OLEH :
NIM: PO.713.201.18.1.069
TINGKAT : II B
DIII KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad
SAW sehingga kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
’’ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK’’ sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen.
Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi, etiologi, patofisiologi dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kehamilan ektopik.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok satu. Dengan
kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak yang terkait
lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat terselesaikannya
makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna untuk kami
serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca. Sebagai manusia kami mungkin mempunyai
banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih
sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan di mana kantung gestasi berada di luar kavum uteri,
merupakan keadaan gawat darurat yang paling sering mengancam hidup pada kehamilan awal.
Insidensnya di Amerika Serikat meningkat pesat dalam lima dekade terakhir, dari 4,5 per 1000
kehamilan pada tahun 1970 menjadi sekitar 19,7 per 1000 kehamilan pada tahun 1992
Angka kejadian kehamilan ektopik terganggu di Indonesia menurut WHO diperkirakan tidak berbeda
jauh dengan di Amerika Serikat, sekitar 60.000 kasus setiap tahun atau 0,03% dari seluruh populasi
masyarakat
Kehamilan ektopik masih merupakan suatu penyebab utama dari kematian ibu, yang meliputi sekitar
4% dari 20 kematian yang berkaitan dengan kehamilan setiap tahunnya di Kanada. Meskipun
terdapat frekuensi yang relatif tinggi dari kondisi serius ini, deteksi dini masih menjadi tantangan.
Hingga pada separuh dari semua perempuan dengan kehamilan ektopik yang datang ke instalasi
gawat darurat, kondisinya tidak teridentifikasi pada penilaian awal. Meskipun insidens dari
kehamilan ektopik pada populasi umum sekitar 2%, pravelensinya di antara pasien-pasien hamil
yang datang ke instalasi gawat darurat dengan perdarahan atau nyeri trimester pertama, atau
keduanya, adalah 6% hingga 16%.
Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis yang tepat dan cepat merupakan hal yang sangat
penting karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan mempertahankan kualitas
reproduksinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi Kehamilan Ektopik ?
2. Jelaskan etiologi Kehamilan Ektopik ?
3. Jelaskan patofisiologi Kehamilan Ektopik ?
4. Jelaskan pathways Kehamilan Ektopik ?
10. Jelaskan komplikasi Kehamilan Ektopik ?
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta komplikasi dari penyakit kehamilan
ektopik.
1.4 Manfaat
1. Megetahui definisi Kehamilan Ektopik
2. Megetahui etiologi Kehamilan Ektopik
3. Megetahui jelaskan patofisiologi Kehamilan Ektopik
9. Megetahui pencegahan Kehamilan Ektopik
10. Megetahui komplikasi Kehamilan Ektopik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang
berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.Apabila
pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho,
2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi
merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %).
(Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah
di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium
atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam
cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.(Obstetri Patologi. 1984. FK
UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum
uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Pengertian kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah dibuahi tidak
melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan semestinya, yaitu pada
rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur (tuba falopi).
Hamil ektopik atau disebut juga hamil diluar kandungan berpeluang terjadi 1 kali pada 100 kali
kehamilan.Penyebab hamil di luar kandunganantara lain radang saluran telur, kelaianan anatomi
pada tuba, kebiasaan merokok, ibu hamil sudah berusia tua atau pernah operasi saluran telur.
Kehamilan ektopik terganggu(KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat
mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin.Kehamilan di luar
kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi
pada trimester 1.
Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada saluran telur. Dengan
demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang berulang-ulang kemudian embrio
yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas secara spontan (abortus tuba). Hamil diluar
rahim tidak akan dapat dipertahankan karena bila embrio menempel pada saluran telur akan
mengakibatkan saluran telur tersebut bengkak dan pecah.
2.2 Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang memegang peran adalah
sebagai berikut:
b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping;
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
a. Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba;
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di
tempat itu.
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur
4. Faktor lain:
a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat
dapat menyebabkan implantasi prematur;
a. Factor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tubah menyempit atau
buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan saluran tubah yang berkelok-kelok panjang
dapat menyebabakan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik.juga pada keadaan pasca operasi
rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamian ektopik.Factor tuba yang lain
adalah adanya kelainan endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang bersifat kongenital.
Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri, atau tumor ovarium yag menyebabkan
perubahan bentuk dan potensi tUba, juga dapat menjadi etiologic kehamilan ektopik.
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran tubah .
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,dapat membutuhkan
proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
lebih besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik.
e. Factor lain
Termaksut disini antara lain adalah pemakan IUD dimana proses peradagan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosapling dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang
sudah menuah.Dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.
2.3 Patofisiologi
Virus Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.
Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur
bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi
interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili
khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan
tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua (4).
Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi,
hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal
mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan
dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai
reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara
utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal
dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari
hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria)
dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar
dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama telur
berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan kemudian diresorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti
dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di
ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap sebagai
haid yang datangnya agak terlambat.
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya
perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat
pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan
hematokele retrouterina.
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda.
Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang
menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
peritoneum.
2.5 Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad
klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap
pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo
atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni.
Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa
kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada
adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis,
salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri
jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas
tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per
vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien
tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Tanda :
Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal.
Menstruasi abnormal.
Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat
perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
Pucat
Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi
pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang
sama umurnya.
Gejala:
Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat
unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar.
Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan
perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus
mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk
bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada
saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil
2.6 Klasifikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa
golongan :
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
b) Divertikulum
c) Kornua
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
a. Pemeriksaan umum. Penderita tampak kesakitan dan pucat; pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya
sedikit mengembung dan nyeri tekan.
d. Dilatasi dan kerokan. Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis
kehamilan ektopik tidak dianjurkan. Berbagai alasan dapat dikemukakan; a) kemungkinan adanya
kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik; b) hanya 12 sampai 19% kerokan pada
kehamilan ektopik menunjukkan reaksi desidua; c) perubahan endometrium yang berupa reaksi
Arias-Stella tidak khas untuk kehamlan ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan bersama
dengan perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal itu dapat memperkuat diagnosis
kehamilan ekktopik terganggu.
Teknik:
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks; dengan traksi ke
depan sehingga forniks posterior tampak.
4. Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan
pengisapan.
5. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan
diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:
a) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk;
b) Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-
kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel ratrouterin.
h. Foto Rontgen. Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada
foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
i. Histerosalpingografi. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa,
dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganngu
sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine)
(1,4,8,15). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal,
dan amenore.
2.8 Penatalaksanaan Medis
1. Medis
1. Tubektomi
Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan
ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau
dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau
menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat
terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal
(spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut
laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah
sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat
untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian
ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak menggunakan
teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
2. Laparatomi
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka
insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
3. Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
4. Tanfusi darah
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika terjadi pendarahan yang
berlebihan.
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Dilatasi kuretase
7. Kuldosintesis
Yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum douglasi terdapat darah.
Tehnik kuldosintesi :
c. Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi ke depan
sehinggah forniks posterior tampak.
d. Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan lakukan penghisapan dengan semprit 10
ml.
e. Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam
yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
8. Ultrasonografi
Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .
2. Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan kemoterapi, dan
menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling
pasca tindakan dan asuhan mandiri selama dirumah.
1.8Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara
aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti
berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan
jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
1.9Komplikasi
Komplikasi Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus
tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak:
ruptur mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit,
abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder
dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Anamnesa :
1. Menstruasi terakhir.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran persalinan (TP).TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT
dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.
4. Jenis kontrasepsi.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu, atau keduanya.Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada saat kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak dikatahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual janin.
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
6. Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi masalah fisik yang dapat
dipengaruhi kehamilan.
a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi tekanan
darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk dengan posisi sejajar
posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
2. Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit.Takikardia bisa terjadi pada keadaan cemas,
hipertiroid dan infeksi.Nadi diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat menentukan
keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai, nadi
seharusnya sama kuat dan teratur.
3. Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali per menit.Takipnea terjadi karena
adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung. Suara napas harus sama bilateral, ekspansi paru
simetris dan lapangan paru bebas dari suara napas abdominal.
4. Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,60 C. Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi dan
membutuhkan perawat medis.\
b. Sistem Kardiovaskular
1. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap bendungan vena, yang bisa
berkembang menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva dan rectum.
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah oada ekstermitas akibat perpindahan
cairan intravaskular keruan intertesial.Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau jempol
menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini disebut pitting edema.Edema pada tangan dan
wajah memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari hipertensi pada kehamilan.
c. Sistem musculoskeletal
1. Postur tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan
regangan pada otot punggung dan tungkai.
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar untuk dapat menentukan kenaikan
berat badan selama kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan
kurang dari 150 cm ibu beresiko melahirkan prematurdan berat badan lahir rendah. Berat badan
sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat mengakibatkan diabetes pada kehamilan, hipertensi pada
kehamilan, persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum. Rekomendasi kenaikan berat badan
selama kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh.
3. Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan diameternya yang berguna untuk
persalinan per vaginaan.
4. Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi
diatas simfisis pubis.Kandung kemih harus dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk
menentukan keakuratannya.Pengukuran metode Mc. Donal dengan posisi ibu berbaring.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut
bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang
menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok. Intensitas nyeri berkisar antar 9-10 nyeri hebat
d. Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang
mengindikasikan adanya masalah.Pemeriksaan reflek tendo sebaiknya dilakukan karena hiperfleksi
menandakan adanya komplikasi kehamilan.
e. Sistem integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan anemis, jaundice menandakan
ganguan pada hepar, lesi hiperpigmentasi seperti closma gravidarum, sreta linea nigra berkaitan
dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penempangan kuku berwarna merah muda menandakan
pengisian kapiler dengan baik.
f. Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang berlebihan menandakan
hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih lanjut.
g. Sistem gastrointestinal
1. Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut .bibir bebas dari ulserasi, gusiberwarna
kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan estrogen yang mengakibatkan hiperplasia.Gigi
terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan kedokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur.Trimester kedua lebih nyaman
bagi ibu untuk melakukan perawatan gigi.
2. Usus
Stestokop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih nyaman untuk ibu hamil.Bising usus bisa
berkurang karena efek progesteron pada otot polos, sehingga menyebabkan konstipasi.Peningkatan
bising usus terjadi bila menderita diare.
h. Sistem urinarius
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah. Urine diperiksa untuk
mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine yang menandakan suatu
masalah.
1. Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada dalam urine, hal ini menandakan adanya
kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada kehamilan,
2. Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan normal pada ibu hamil. Glukosa dalam
jumlah yang besar membutuhkan pemeriksaan gula darah
3. Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas yang berat atau pemasukan cairan dan
makanan yang tidak adekuat
4. Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi saluran kemih yang bisanya terjadi pada
ibu hamil
i. Sistem reproduksi
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu diperiksa dari eksiorisasi, ulserasi, lesi,
varises dan jarinagn parut pada perineum
3. Organ reproduksi internal
a) Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan berwarna merah kebiruan pada
ibu hamil yang disebut tanda Chadwik.
b) Vagina :mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak
makin merah dab kebiru biruan.
c) Ovarium (indung telur) : dengan terjadinya kehamilan, indung telur mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
umur 16 minggu.
a. Urine :
2. Glukosa: adanya glukosa dalam urine ibu hamil harus dianggap sebagai gejala
DM, kecuali dapat membuktikan bahwa hal-hal lain menyebabkannya
b. Darah:
1. HB: 5 gr %
2. Eritrosit: 3,5 juta/mm3
c. HCG :
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine dihasilkan oleh tropulus ketika ovum yang
dibuahi terbenam dalam endemetrium.
d. Pemeriksaan USG:
Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih detail dan tidak ada kontraindikasi
pemeriksaan USG dalam kehamilan
e. Non-Stres Test (NST):
a. TB dan BB : tinggi badan yang diharuskan untuk kehamilan adalah 150 cm dan kenaikan berat
badan selama kehamilan berkisar antara 11-13,5 kg, pada trimester I kenaikannya kurang lebih 1 kg,
trimester II kurang lebih 5 kg dan trimester III kurang lebih 5,5 kg.
b. Tekanan darah :Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan, karena posisi akan
mempengaruhi tekanan darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi
duduk dengan posisi sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan tekanan
darah yang didapatkan.
c. TFU
Leopold I : menentukan usia kehamilan dan tinggi fundus uteri dalam cm
Leopold II : menentukan bagian janin, punggung kiri & punggung kanan
Leopold III : menentukan bagian terendah janin, apakah kepala atau bokong
Leopold IV: mengukur seberapa jauh kepala masuk di PAP (pintu atas panggul)
d. TT: pemberian imunisasi selama kehamilan dilakukan sebnyak 4 kali. Pada trimester I satu
kali, trimester II satu kali dan trimester III dua kali
e. Tablet: selama hamil ibu diberikan tablet FE sebanyak 90 tablet fungsinya yaitu untuk
membantu pertumbuhan tulang janin, waktu meminumnya 1x1 setiap malam sebelum tidur.
f. Temu Wicara (HE) : dilakukan untuk memberikan health education pada ibu hamil dan
memberikan penjelasan pada ibu hamil yang mengalami keluhan-keluhan selama kahamilan
g. Torch/Toksoplasma : pemeriksaan melalui LAB yang gunanya untuk mengetahui apakah ibu
hamil terinfeksi bakteri toksoplasma
3.2 Diagnosa Keperawatan
Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan
pembedahan.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman nutrien ke sel.
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
3.3 Intervensi Keperawatan
Nyeri Diagnosis 1: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang dibuktikan oleh
tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis
urine adekuat.
1. Lakukan pendekatan kepada pasien dan Pasien dan keluarga lebih kooperatif.
keluarga.
3. Observasi TTV dan observasi tanda akut Parameter deteksi dini adanya komplikasi yang
abdoment. terjadi.
4. Pantau input dan output cairan. Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam
tubuh.
Diagnosia 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman nutrien ke sel.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, wajah tidak
pucat dan mental seperti biasa.
No
Rencana Intervensi Rasional
.
1. Awasi tanda vital, kaji pengisian Memberikan informasi tentang derajat/ adekuat perfusi
kapiler, warna kulit/ membran jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
mukosa, dasar kuku. intervensi.
Diagnosis 3: Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba fallopi, pendarahan intraperitonial.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal,
dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
Mandiri:
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan
nyeri. Kaji kontraksi uterus tindakan yang akan dilakukan. Ketidaknyamanan
hemoragi atau nyeri tekan dihubungkan dengan aborsi spontan dan
abdomen. molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin
diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan
ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi
tersembunyi saat tuba fallopi ruptur ke dalam
abdomen.
2. Kaji stres psikologi ibu/ pasangan Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat
dan respons emosional terhadap ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan,
kejadian. ketakutan, dan nyeri.
3. Berikan lingkungan yang tenang Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas
dan aktivitas untuk menurunkan dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
rasa nyeri. Instruksikan klien
untuk menggunakan metode
relaksasi, misalnya: napas dalam,
visualisasi distraksi, dan jelaskan
prosedur.
Kolaborasi:
Diagnosis 4: Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai
patofisiologi dan implikasi klinis.
2. Berikan kesempatan bagi ibu untuk Memberikan klasifikasi dari konsep yang salah,
mengajukan pertanyaan dan identifikasi masalah-masalah dan kesempatan untuk
mengungkapkan kesalah konsep. memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian
(koping).
4. Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami
panjang terhadap situasi yang kesulitan mempertahankan setelah pengangkatan
memerlukan evaluasi dan tindakan tuba/ ovarium yang sakit.
tambahan.
1.4 Implementasi
Adalah mengelola dan mewujudkan rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan
oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan didalam rumah sakit.
1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan kegiatan yang
disengaja dan terus menerus yang melibatkan klien, perawat dan tim kesehatan lain. Evaluasi juga
hanya menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang perlu dikaji ulang rencana kembali
dilaksanakan dan rencana evaluasi kembali.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang telah dibuahi sperma mengalami
implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum
uteri. Tuba adalah tempat yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
diketahui. Faktor pada lumen tuba, pada dinding tuba, dan pada luar dinding tuba merupakan faktor
yang memegang peranan penyebab kehamilan ektopik.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah hasil konsepsi mati dini dan
diresorbsi, abortus ke dalam lumen tuba, dan ruptur dinding tuba.
1.2 Saran
Sebaiknya wanita yang sedang hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya, untuk
mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janinnya. Dengan dilakukannya pemeriksaan kehamilan
secara rutin, dapat mencegah risiko terjadinya kehamilan ektopik.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta
http://atenvincentskep.blogspot.com/2009/10/askep-kehamilan-ektopik-terganggu.html
http://www.koranplus.com/forum/medical-info/13867.html
Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu Kandungan, edisi
II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI