ABORTUS IMMINENS
Disusun oleh:
dr. Evinda NS
Dokter Pembimbing:
dr. Tejo Sujatmiko Sp.OG
dr. Anggi
dr. Dyan
PENDAHULUAN
1. Definisi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua
kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi
karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi;
juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan
pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat.
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12
minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum
dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom,
abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti
konsumsi kafein selama kehamilan.
3. Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan
abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu insiden menurun
pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab
yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil adalah infeksi, kelainan anatomi,
factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak
pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat ini
a. Abnormalitas kromosom
Kelainan kromosom yang tersering menyebabkan kelainan kromosom seperti
aneuploidy ( kelainan jumlah kromosom ) pada Turner’s syndrome,
Monosomy X, trisomi 16, dan triploidy yang menyebabkan sekitar 20 % dari
seluruh abortus. Konsepsi poliploid menghasilkan yolk sacs yang kosong atau
blighted ovum dengan perubahan ke arah mola hidatidiosa.
b. Maternal infection
Infeksi pada ibu dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus. Organisme
yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah Treponema Pallidum,
Chlamydia Trachomatis, Nisseria Gonorrhoeae, Streptococcus agalactiae,
herpes simplex virus, Cytomegalovirus, dan Listeria monocytogenes.
Walaupun organisme tersebut sering ditemukan pada wanita hamil yang
mengalami abortus, patofisiologi dari infeksi tersebut hingga menyebabkan
abortus belum dapat diketahui sampai saat ini.
c. penyakit lain
Gangguaan pada system endokrin seperti hyperthyroid dan diabetes mellitus
yang tidak terkontrol; penyakit cardiovascular seperti hipertensi; dan penyakit
jaringan ikat seperti sistemik lupus erithematosus, mungkin berhubungan
dengan kejadian abortus.
e. Immunologic Disorders
Golongan darah ABO, Rh, Kell, atau lainnya mempunyai antigens yang
memiliki hubungan dengan abortus spontan. Pada kejadian abortus yang
disebabkan factor immunologic dapat ditemukan Human Leukocyte Antigens
(HLA) ibu pada janin.
f. Malnutrition
Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan
g. Toxic Factors
h. Trauma
Trauma dibagi menjadi dua yaitu trauma langsung dan tidak langsung. Trauma
langsung seperti terkena tembakan senjata api, dan trauma tidak langsung
seperti oprasi pemindahan corpus luteum kehamilan di ovarium, mungkin
dapat menyebabkan abortus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan,
laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan
bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam
trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan
serviks yang luas yang tidak dijahit.
2.3 Tanda dan gejala
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai
nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung
belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus
membesar sesuai usia kehamilan.
2.4 Diagnosis
Tanda dan gejala abortus imminens
Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium,
tidak ada kelainan pada serviks, tidak terdapat nyeri goyang serviks atau
adneksa
Tes kehamilan positif
Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup
Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan bertambahnya
rangsang mekanik.
Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau
akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat
mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.
Progestogen
Progesteron merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron,diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat
mencegah keguguran,karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong
defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi.
2.8 Prognosis
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur,
BBLR, perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan
kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan
prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.
2.9 Kesimpulan
Abortus imminens sering terjadi dan merupakan beban emosional yang serius,
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir
rendah, kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketubanpecah dini, namun tidak
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Pemeriksaan USG transvaginal penting
dilakukan untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan penatalaksanaan, menentukan
apakah janin viabel atau non viabel, kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed
abortionserta menggambarkan prognosis ibu hamil yang mengalami gejala abortus
imminens. Gambaran aktivitas jantung janin umumnya dikaitkan dengan 85-97% tingkat
keberhasilan kehamilan, sedangkan kantung kehamilan besar yang kosong atau perbedaan
antara perhitungan HPHT dan USG lebih dari seminggu menunjukkan prognosis buruk,
semakin tua usia ibu pada saat hamil dan tingginya riwayat keguguran sebelumnya
memperburuk prognosis.. Hasil tinjauan penatalaksanaan abortus imminens antara lain:
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti
pasti tentang efektivitasnya, namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan dapat
mempercepat pematangan serviks oleh prostaglandin E dalam semen dan meningkatkan
kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen disebutkan dapat
menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah baring, selain itu penggunaannya
tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau perdarahan antepartum yang
merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan progestogen dan
hCG tidak menimbulkan kelainan kongenital.
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tanda-tanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan
penggunaannya.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. NZ
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
II. ANAMNESIS
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak tgl 28 juli 2019. Darah
berupa flek sedikit-sedikit dan tidak ada yang bergumpal. Kemudian pada tanggal 02
juli 2019, pasien mengeluh keluar darah (flek) lebih banyak dari yang sebelumnya,
sampai ganti pembalut 2x, mulas (+) mual (+) muntah (-), Demam (-) BAK (+) 4-5x
sehari , warna kuning jernih, darah (-) nyeri saat BAK (-) BAB (-) sejak 1 minggu
yang lalu
Perilaku Kesehatan
Merokok : disangkal
Asma : disangkal
Hipertensi : disangkal
Alergi : disangkal
Pasien bekerja sebagai Ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai buruh
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 02 Agustus 2019 pada pukul 17.30
WIB.
Status Praesens
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 15 (E 4, V 5, M 6)
Tanda Vital :
o Suhu : 36
Status Internus
Mata: Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-), ikterik (-/-); edem palpebra (-/-);
Pupil isokor 3mm/3mm
Thorax :
Abdomen :
Palpasi : supel (-), massa (-),TFU belum teraba, ballotement (-), nyeri tekan
(-)
Perkusi : timpani
Status Ginekologis
o Inspeksi : genitalia eksterna dalam batas normal, perdarahan pervaginam (-).
o Inspekulo : OUE Φ (-), porsio livide (-), porsio erosi (-), fluxus (-),
perdarahan dari OUE (+) minimal.
o Pemeriksaan dalam (VT): Φ (-), porsio lunak, nyeri goyang portio (-), cavum
uteri antefleksi, ukuran sesuai usia kehamilan 7 minggu.
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
V DIAGNOSA
VI. TATALAKSANA
Rencana diagnostik:
USG abdomen
Rencana terapi:
Bed rest total
Kalnex 3x1500 mg
Paracetamol 3x1
Promafit 1x1
Utrogestan 2x1
KIE:
Menjelaskan kepada pasien tentang kondisi ibu dan janin.
Menganjurkan pasien untuk beristirahat total saat kembali ke rumah nanti.
Menghindari melakukan hubungan badan untuk sementara waktu.
Kontrol 2 minggu lagi, atau jika ada keluhan segera rumah sakit.
Follow Up
Hari/tgl S O A P
Jumat, 2-8-19 Lemas (+), Ku: cukup,CM G1P0A0, uk 7-8 Bed rest total
keluar flek dari TD : 110/80 mggu dengan Kalnex 3x1
jalan lahir (+) HR : 80x/i abortus Paracetamol
Nyeri perut (+) T : 36,5 imminens 3x1
RR: 20 x/i Promafit 1x1
Skala nyeri : 2 Utrogestan
2x1
Sabtu, 3-8-19 Lemas (+), Ku: cukup,CM G1P0A0, uk 7-8 Bed rest total
keluar flek dari TD : 110/70 mggu dengan Kalnex 3x1
jalan lahir (-) HR : 80x/i abortus Paracetamol
Nyeri perut (+) T : 36,5 imminens 3x1
RR: 20 x/i Promafit 1x1
Skala nyeri : 2 Utrogestan
2x1
Ketoprofen
Supp
Simpulan :
Kalnex 3x1
Paracetamol 3x1
Promafit 1x1
Utrogestan 2x1