Anda di halaman 1dari 22

PNC (POSTNATAL CARE) atau NIFAS

Posted on October 21, 2013 by gustiayukrisnadewi2

Masa nifas merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerperium yaitu masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan
pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu
atau 42 hari pasca persalinan.

Pada masa nifas ini, tubuh melakukan penyesuaian diri baik dari fisik maupun psikososial
terhadap proses melahirkan yang dimulai segera setelah placenta lahir sampai tubuh
menyesuaikan diri secara sempurna dan/atau berakhir ketika organ-organ kandungan kembali
mendekati keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu (42 hari)Pada masa
nifas ini terjadi perubahan-perubahan, yaitu : Perubahan Fisiologi dan Perubahan Psikolog.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
1.Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2.Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati, merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3.Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyususi,
pemberian ASI dan imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.

4.Memberikan pelayanan keluarga berencana

Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

1. Immediate Post partum


Immediate post partum adalah masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam PP

2. Early post partum


Early post partum adalah masa dari 24 jam PP dan berlangsung sampai 1 minggu PP.

3. Late Post Partum


Late post partum adalah masa dari 1 minggu PP dan berlangsung sampai 5 minggu PP.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 kali yang tujuannya dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-
masalah yang terjadi.
1. Kunjungan I
Dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan.

Tujuannya :

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika berlanjut
3. Memberi konseling pada ibu atau keluarga untuk mencegah perdarahan akibat atonia
uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil atau sehat
2. Kunjungan II
Dilakukan 6 hari setelah persalinan.

Tujuannya :

A. Memastikan involusio uterus berjalan atau normal, uterus berkontraksi, fundus


dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
B. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
C. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda ada
penyulit
D. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
E. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III
Dilakukan setelah 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :

1. Memastikan involusi uterus berjalan lancar atau normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda ada penyulit
4. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan perawatan bayi sehari-hari
1. Kunjungan IV
Dilakukan 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami


2. Memberikan konseling untuk KB secara dini
1. E. Perubahan-Perubahan Masa Nifas
2. Perubahan Fisiologi
A. Perubahan pada uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke keadaan
sebelum hamil dengan bobot 60 gram. Involusi terjadi segera setelah melahirkan dan
berlangsung cepat.

Berikut tabel perubahan yang normal didalam uterus selama post partum :
Berat Diameter
Waktu uterus uterus Palpasi servik

Pada tahap
persalinanPada
tahap minggu 500
IPada akhir gram450
minggu II gram200 12,5 cm7,5 Lembut/lunak1
Pada akhir 6 gram cm5,0 cm cm1 cm
minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit

Menurut Rustam Mochtar (1998) penurunan tinggi uterus pada masa nifas sebagai berikut:

Hari Penurunan

Segera setelah bayi


lahir Setinggi pusat

Setelah uri lahir 2 jari di bawah pusat

1 minggu Pertengahan pusat simfisis

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis

6 minggu Bertambah kecil

8 minggu Sebesar normal

 Pada Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi (Manuaba,1998) yaitu:
1. Lochea Rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua (desidua: selaput lendir rahim pada keadaan hamil,) vernik casosa, lanugo,dan
mekonium,selama 1-3 hari pasca persalinan.
2. Lochea sanguilenta : warnanya putih bercampur darah. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3. Lochea serosa: Berwarna kuning dancairan ini tidak berdarah lagi ada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4. Lochia alba: cairan putih yang tejadi pada hari setelah dua minggu.
5. Perubahan serviks
Servik setelah melahirkan pada bagian ektoserviks (porsio) akan terlihat memar, sedikit koyak.
Beberapa hari setelah persalinan, osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas
dari kanalis servikalis. Setelah post partum, OUE lebih besar dan ada retak serta robekan pada
pinggirannya.

1. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina


Berkurangnya sirkulasi progesterone mempengaruhi otot-otot panggul, perineum, vagina dan
vulva. Proses ini membantu pemulihan ke arah tinisitas / elastisitas normal dari ligamentum otot
rahim. Semua ini merupakan proses bertahap yang akan berguna apabila ibu melakukan
ambulasi dini dan senam nifas. Luka pada vagina dan serviks, bila tidak seberapa luas lukanya,
umumnya akan sembuh dengan baik, kecuali bila terdapat infeksi. Umumnya. dinding vagina
akan kembali setelah 6-8 minggu dan rugae akan timbul kembali kira-kira minggu ke-4.

1. Perubahan pada sistem gastrointestinal


– Nafsu makan

Setelah pemulihan sempurna dari analgetik, anastesi, dan kelelahan, kebanyakan ibu nifas
merasa cepat lapar.

– Motilitas

Penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal berlangsung hanya beberapa waktu
setelah persalinan.

– Pengosongan usus

Pengosongan usus secara spontan terlambat 3-5 hari setelah persalinan karena dehidrasi dan
kurang makan serta pembengkakan perineal yang disebabkan oleh episiotomi.

1. Perubahan sistem urinaria


– Sensitivitas kandung kemih terhadap cairan kadang-kadang menghilang. Hal ini disebabkan
karena oedema yang disebabkan oleh trauma kandung kencing.

– Gangguan BAK biasanya terjadi dalam 6-8 jam.

– ±40% pada ibu nifas mengalami protein urea non patologis sampai hari kedua post partum.

– Serta jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3000 ml per harinya sebagai suatu cara tubuh
untuk megurangi cairan ekstraseluler.

1. Perubahan sistem muskuloskeletal (diatasis recti abdominalis)


Dinding perut menjadi lembek dan kendor, karena peregangan abdomen secara bertahap pada
waktu hamil.

1. Perubahan sistem kardiovaskuler


Volume Darah

Perubahan pada volume darah terjadi dalam 3-4 minggu setelah persalinan.

Cardiac Output

Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan dan tetap tinggi sampai 48
jam post partum, kemudian kembali kembali pada keadaan sebelum hamil 2-3 minggu.

Komponen Darah

Hb, HT, Eritrosit, mendekati keadaan sebelum melahirkan dan berangsur-angsur kembali ke
keadaan sebelum hamil.

1. Perubahan tanda-tanda vital


 Suhu
Suhu pada 24 jam pertama post partum meningkat sampai 38°C akibat dari dehidrasi persalinan.
Jika berturut-turut selama dua hari suhu ≥38°C harus dipikirkan adanya kemungkinan infeksi.
Infeksi dapat dikarenakan febris puerpuralis, infeksi traktus genetalis, mastitis, dan infeksi
sistemik.
 Nadi
6-8 jam post partum umumnya terjadi bradikardi sebagai suatu konsekuensi dari peningkatan
cardiac output. Setelah 3 bulan post partum, nadi kembali seperti sebelum hamil. Nadi dianggap
normal yakni antara 50-70 kali/menit.nadi yang cepat mengindikasikan hipovolemia sekunder
dan perdarahan.
 Respirasi
Respirasi segera menjadi normal seperti sebelum hamil.

 Tekanan Darah
 Tensi ibu tetap stabil. Jika terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih
pada saat ibu berubah posisi dari tidur terlentang keposisi duduk mungkin
merupakan gangguan sementara pada komponen kardivaskuler terhadap
penurunan tekanan vaskuler panggul.
 Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15 mmhg, terutama bila
disertai sakit kepala atau perubahan penglihatan, dapat dicurigai adanya
preeklamsia.
 Berkeringat dan menggigil mungkin disebabkan oleh vasomotor instability, bila
disertai panas berarti untuk membantu pengeluaran jumlah sisa atau kelebihan
cairan tubuh.
1. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada ibu disebbabkan kesan pertama, penyesuaian emosional, post
partum blues menjadi orang tua merupakan hal kritis yang disebut fase honeymoon yaitu fase
kritis setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, dan anak.

Berikut ada 3 fase pada masa nifas.

1. Fase taking in
Perhatian ibu terutama pada kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan ketergantungan (berlangsung
selama 2 hari). Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan tidak
memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan
cara merawat bayinya. Ibu mengenang pengalaman melahirkan yang baru dialaminya untuk
memulihkan tenaga memerlukan tidur dan asupan nutrisi yang adekuat.

1. Fase taking hold


Fase ini berlagsung selama 10 hari dimana ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian
terhadap kemampuan mengaasi fungsi tubuhnya, ingin belajar tentang perawatan dirinya dan
bayinya, serta timbul rasa kurang percaya diri sehingga perlu dibimbing.

1. Fase letting go
Ibu merasa bahwa bayinya merupakan bagian dari dirinya, mendapat peran dan tanggung jawab
baru. Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayinya serta
penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk bayi.

Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas


1.
A. Kebersihan diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b. Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan kebelakang, kemudian membersihkan daerah disekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai BAK/BAB.

c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut/ kain pembalut setidaknya 2 kali sehari.

d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka

1. Istirahat
A. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
B. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
C. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hari :
– mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

– memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

– menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

1. Latihan
A. diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal sehingga ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
menjadi kuat
B. jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu
seperti :
– dengan tidur terlentang dimana lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada, 1-2 kali hitungan relax dan ulangi 10 kali.

– Untuk memperkuat tonus otot vagina ( latihan kegel)

1. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kebcangkan otot-otot pantat dan panggul ditahan
sampai 5 hitungan, kendorkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. Mulai dengan
mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap minggu naikkan jumlah latihan 5
kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
1. Gizi
Ibu menyusui harus :

– mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

– makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup

– minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali ibu
menyusui)

– suplemen zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin

– minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI

1. Perawatan payudara
– Menjaga payudara tetap kering dan bersih

– Menggunakan BH yang menyokong payudara

– Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting
setiap kali selesai menyusui. Menyususi tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak
lecet
– Apabila lecetnya sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok

– Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam

– Apabila payudara bengkak, akibat bendungan ASI, lakukan :

 Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
 Lakukan pemijatan pada daerah punggung ibu dari sekitar vertebra torakalis ke 6 hingga
ke vertebra servikalis 7.
 Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi
lunak
 Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI
dikeluarkan dengan tangan
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
 Payudara dikeringkan
1. Hubungan perkawinan (rumah tangga)
– secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan 1-2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti
dan tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan
saja ibu siap

– banyak budaya yang memilih tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari ( 6 minggu ) setelah persalinan, keputusan tergantung pada
perasaan bersangkutan

1. Keluarga berencana
– idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil lagi
setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
keluarganya

– sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu
:

 bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya


 kelebihan atau keuntungan
 kekurangannya
 efek samping
 bagaimana menggunakan metode ini
 kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
– jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan
oleh ibu atau pasangan ibu dan melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik

SUMBER REFRENS

Varney, Hellen. 1997. Varney’s Midwifery Textbook. Third Edition. NewYork : Jones and Bartlett

Mochtar,rustam. 1998.Sinopsis Obstetri Jilid Satu. Jakarta : EGC


Manuaba,Ida Bagus Gede.1998.Ilmu Kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan.Jakarta:EGC
Saifuddin, Abdul Bar,dkk.2006. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal.Jakarta:YBPSP
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta: YBPSP
Jannah, Nurul.2011.asuhan kebidanan ibu nifas. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
POST NATAL CARE
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh
pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan,
2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung
kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula
tanpa adanya komplikasi.

B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

C. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan fisik
a. Involusi
1. Uterus
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setengah pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat sym 500
2 minggu Tidak teraba diatas sym 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

2. Placenta Bed
- Mengecil dan menonjol
- Kearah kavum uteri
3. Jalan lahir
- Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
4. Abdomen
- Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
5. Pengeluaran
- L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput ketuban, sel
desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium)
- L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur lendir)
- L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
- L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
6. Servik
- Agar menganga seperti corong
- Merah kehitaman seperti corong
- Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
7. Ligamen
- Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali
8. Vagina
- Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
9. Muskulus
- Tonus otot berkurang
- Diastaks rektus abdominalis
- Sesasi ekstremitas bawah berkurang
10. Perkemihan
- Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
- Hematuria
11. Sisa endokirn
- Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir
- Polaktin meningkat laktasi
- Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu PP dan haid 12
minggu kemudian
- Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)
12. Sistem pencernaan
- Motiltias usus menurun
- Kekurangan cairan
- Tidak usaman
13. Sistem cardiovaskuler
- Bradikardi : 50-70 x.mnt
- Takikardi
- Diaporesis dan menggigil
- Pembekuan darah menigkat
b. Proses Laktasi
1. Perubahan pada kelenjar mamae
2. Poliferasi jaringan
3. Pengeluaran clolstrum
4. Hipervaskularisas
5. Hormon prlaktim ber tambah

D. Adaptasi Psikologis
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa
transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
1. “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah,
anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis
masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk menerangkan
hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara orang
tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat
terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis secara
simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin
terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah:
 ”TAKING IN”
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien
pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk
kontak dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya
yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima pengalamannya dalam
melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2
hari.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses mengetahui/menemukan “ yang
terdiri dari :
a. Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan
dengan yang diharapkan atau diimpikan.
b. Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain.
c. Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal
dengan istilah “ fingertip touch”

 TAKING HOLD
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri.
Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada
bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk
merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan
memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya
tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut,
misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien
sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan
pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua
tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-
petunjuk yang harus diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana
mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan
kehendaknya sendiri.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka
perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang telah
didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap ke- 2 “
maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “
enfolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.
 LETTING GO
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan oleh tanggung
jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
 POST PARTUM BLUES
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone yang menurun, selain
itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya.
Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, cemas.
Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan diri,
maka akan menjadi serius yang dikenal sebagai POST PARTUM DEPRESI.

3. Adaptasi psikologis ayah


Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama proses
persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan isteri dan anaknya.
4. Adaptasi psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan
dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi
kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota yang
membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu,
sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah
tangga.

E. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena itu
pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
5. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

F. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.

G. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut
“false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah
(bloody shoe).

H. Komplikasi Post Partum


a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post
partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan
post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar
- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari
ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta
keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus, distensi
abdomen,luka episiotomi
B. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
C. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-
perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
D. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan
sistemkekebalan tubuh.
E. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih (perdarahan)
F. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan
hospitalisasi, waktu perawatan bayi.

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus, distensi
abdomen,luka episiotomi
Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk mengatasi
Intervensi:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang

2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman


menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui
Kriteria Hasil:
ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi
yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara 1x sehari
Rasional: agar bendungan air susu tidak terjadi dan dapat memperlancar pengeluaran asi.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
Rasional: makanan bergizi membantu produksi asi yang baik

3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-


perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan:Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil:
- ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK,
- jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi:
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan sistem
kekebalan tubuh.
Tujuan: Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
Kriteria Hasil:
- Dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > C menandakan infeksi.38
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih (perdarahan)
Tujuan: Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan
Kriteria Hasil:
- cairan masuk dan keluar seimbang,
- Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi:
a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional: memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol
perdarahan.
b. Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi.
c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional: peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d. Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.

6. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan


hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
Tujuan : Pola istirahat dapat kembali normal
Kriteria Hasil : Secara verbal klien mengucapkan dapat beristirahat cukup
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelemahan pasien dan kebutuhan istirahatnya.
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
b. Anjurkan klien untuk mengatur antara istirahat dan perawatan bayi.
Rasional: agar kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi
c. Informasikan bahwa keadaan fisik dan psikologi itu berpengaruh pada produksi ASI.
Rasional: agar ibu memerhatikan kebutuhan istirahat dan tidur
d. Libatkan keluarga dalam perawatan anak agar ibu dapat beristirahat dengan cukup.
Rasional: agar ibu dapat beristirahat dengan baik
e. Ciptakan suasana lingkungan yang terapeutik.
Rasional: lingkungan yang nyaman, membuat istirahat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

- Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA-PKP,
Bandung.
- Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi
IV, EGC, Jakarkta.
- Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan),
Edisi 6, EGC, Jakarta.
- Carpenito, L.J., 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan),
EGC, Jakarta.
- Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Klien (terjemahan), EGC, Jakarta.
- Dwidiyanti, M., 2008, Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Depkes, Semarang.
- Farrer, H., 2004, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
- Farrer, H., 2001, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
- Manuaba, I.B.G., 2008, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta.
- Manuaba, I.B.G., 2003, Kepaniteraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 2,EGC, Jakarta.
- Mochtar, R., 2008, Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
- Prawirohardjo, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
- Prawirohardjo, 2001, Ilmu Kebidanan, Y.B.P.S.P, Jakarta.
- Saefuddin, A.B., 2000, Buku Acuan Nasional (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal), JNPKK POGI, Jakarta.
- Tucker, S.M., 2008, Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi
(terjemahan), EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai