Anda di halaman 1dari 15

“ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS PADA IBU HAMIL”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

1. EDO ANDRIAN
2. NOFITA SARI
3. NURMALA DESKA
4. YUNI MELIANTI

Dosen Pembimbing :

Asmawati, S.Kp, M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

DIII KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Maret 2019

Tim penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian abortus ?
B. Etiologi abortus?
C. Klasifikasi abortus?

D. Manifestasi klinis dari abortus ?

E. Komplikasi yang ditimbulkan dari abortus ?

F. Pemeriksaan penunjang abortus?

G. Penatalaksanaan abortus?

H. Bagaimana Asuhan keperawatan abortus?


BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa


mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan” (Manuaba, 2011).
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi
tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada
perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda
0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian
ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per 100.000
kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga
pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun
2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran.
Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300
kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan mampu
mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat dan
sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh
fasilitas yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu
yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar 500.000
ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 %
di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 %
kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian
per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di
singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat 1
dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang dan
yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang mengalami
abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan pada tahun 2009
jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 6
orang (Susanto, C.E, 2011).

B. Rumusan masalah

1. Apa Pengertian abortus ?


2. Apa etiologi abortus?
3. Bagaimana klasifikasi abortus?

4. Bagaimana manifestasi klinis dari abortus ?

5. Apa komplikasi yang ditimbulkan dari abortus ?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang abortus?

7. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?

8. Bagaimana Asuhan keperawatan abortus?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian abortus


2. Mengetahui etiologi abortus
3. Mengetahui klasifikasi abortus
4. Mengetahui manifestasi kinis abortus
5. Mengetahui komplikasi abortus
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang abortus
7. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus

8. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu
diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).

Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak
yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut
juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupakan suatu
keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang
dari 20 minggu (Kelompok, 2019).

B. Etiologi

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.


Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah
pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X.
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.

2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.


Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan
lainnya.

2. Kelainan pada plasenta,


Misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun. Endarteritis
dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena
hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta,
diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan
peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis. Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus
dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi
hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid,
malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik
akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan
pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi
uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus
lewat hipotalamus-hipofise.
C. Klasifikasi

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :


1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum
janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi
spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio
atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia
janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis
abortus spontan dibagi menjadi lima sub kelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia
kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya
adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah
ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin
dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini
keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan
di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan
tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal,
mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus
tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-
perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan
urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan
yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih.

2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :


Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh
ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan
apabila kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi
dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

D. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala secara umum pada abortus adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu


2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva .
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium .
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif.

E. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:


1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan,
dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah
seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan
adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan
dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah
dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal
seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan
seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus .
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup .
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :


1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti .
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi
atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina) .
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme .
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis
dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban,
bekuan darah, atau bagian – bagian janin.
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban .
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita .
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal .
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal
yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.

H. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh.

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.
Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.
Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai