Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK

OLEH :

NAMA : NAHDATUL JANNAH

NIM: PO.713.201.18.1.069

TINGKAT : II B

DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad
SAW sehingga kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
’’ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen.
Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi, etiologi, patofisiologi dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kehamilan ektopik.

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok satu. Dengan
kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait
lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat terselesaikannya
makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna untuk kami
serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca.  Sebagai manusia kami mungkin mempunyai
banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih
sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi berada di luar kavum uteri,
merupakan keadaan gawat darurat yang paling sering mengancam hidup pada kehamilan awal.
Insidensnya di Amerika Serikat meningkat pesat dalam lima dekade terakhir, dari 4,5 per 1000
kehamilan pada tahun 1970 menjadi sekitar 19,7 per 1000 kehamilan pada tahun 1992

Angka kejadian kehamilan ektopik terganggu di Indonesia menurut WHO diperkirakan tidak berbeda
jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar 60.000 kasus setiap tahun atau 0,03% dari seluruh populasi
masyarakat

Kehamilan ektopik masih merupakan suatu penyebab utama dari kematian ibu, yang meliputi sekitar
4% dari 20 kematian yang berkaitan dengan kehamilan setiap tahunnya di Kanada. Meskipun
terdapat frekuensi yang relatif tinggi dari kondisi serius ini, deteksi dini masih menjadi tantangan.
Hingga pada separuh dari semua perempuan dengan kehamilan ektopik yang datang ke instalasi
gawat darurat, kondisinya tidak teridentifikasi pada penilaian awal. Meskipun insidens dari
kehamilan ektopik pada populasi umum sekitar 2%, pravelensinya di antara pasien-pasien hamil
yang datang ke instalasi gawat darurat dengan perdarahan atau nyeri trimester pertama, atau
keduanya, adalah 6% hingga 16%.

Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang  tepat dan cepat  merupakan hal yang sangat
penting karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan mempertahankan kualitas
reproduksinya.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Jelaskan definisi Kehamilan Ektopik ?

2.      Jelaskan etiologi  Kehamilan Ektopik ?

3.      Jelaskan patofisiologi Kehamilan Ektopik ?

4.      Jelaskan pathways Kehamilan Ektopik ?

5.      Jelaskan  tanda dan gejala Kehamilan Ektopik ?

6.      Jelaskan klasifikasi Kehamilan Ektopik ?

7.      Jelaskan pemeriksaan diagnostik Kehamilan Ektopik ?

8.      Jelaskan penatalaksanaan medis Kehamilan Ektopik ?

9.      Jelaskan pencegahaan medis Kehamilan Ektopik ?

10.  Jelaskan  komplikasi Kehamilan Ektopik ?

11.  Jelaskan asuhan keperawatan Kehamilan Ektopik ?


1.3  Tujuan

1.3.1        Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami penjabaran tentang penyakit kehamilan ektopik

1.3.2        Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta komplikasi dari penyakit kehamilan
ektopik.

1.4  Manfaat

1.      Megetahui definisi Kehamilan Ektopik

2.      Megetahui etiologi  Kehamilan Ektopik

3.      Megetahui jelaskan patofisiologi Kehamilan Ektopik

4.      Mengetahui pathways Kehamilan Ektopik

5.      Megetahui  tanda dan gejala Kehamilan Ektopik

6.      Mengetahui klasifikasi Kehamilan Ektopik

7.      Megetahui pemeriksaan diagnostik Kehamilan Ektopik

8.      Mengetahui penatalaksanaan medis Kehamilan Ektopik

9.      Megetahui pencegahan Kehamilan Ektopik

10.  Megetahui  komplikasi Kehamilan Ektopik

11.  Mengetahui asuhan keperawatan Kehamilan Ektopik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang
berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.Apabila
pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho,
2005)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %).
(Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah
di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium
atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam
cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.(Obstetri Patologi. 1984. FK
UNPAD)

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum
uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

Pengertian kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah dibuahi tidak
melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan semestinya, yaitu pada
rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur (tuba falopi).

Hamil ektopik atau disebut juga hamil diluar kandungan berpeluang terjadi 1 kali pada 100 kali
kehamilan.Penyebab hamil di luar kandunganantara lain radang saluran telur, kelaianan anatomi
pada tuba, kebiasaan merokok, ibu hamil sudah berusia tua atau pernah operasi saluran telur.

Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat
mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin.Kehamilan di luar
kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi
pada trimester 1.

Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada saluran telur. Dengan
demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang berulang-ulang kemudian embrio
yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas secara spontan (abortus tuba).  Hamil diluar
rahim tidak akan dapat dipertahankan karena bila embrio menempel pada saluran telur akan
mengakibatkan saluran telur tersebut bengkak dan pecah.
2.2  Etiologi

Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang memegang peran adalah
sebagai berikut:

1.      Faktor dalam lumen tuba:

a.       Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit


atau membentuk kantong buntu;

b.      Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping;

c.       Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.

2.      Faktor pada dinding tuba:

a.       Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba;

b.      Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di
tempat itu.

3.      Faktor di luar dinding tuba:

a.       Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur

b.      Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

4.      Faktor lain:

a.       Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat
dapat menyebabkan implantasi prematur;

Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (2008)  adalah etiologi kehamilan ektopik


sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah dimengrti sesuai dengan proses awal
kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri ataw diluar
endomeamilan etrium, maka terjadilah ektopik.Dengan demikian. Fakto-faktor yang  menyebabkan
terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik in.

Factor- factor disebutkan adalah sebagai berikut  :          

a.       Factor tuba

Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tubah menyempit atau
buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan saluran tubah yang  berkelok-kelok  panjang
dapat menyebabakan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik.juga pada keadaan pasca operasi
rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamian ektopik.Factor tuba yang lain
adalah adanya kelainan endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang bersifat kongenital.
Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri,  atau tumor ovarium yag menyebabkan
perubahan bentuk dan potensi tUba, juga dapat menjadi etiologic kehamilan ektopik.

b.      Faktor abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat  atau tumbuh dengan ukuran besar, maka  zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran tubah .

c.       Faktor ovarium

Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,dapat membutuhkan
proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
lebih besar.

d.      Faktor hormonal

Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik.

e.       Factor lain

Termaksut disini antara lain adalah pemakan IUD dimana proses peradagan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosapling dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang
sudah menuah.Dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.

2.3  Patofisiologi

      Virus Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur
bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

      Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan
tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua  (4).
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi,
hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal
mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan
dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai
reaksi Arias-Stella.

      Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara
utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal
dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.

      Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari
hal ini yaitu :

1.      Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria)
dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar
dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.

2.      Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.

3.      Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

                  Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama telur
berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan kemudian diresorbsi.

                  Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti
dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

1.      Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

            Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di
ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai
haid yang datangnya agak terlambat.

2.      Abortus ke dalam lumen tuba

Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya
perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat
pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan
hematokele retrouterina.

3.      Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda.
Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang
menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
peritoneum.

2.5  Manifestasi klinis

      Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad
klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap
pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
      Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo
atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni.
Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa
kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.

      Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada
adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis,
salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri
jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.

      Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.

      Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas
tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per
vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.

      Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien
tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

Tanda :

Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal.

Menstruasi abnormal.

Abdomen dan pelvis yang lunak.

Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat
perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.

Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.

Kolaps dan kelelahan

Pucat

Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)

Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.

Gangguan kencing. Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum


oleh darah di dalam rongga perut.

Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi
pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang
sama umurnya.

Nyeri pada toucher


Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang)

Tumor dalam rongga panggul


Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan
sekitarnya.
Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu, karena
perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.

Gejala:

Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat
unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.

Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan
perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus
mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk
bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus

Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada
saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

2.6  Klasifikasi

Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan :

            1. Tuba Fallopii

            a) Pars-interstisialis

            b) Isthmus

            c) Ampula

            d) Infundibulum

            e) Fimbrae

            2. Uterus

            a) Kanalis servikalis

            b) Divertikulum

            c) Kornua

            d) Tanduk rudimenter

            3. Ovarium

            4. Intraligamenter

            5. Abdominal

            a) Primer

            b) Sekunder

            6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus .


2.7  Pemeriksaan Diagnostik

      Menemukan Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan


ektopik menurut Sarwono Prawirohardjo (2006: 330-331):

a.       Pemeriksaan umum. Penderita tampak kesakitan dan pucat; pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya
sedikit mengembung dan nyeri tekan.

b.      Pemeriksaan ginekologi. Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks


menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-
kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang
menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik,
sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

c.       Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna


dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus janis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia;
tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.

                        Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila


leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat
diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada
keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan
degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dan
menyebabkan tes negatif.

d.      Dilatasi dan kerokan. Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis
kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan; a) kemungkinan adanya
kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik; b) hanya 12 sampai 19% kerokan pada
kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua; c) perubahan endometrium yang berupa reaksi
Arias-Stella tidak khas untuk kehamlan ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama
dengan perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal itu dapat memperkuat diagnosis
kehamilan ekktopik terganggu.

e.       Kuldosentesis. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam


kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan
ektopik terganggu.

Teknik:

1.      Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.

2.      Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.

3.      Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks; dengan traksi ke
depan sehingga forniks posterior tampak.

4.      Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan
pengisapan.
5.      Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan
diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:

a)      Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk;

b)      Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-
kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel ratrouterin.

f.     Ultrasonografi. Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah


apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal
ini hanya terdapat pada ± 5% kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hal ini masih harus
diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uternus bikornis.

g.    Laparoskopi. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk


kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui
prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas, dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis
mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi.

h.    Foto Rontgen. Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada
foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.

i.      Histerosalpingografi. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa,
dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu
sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine)
(1,4,8,15). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal,
dan amenore.

2.8  Penatalaksanaan Medis

1.      Medis

1.      Tubektomi

        Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan
ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau
dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau
menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat
terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal
(spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut
laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah
sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat
untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian
ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan
teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

2.      Laparatomi
        Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka
insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

3.      Laparoskopi

        Laparoskop  yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

4.       Tanfusi darah

        Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi,  jika terjadi pendarahan yang
berlebihan.

5.      Pemeriksaan laboratorium

Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.

6.      Dilatasi kuretase

7.      Kuldosintesis

Yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum douglasi terdapat darah.
Tehnik kuldosintesi :

a.       Baringkan pasien dalam posisi litotomi.

b.      Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptik.

c.       Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi ke depan
sehinggah forniks posterior tampak.

d.      Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan penghisapan dengan semprit 10
ml.

e.       Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam
yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.

8.      Ultrasonografi

Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .

2.      Keperawatan

            Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan kemoterapi, dan
menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling
pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.

1.8Pencegahan

     Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara
aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti
berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan
jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.

1.9Komplikasi

     Komplikasi Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus
tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak:
ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit,
abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder
dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

1.      Pengumpulan Data

Anamnesa :

1.      Menstruasi terakhir.

Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran persalinan (TP).TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT
dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.

2.      Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.

3.      Nyeri abdomen: kejang, tumpul.

4.      Jenis kontrasepsi.

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu, atau keduanya.Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada saat kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak dikatahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual janin.

5.      Riwayat gangguan tuba sebelumnya

Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.

6.      Tanda-tanda vital

Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah fisik yang dapat
dipengaruhi kehamilan.

a.       Tanda-tanda vital

1.      Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi tekanan
darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk  dengan posisi sejajar
posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.

2.      Nadi

Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia bisa terjadi pada keadaan cemas,
hipertiroid dan infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat menentukan
keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi
seharusnya sama kuat dan teratur.

3.      Pernapasan

Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.Takipnea terjadi karena
adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas harus sama bilateral, ekspansi paru
simetris dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.

4.      Suhu

Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan
membutuhkan perawat medis.\

b.      Sistem Kardiovaskular

1.      Bendungan vena

Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang bisa
berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva dan rectum.

2.      Edema pada ekstremitas

Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah oada ekstermitas akibat perpindahan
cairan intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol
menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting edema.Edema pada tangan dan
wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.

c.  Sistem musculoskeletal

1.      Postur tubuh

Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan
regangan pada otot punggung dan tungkai.

2.      Tinggi badan dan berat

Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan kenaikan
berat badan selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan
kurang dari 150 cm ibu beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir rendah. Berat badan
sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat mengakibatkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada
kehamilan, persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat badan
selama kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh.
3.      Pengukuran pelviks

Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang berguna untuk
persalinan per vaginaan.

4.      Abdomen

Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi
diatas simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk
menentukan keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan posisi ibu berbaring.

Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut
bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang
menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar antar 9-10 nyeri hebat

d.        Sistem neurologi

Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang
mengindikasikan adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya dilakukan karena hiperfleksi
menandakan adanya komplikasi kehamilan.

e.         Sistem integumen

Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice menandakan
ganguan pada hepar, lesi hiperpigmentasi seperti closma gravidarum, sreta linea nigra berkaitan
dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda menandakan
pengisian kapiler dengan baik.

f.       Sistem endokrin

Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan menandakan
hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.

g.      Sistem gastrointestinal

1.    Mulut

Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir bebas dari ulserasi, gusiberwarna
kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan hiperplasia.Gigi
terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan kedokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur.Trimester kedua lebih nyaman
bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi.

