Oleh:
NUR AMALIA PUTRI
NIM: 201420100003
1
2
Daftar isi
A. Latar Belakang.............................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................4
1. Definisi......................................................................................5
2. Etiologi......................................................................................5
3. Menisfestasi Klinis....................................................................8
4. Patofisiologi..............................................................................9
5. Patway.....................................................................................10
6. Penatalaksanaan......................................................................11
7. Komplikasi..............................................................................12
8. Klasifikasi...............................................................................13
1. Pengkajian...............................................................................15
2. Diagnosa..................................................................................20
3. Intervensi.................................................................................20
4. Implementasi...........................................................................27
5. Evaluasi...................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................29
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan
maupun disengaja, sebelum 20 minggu berdasarkan hari pertama haid
terakhir (Levano, 2015). Abortus merupakan penghentian atau
berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin viabel ( usia kehamilan 20
minggu) ( Helen, 2013) Abaortus adalah pengeluaran hasil konsepsi
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu ( Mansjoer, 2013)
Salah satu penyebab yang ditemukan pada abortus yaitu
aneuploidy (Kelainan kromosom), infeksi, kelainan endokrin,
penggunaan obat, faktor lingkungan, abnormalitas imunologi, kelainan
uterus dan serviks inkompeten. Angka kejadian abortus spontan sekitar
11 juta dari 208 juta kehamilan yang ada di dunia, hal tersebut hampir
90 % terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13%
terhadap kematian maternal (Kemenkes RI, 2015). Laporan dari
Autralian Consontum For Indonesian Studiens, bahwa hasil penelitian
yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia
menunjukan terjadinya 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup (Diyah,
2017).
Angka kematian karena abortus mencapai 2500 setiap tahunnya
(SDKI,2017). Angka kematian ibu di Indonesia ini masih sangat tinggi
mengingat target SDGs (Sustainable Development Goals) pada tahun
2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah) 2015-2019, target angka kematian ibu pada tahun 2019 yaitu
306 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014).
Menurut Maryunani & Eka (2013) macam-macam abortus adalah
abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan terdiri dari
abortus imminens, abortus insipiens, abortus komplit, abortus inkomplit
serta missed abortion. Prawirohardjo (2014) mengatakan bahwa abortus
Imminens adalah keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauteri
4
yang timbul sebelum umur kehamilam lengkap dua puluh minggu, tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan.
B. Rumusan Masalah
1. bagaimana asuhan keperawatan kepada pasien dengan keluhan
abortus?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan abortus
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan abortus
b. Memahami adaptasi fisiologis konsep asuhan keperawatan abortus
c. Memahami asuhan keperawatan abortus
BAB 2
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR ABORTUS
1. Definisi
Abortus adalah akhir dari suatu kehamilan yang disebabkan oleh
faktor tertentu atau berakhirnya kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu atau hasil konsepsi belum mampu untuk melanjutkan hidup di
luar kandungan. Sedangkan abortus inkomplet adalah Sebagian dari
buah kehamilan telah dilahirkan akan tetapi sebagian (biasanya
jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini
pengeluaran sebagian janin dan ada sisa yang tertinggal dalam uterus
dan terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Lily, 2015).
2. Etiologi
Menurut Maryunani & Eka (2013) dan Prawirohardjo (2014)
penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi, biasanya
disebabkan lebih dari satu penyebab, penyebab terbanyak diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip
embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Karena kelainan sitogenetik pada
trimester pertama, separuh dari abortus berupa trisomi autosom.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat kelainan berat pada kehamilan muda.
b. Faktor Autoimun
Antara abortus berulang dan penyakit autoimun terdapat hubungan
yang nyata. Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosus (SLE)
dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibody
spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian
abortus spontan diantara pasien SLE sekitar 10 %, dibanding
populasi umum. aPA merupakan antibodi yang akan berikatan
6
3. Menifestasi Klinis
8
2) Serviks tertutup/terbuka.
3) Uterus lebih kecil dari usia gestasi.
4) Ada/tanpa nyeri perut bagian bawah dari riwayat hasil
konsepsi.
5) Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti.
d. Abortus Inkomplit
1) Perdarahan sedang hingga banyak yang disertai dengan adanya
gumpalan.
2) Serviks terbuka karena masih ada benda di dalam uterus.
3) Besar uterus sesuai dengan usia gestasi.
4) Kram/nyeri perut bagian bawah.
5) Hasil konsepsi keluar sebagian dan test kehamilan masih
positif.
e. Missed Abortion
1) Embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum usia
kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan hingga 8 minggu lebih.
2) Pada usia kehamilan 14 – 20 minggu penderita biasanya
merasakan rahimnya semakin mengecil.
3) Serviks tertutup dan perdarahan sedikit.
4) Sesekali pasien merasakan perutnya dingin dan kosong
4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desisua basalis dan
nekrosis dijaringan sekitar. Ovum menjadi terlepas, hal ini memicu
kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut, apabila
kantung dibuka akan dijumpai janin kecil yang mengalami meserasi
dan dikelilingi oleh cairan, jika janin tidak tampak didalam kantung
disebut blighted ovum. Mola kerneosa atau darah adalah suatu ovum
10
6. Penatalaksaan
11
c) Progesteron
Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan
serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak
adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab
12
7. Komplikasi Abortus
Menurut Wiknjosastro, (2012) dalam Maryunani dan Sari (2013)
komplikasi yang berbahaya pada abortus, meliputi :
a) Pendarahan.
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera
dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
c) Infeksi dalam uterus dan adneksa
Biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam
setiap abortus, tetapi biasanya di dapatkan pada abortus inkomplit
yang berkaitan erat dengan abortus yang tidak aman (unsafe
abortion).
d) Syok
14
8. Klasifikasi Abostus
Menurut Reeder (2014) dan Prawirohardjo (2014), klasifikasi
abortus spontan adalah sebagai berikut :
a) Abortus Imminens Adalah perdarahan pervaginam atau perdarahan
bercak-bercak yang terjadi pada awal masa kehamilan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu yang dapat berkaitan atau tidak
dapat berkaitan dengan kram ringan, proses tersebut dapat
berkurang atau dapat menyebabkan abortus.
b) Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
namun janin masih dalam rahim dan dalam proses pengeluaran.
c) Abortus komplit Semua hasil konsepsi telah keluar, perdarahan
ringan, kram uterus ringan. Hasil konsepsi yang keluar dari kavum
uteri berkisar pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
d) Abortus Inkomplit Sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan, tetapi
sebagian lagi (biasanya plasenta) tertahan dalam uterus, perdarahan
hebat biasanya terjadi sampai hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus dapat dikeluarkan.
e) Missed Abortion Janin meninggal dalam uterus sebelum kehamilan
20 minggu tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertinggal dalam
uterus.
15
Menurut Reeder (2011) dan Maryunani & Eka (2013) Ibu hamil
dengan abortus biasanya mengalami perdarahan pervagina atau
flekflek darah, sehingga pasien dianjurkan untuk istirahat baring,
karena dengan ini dapat menambah aliran darah ke uterus tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu memeriksa jumlah
perdarahan dan karakteristik perdarahan.
3) Riwayat Kesehatan
Dahulu Pasien yang mengalami abortus spontan biasanya
mempunyai riwayat abortus sebelumnya. Ibu hamil dengan abortus
sering terjadi pada usia wanita kurang dari 30 tahun dan lebih dari
usia 40 tahun (Reeder, 2011).
Menurut Maryunani & Eka (2013) dan Prawirohardjo (2014)
pengaruh lingkungan akibat radiasi, virus, paparan asap rokok
maupun penyakit kronis yang dialami ibu hamil seperti diabetes
mellitus, hipertensi dan herpes dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
4) Riwayat Kesehatan
Keluarga Kemungkinan anggota keluarga yang pernah memiliki
riwayat abortus. Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh
faktor genetik. Paling sedikit kejadian abortus pada trimester
pertama merupakan kelainan sitogenetik sehingga hasil konsepsi
dapat menyebabkan janin meninggal atau mengalami kecacatan
pada kehamilan muda (Prawirohardjo, 2014).
5) Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui menarche pasien,
siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar sewaktu
haid, rasa nyeri/tidak pada saat menstruasi dan HPHT untuk
mengetahui usia kehamilan (Wiknjosastro, 2012).
6) Riwayat obstetri
Riwayat obstetri perlu dikaji untuk mengetahui apakah
sebelumnya pernah hamil atau belum, hasil akhir yang muncul serta
17
Gejala mayor:
1) Mengeluh nyeri
2) Tampak meringis
3) Bersikap protektif
4) Gelisah
5) Frekuensi nadi
meningkat
6) Sulit tidur
Gejala minor:
1) Tekanan darah
meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan
berubah
4) Menarik diri
5) Berfokus pada diri
sendiri
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama:
dengan kurang keperawatan, ansietas pada 1) Reduksi ansietas
pengetahuan tentang klien dapat diatasi dengan 2) Terapi relaksi
penyakit kriteria hasil :
Intervensi
Kriteria hasil: pendukung:
Definisi: 1) Dukungan sosial 1) Bantuan kontrol
Kondisi emosi dan 2) Harga diri merah
pengalaman subyektif 3) Kesadaran diri 2) Bibliotrapi
individu terhadap 4) Kontrol diri 3) Dukungan emosi
objek yang tidak jelas 5) Proses informasi 4) Dukungan hipnosis
dan spesifik akibat 6) Status kongnitif diri
antisipasi bahaya yang 7) Tingkat agitasi 5) Dukungan kelompok
memungkinkan 8) Tingkat pengetahuan 6) Dukungan keyakinan
individu melakukan 7) Dukungan
tindakan untuk memaafkan
menghadapi ancaman 8) Dukungan
pelaksanaan ibadah
9) Dukungan
Penyebab: pengungkapan
1) Krisis situasional kebutuhan
2) Kebutuhan tidak 10) Dukungan
terpenuhi proses berduka
3) Krisis maturasional 11) Intervensi krisis
4) Ancaman terhadap 12) Konseling
konsep diri 13) Manajemen
5) Ancaman terhadap demensial
kematian 14) Persiapan
6) Kekhawatiran pembedahan
mengalami 15) Teknik
kegagalan distraksi
7) Disfungsi sistem 16) Terapi hipnosis
26
Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Objektif
1) Frekuensi napas
meningkat
2) Frekuensi nadi
meningkat
27
3) Tekanan darah
meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi
pada masa lalu
Kondisi klinis
terkait:
1) Penyakit kronis
progresif (mis,
kanker, penyakit
autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana oprasi
5) Kondisi diagnosa
penyakit belom jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh
kembang
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri merupakan tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Di sisi lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya. (Ratnawati, 2016).
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail
dan jelas supaya tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan
baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan
langsung atau bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
(Mitayani, 2011)
28
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasi
implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai. (Ratnawati, 2016)
Hasil yang diharapkan bagi klien yang mengalami abortus spontas
adalah sebagai berikut :
a. Klien dapat mneyatakan perubahan fisiologis yang terjadi
mengenai kondisinya dan pengobatan yang berkaitan.
b. Klien tidak akan mneunjukkan tanda atau gejala kekurangan
volume cairan.
c. Klien tidak akan mnegalami komplikasi apapun.
d. Klien dapat mempertahankan kehamilannya apabila perdarahan
tidak terlalu banyak atau tidak terdapat kontaindikasi lain selama
kehamilan.
e. Klien dapat membahas dampak keguguran yang ia alami pada
keluarganya, mengalami kemajuan melewati proses berduka.
29
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik & Eka Puspita Sari. 2013. Asuhan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal. Jakarta: Trans Info Media
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan pedoman bagi tenaga kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta: EGC