Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Klien pada Kehamilan Mola Hidatidosa

OLEH :
NAMA : NAHDATUL JANNAH
NIM: PO.713.201.18.1.069
TINGKAT : II B

DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW sehingga kami  dapat menyelesaikan makalah ini. Sesuai dengan
petunjuk yang diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok satu.
Dengan kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga
pihak yang terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar
dapat terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang
membaca.  Sebagai manusia kami mungkin mempunyai banyak kekurangan termasuk
dalam membuat makalah ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya
makalah ini. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan
suatu bangsa. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan
bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi
kehamilan, persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan
diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yang tertinggi
dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu di Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran. Prevalensi
molahidatidosa lebih banyak ditemukan Negara Asia, afrika, dan Amerika Latin.
(Cuninngham. F.G. dkk, 2006, Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, 2002). Angka kejadian di
Amerika Serikat adalah 1 kejadian dari 1.000 – 1.500 kehamilan, di Asia terjadi 2 dari 1000
kehamilan. Molahidatidosa dapat terjadi pada wanita hamil yang berusia kurang dari 20
tahun dan berusia antara 40 – 50 tahun. (American Cancer Society, Betel C, et
al.,2006,  Bugti QA, et al., 2005).
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status
kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015 (Millenium Development Gold),
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya kesehatan reproduksi
salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin.
Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu
perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut
adalah perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan maupun
kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada
awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola
hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio
Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar
kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu
perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan mola hidatidosa.
 Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal,
dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh
terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
1.2     Tujuan
          1.2.1            Tujuan Umun
Mampu mengetahui asuhan keperawatan klien pada kehamilan Mola Hidatidosa
          1.2.2            Tujuan Khusus
1.      Mengetahui kehamilan Mola Hidatidosa
2.      Mengetahui penyebab, tanda dan gejala kehamilan Mola Hidatidosa
3.      Mengetahui penatalaksanaan kehamilan Mola Hidatidosa
4.      Mengetahui asuhan keperawatan pada kehamilan Mola Hidatidosa
BAB II
TELAAH LITERATUR

2.1     Tinjauan Teori
     2.1.1            Pengertian
            Mola Hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidropik
(Manauba, 1998).
            Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil konsepsi yang
tidak berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun terjadi proliferasi dari vili karialis
disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia
gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin, dan kavum uteri hanay terisi oleh jaringan
seperti rangkaian buah anggur, kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak
(Yulaikhah, 2008).
            Mola Hidatidosa adalah perubahan pertumbuhan embrionik dini yang menyebabkan
gangguan pada plasenta, proliferasi sel-sel abnormal yang cepat, dan penghancuran embrio
(Stright, 2004).
            Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional
(Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan
normal berkembang menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit
yang berasal darkoi sel-sel trofoblast yang diklasifikasikan World Health Organization
sebagai mola hidatidosa parsial (Partial Mola Hydatid, PMH), mola hidatidosa komplit
( Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site
trophoblastic tumors (Simbolon, 2013).
            Molahidatidosa dapat diklasifikasi yaitu :
a.    Mola hidatidosa komplit  
       Pada molahidatidosa komplit tidak terdapat adanya tanda - tanda embrio, tali pusat,
ataupun membran. Mola hidatidosa komplit terjadi akibat hasil dari fertilisasi oleh 1 atau 2
sel sperma terhadap sel telur yang tidak memiliki DNA sehingga uterus tidak berisi jaringan
fetus. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah
menjadi vesikel hidropik yang jernih dan  menggantung bergerombol pada pedikulus kecil,
seperti anggur. Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
b.    Molahidatidosa parsial
       Molahidatidosa parsial terbentuk dari fertilisasi sel ovum oleh 2 sperma dengan karotipe
triploid sehingga dapat ditemukannya jaringan fetus yang tumbuh menjadi janin dan
bertahan selam beberapa minggu. Tanda – tanda adanya embrio, kantong janin dan
kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke 8 atau 9.
Hiperplasia trofoblas terjadi pada lapisan sisitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar seperti
mola komplit.
     2.1.2            Penyebab, Tanda dan Gejala
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui. Faktor-faktor penyebab kehamilan ini,
meliputi (Yulaikhah, 2008) :
1.      Ovum: ovum sudah patologis sehingga mati, namun terlambat dikeluarkan
2.      Imunoselektif dari trofoblas
3.      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4.      Paritas tinggi
5.      Kekurangan protein
6.      Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Gejala Klinis mola hidatidosa tidak banyak perbedaan gejala seperti hamil muda, yaitu nek,
mual, muntah, pusing, hanya kadang-kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil
selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran hormon
semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan
gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran
gelembung mola. Pengeluaran gelembung mola oleh masyarakat telah dikenal dengan
sebutan hamil anggur. Tinggi uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi dari
umur kehamilan sebenarnya (Manauba, 1998).
Pada trimester 1 dan selama trimester 2 terjadi perubahan seperti, perdarahan pervagina
berwarna kecoklatan yang disertai jaringan – jaringan seperti buah anggur, ukuran uterus
membesar lebih besar dari usia kehamilan, denyut jantung janin tidak ditemukan. Pada
perdarahan yang lama atau berkepanjangan akan terjadi anemia yang ditandai dengan
fatique dan sesak nafas, preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi  dapat terjadi
sebelum usia kehamilan kurang dari 24 minggu, terbentuknya kista ovarium yang
disebabkan tingginya β-hCG perdarahan terutama pada CMH (Betel dkk, 2006)
     2.1.3            Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu,
pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan
tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan
mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat
pada pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten.
Setelah didiagnosis mola hidatidosa ditegakkan, kehamilan ini harus segera diakhiri karena
sebagian (5%) dari kehamilan mola akan berlanjut menjadi penyakit trofoblastik yang
maligna kariokarsinoma. Pelahiran dapat terjadi pada sebagian kasus, tetapi mungkin tidak
lengkap. Uterus harus dikosongkan dan pengosongan paling sering dilakukan dengan
tindakan kuretase issap secara hati-hati. Histerektomi biasanya dilakukan kalau wanita
tersebut berusia lebih dari 40 tahun (Farren, 1999).
Suction curettage adalah metode penanganan optimal untuk evakuasi jaringan mola
terutama bagi wanita yang masih ingin mempertahankan fungsi organ reproduksinya.
Tindakan ini juga memperkecil secara signifikan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat,
infeksi dan resiko tertahannya residu jaringan mola dibandingkan dengan metode induksi
oksitosin maupun prostaglandin. Antigen RhD yang ditemukan pada trofoblast diatasi
dengan pemberian Rh immune globulin pada pasien Rh negative bersamaan dengan
tindakan kuretase. Pasien-pasien yang tidak menginginkan kehamilan lagi dilakukan
tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi sendiri tidaklah menutup kemungkinan
terjadinya metastase walaupun histerektomi sudah cukup untuk menghambat
perkembangan invasi lokalis. Monitoring kadar hormon β-hCG paska kuretase sampai tidak
terdeteksi selama 3 minggu atau 6 bulan berturut-turut sangat dibutuhkan untuk memastikan
tidak terjadinya persistent gestational trophoblastic neoplasia (Simbolon, 2013)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1     Kasus
          Ny. X berusia 30 tahun dibawah keluarganya karena mengalami pendarahan. Klien
sudah6 hari mengalami pendarahan. Hasil pemeriksaan diadapatkan vulva tampak kotor
dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, darah yang keluar disertai gelembung-
gelembung cairan. Klien tampak lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit kering tidak elastis,
pasien mengaku mual, muntah, tampak meringis menahan nyeri. Pasien mengaku nyeri
dibagian perutnya. Perdarahan 500 cc, TD 100/80 mmHg, RR 22x/menit, N 125x/menit,
suhu 37ᵒ c, BB 55 kg. pasien juga mengatakan pusing selama 2 hari. Usia kandungannya
sudah 9 minggu. Selama perdarahan pasien hanya berbaring di tempat tidur.
3.2     Pengkajian
3.1.1   Identitas
Nama   : Ny. X
Umur   : 30 tahun
Pekerjaan         : Ibu rumah tangga
3.1.2   Keluhan utama
Pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan mengalami perdarahan disertai gelembung
berisi cairan.
3.1.3   Riwayat penyakit dahulu
-
3.1.4   Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh mengalami perdarahan disertai gelembung-gelemung berisi sejak 6 hari,
mual muntah, pusing sudah 3 hari, nyeri bagian perut.
3.1.5   Riwayat kesehatan keluarga
-
3.1.6   Riwayat Obstetri
a.       Riwayat menstruasi
Menstruasi pertama usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, setiap kali menstruasi
selama 6 hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 4  2016, sebelumnya tidak mengalami
perdarahan , pada tanggal 2 september mengalami perdarahan sampai saat ini dan baru di
bawa kerumah sakit pada tanggal 10 september 2016.
b.      Riwayat kehamilan
Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti  sekarang, selama hamil anak 1, dan baru
kehamilan anak ke 2 mengalami perdarahan.
3.1.7   Pola kesehatan
a.       Pola aktivitas dan latihan : Klien seorang ibu rumah tangga, setiap hari melakukan
pekerjaan rumah dan waktu istirahat sedikit. Klien merasakan nyeri pada bagian perut
bawahnya, nyeri bertambah berat ketika bergerak.
b.      Tidur dan istirahat : Klien tidur selama 6- 8 jam. Saat sakit klien mengalami gangguan
tidur karena nyeri yang dirasakan.
c.       Nyaman dan nyeri : Klien Mengalami nyeri dibagian perut bawahnya dan perdarahan,
nyeri yang hebat membuat klien tidak bisa tidur.
d.      Pola nutrisi : Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena setiap kali makan dan
minum klien selalu muntah.
e.       Cairan elektrolit : Mukosa bibir klien kering, turgor kulit tidak elastis.
f.        Oksigenasi : Klien tidak mengalami sesak nafas.
g.      Eliminasi urin : Klien BAK 6-7 kali dalam sehari, warna kuning bercampur darah, tidak
nyeri saat BAK, dilakuakn secara mandiri.
h.      Eliminasi fekal : Klien melakukan eleminasi fekal 1 kali sehari, namun saat sakit klien
tidak BAB sama sekali.
i.        Sensori, persepsi, dan kognitif :  Klien tidak mengalami gangguan penglihatan,
ketajaman visus baik, Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami
gangguan penciuman maupun pengecapan.
3.1.8   Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak meringis kesakitan memengang perutnya, pucat
Kesadaran klien : composmentis dengan GCS 15,
Tanda – tanda viital
TD       : 100/80,
RR       : 22x/menit,
N         : 125x/menit,
suhu     : 37 ○ c.
BB       : 55 kg
a.       Kepala :
Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi, epiktaksis. telinga simetris.
Wajah pucat, mukosa bibir kering.
b.      Leher :
Inspeksi : Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kuduk, tenggorokan normal.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak teraba adanya pembesaran
tiroid.
c.       Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
d.      Abdomen :
Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus, dan peristaltik
15x/menit.
e.       Genetalia :
Vulva tampak kotor, terdapat peradarahan pervagina.
f.        Kulit:
Turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi.
g.      Rektum
Rektum bersih tidak ada infeksi.
3.3     Diagnosa / Analisa data

