Anda di halaman 1dari 13

BAB II

A. PENGERTIAN

Infertilitas adalah gangguan system reproduksi yang menyebabkan kegagalan untuk


mencapai kehamilan klinis setelah 12bulan atau lebih berhubungan intim secara teratur tanpa
menggunakan kontrasepsi (WHO).

Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu Infertilitas primer, adalahinferilitas dalam pasangan yang
tidak memiliki anakInfertilitas sekunder, adalah kegagalan untuk hamil setelah kehamilan
sebelumnya. Infertilitas dapat disebabkan oleh infeksi pada oria atau wanita, tetapi sering
tidak ada penyebab mendasar yang jelas.

Infertilitas terutama lebih banyak terjadi dikota-kota besar karna gaya hidup yang penuh
stress, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat
terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, , maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan
bila terjadi penolakan sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya
disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/ antibody pasangan tersebut.

B. EPIDEMIOLOGI

Data organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 menyebutkan bahwa psangan suami
istri yang mengalami infertilitas sebanyak 25% dan menunjukan bahwa 64% penyebab pada
istri dan sebesar 36% diakibatkan adanya kelainan dari suami (addy,2012).

Badan pusat statistik (BPS) tahun 2011 menyebutkan total 237juta penduduk Indonesia
terdapat kurang lebih 39,8 juta wanita usia subur, namun 10-15% diantaranya infertil.

C. ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10% dan idiopatik 10% .
1. Pada perempuan
 Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroide, adrenalis atau ovarium yang menyrbabkan :
 Kegagalan ovulasi
 Kegagalan endomatrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi
 Sekresi vagina dan serviks yang tidak menuntungkan bagi sperma
 Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopi yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus
 Sumbatan
Tuba falopi yang tersumbat juga menjadi salah satu penyebab infertilitas, sumbatan
tersebut dapat disebabkan :
 Kelainan congenital
 Penyakit radang pelvis umum misalnya apendixitis dan peritonitis
 Infeksi tractus genitalis misalnya gonore
 Faktor local
 Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum
 Erosi servik yang mempengaruhi PH sekresi sehingga merusak sperma
 Kelainan kongenital vagina , serviks atau uterus yang menghalangi pertemuan
sperma
2. Pada laki-laki
 Gangguan spermatogenesis
Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per millimeter cairan seminal. Jumlah
spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala (caput) atau ekor
(cauda) yang spesifik. Keadaaan ini mungkin karna adanya aplasia sel germinal,
pengelupasan atau suatu defek kongenita atau beberapa penyebab yang tidak dapat
ditetapkan.
 Obstruksi
Sumbatan duktus atau tubukus yang disebebkan oleh penyakit peradanga (inflamasi)
akut atau kronis yang mengenai membrane basalis atau dinding otot tubulus seminiferus,
misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan penyebab
yang paling umum pada inferlitilitas pada pria.
 Ketidakmampuan ejakulasi
Factor-faktor fisik misalnya hipospadia, epispidia, deviasi penis, seperti pada
priapismus atau penyakit peyronie. Factor- factor psikologis yang menyebabkan
ketiakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.
 Factor sederhana
Terkadang factor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air
terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat meyebabkan keadaan luar
(panas) yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat
D. MANIFETASI KLINIS
1. Wanita
 Terjadi kelainan sstem endokrin
 Hipomenore dan amenore
 Diiikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisi atau aberasi genetic
 Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek memiliki payudarah yang tidak
berkembang
 Wanita infertile dapat memiliki uterus
 Motilitas tuba ujungnya fimbriennya dapat menurun atau hilangakibat infeksi atau
tumor
2. Pria
 Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas
radiasi, rokok,narkotika, alcohol, infeksi)
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
 Ejakulasi retrograt
 Disfungsi ereksi berat
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan mortilitas sperma)
 Hernia berat sampai ke kantong testis
 Varikhokel (varises pembuluh darah testis)
 Mikro penis
E. Pemeriksaan Pasangan Infertil
 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada pasangan
infertil meliputi hal berikut :
1. Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke dalam
rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim (normal,
edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan
dalam rahim karena pengaruh hormon, polip atau mioma dalam rahim) dan keterangan
lain yang diperlukan.
2. Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke dalam
ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur
yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya graaf folikel, korpus luteum atau
korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan tuba fallopi (yang meliputi kelainan
anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan peritoneum rahim, dan sekitarnya
(kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum
untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan pembiakan.
3. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil terutama
ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel de graaf yang
matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel graaf untuk
pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan pada sekitar waktu ovulasi dan
didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat perangsang
indung telur lainnya.
4. Uji pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus
spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seks di
rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks
diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai
dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari
ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1. Namun
hasilnya masih belum mendapat kesepakatan para ahli.
5. Pemeriksaan Hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab
infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis
hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (Folicle
Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon Luteinisasi (LH)) dan hormon (esterogen,
progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan
infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Semua pemeriksaan harus
selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan.
Oleh karena itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan
sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan
selanjutnya.
F. Penatalaksanaan
Penanganan pasangan infertilitas atau kurang subur merupakan masalah medis yang
kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan
konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.
 Wanita
 Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital;
 Pemberian terapi obat, seperti :Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan
oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
 Terapi penggantian hormon.
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal.
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini
yang adekuat.

 Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan
kualitas sperma meningkat;
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
 FSH dan HCG untuk meningkatkan spermatogenesis (produksi sperma)
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
• Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat; dan
• Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.

G. Patifisologis
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat
sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel diovarium. Penyebab lain yaitu
radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk
anatomi system reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba
dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari
ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas serviks mempengaruhi proses
pemasukan sperma. Factor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetic
yang menyebabkan kromosom sex tidak berkembang baik.
b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisi yang mengakibatkan kelianan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas diantarnya merokok, penyalah gunaan
obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas pada sperma. Konsumsi
alcohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya sperma,suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesi
ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama pasien, umur, tempat tanggal lahir, agama dll
2. Riwayat kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat terpapar benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi
 Riwayat infeksi
 Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
 Infeksi bakteri dan virus con: toksoplasma
 Tumor hipofisis atau prolaktinpma
 Riwayat penyakit menular seksual
 Riwayat kista
b. Riwayat kesehatan sekarang
 Endometriosis dan endometrits
 Vaginismus (kejang pada otot vagina)
 Gangguan ovulasi
 Abnormalitas tubafalopi, ovarium,uterus dan serviks
 Autoimun
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat saudara atau keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat obsetri
 Tidak hamil dan melahirkan selama 1 thn tanpa alat kontrasepsi
 Mengalami aborsi berulang
 Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil
B. Pria
a. Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotika, alcohol, infeksi)
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
 Riwayat infeksi genitorurinaria
 Hipertiroidisme dan hipotiroid
 Tumor hipofisis atau prolactinoma
 Trauma atau kecelakan sehingga testis rusak
 Pernah menjalani operasi yang berefek menganggung system reproduksi con:
operasi prostat, tumor dan saluran kemih
 Riwayat vasektomi
b. Riwayat kesehtan sekarang
 Disfungsi ereksi berat
 Mikropenis
 Gangguan spermatogenesis
 Saluran sperma tersumbat
 Hernia scrotalis(hernia berat sampai ke kantong testis)
 Varikhokel ( varises pembuluh darah testis)
 Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat kesehtan keluarga
Memiliki riwayat saudara atau keluarga dengan aberasi genetic
3. Pemeriksaan fisik
Terdapat berbagai kelianan pada organ genital pria maupun wanita.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Wanita
 Deteksi ovulasi
 Analisa hormone
 Sitologi vagina
 Uji pasca senggama
 Biopsy endometrium terjadwal
 Laparaskopi
b. Pria
Analisa semen:
Parameter
 Warna putih keruh
 PH 7,2- 7,8
 Biopsy testis
 Uji penetrasi sperma
 Uji hemizona
 Aglutinasi tidak ada
 Pemeriksaan endokrin
H. Diagnosis Keperawatan
 Ansietas Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Konsep Diri (Hal.180)
 Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Sekunder
(Supresi Respon Inflamasi) (hal 304)
 Harga Diri Rendah Kronis Berhubungan Dengan Terpapar Sutuasi Traumatis
(Hal.192)

Diagnosis keperawatan SLKI SIKI


Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan tindakan  Reduksi
terhadap konsep diri keperawatan 2x 24 jam dengan ansietas(hal.387)
keluhan sesuai dengan kriteria Observasi:
hasil(hal.132) : 1.identifikasi saat tingkat
1.Perilaku gelisah berkurang ansietas berubah
2.perilaku tegang berkurang 2.identifikasi kemampuan
3.verbalisasi kebingungan mengambil keputusan
berkurang 3.monitor tanda tanda
4.verbalisasi khawatir akibat ansietas
kondisi yg dihadapi berkurang
5.ttv normal Terapeutik:
1.ciptakan suasana
terapeutikuntuk
membutuhkan kepercayaan
2.temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
3.pahami situasi yg membuat
ansietas
4.dengarkan dengan penuh
perhatian
Edukasi:
1.jelaskan prosedur,termasuk

sensasi yg mungkin dialami


2.informasikan secara faktual
mengenai
diagnosis,pengobatan dan
prognosis
3 anjurkan keluarga tetap
bersama pasien
4.latih pemghunaan
mekanisme pertahanan diri
yg tepat
5.kolaborasi pemberian obat
ansietas,jika perlu

Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan  Pencegahan infeksi


Ketidakadekuatan keperawatan 2 x 24 jam dengan (hal.278)
Pertahanan Tubuh keluhan sesuai kriteria hasil(hal.60): Observasi:
Sekunder (Supresi 1.kemampuan mengubah perilaku 1.monitor tanda dan gejala
Respon Inflamasi) 2.komitmen terhadap strategi infeksi lokal dan sistemik
3 kemampuan memodivikasi gaya
hidup Terapeutik :
4.kemampuan mengenali status 1.Batasi jumlah pengunjung
kesehatan 2.berikan perawatan kulit
5.imunisasi pada area udema
3 cuci tangan sebelum dan
sesuadah kontak dgn pasien
dan lingkungan pasien
4.pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi

Edukasi :
1.jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2.ajarkan cara cuci tangan
dgn benar
3..ajarkan cara memeriks
kondisi luka
4.anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5.anjurkan meningkatkan
kebutuhanah cairan
6.kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
harga diri rendah kronis Setelah dilakukan tindakan  Dukungan perasaan
b.d terpapar sutuasi keperawatan 2 x 24 jam dengan bersalah(hal.36)
traumatis keluhan sesuai kriteria hasil(hal.30): Observasi:
1.penilaian diri positif 1.identifikasi adanya
2.penerimaan penilaian positif keyakinan tidak rasional
terhadap diri sendiri Terapeutik:
3.perasaan malu berkurang 1.fasilitasi
4.perasaan bersalah berkurang mengidentivikasisituasi
5.perasaan memiliki kelebihan atau perasaan muncul dan respon
kemampuan positif 2.fasilitasi mengidentifikasi
6. Berjalan menampakan wajah reflek perasaan yg destruktif
7.percaya diri berbicara 3 fasilitasi memgidentifikasi
8.tidur dampak situasi pada
9.konsentrasi hubungan keluarga
10.gairah aktivitas 4.fasilitasi memahami rasa
bersalah

Edukasi :
1.ajarkan menggunakan
teknik menghentikan pikiran
dan subtitusi pikiran dengan
relaksasi otot saat pikiran
bersalah terus dirasakan
2 ajarkan mengidentifikadi
pilihan untuk mencegah
,mengganti,menebus
kesalahan,dan penyeleseian.
DAFTRA PUSTAKA

Dr. Mochamad Munir,Sp.OG.2019. INFERTILITAS.Kementrian Kesehatan RI

Andini saraswati. Univrsitas Lampung. 2015

SDKI ( Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)

SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai