Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS DI RUANG PONEK

RUMAH SAKIT CIREMAI KOTA CIREBON

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Maternitas

Program profesi Ners STIKes Kuningan

Dosen Pengampu:TIM

Disusun Oleh:

Dini Melinda

JNR0200102

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2021
A. Konsep Penyakit

I. Definisi Penyakit

Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum

janin mampu hidup di luar kandungan (Nugraha, 2010)

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian besar hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram dan

masih ada yang tertinggal di dalam uterus (Cunningham, et al., 2014)

II. Etiologi

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya abortus ikomplit adalah

1. Faktor fetal

Abortus pada usia kehamilan awala pada umumnya disebabkan oleh

abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar

60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan

kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya

(Hidayati, 2020)

Sekitar 95 % dari kelainan kromosom disebabkan oleh kegagalan

gametogenesis. Autosomal trisomi adalah kelainan kromosom yang paling

sering ditemukan pada abortus trimester awal. Adanya riwayat abortus

sebelumnya akan meningkatkan risiko fetal aneuploidy dari 1 % menjadi 2 %.

Monosomy X (45,X) adalah penyebab kelainan kromosom tunggal tersering.

Kelainan ini akan menyebabkan sindrom Turner, dimana biasanya akan


berakhir dengan abortus dan sangat jarang dapat bertahan hingga trimester tiga.

Triploid sering dihubungkan dengan hidropik plasental (degenerasi Mola) atau

Mola Hidatidosa parsial. Janin dengan jumlah kromosom normal (Euploidy)

(46 XY / XX) cenderung akan bertahan lebih lama daripada janin dengan

Aneuploidy (Larsen, et al., 2013).

2. Faktor maternal

a. Kelainan anatomi uterus

Adapun kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan

multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat

meningkatkan risiko abortus (Cunningham, et al., 2014). Malformasi

kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan

lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya masih kontroversial.

Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif.

Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada

trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus

memperlihatkan hasil yang positif (Hidayati, 2020).

b. Infeksi

Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti

secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,

Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex,

Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan

semua jenis abortus spontan (Smith, 2015).

c. Penyakit metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolic pada

ibu tuberkalosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia. Pada

penelitian Craig tahun 2002 dilaporkan bahwa angka abortus meningkat

secara signifikan pada Ibu hamil dengan Diabetes tidak terkontrol

(Cunningham, et al., 2014). Pada penelitian Mills tahun 1998 melaporkan

bahwa pengaturan kadar gula darah pada pasien DM dalam waktu 21 hari

setelah konsepsi akan menurunkan angka kejadian abortus setara dengan

wanita non DM (Tulandi & Al-Fozan, 2016).

Sedangkan pada Ibu dengan Hipotiroidisme, defisiensi iodin dipercaya

sebagai penyebab utama terjadinya abortus (Cunningham, et al., 2014).

Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin

karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar

oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada

ibu dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada

infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi

(Cunningham, et al., 2014). Faktor Imunologi Sekitar 15 % Ibu dengan

abortus disebabkan oleh faktor imunologi.

Dua Teori utama gangguan imunologi adalah autoimunitas – kekebalan

yang melawan sel sendiri, dan alloimunitas – kekebalan melawan sel orang

lain (Tulandi & Al-Fozan, 2016). Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah

gangguan imunologi autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi

dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya

memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang, trombosis


yang penyebabnya tak jelas dan kematian janin). Penegakkan diagnosa

setidaknya memerlukan satu pemeriksaan serologis untuk konfirmasi

diagnosis (antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin). Pengobatan pilihan

adalah aspirin dan heparin (atau prednison dalam beberapa kasus tertentu)

(Smith, 2015).

III. Manifestasi klinis

Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh


tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani,
2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Abortus inkomplit ditandai oleh pendarahan pervaginam dan nyeri perut
atau kram. Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dan
sebagian masih tertinggal di dalam, sehingga menimbulakn perdarahan
pervaginam, bahkan masih menyebabkan terjadinya syok pada iu. Pada
pemeriksaan fisik, jaringan dapat teraba pada vagina, serviks yang membuka, dan
besar uterus yang mulai mengecil. Pada keadaan ini tes kehamilan masih positif,
tetapi kehamilan tidak bisa dipertahankan (Puscheck, 2015).
IV. Penatalaksanaan

1. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila


menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya
makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per
hari
selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut

V. Komplikasi

1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas
B. Pengkajian

I. Wawancara

Dalam wawancara ini mengkaji dan menganalisa sehingga dapat diketahui

masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien, adapun hal hal yang perlu dikaji

adalah:

1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi:

nama, umur, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, lamanya perkawinan.

2. Keluhan utama : kaji adanya mentruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang

3. Riwayat penyakit yang pernah dialami : kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien

4. Riwayat kesehatan keluarga : kaji adanya keluarga yang menderita penyakit

menular atau penyakit menurun

5. Riwayat kesehatan reproduksi : kaji siklus menstruasi, lama nya menstruasi,

banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe, gejala serta

keluhan yang menyertainya.


6. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas : kaji bagaimana keadaan anak klien

dan keadaan kesehatan anaknya

7. Riwayat kontrasepsi : kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah

klien menggunakan kontrasepsi dan menggunakan KB jenis apa.

8. Pola aktivitas sehari hari : kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.

II. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala leher

a. Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut - Kaji expresi wajah

klien ( pucat, kesakitan)

b. tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Kesadaran kuantitatif diukur dengan GCS.

c. Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata

( anemis ada/tidak)

d. Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping

hidung, deformitas tulang hidung - Amati kondisi bibir ( kelembaban,

warna, dan kesimetrisan ) - Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid,

bendungan vena jugularis

2. Thorak

a. Paru
Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan, inspeksi

pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan

identifikasi suara nafas pasien

b. Jantung dan sirkulasi darah

Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung denyut nadi, identifikasikan

kecukupan volume pengisian nadi, reguleritas denyut nadi, ukurlah

tekanan darah pasien saat pasien berbaring/istirahat dan diluar his.

Identifikasikan ictus cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi

jantung.

3. Payudara

Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk, menonjol, atau

tidak) , kebersihan payudara dan produksi ASI

4. Abdomen

a. kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak

b. lakukan pemeriksaan leopold 1-4

c. periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit

d. amati ada striae pada abdomen/tidak

e. amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his - ada tidaknya

nyeri tekan

5. Genetalia

Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam

6. Ekstremitas
Kaji ada tidaknya kelemahan, Capilerry revile time, Ada tidaknya oedema

Kondisi akral hangat/dingin, Ada tidaknya keringat dingin, Tonus otot ,

ada tidaknya kejang

7. Pemeriksaan obstetric

Dituiskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin

III. Pemeriksaan Diagnostik

1. Bila janin masih hidup maka hasil plano test ( +) tetapi kalo janin sudah

meninggal Plano test (-)

2. Dopler untuk menemukan DJJ jiak janin masih hidup, DJJ (+)

IV. Analisa Data

C. Diagnosa keperawatan yang muncul

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi (D.0077)

2. Ansietas b.d krisis situasional (D.0080)

3. Berduka b.d kehilangan/kematian janin (D.0081)

4. Hypovolemia b.d kehilagan cairan aktif/perdarahan (D.0023)

D. Rencana asuhan keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi
1 Hypovolemia b.d Setelah dilakukan 1. Managemen cairan (I.03098)
kehilangan cairan tindakan Observasi
aktif,perdarahan keperawatan -Monitor status hidrasi
(D.0023) diharapkan -Monitor status hemodinamik
hypovolemia -Monitor hasil pemeriksaan
menurun dengan laboratorium
kriteria : Terapeutik
- Tekanan darah -catat intake-output dan hitung
membaik, nadi balans cairan 24 jam
menurun, respirasi -berikan asupan cairan
menurun -berikan cairan intravena
- Kehagatan akral Kolaborasi
meningkat Kolaborasi pemberian diuretik
- Turgor kulit
meningkat
- CTR meningkat
- Kelembaban bibir
meningkat
2 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan 1. manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologi tindakan Observasi
(D.0077) keperawatan -identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang dengan kualitas
kriteria (L.08066): -identifikasi skala nyeri
-Keluhan nyeri -identifikasi respon nyeri
menurun nonverbal
-meringis menurun Terapeutik
-gelisah menurun -berikan teknik
Perineum terasa nonfarmakologis
tertekan menurun -kontrol lingkungan yang
-uterus teraba memberat nyeri
membulat menurun -fasilitas istirahat tidur
Edukasi
-jelaskan penyebab nyeri
Jelaskan strategi meredekan
nyeri
3 Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan 1. reduksi ansietas (I.09314)
situasional (D.0080) tindakan Observasi
keperawatan -identifikiasi tingkat ansietas
diharapkan ansietas -monitor tanda tanda ansietas
menurun dengan Terapeutik
kriteria (L.090893): -pahami situasi yang membuat
-verbalisasi ansietas
kebingunan menurun -dengarkan dengan penuh
-perilaku gelisah pengertian
menurun -motivasi mengidentifikasi
-pucat menurun situasi yang memicu
-tremor menurun kecemasan
Edukasi
-anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
-latih teknik relaksasi
4 Berduka b.d Setelah dilakukan 1. Dukungan proses berduka
kehilangan/kematian tindakan (I.09275)
janin (D.0081) keperawatan Observasi
diharapkan respon -Identifikiasi reaksi awal
psikologis terhadap kematian
kehilangan membaik Terapeutik
(L.09094) dengan -Diskusikan karakteristik
kriteria : berduka normal dan abnormal
-verbalisasi Edukasi
menerima -informasikan bentuk bayi
kehilangan beradasarkan lamanya kematian
meningkat 2. Dukungan emosional
-verbalisasi perasaan Observasi
sedih, besalah -identifikasi fungsi marah,
menurun frustasi, dan amuk bagi pasien
-imunitas tubuh Terapeutik
membaik -fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah atau
sedih
-buat pernyataan supportif atau
empati selama fase berduka
-kurangi tuntutan berpikir saat
sakit atau lelah
Edukasi
-jelaskan konsekuensi tidak
menghadapi rasa bersalah dan
malu
-anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. 2014. William Obstetrics (24th Edition ed.). United States: McGraw Hills.
Hidayati, Nurma. 2020. Gambaran Kejadian Abortus Inkomplit Di RSUD Jend.Ahmad Yani
Kota Metro Tahun 2019. Jurnal kesehatan akbid wira Buana
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2010. obsgyn obstetri dan ginekologi untuk kebidanan dan keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Puscheck, E. E. (2016, October 14). Early Pregnancy Loss. Retrieved Februari 24, 2021, from
Medscape: http://www.medscape.com
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Penerbit
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Penerbit Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai