Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

ABORTUS IMMINENS

Diajukan sebagai syarat kelengkapan program dokter internship

Disusun oleh:
dr. Evinda NS

Dokter Pembimbing:
dr. Tejo Sujatmiko Sp.OG
dr. Anggi
dr. Dyan

PROGRAM INTERNSHIP RS. PKU MUHAMMADIYAH


WONOSOBO – JAWA TENGAH
2018 - 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Definisi

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di


luar kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan
dan abortus provokatus. Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan atau terjadi secara spontan.
Menurut Arthur T. Evans dalam bukunya manual of obstetrics, definisi aborsi
adalah pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran janin immature atau nonviable
fetus dan usia janin kurang dari 20 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
( HPHT ) atau berat badan janin kurang dari 500 g.
2. Epidemiologi

Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua
kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi
karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi;
juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan
pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat.
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12
minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum
dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom,
abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti
konsumsi kafein selama kehamilan.

3. Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan
abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu insiden menurun
pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab
yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil adalah infeksi, kelainan anatomi,
factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak
pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat ini

a. Abnormalitas kromosom
Kelainan kromosom yang tersering menyebabkan kelainan kromosom seperti
aneuploidy ( kelainan jumlah kromosom ) pada Turner’s syndrome,
Monosomy X, trisomi 16, dan triploidy yang menyebabkan sekitar 20 % dari
seluruh abortus. Konsepsi poliploid menghasilkan yolk sacs yang kosong atau
blighted ovum dengan perubahan ke arah mola hidatidiosa.

b. Maternal infection
Infeksi pada ibu dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus. Organisme
yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah Treponema Pallidum,
Chlamydia Trachomatis, Nisseria Gonorrhoeae, Streptococcus agalactiae,
herpes simplex virus, Cytomegalovirus, dan Listeria monocytogenes.
Walaupun organisme tersebut sering ditemukan pada wanita hamil yang
mengalami abortus, patofisiologi dari infeksi tersebut hingga menyebabkan
abortus belum dapat diketahui sampai saat ini.

c. penyakit lain
Gangguaan pada system endokrin seperti hyperthyroid dan diabetes mellitus
yang tidak terkontrol; penyakit cardiovascular seperti hipertensi; dan penyakit
jaringan ikat seperti sistemik lupus erithematosus, mungkin berhubungan
dengan kejadian abortus.

d. Defek pada uterus


Kelainan congenital pada uterus wanita hamil seperti unicornuate, bicornuate,
atau uterus yang bersepta dapat mengurangi ruang dari uterus sehingga
menyebabkan abortus. Selain itu adanya mioma uteri baik yang submukosa
maupun intramural juga berhubungan kejadian abortus.
Skar yang terjadi pada uterus akibat adanya tindakan bedah seperti dilatasi dan
kuretasi, myomectomi, dapat menyebabkan inkompeten pada rahim dan
serviks sehingga dapat menyebabkan abortus spontan.

e. Immunologic Disorders
Golongan darah ABO, Rh, Kell, atau lainnya mempunyai antigens yang
memiliki hubungan dengan abortus spontan. Pada kejadian abortus yang
disebabkan factor immunologic dapat ditemukan Human Leukocyte Antigens
(HLA) ibu pada janin.

f. Malnutrition
Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan

g. Toxic Factors

Radiasi, obat-obatan anti-kanker, gas anastesi, alcohol, nikotin, adalah


zat-zat embryotoxic. Sehingga jika dipakai pada wanita hamil dapat
mengakibatkan kelainan pada janin bahkan dapat menimbulkan abortus
spontan.

h. Trauma

Trauma dibagi menjadi dua yaitu trauma langsung dan tidak langsung. Trauma
langsung seperti terkena tembakan senjata api, dan trauma tidak langsung
seperti oprasi pemindahan corpus luteum kehamilan di ovarium, mungkin
dapat menyebabkan abortus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus Imminens


Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel,
dan serviks tertutup.
2.2 Penyebab.
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat,
penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom
seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua,
dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus,
disebut teratogen.

2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan


menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan
dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.

4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan
bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam
trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks yang luas yang tidak dijahit.
2.3 Tanda dan gejala
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai
nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung
belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus
membesar sesuai usia kehamilan.

2.4 Diagnosis
 Tanda dan gejala abortus imminens
 Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium,
tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau
adneksa
 Tes kehamilan positif
 Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup

2.5 Pemeriksaan Penunjang


 USG Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel
atau non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola,
atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam
tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan
meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat
digunakan untuk mengetahui prognosis.Pada umur kehamilan tujuh minggu, fetal
poledan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya
tampak dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong
gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi
kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia
gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%.Apabila terdapat yolk
sac, angka keguguran 8,5%; dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%;
dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka
keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang
lebih 2,0%. Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk
menentukan viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata lebih dari
13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa mudigah
diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai
prediksi positif 100%.Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan
prognosis buruk. Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan
berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis
buruk. Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor
risiko (bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang
crown to rump, dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan
pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian
keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya
menunjukkan presentase kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi
setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin
dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya
kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97%.

 Biokimia serum ibu


Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial Evaluasi harus
mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin
yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamil-an
ektopik.Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed
abortion.Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali
dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya
berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah
penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml dapat
digunakan untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens
namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang mengalami
keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka prediksi positif 88,3%
dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita yang mengalami
abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan pada
wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun penelitian hanya melibatkan
24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang aktivitas
jantung janin.

 Pemeriksaan Kadar Progesteron


Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan
viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan
dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang
viabel dengan sensitivitas 100%.
2.6 Pencegahan
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat
mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata
hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care(ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap
pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifikasi dan
mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu,
dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa
ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu penelitian
menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak
meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan
pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat
didentif kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis.
Pada penelitian Herbst, dkk. (2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANC
memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.
2.7 Penatalaksanaan aktif
Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan, karena umumnya penyebab
abortus imminens adalah kromosom abnormal pada janin. Meskipun banyak
penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektif untuk abortus imminens,
penatalaksanaan aktif pada umumnya terdiri atas:

 Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan bertambahnya
rangsang mekanik.

 Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau
akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat
mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.

 Progestogen
Progesteron merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron,diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat
mencegah keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong
defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.

 Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi


Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia
awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki fl ora
abnormal vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah
klindamisin dan tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak
mengalami nyeri abdomen dan perdarahan aginal tanpa kambuh. Disimpulkan
bahwa antibiotic dapat digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan
anomali bayi.

 Relaksan otot uterus


 Pemeriksaan ultrasonografi penting untuk mengetahui apakah janin masih
hidup atau tidak.

2.8 Prognosis
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur,
BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan
kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan
prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.

2.9 Kesimpulan
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang serius,
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir
rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketubanpecah dini, namun tidak
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan USG transvaginal penting
dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan penatalaksanaan, menentukan
apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed
abortionserta menggambarkan prognosis ibu hamil yang mengalami gejala abortus
imminens. Gambaran aktivitas jantung janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat
keberhasilan kehamilan, sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan
antara perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran sebelumnya
memperburuk prognosis.. Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti
pasti tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan dapat
mempercepat pematangan serviks oleh prostaglandin E dalam semen dan meningkatkan
kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen disebutkan dapat
menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, selain itu penggunaannya
tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang
merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan progestogen dan
hCG tidak menimbulkan kelainan kongenital.
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan
penggunaannya.

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. NZ

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Alamat : Desa Pagerejo

Suku : Jawa

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : IRT

MRS : 02 Agustus 2019, pukul 17.30 wib

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir

Riwayat pemyakit sekarang

Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak tgl 28 juli 2019. Darah
berupa flek sedikit-sedikit dan tidak ada yang bergumpal. Kemudian pada tanggal 02
juli 2019, pasien mengeluh keluar darah (flek) lebih banyak dari yang sebelumnya,
sampai ganti pembalut 2x, mulas (+) mual (+) muntah (-), Demam (-) BAK (+) 4-5x
sehari , warna kuning jernih, darah (-) nyeri saat BAK (-) BAB (-) sejak 1 minggu
yang lalu

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat abortus sebelumnya (-)


 Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat Asma (-)
Riwayat Menstruasi :

- Menarche : umur 12 tahun


- Siklus : teratur 28 hari
- Banyakya : Normal (2-3 pembalut/hari)
- Lamanya : 7 hari
- HPHT : 12-6-2019
- HPL : 19-3-2020
Riwayat Perkawinan : perkawinan pertama 1 tahun
Riwayat Obstetri :
1. Hamil ini G1P0A0 24 tahun uk 7 minggu
Riwayat ANC :
- Di dokter kandungan 1x
Riwayat KB :
Belum pernah menggunakan KB

Perilaku Kesehatan

 Merokok : disangkal

 Minum-minuman beralkohol : disangkal

 Konsumsi narkoba : disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat Abortus : disangkal

 Riwayat Asma : disangkal

 Riwayat Hipertensi : disangkal

 Riwayat Diabetes melitus : disangkal

 Riwayat Penyakit jantung : disangkal

 Riwayat Alergi : disangkal

 Riwayat ISK : disangkal


 Riwayat IMS : disangkal

 Riwayat TORCH : disangkal

 Riwayat penyakit selama kehamilan : disangkal

 Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal

(hanya konsumsi vitamin dari dokter).

Riwayat Penyakit Keluarga

 Asma : disangkal

 Hipertensi : disangkal

 Riwayat Diabetes melitus : disangkal

 Penyakit Jantung : disangkal

 Alergi : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai Ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai buruh

swasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Kesan ekonomi cukup.

III PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 02 Agustus 2019 pada pukul 17.30

WIB.

Status Praesens

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : Komposmentis

 GCS : 15 (E 4, V 5, M 6)

 Tanda Vital :

o Tekanan darah : 120/80 mmHg

o Nadi : 80x/menit, irama regular, isidantegangancukup


o Nafas : 20x/menit

o Suhu : 36

Status Internus

 Mata: Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-), ikterik (-/-); edem palpebra (-/-);
Pupil isokor 3mm/3mm

 Hidung: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)

 Telinga: Serumen (-/-), nyeri mastoid (-/-), Nyeri tragus (-/-)

 Mulut: Lembab (+), Sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-)

 Leher:Pembesaran limfonodi(-/-),pembesarantiroid (-/-), hipertropi

otot bantu pernafasan (-)

 Thorax :

Inspeksi : massa (-), payudara simetris

Palpasi : gerakan dinding dada simetris, massa (-).

Perkusi : sonor (+/+)

Auskultasi : Cor : S1 S2 tunggal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Whezing -/-

Abdomen :

Inspeksi : distensi (-), massa (-), scar bekas operasi (-).

Auskultasi : bising usus (+) normal.

Palpasi : supel (-), massa (-),TFU belum teraba, ballotement (-), nyeri tekan
(-)

Perkusi : timpani

Ekstremitas : hangat (+/+), edema (-/-)

Status Ginekologis
o Inspeksi : genitalia eksterna dalam batas normal, perdarahan pervaginam (-).
o Inspekulo : OUE Φ (-), porsio livide (-), porsio erosi (-), fluxus (-),
perdarahan dari OUE (+) minimal.
o Pemeriksaan dalam (VT): Φ (-), porsio lunak, nyeri goyang portio (-), cavum
uteri antefleksi, ukuran sesuai usia kehamilan 7 minggu.

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium : DL, HbsAg,

Dilakukan pada tanggal 2 agustus 2019


Darah Rutin : HGB : 12,4 gr/dl
WBC : 6,8 x 103/ul
RBC : 4.13 x 106/ul
HCT : 37,9 %
PLT : 285 x 103/ul
 USG : Kondisi Janin baik

V DIAGNOSA

G1P0A0 , uk 7-8 minggu dengan Abortus Imminens

VI. TATALAKSANA
Rencana diagnostik:
 USG abdomen

Rencana terapi:
 Bed rest total
 Kalnex 3x1500 mg
 Paracetamol 3x1
 Promafit 1x1
 Utrogestan 2x1

KIE:
 Menjelaskan kepada pasien tentang kondisi ibu dan janin.
 Menganjurkan pasien untuk beristirahat total saat kembali ke rumah nanti.
 Menghindari melakukan hubungan badan untuk sementara waktu.
 Kontrol 2 minggu lagi, atau jika ada keluhan segera rumah sakit.
Follow Up

Hari/tgl S O A P
Jumat, 2-8-19 Lemas (+), Ku: cukup,CM G1P0A0, uk 7-8  Bed rest total
keluar flek dari TD : 110/80 mggu dengan  Kalnex 3x1
jalan lahir (+) HR : 80x/i abortus  Paracetamol
Nyeri perut (+) T : 36,5 imminens 3x1
RR: 20 x/i  Promafit 1x1
Skala nyeri : 2  Utrogestan
2x1

Sabtu, 3-8-19 Lemas (+), Ku: cukup,CM G1P0A0, uk 7-8  Bed rest total
keluar flek dari TD : 110/70 mggu dengan  Kalnex 3x1
jalan lahir (-) HR : 80x/i abortus  Paracetamol
Nyeri perut (+) T : 36,5 imminens 3x1
RR: 20 x/i  Promafit 1x1
Skala nyeri : 2  Utrogestan
2x1
 Ketoprofen
Supp

Ku: Baik,CM BLPL


Minggu, 4-8-19 Tidak ada G1P0A0, uk 7-8
TD : 1200/70  Kalnex 3x1
keluhan mggu dengan
HR : 80x/i  Paracetamol
abortus
T : 36,5 3x1
imminens
RR: 20 x/i  Promafit 1x1
Skala nyeri : 0  Utrogestan
2x1

Simpulan :

Pasien pulang dengan terapi :

 Kalnex 3x1
 Paracetamol 3x1
 Promafit 1x1
 Utrogestan 2x1

Instruksi tindak lanjut : Kontrol Poli Kandungan


DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hal 305-306
2. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta . hal 23-25
3. Sucipto, N. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. CDK-206/ vol. 40 no. 7, hal 492-496
4. Williams obstetrics. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse
DJ, Spong CY, editors. 24rd ed. Ohio: McGraw-Hill; 2014. hal 350-355
5. William Manual of Pregnancy Complications. Kenneth J. Leveno, MD, editor. 23 rd
ed. McGraw-Hill; 2013. hal 2-3

Anda mungkin juga menyukai