2.    Usus

Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu hamil.Bising usus bisa
berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga menyebabkan konstipasi.Peningkatan
bising usus terjadi bila menderita diare.

      

h.        Sistem urinarius

Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah. Urine diperiksa untuk
mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang menandakan suatu
masalah.
1.      Protein

Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini menandakan adanya
kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada kehamilan,

2.      Glukosa

Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam
jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah

3.      Keton

Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau pemasukan cairan dan
makanan yang tidak adekuat

4.      Bakteri

Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang bisanya terjadi pada
ibu hamil

i.      Sistem reproduksi

1.      Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan pengeluaran kolostrum perlu


dicatat. Adanya benjolan dan tidak simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.

2.      Organ reproduksi eksternal

Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu diperiksa dari eksiorisasi, ulserasi, lesi,
varises dan jarinagn parut pada perineum

3.      Organ reproduksi  internal

a)      Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah kebiruan pada
ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.

b)      Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak
makin merah dab kebiru biruan.

c)      Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan, indung telur mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
umur 16 minggu.

j. Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun

a.       Urine :

1.      Protein: Hasil negative menunjukkan keadaan yang normal

2.      Glukosa: adanya glukosa dalam urine ibu hamil harus dianggap sebagai gejala
DM,   kecuali  dapat membuktikan bahwa hal-hal lain menyebabkannya

3.      Pemeriksaan sedimen : untuk melihat adanya gangguan pada ginjal

b.      Darah:

1.      HB: 5 gr %
2.     Eritrosit: 3,5 juta/mm3

3.      Leukosit: 8000-10.000 mm3

c.         HCG :

Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine dihasilkan oleh tropulus ketika ovum yang
dibuahi terbenam dalam endemetrium.

     d.       Pemeriksaan USG:

Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih detail dan tidak ada kontraindikasi
pemeriksaan USG dalam kehamilan

   e.       Non-Stres Test  (NST):

                 Ada 8 Pemeriksaan 10 T di antaranya :

a.         TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk kehamilan adalah 150 cm dan kenaikan berat
badan selama kehamilan berkisar antara 11-13,5 kg, pada trimester I kenaikannya kurang lebih 1 kg,
trimester II kurang lebih 5 kg dan trimester III kurang lebih 5,5 kg.

b.        Tekanan darah :Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi
duduk  dengan posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan
darah yang didapatkan.

c.         TFU

                  Leopold I       : menentukan usia kehamilan dan tinggi fundus uteri dalam cm

                  Leopold II      : menentukan bagian janin, punggung kiri & punggung kanan

                  Leopold III    : menentukan bagian terendah janin, apakah kepala atau bokong

                                          Kepala : bundar, keras dan melenting

                                           Bokong : tidak bundar, keras dan melenting

                  Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di PAP (pintu atas panggul)

d.        TT:  pemberian imunisasi selama kehamilan dilakukan sebnyak 4 kali. Pada trimester I satu
kali, trimester II satu kali dan trimester III dua kali

e.         Tablet: selama hamil ibu diberikan tablet FE sebanyak 90 tablet fungsinya yaitu untuk
membantu pertumbuhan tulang janin, waktu meminumnya 1x1 setiap malam sebelum tidur.

f.         Temu Wicara (HE) : dilakukan untuk memberikan health education pada ibu hamil dan
memberikan penjelasan pada ibu hamil yang mengalami keluhan-keluhan selama kahamilan

g.       Torch/Toksoplasma :  pemeriksaan melalui LAB yang gunanya untuk mengetahui apakah ibu
hamil terinfeksi bakteri toksoplasma

h.        Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi

i.          Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok


j.          Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

3.2  Diagnosa Keperawatan

Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan
pembedahan.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman nutrien ke sel.

Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba fallopi, pendarahan intraperitonial.

Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.

3.3  Intervensi Keperawatan

Nyeri Diagnosis 1: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.

Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang dibuktikan oleh
tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis
urine adekuat.

No Rencana Intervensi Rasional


.

1. Lakukan pendekatan kepada pasien dan Pasien dan keluarga lebih kooperatif.
keluarga.

2. Memberikan penjelasan mengenai Pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan


kondisi pasien saat ini. lebih kooperatif terhadap tindakan.

3. Observasi TTV dan observasi tanda akut Parameter deteksi dini adanya komplikasi yang
abdoment. terjadi.

4. Pantau input dan output cairan. Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam
tubuh.

5. Pemeriksa kadar Hb. Mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan


perdarahan.

6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis Melaksanakan fungsi independent.


untuk penanganan lebih lanjut.

Diagnosia 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrien ke sel.

Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, wajah tidak
pucat dan mental seperti biasa.
No
Rencana Intervensi Rasional
.

1. Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang derajat/ adekuat perfusi
kapiler, warna kulit/ membran jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
mukosa, dasar kuku. intervensi.

2. Catat keluhan rasa dingin, Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer.


pertahankan suhu lingkungan Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus
dan tubuh hangat sesuai indikasi. seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan.

3. Kolaborasi dengan tim medis Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan pengobatan


yang lain, awasi pemeriksaan lab: atau terhadap terapi.
misalnya: HB/HT

Diagnosis 3: Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba fallopi, pendarahan intraperitonial.

Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal,
dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.

No Rencana Intervensi Rasional


.

Mandiri:

1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidaknyamanan
hemoragi atau nyeri tekan dihubungkan dengan aborsi spontan dan
abdomen. molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin
diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan
ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi
tersembunyi saat tuba fallopi ruptur ke dalam
abdomen.

2. Kaji stres psikologi ibu/ pasangan Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat
dan respons emosional terhadap ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan,
kejadian. ketakutan, dan nyeri.

3. Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas
dan aktivitas untuk menurunkan dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
rasa nyeri. Instruksikan klien
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.

Kolaborasi:

4. Berikan narkotik atau sedative Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi


berikut obat-obat praoperatif bila pembedahan.
prosedur pembedahan
diindikasikan.

5. Siapkan untuk prosedur bedah Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan


bila terdapat indikasi. menghilangkan nyeri.

Diagnosis 4: Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.

Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai
patofisiologi dan implikasi klinis.

No Rencana Intervensi Rasional


.

1. Menjelaskan tindakan dan rasional Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan


yang ditentukan untuk kondisi konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang akan
hemoragia. dilakukan, dan menurunkan stres yang berhubungan
dengan prosedur yang diberikan.

2. Berikan kesempatan bagi ibu untuk Memberikan klasifikasi dari konsep yang salah,
mengajukan pertanyaan dan identifikasi masalah-masalah dan kesempatan untuk
mengungkapkan kesalah konsep. memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian
(koping).

3. Diskusikan kemungkinan implikasi Memberikan informasi tentang kemungkinan


jangka ependek pada ibu/ janin dari komplikasi dan meningkatkan harapan realita dan
keadaan pendarahan. kerja sama dengan aturan tindakan.

4. Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami
panjang terhadap situasi yang kesulitan mempertahankan setelah pengangkatan
memerlukan evaluasi dan tindakan tuba/ ovarium yang sakit.
tambahan.

1.4  Implementasi

            Adalah mengelola dan mewujudkan rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan
oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan didalam rumah sakit.

1.5  Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan yang
disengaja dan terus menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga
hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji ulang rencana kembali
dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.
BAB IV

PENUTUP

1.1  Kesimpulan

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang telah dibuahi sperma mengalami
implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum
uteri. Tuba adalah tempat yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui. Faktor pada lumen tuba, pada dinding tuba, dan pada luar dinding tuba merupakan faktor
yang memegang peranan penyebab kehamilan ektopik.

Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah hasil konsepsi mati dini dan
diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur dinding tuba.

Beberapa jenis pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis kehamilan ektopik


diantaranya: pemeriksaan umum, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium, dilatasi dan
kerokan, kuldosentesis, ultrasonografi, laparoskopi, foto rontgen, dan histerosalpingografi.

1.2  Saran

            Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya, untuk
mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janinnya. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan
secara rutin, dapat mencegah risiko terjadinya kehamilan ektopik.
DAFTAR PUSTAKA

Yulianingsih, Maryunanni, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Penerbit : Trans


Info Media, Jakarta

Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Penerbit PT Gramedia.Jakarta

      Bandung, Padjajaran, Kedokteran, Universitas. 1974. Ilmu Kebidanan Patologi. Penerbit Elstar


Offset Eleman, Bandung

http://atenvincentskep.blogspot.com/2009/10/askep-kehamilan-ektopik-terganggu.html

http://www.koranplus.com/forum/medical-info/13867.html

Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi
II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005

Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI

Anda mungkin juga menyukai