No Hari/ Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf


tanggal
/ jam
1 Ds : pasien Abortus Resiko
mengatakan tinggi syok
mengalami hipovelemik
perdarahan sejak
6 hari Perdarahan yang
Do : terus menerus

a.       Vulva Kehilangan volume


tampak kotor darah

b.      Keluar cairan
putih kekuningan
serta berbau Resiko tinggi syok
c.       Darah yang hipovelemik
keluar disertai
gelembung-
gelembung cairan
d.      TD : 100/80
mmHg
e.       Pucat
f.        Lemah
2 Ds : pasien Hiperemesis Kekurangan
mengatakan volume
mengalami cairan
perdarahan sejak
6 hari Kehilangan cairan
Pasien mengaku berlebih
mual dan muntah                                 
Do : Dehidrasi
a.       Mukosa bibir Kehilangan volume
kering cairan
b.      Turgor kulit
kering tidak elastis
c.       Pasien
tampak lemah
3 Ds : pasien Jonjot-jonjot korio Nyeri akut
mengaku nyeri bermestatase
dibagian perutnya
Terdapat ulkus
Do : divagina
a.       Pasien
tampak meringis
menahan nyeri
Perlukaan jalan
b.      Pasien lahir
tampak lemah
Nyeri akut
c.       N :
22x/menit
d.      RR :
125x/menit
3.4     Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. kriteria hasil
1 Resiko Setelah 1.      Monitor status 1.  Mengetahui tanda
tinggi syok dilakukan sirkulasi, warna kulit, syok hipovelemik
hipovelemi perawatan 2x24 suhu kulit, denyut
2.  Menjaga
k jam syok dapat jantung.
keseimbangan
teratasi
2.      Monitor input cairan selama
Kriteria hasil : dan output. perdarahan.
a.       Perdarah 3.      Berikan cairan 3.  Membantu
an berkurang Iv atau oral yang mengangti cairan
b.      TTV tepat. yang hilang selam
normal perdarahan.
4.      Ajarkan pasien
c.       TD dan keluarga tanda 4.  Mengantisipasi
normal dan gejala datangya terjadinya syok
syok. berulang
2 Kekuranga Setelah 1.             Monitor 1.      mengetahui
n volume dilakukan status hidrasi status dehidrasi
cairan perawtan
2.             Monitor  T 2.      Mengetahui
selama 2x24
TV tanda pendarahan
jam dehidrasi
teratasi 3.             Monitor 3.      Mengetahui
masukan cairan keseimbangan  caira
Kriteria hasil :
n
4.             Monitor
a. TTV dalam
intake dan output 4.      Menghindari
batas normal
cairan terjadinya dehidrasi
b. Tidak ada kembali
5.             Kolaborasi
tanda-tanda
pemberian cairan IV 5.      Mempertahank
dehidrasi
an cairan dan
6.             Persiapka
c. elastisitas elektrolit
n transfusi
turgor kulit baik
d. Membran
mukosa lembab
3 Nyeri akut Setelah 1.      Kaji skala 1.  Mengetahui skala
dilakukan nyeri. nyeri yang dialami
perawatan 2x24 pasien.
2.      Kontrol
jam pasien
lingkungan yang 2.  Membantu
mampu
dapat mengurangi nyeri,.
mengontrol
mempengaruhi nyeri
nyeri 3.  Membantu
seperti suhu,
menentukan
Kriteria hasil : ruangan,
intervensi yang tepat
pencahayaan, dan
a. Mampu untuk jenis nyeri.
kebisingan.
mengontrol
4.  Mengetahui skala
nyeri 3.      Kaji tipe dan
nyeri, misalkan dari
sumber nyeri untuk
b. Nyeri ekspresi wajah. 
menentukan
berkurang
intervensi. 5.  Membantu
c. mengurangi nyeri.
4.      Observasi
aspek nonverbal dari
ketidak nyamanan.
5.      Kolaborasi
pemberian analgetik.
3.5     Implementasi

No. Diagnosa Hari/tanggal/jam Implementasi paraf


1 Resiko 1.    Memonitor status
tinggi syok sirkulasi, warna kulit, suhu
hipovelemik kulit, denyut jantung.
2.    Memonitor input dan
output.
3.    Memberikan cairan Iv
atau oral yang tepat.
4.    Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
datangya syok
2 Kekuranga 1.      memonitor status
n volume dehidrasi
cairan
2.      memonitor TTV
3.      memonitor masukan
cairan
4.      memonitor intake dan
output cairan
5.      memberikan cairan IV
6.      mempersiapkan
transfuse
3 Nyeri akut 1.      Mengkaji skala nyeri.
2.      Mengontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu, ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
3.      Mengkaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
4.      Mengobservasi aspek
nonverbal dari ketidak
nyamanan.
5.      Berkolaborasi
pemberian analgetik.
3.6     Evaluasi

No. Hari/tanggal/ja no. diagnose Evaluasi paraf


m
1 1 S : pasien
mengatakan darah
yang keluar lebih
sedikit
O:
a.       Darah yang
keluar tidak terlalu
banyak
b.      Vulva tidak
tampak terlalu kotor
c.       Gelembung-
gelembung cairan
sudah tidak keluar
lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
2 2 S :Pasien
mengatakan sudah
tidak mual dan
muntah saat makan
O:
a. Mukosa bibir
kembali normal
b. Turgor kulit
kembali elastis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Intervensi
3 3 S : pasien
mengatakan nyeri
sedikit berkurang
O:
a.       Pasien tidak
tampak meringis
kesakitan lagi
b.      Pasien sudah
tidak memagangi
perutnya lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
BAB IV
KESIMPULAN

3.1     Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan disertai
janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidro. Gejala klinis yang ditampakkan
pada kehamilan ini sama dengan kehamilan normal. Perkembangan hamil selanjutnya
menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran hormon semakin
meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala
pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung
mola. Penyebabnya yaitu ovnamun terlambat dikeluarkan, immunoselektif dan trofoblas,
paritas tinggi, kekurangan protein. Pada wanita yang mengalami mola hidatidosa ini sering
mengalami mual dan muntah karena produksi Hcg yang tinggi. Pendarahan yang abnormal
dapat menyebabkan infeksi pada kandungan usia muda. Resiko infeksi harus segera
ditangani untuk demi kesesalamatan kandungan.
3.2     Saran
Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering terjadi saat
sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus segera melaporkan kepada
tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal ang tidak diinginkan terhadap kandungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Betel, C. Atri, M. Dkk. 2006 Sonographic Diagnosis of Gestational Trophoblastic   Disease


and Comparison With Retained Products of Conception. J Ultrasound Med:
Farren, H. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington:
Elsevier
Manauba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Simbolon, Y. W. 2013. Mola Hidatidosa: Laporan Kasus. [serial
online]. https://xa.yimg.com/kq/groups/81481944/2132130294/name/YW+Lapsus+mola+hid
atidosa+Mentawai.pdf. [diakses pada 21 Februari 2017].
Stright, B. R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington: Elsevier
Yulaikhah, L. 2008. Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai