujuk pasien, lakukan restorasi cairan yang hilang dengan Ns
atau RL melalui infus dan berikan antibiotik ( misalnya ampicilin i gr dan
metronidazol 500 mg)
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT
d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap dengan perlindungan antibiotika
berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai,
dapat dilakukan pengobatan uterus sesegera mungkin ( lakukan secara
hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini)
6. Missed abortion
Missed abortion seharusnya ditangani dirumah sakit atas pertimbangan :
a. Plasenta dapat melekat sangat erat didinding rahim, sehingga prosedur
evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi
b. Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu
tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam
c. Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan
gangguan pembekuan darah (Prawirohardjo, 2002)
10. DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan ektopik, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan serviks.
Abortus iminens yang sangat perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi
yang biasanya dalam jumlah sedikit, berwarna merah, cepat berhenti, dan
tidak adanya rasa mules atau nyeri (Manjoer, 2000).
11. KOMPLIKASI
a. Perdarahan ( hemorrahge)
b. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok pada abortus disebabkan oleh :
a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemorraghe
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik (Rustam
mochtar, 1998)
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pola tidur dan istirahat sangat diperlukan oleh pasien karena akan
sangat berhubungan dengan tanda dan gejala yang muncul yang dapat
mempengaruhi kenyamanan klien.
e. Pola kognitif-perseptual
Perawat menanyakan klien tentang masalah persepsi kognitif, seperti
memahami dan mengetahui penyakit yang dialami seperti apa, beberapa
penyebabnya, serta alasan masuk rumah sakit.
f. Pola persepsi diri/konsep diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. PK: Perdarahan
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya kontraksi
uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada abdomennya.
c. Risiko gangguan hubungan antara ibu dan janin berhubungan dengan
abortus
3. Rencana Keperawatan
1. PK: Perdarahan Setelah diberikan asuhan NIC Label : Blood product 1. Mengetahui letak perdarahan
keperawatan selama ...x24 Administration
2. Untuk mengidentifikasi perlu
jam diharapkan perdarahan 1. Menjelaskan kepada klien
atau tidaknya transfuse
klien mulai berkurang dengan tentang tanda dan gejala
kriteria hasil : dari reaksi transfuse
3. Meningkatkan koagulasi dan
NOC Label : Blood Loss (gatal, pusing, sesak
mengganti darah yang hilang
Severity napas, dan nyeri dada)
1. Tekanan darah sistolik 2. Mamantau vital signs 4. Mengobservasi tanda-tanda
klien kembali normal (tekanan darah, suhu, nadi, anemia
yaitu 120 mmHg pernapasan)
2. Tekanan darah diastolic 3. Memantau reaksi transfuse NIC : Bleeding Reduction
klien kembali normal yang diberikan
1. Identifikasi penyebab
yaitu 80 mmHg
perdarahan
3. Rasa cemas yang dialami
2. Monitor karakteristik
klien berkurang
4. Kadar Hb (hemoglobin) NIC : Bleeding Reduction perdarahan yang terjadi
klien kembali normal 3. Kolaborasi pemberian produk
1. Identifikasi penyebab
yaitu 14-16 mg/dl darah
perdarahan
5. Perdarahan pervaginam
2. Monitor karakteristik
berkurang
perdarahan yang terjadi
6. Membrane mukosa kulit
3. Kolaborasi pemberian
mulai membaik
produk darah
4. Catat nilai hemoglobin,
hematokrit sebelum dan
setelah kehilangan darah
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Pain Pain Management
dengan agen cedera fisik, keperawatan selama Management 1. Untuk mengetahui lokasi,
adanya kontraksi uterus .x.jam, diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri karakteristik, awitan dan
ditandai dengan pasien pasien berkurang dengan yang komprehensif, durasi, frekuensi, kualitas,
mengeluh nyeri pada criteria hasil: meliputi : lokasi, intensitas atau keparahan
abdomennya, perubahan NOC label: Pain Level karakteristik, awitan dan nyeri, faktor presipitasi nyeri.
tekanan darah, perubahan a. Skala nyeri pasien durasi, frekuensi, kualitas, 2. Untuk mengetahui isyarat
frekuensi jantung, berkurang dari 4 menjadi 1 intensitas atau keparahan nonverbal ketidaknyamanan
perubahan frekuensi b. Pasien tampak tidak nyeri, faktor presipitasi pasien
pernafasan, meringis nyeri. 3. Agar pasien mengetahui
mengekspresikan perilaku 2. Observasi isyarat informasi tentang nyeri,
seperti meringis/gelisah, nonverbal penyebab nyeri, berapa lama
indikasi nyeri yang dapat ketidaknyamanan pasien akan berlangsung, dan
NOC label : Pain Control
diamati, gangguan tidur 3. Berikan informasi tentang antisipasi ketidaknyamanan
a. Pasien mampu mengontrol nyeri, penyebab nyeri, akibat prosedur.
dan menangani nyeri berapa lama akan 4. Agar pasien lebih berfokus
(mampu menggunakan berlangsung, dan pada aktivitas, bukan pada
tehnik nonfarmakologi antisipasi nyeri dan rasa tidak nyaman
untuk mengurangi nyeri, ketidaknyamanan akibat dengan melakukan pengalihan
mencari bantuan) prosedur. melaui televisi, radio, tape,
b. Mampu mengenali nyeri 4. Bantu klien untuk lebih dan interaksi dengan
(skala, intensitas, frekuensi berfokus pada aktivitas, pengunjung.
dan tanda nyeri) bukan pada nyeri dan rasa Analgesic Administration
tidak nyaman dengan 1. Untuk mengetahui lokasi,
NOC label: Vital Signs melakukan pengalihan karakteristik, kualitas, dan
melaui televise, radio, derajat nyeri sebelum
a. Tanda vital dalam rentang tape, dan interaksi dengan pemberian obat.
normal ( T = 36,5o C pengunjung 2. Untuk mengecek intruksi
37,5o C, TD = 120/80 NIC Label : Analgesic dokter tentang jenis obat,
mmHg, RR = 16-20 Administration dosis, dan frekuensi pemberian
x/menit, N = 60- 1. Tentukan lokasi, obat pasien.
75x/menit) karakteristik, kualitas, dan 3. Untuk mengetahui riwayat
derajat nyeri sebelum alergi pasien.
pemberian obat. 4. Untuk menentukan piilihan
2. Cek instruksi dokter analgesic tergantung tipe dan
tentang jenis obat, dosis, beratnya nyeri pasien.
dan frekuensi pemberian 5. Untuk memantau vital signs
obat. sebelum dan sesudah
3. Cek riwayat alergi. pemberian analgesic pertama
4. Tentukan pilihan kali.
analgesic tergantung tipe 6. Untuk dapat mengevaluasi
dan beratnya nyeri. efektivitas analgesic, tanda dan
5. Monitor vital signs gejala (efek samping).
sebelum dan sesudah Vital Sign
pemberian analgesic 1. Untuk mengetahui adanya
pertama kali. peningkatan/penurunan
6. Evaluasi efektivitas tekanan darah pasien
analgesic, tanda dan 2. Untuk mengetahui status serta
gejala (efek samping) pola pernafasan pasien
NIC Label : Vital Sign 3. Untuk mengetahui kadar
Monitoring oksigen yang terdapat dalam
1. Monitoring tekanan darah darah pasien
pasien 4. Untuk mengetahui laju
2. Monitoring Respirasi metabolisme dari pasien
pasien apabila terjadi peningkatan
3. Monitoring nadi pasien ataupun penurunan
4. Monitoring suhu pasien
3. Risiko gangguan hubungan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Parenting NIC Label: Parenting Promotion
ibu dan janin ditandai
keperawatan selama x 24 Promotion
dengan
jam tidak terjadi gangguan 1. Identifikasi dan daftarkan
1. Agar segera mendapatkan
hubungan antara ibu dan keluarga dalam program
penanganan yang tepat dan
janin, dengan kriterahasil tindak lanjut
segera mungkin
NOC Label : Parent Infant 2. Anjurkan ibu untuk
2. Pencegahan dan deteksi dini
Attachment: menerima perawatan serta penatalaksanaan yang
1. Melakukan pola hidup prenatal yang mudah dan memadai terhadap komplikasi
sehat selama hamil (Skala teratur kehamilan
2. Memberikan kebutuhan 3. Lakukan kunjungan rumah 3. untuk mengikuti pertumbuhan
spesifik untuk janin sesuai indikasi tingkat dan prkembangan janin dan
3. Persiapkan kelahiran janin risiko untuk mengindentifikasi
dengan optimal 4. Monitor status kesehatan kelainan yang dapat
orang tua dan aktivitas mengganggu proses persalinan
pemeliharaan kesehatan normal.
4. Untuk memberikan intervensi
secara tepat dan meminimalkan
risiko yang dapat terjadi
Evaluasi
S (Subjektif) : Subjektif merupakan respon yang sedang dialami dan
dirasakan oleh pasien
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. EGC. Jakarta.