Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Down Syndrome

A. Pengertian Down syndrome

Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom menurut Cuncha
dalam Mark L.Batshaw, M.D.

Down Syndrome atau sindrom down merupakan kelainan kromosom, yaitu terbentuknya
kromosom 21 (trisomy 21) akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri
saat terjadi pembelahan (Sulastowo, 2008).

Down syndrome juga biasa disebut mongolisme.Pada tahun 1959 seorang ahli genetika
Perancis Jerome Lejeune dan para koleganya, mengidentifikasi basis genetiknya. Manusia secara
normal memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya diturunkan
oleh ibu. Para individu yang mengalami down syndrome hampir selalu memiliki 47 kromosom,
bukan 46.Ketika terjadi pematangan telur, 2 kromosom pada pasangan kromosom 21, yaitu
kromosom terkecil gagal membelah diri. Jika telur bertemu dengan sperma, akan terdapat
kromosom 21—

Menurut Gunarhadi (2005 : 13) down syndrome adalah suatu kumpulan gejala akibat dari
abnormalitas kromosom. Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang terdapat di
dalam setiap sel di dalam badan manusia dimana terdapat bahan- bahan genetik yang
menentukan sifat- sifat seseorang.Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada
penyimpangan kromosom semasa konsepsi.Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi
struktur muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup yang singkat.Sebagai
perbandingan, bayi normal dilahirkan dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya
sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom
terjadi disebabkan oleh kelebihan kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah
kesemua kromosom ialah 47 kromosom.
B. Etiologi Down syndrome

Sindrom Down biasanya disebabkan karena kegagalan dalam pembelahan sel atau
disebut nondisjunction. Namun, diketahui bahwa kegagalan dalam pembelahan sel ini terjadi
pada saat pembuahan dan tidak berkaitan dengan apa yang dilakukan ibu selama kehamilan.

Pada sindrom Down, trisomi 21 dapat terjadi tidak hanya pada saat meiosis pada waktu
pembentukan gamet, tetapi juga dapat terjadi saat mitosis awal dalam perkembangan zigot. Oosit
primer yang perkembangannya terhenti pada saat profase meiosis I tidak berubah pada tahap
tersebut sampai terjadi ovulasi.Diantara waktu tersebut, oosit mengalami nondisjunction.

Pada sindrom Down, pada meiosis I menghasilkan ovum yang mengandung 21 autosom
dan 12 apabila dibuahi oleh spermatozoa normal, yang membawa autosom 21, maka terbentuk
zigot trisomi 21.

Nondisjunction ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Adanya virus/infeksi

2. Radiasi

3. Penuaan sel telur.


Dimana peningkatan usia ibu berpengaruh terhadap kualitas sel telur. Sel telur akan
menjadi kurang baik dan pada saat terjadi pembuahan oleh spermatozoa, sel telur akan
mengalami kesalahan dalam pembelahan.

4. Gangguan fungsi tiroid.

Dibeberapa penelitian ditemukan adanya hipotiroid pada anak dengan sindrom Down
termasuk hipotiroid primer dan transien, pituitary-hypothalamic hypothyroidism, defisiensi
thyroxinbinding globulin (TBG) dan kronik limfositik tiroiditis. Selain itu, ditemukan pula
adanya autoimun tiroid pada anak dengan usia lebih dari 8 tahun yang menderita sindrom Down.

5. Umur ibu.

Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko melahirkan bayi dengan sindrom
Down dibandingkan dengan ibu usia muda (kurang dari 35 tahun). Angka kejadian sindrom
Down dengan usia ibu 35 tahun, sebesar 1 dalam 400 kelahiran. Sedangkan ibu dengan umur
kurang dari 30 tahun, sebesar kurang dari 1 dalam 1000 kelahiran. Perubahan endokrin, seperti
meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya
konsentrasi estradiol sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon, dan hormon LH
(Luteinizing 13 Hormone) dan FSH (Follicular Stimulating Hormone) yang secara tibatiba
meningkat pada saat sebelum dan selama menopause, dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya nondisjunction.

6. Umur Ayah
Selain pengaruh umur ibu terhadap sindrom Down, juga dilaporkan adanya pengaruh dari umur
ayah. Penelitian sitogenik pada orang tua dari anak dengan sindrom Down mendapatkan bahwa
20-30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi
dengan umur ibu.

Selain nondisjunction, penyebab lain dari sindrom Down adalah anaphase lag. Yaitu,
kegagalan dari kromosom atau kromatid untuk bergabung ke salah satu nukleus anak yang
terbentuk pada pembelahan sel, sebagai akibat dari terlambatnya perpindahan/pergerakan selama
anafase. Kromosom yang tidak masuk ke nukleus sel anak akan menghilang. Ini dapat terjadi
pada saat meiosis ataupun mitosis.

C. PatofisiologiDown syndrome

 Down syndrome diawali dengan adanya kromosom tambahan pada kromosom autosomal


21. Kromosom ekstra tersebut dapat muncul akibat kegagalan pemisahan kromosom saat proses
gametogenesis (nondisjunction), akibat translokasi, ataupun mosaicism. Pada kasus yang sangat
langka trisomi 21 dapat timbul akibat isokromosom yakni kondisi dimana terjadi duplikasi pada
salah satu lengan kromosom 21 bersamaan dengan delesi lengan kromosom tersebut. Ekstra
kromosom pada kromosom 21 tersebut menyebabkan kelainan ekspresi gen dengan manifestasi
yang bervariasi pada beberapa sistem organ dan menimbulkan variasi fenotip pada pasien Down
syndrome.

Kromosom 21 yang lebih akan memberi efek ke semua sistem organ dan menyebabkan
perubahan sekuensi spektrum fenotip. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam
nyawa, dan perubahan proses hidup yang signifikan secara klinis. Sindrom Down akan
menurunkan survival prenatal dan meningkatkan morbiditas prenatal dan postnatal. Anak – anak
yang terkena biasanya mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik, maturasi, pertumbuhan
tulang dan pertumbuhan gigi yang lambat.
Kelainan bawaan pada sindrom Down disebabkan karena gangguan keseimbangan akibat
kelainan aberasi kromosom. Aberasi numerik timbul karena terjadinya kegagalan proses
replikasi dan pemisahan sel anak saat proses meiosis yang disebut sebagai non disjunction.
Sebagian besar kasus (95%) adalah trisomi 21, kemudian 1% kasus dengan mosaik dan 4%
translokasi.
Pada proksimal lebihan kromosom 21 memberikan tampilan fisik yang tipikal seperti
retardasi mental, struktur fasial yang khas, anomali pada ekstremitas atas, dan penyakit jantung
kongenital. Hasil analisis molekular menunjukkan pada kromosom 21 bertanggungjawab
menimbulkan penyakit jantung kongenital pada penderita sindrom Down.
Abnormalitas fungsi fisiologis dapat mempengaruhi metabolisme thiroid dan malabsorpsi
intestinal.Infeksi yang sering terjadi dikatakan akibat dari respons sistem imun yang lemah, dan
meningkatnya insidensi terjadi kondisi aotuimun, termasuk hipothiroidism dan juga penyakit
Hashimoto.
Penderita dengan sindrom Down sering kali menderita hipersensitivitas terhadap proses
fisiologis tubuh, seperti hipersensitivitas terhadap pilocarpine dan respons lain yang abnormal.
Sebagai contoh, anak – anak dengan sindrom Down yang menderita leukemia sangat sensitif
terhadap methotrexate. Menurunnya buffer proses metabolik menjadi faktor predisposisi
terjadinya hiperurisemia dan meningkatnya resistensi terhadap insulin.

D.WOC
Ovum dan zigot
(mengandung asam
deosiribosa nukleat)

Membentuk Kromosom

KROMOSOM Gangguan proses genetik


(terdiri dari sentomer dan
lengan)
Gangguan pembentukan
imunitas

Pembelahann sel/ metafase


Auto imun

Terjadi kelainan
RESIKO INFEKSI

Non Mosaic
Disjunction Translokasi Kromosom
14,21,22

Tisomi
SINDROM DOWN

Perubahan sekuensi spektrum


fenotip dan genotip

Terjadi kelebihan pada fungsi

Kognitif Kelainan fisik pada


anak

Hipotonus pada oto nafas


Kecerdasan Petumbuhan tulang
menurun lambat Lidah pendek dan
besar
Akuntabilitas sekret

Interaksi sosial Gangguan pada tulang


dan sendi Gangguan fungsi menelan
Aspirasi menurun

GANGGUAN
TUMBHU KEMBANG RESIKO TINGGI DEFISIT NUTRISI BERSIHAN JALAN
CIDERA /JATUH NAFAS TIDAK EFEKTIF
E. Manifestasi klinis sindrom down

Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya kurang dari
normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram.
Beberapa Bentuk kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down :
1)      Sutura sagitalis yang terpisah
2)      Fisura palpebralis yang miring
3)      Jarak yang lebar Antara kaki
4)      Fontanela palsu
5)      “Plantar Crease” jari kaki I dan II
6)      Hyperfleksibilitas
7)      Peningkatan jaringan sekitar leher
8)      Bentuk palatum yang abnormal
9)      Hidung hipoplastik
10)  Kelemahan otot dan hipotonia
11)  Bercak brushfield pada mata
12)  Mulut terbuka dan lidah terjulur
13)  Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata sebelah dalam
14)  Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan
15)  Jarak pupil yang lebar
16)  Oksiput yang datar
17)  Tangan dan kaki yang pendek serta lebar
18)  Bentuk/struktur telinga yang abnormal
19)  Kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili
20)  Mata sipit (Nurarif, 2012).
Gejala yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak
sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas :
1) Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang
menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
(anteroposterior) kepala mendatar
2) Sifat pada kepala, muka dan leher : penderita down syndrome mempunyai paras muka yang
hampir sama seperti muka orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang
datar. Pangkal hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur.
Mulutyang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gigi lambat
dan tidak teratur. Paras telinga adalah
17 lebih rendah. Kepala biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bagian depan ke belakang.
Lehernya agak pendek. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk
lipatan(epicanthal folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing
lingkaran di sekitar iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak
(2%), dan retinal detachment.Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa
dankornea.
3) Manifestasi mulut : gangguan mengunyah menelan dan bicara. scrotal tongue, rahang atas
kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuhan gigi, hypodontia, juvenile
periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes
kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan perkembangan pubertas.
4) Manifestasi kulit : kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis (50%),
palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%),
Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria infections, fungal
infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa,
Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis
5) Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya
serta jarak antara jari pertama dan kedua 18 baik pada tangan maupun kaki melebar. Sementara
itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
6) Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal
atresia) atau duodenum (duodenal atresia). Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun
tiada saluran sama sekali di bagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur
1 – 2 hari dimana bayi mengalami masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil duodenum
yang tidak terbuka penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan
sistem saraf yang tidak normal di bagian
rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua 19 dan seterusnya selepas
kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar. Saluran usus rectum atau
bagian usus yang paling akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung atau
penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang
tidak normal di bagian rektum.
7) Sifat pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka mempunyai
jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tangan mereka biasanya
hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
8) Down syndrom mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon tiroid.
Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom. Down syndrom mempunyai
ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher yang menyebabkan berlakunya penyakit
lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini berlaku di kalangan 10% kanak-kanak down
syndrom.
9) Masalah Perkembangan Belajar Down syndrom secara keseluruhannya mengalami
keterbelakangan perkembangan dan kelemahan kognitif. Pada pertumbuhana mengalami
masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk berjalan, perkembangan
motorik halus dan berbicara.
hampir semua pergerakan kasar.
10) Gangguan tiroid
Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa usia 30 tahun menderita
demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan perubahan kepribadian). Penderita down
syndrome sering mengalami gangguan pada beberapa organ tubuh seperti hidung, kulit dan
saluran cerna yang berkaitan dengan alergi.

F. Terapi Gen ( Harapan untuk menyembuhkan downsindrom)


Down Syndom dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui
amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu
hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia
40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki
risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah,
karena Down Syndrom merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom.Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak
diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi
risiko untuk terjadinya Down Sydrom. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis
pasti dengan analisis kromosom dengan cara
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat
membantu mendiagnosa kelainan kromosm, antara lain:
    Pemeriksaan fisik penderita
    Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dalam prosedur ini, bukan cairan ketuban yang diambil, jumlah kecil jaringan diambil dari
plasenta muda (juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat
diuji untuk sindrom Down. Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti
amniosentesis, tetapi metode lain untuk memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui
vagina.
    Pemeriksaan kromosom
 Ekokardiogram (ECG)
 Ultrasonografi (USG)
Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk mengkonfirmasi usia
kehamilan janin (dengan cara yang lebih akurat daripada yang berasal dari ibu siklus haid
terakhir). Manfaat lain dari USG juga dapat mengambil masalah-masalah alam medis serius,
seperti penyumbatan usus kecil atau cacat jantung. Mengetahui ada cacat ini sedini mungkin
akan bermanfaat bagi perawatan anak setelah lahir.
    Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
    Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban, cairan yang ada di rahim.Ini
dilakukan di tempat praktek dokter atau di rumah sakit.Sebuah jarum dimasukkan melalui
dinding perut ibu ke dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum.Sekitar satu cairan
diambil untuk pengujian.Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa untuk tes
kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah janin sindrom Down atau
tidak. Amniosentesis tidak dianjurkan sebelum minggu ke-14 kehamilan karena risiko
komplikasi lebih tinggi dan kehilangan kehamilan.
G. Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down Syndrome
Pengobatan pada penderita down syndom belum ditemukan, karena cacatnya pada sel
benih yang dibawa dari dalam kandungan. Untuk membantu mempercepat kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan anak, penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia
yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti berpakaian
dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa, dengan terapi khusus,
diantaranya yaitu:
1. Terapi wicara
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara,
dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan
kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan
kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak
“bermasalah” tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa
komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan
kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.
3. Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari
sekolah bias dijadikan acuan program.
4. Terapi Kognitif
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak
yang tidak bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.
5. Terapi Sensori Integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori,misalnya
sensori visual, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antar otak kanan dan
kiri
6. Terapi Snoefzelen
Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui
pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil.Taste, dan
smellserta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk
mencapai relaksasi dan atau aktifiti.
Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang telah
memeriksa anak yang mengalami gangguan. Dengan melatih anak down syndrome, diharapkan
mereka memiliki skill yang makin lama makin berkembang dan mereka diharapkan dapat
mengurus dirinya sendiri dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang biasa dilakukan pada ibu hamil dengan anemia, meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien/biodata
1) Identitas klien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
alamat, no RM, Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian
2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi
mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-
70, tetapi kadang-kadang IQ bisa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi
latihan.Kemunduran dalam pertumbuhan fisik, perkembangan Motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan psikososial jika dibandingkan dengan anak
seusianya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua mengatakan anaknya mengalami keterbelakangan perkembangan mental
dan fisik. Anak biasanya mempunyai tubuh pendek, lengan atau kaki kadang-kadang
bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar,
hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antar kedua
mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang
oriental, iris mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik Brushfiel.

d. Riwayat kehamilan dan kelahiran

1. Prenatal 2.Natal 3.Post natal

d. Riwayat kesehatan masa lalu

e. Riwayat penggunaan obat-obatan


f. Riwayat tindakan medis (Ex.operasi)

g. Riwayat alergi klien mengatakan bahwa klien tidak ada alergi makanan dan obat-
obatan Riwayat kecelakaan klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami
kecelakaan Riwayat imunisasi Riwayat kesehatan keluarga Riwayat social

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan (SDKI hal 56)
DS :- mengatakan nafsu makan menurun/ tidak mau makan
-Mengatakan kram/nyeri abdomen

Do : - BB menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

- Bising usus hiperaktif


- Membran mukosa pucat
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
2. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik
DS :-
DO: - Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia
- Pertumbuhan fisik terganggu
- Tidak Mampu melakukan perawagtan diri sesuai usia
- Respon Sosal lambat
- Nafsu makan menurun
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
imununosupresi
DS : -
DO : -
C.Intervensi Keperawatan
Diagonsa SLKI SIKI
Defisit nutrisi berhubungan Status nutrisi Manajemen nutrisi
dengan Ketidakmampuan kriteria hasil : (SLKI hal 121) (SIKI hal 200)
mencerna makanan (SDKI a. Porsi makanan yang Observasi
hal 56) dihabiskan meningkat a. Identifikasi status
DS :- mengatakan b. BB membaik nutris
nafsu makan c. IMT membaik b. Identifikasi
menurun/ tidak mau d. Nyeri abdomen menurun makanan yang
makan e. Serum albumin meningkat disukai
-Mengatakan f. Rambut rontok menurun c. Identifikasi
kram/nyeri abdomen kebutuhan kalori
Do : - BB menurun dan jenis nutrien
minimal 10% dibawah d. Monitor asupan
rentang ideal makanan
- Bising usus e. Monitor BB
hiperaktif f. Monitor hasil
- Membran pemeriksaan labor
mukosa pucat
- Serum Terapeutik
albumin turun a. Berikan makanan
- Rambut tinggi kalori dan
rontok tinggi protein
berlebihan
Edukasi
a. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
b. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan jika
perlu

Gangguan tumbuh kembang Status Perkembangan Perawatan


berhubungan dengan efek Kruteria Hasil :SLKI hal 124 Perkembangan
ketidakmampuan fisik a. Keterampilan/periku sesuai Observasi
DS :- usia meningkat -Identifikasi
DO: - Tidak mampu b. Kemampuan Melakukan Pencapaian tugas
melakukan keterampilan atau perawatan diri meningkat perkembangan anak
perilaku khas sesuai usia c. Respon sosial meningkat
- Pertumbuhan Terapeutik
fisik -Motivasi anak
terganggu berinteraksi dengan
- Tidak Mampu oranglain
melakukan -Sediakan
perawatan diri aktivitasbyang
sesuai usia memotivasi anak
- Respon Sosal berinteraksi dengan
lambat anak lain
- Nafsu makan -Pertahankan
menurun kenyamanan anak
Edukasi
-Jelaskan orangtua
dan/atau pengasuh
tentang milestone
perkembangan anak
dan perilaku anak
-Anjurkan orangtua
berinteraksi dengan
anaknya

Resiko infeksi berhubungan Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi :


dengan ketidakadekuatan Kriteria hasil : (SLKI hal 139) SIKI (278)
pertahanan tubuh sekunder : a. Gangguan kognitif menurun a. Monitor tanda
imununosupresi SDKI hal : b. Kadar sel putih membaik dan gejala
304 c. Kemerahan menurun infeksi local
d. Nyeri menurun dam sistemik
DS : - b. Batasi jumlah
DO : - pengunjung
c. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
d. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
e. Pertahankan
teknik aseptic
pada pasien
beresiko tinggi

Anda mungkin juga menyukai