2
UU Nomor 44 Tahun 2009
tentang
Rumah Sakit
Pasal 40 :
Djoti - Atmodjo
Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya
disebut Akreditasi adalah pengakuan
terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit,
setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah
Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi
4
Pasal 2
Pengaturan Akreditasi bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan
melindungi keselamatan pasien Rumah Sakit;
b. meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber
daya manusia di Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai
institusi;
c. mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan;
dan
d. meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di
mata Internasional.
5
Pasal 2
Pengaturan Akreditasi bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan
melindungi keselamatan pasien Rumah Sakit;
b. meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber
daya manusia di Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai
institusi;
c. mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan;
dan
d. meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di
mata Internasional.
6
Akreditasi
v Mutu
v Keselamatan
7
Akreditasi, mewujudkan
RS yang:
v baik
v aman
8
Akreditasi,
mewujudkan RS yang:
v baik
v aman
9
v baik
v aman
10
11
Donabedian’s Quality Framework
13
Donabedian’s Quality Framework
15
16
Donabedian’s Quality Framework
17
Ukuran atau cara mengukur sehingga
menunjukkan suatu indikasi
Merupakan variabel yang digunakan untuk bisa
melihat perubahan
Indikator yang baik, sensitif dan spesifik
Djoti - Atmodjo
Spesifikasi dari indikator
Djoti - Atmodjo
UNIT KERJA : Instalasi Kamar Bedah
KRITERIA :
Inklusi : Pasien operasi bersih, termasuk operasi cito
Eksklusi :
STANDARD : 2%
KETERANGAN : -
20
Setiap indikator agar dibuat profilnya atau gambaran singkat
tentang indikator tersebut namun tidak terbatas pada :
a) judul indikator;
b) definisi operasional;
c) tujuan dan dimensi mutu;
d) dasar pemikiran/alasan pemilihan indikator;
e) numerator, denominator, dan formula pengukuran;
f) metodologi pengumpulan data;
g) cakupan data;
h) frekuensi pengumpulan data;
i) frekuensi analisis data;
j) metodologi analisis data;
k) sumber data;
l) penanggung jawab pengumpul data; dan
m) publikasi data
21
PENGUMPULAN DATA
Ø Manual Sensus
harian
Ø Sistem
informasi
Ø Survei
Djoti Atmodjo 22
No. Besaran/Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8
1. Jumlah kejadian infeksi 2
jarum infus
2. Jumlah pemasangan 10
infus
3. Jumlah pasien dengan
dekubitus
4. Jumlah pasien tirah
baring total
5. Jumlah infeksi luka
operasi
6. Jumlah operasi bersih
Djoti - Atmodjo
No. Nama Pasien Datang Layani <5’ >5’
1. Tn. A 09.05 09.08 v
2. Ny. B 11.16 11.23 v
3. Nn. C 23.10 23.12 v
Jumlah
Djoti - Atmodjo
Masalah ?
Cause and Effect ( Fish Bone) Diagram
Masalah
Pelanggan Prosedur
• What changes • Obyective
are to be made • Questions/Predictions
• Next cycle • Plan to carry out cycle
(Who, what, where
and when)
ACT PLAN
STUDY DO
• Compare
analysis of data • Carry out plan
• Compare data to • Docoment
prediction problems and
• Summarise what observations
wass learned • Begin analysis
dr Luwi - PMKP 14 Jan 27
Donabedian’s Quality Framework
29
Donabedian’s Quality Framework
30
Pasal 13 Ayat 3
Mutu
Standar
Standar Profesi
Kompetensi
Kewenangan
TKRS 11.2
Djoti Atmodjo
PMKP 5.1
1. PERILAKU
Evaluasi perilaku memuat:
a) evaluasi apakah seorang staf medis mengerti dan mendukung kode
etik dan disiplin profesi dan rumah sakit serta dilakukan identifikasi
perilaku yang dapat atau tidak dapat diterima maupun perilaku yang
mengganggu;
b) laporan tentang perilaku yang dianggap tidak dapat diterima atau
mengganggu;
c) mengumpulkan, analisis, serta menggunakan data dan informasi
berasal dari survei staf serta survei lainnya tentang budaya aman di
rumah sakit 34
2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
Evaluasi meliputi:
a) Asuhan pasien
b) Pengetahuan medis, penerapan PPK
c) Practice-based learning
d) Kemampuan komunikasi
e) Profesionalisme
f) Praktik berbasis sistem, kepatuhan pada regulasi RS
g) Pengelolaan sumber daya, kendali mutu dan kendali biaya
35
3. KINERJA KLINIS
Proses monitoring dan evaluasi berkelanjutan terkait
upaya mendukung budaya aman/keselamatan.
36
Kinerja klinis
37
Standar TKRS 5
Direktur rumah sakit memprioritaskan proses di rumah sakit yang akan diukur,
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang akan diterapkan, serta
bagaimana mengukur keberhasilan dalam upaya di seluruh rumah sakit ini.
Memperhatikan hal-hal:
a) misi rumah sakit.
b) data-data permasalahan yang ada
c) terdapat sistem serta proses yang
memperlihatkan variasi penerapan dan hasil
yang paling banyak dampak dari perbaikan
d) dampak pada perbaikan sistem sehingga
efek perbaikan dapat terjadi di seluruh rumah
sakit
e) riset klinis dan program pendidikan profesi
kesehatan merupakan prioritas untuk rumah
sakit pendidikan
40
Indikator Mutu Unit Pelayanan
Individual
41
Indikator Mutu Unit Pelayanan
Sumber Data
42
pelayanan klinis prioritas
v
o
o
v
o
o
o
o
43
urgency, seriuosness, dan growth
skor skala 1-5
INDIKATOR U S G JUMLAH
Pelayanan pasien stroke 3 3 4 10
Pelayanan pasien serangan
jantung 3 3 2 8
Pelayanan pasien hemodialisis 4 4 5 13
Pelayanan kegawatan
maternal 3 3 2 8
Pelayanan pasien bedah 5 5 5 15 1
Pelayanan kegawatan
anak/dewasa 2 3 4 9
Pelayanan gawat darurat di
IGD 5 5 14
Pelayanan kefarmasian 4 5 4 13
v
v
v
v
46
Pemilihan indikator yang terkait dng area klinis meliputi :
1. asesmen pasien;
2. pelayanan laboratorium
3. pelayanan radiologi dan diagnostic imaging;
4. prosedur bedah;
5. penggunaan antibiotika dan obat lainnya;
6. kesalahan medikasi (medication error) dan Kejadian Nyaris
Cedera (KNC);
7. penggunaan anestesi dan sedasi;
8. penggunaan darah dan produk darah;
9. ketersediaan, isi dan penggunaan rekam medis pasien;
10. pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan
pelaporan;
11. riset klinis.
dr Luwi - PMKP 14 Jan 47
AREA KLINIS
Asesmen
v Angka ketidak lengkapan asesmen awal dokter di
rawat jalan
v Angka ketidak lengkapan asesmen awal perawat di
rawat jalan
v Angka ketidak lengkapan asesmen awal dokter di
rawat inap
v Angka ketidak lengkapan asesmen awal perawat di
rawat inap
v Kejadian tidak dilaksanakannya asesmen pra
anestesi
v Angka tidak dilaksanakannya asesmen ulang nyeri
v Angka tidak dilaksanakannya asesmen ulang pasien
risiko jatuh
48
AREA KLINIS
Pelayanan Laboratorium
v Angka keterlambatan pemeriksaan hasil
laboratorium rutin
v Angka keterlambatan pemeriksaan cito AGD untuk
ICU
v Angka pengulangan pengambilan sampel darah
v Angka kerusakan sampel darah
v Kejadian tidak dilaporkannya nilai kritis
v Kejadian identifikasi hasil laboratorium
v Kejadian kesalahan penyampaian hasil laboratorium
49
AREA KLINIS
Pelayanan Radiologi
v Angka keterlambatan penyerahan hasil pemeriksaan
radiologi tanpa kontras
v Angka pengulangan pemeriksaan radiologi
v Angka penolakan ekspertis
v Kejadian kesalahan ekspertis
50
AREA KLINIS
Prosedur Bedah
v Angka penundaan operasi elektif
v Angka keterlambatan pelaksanaan operasi elektif
v Angka ketidak lengkapan surgical check list
v Angka ketidak lengkapan dokumen site marking
v Kejadian tidak dilaksanakannya penandaan lokasi
operasi pada operasi organ 2 sisi
51
AREA KLINIS
Penggunaan antibiotik dan obat lainnya
v Angka pemberian antibiotika ganda
v Kejadian pemberian antibiotika > 1
v Kejadian pemberian antibiotika profilaksis menjadi
terapeutik
v Kejadian pemberian terapi polifarmasi
v Kejadian pemberian obat di luar formularium
52
AREA KLINIS
Medication error
v Kejadian kesalahan penyiapan obat rawat jalan
v Kejadian kesalahan penyiapan obat rawat inap
v Kejadian kesalahan penyiapan obat pada double
check
v Kejadian salah dosis dalam resep
v Kejadian kesalahan baca resep
53
AREA KLINIS
Penggunaan anestesi dan sedasi induksi
v Angka ketidak lengkapan asesmen pra anestesi
v Kejadian tidak dilaksanakannya asesmen pra
anestesi
v Angka ketidak lengkapan monitoring status fisiologis
saat operasi atau pemulihan
v Kejadian tidak dilaksanakannya monitoring status
fisiologis pemberian sedasi
v Kejadian tidak dilaksanakannya monitoring status
fisiologis tindakan bedah tanpa anestesi umum
54
AREA KLINIS
Penggunaan darah dan produk darah
v Kejadian kesalahan penyedian darah
v Kejadiaan perbedaan golongan darah PMI dengan
crossmatch
v Kejadian tidak digunakannya darah yang diminta
v Angka keterlambatan penyediaan darah untuk
pasien SC (> 1 jam)
55
AREA KLINIS
Rekam medis
v Angka keterlambatan penyediaan rekam medis
rawat jalan
v Angka ketidak lengkapan rekam medis rawat inap
v Angka ketidak lengkapan ringkasan rawat jalan
v Angka ketidak lengkapan rekam medis
v Angka ketidak lengkapan ringkasan pulang
v Kejadian tidak adanya ringkasan pulang
v Kejadian tidak adanya ringkasan rawat jalan
56
AREA KLINIS
PPI
v Angka infeksi jarum infus
v Angka infeksi kateter
v Angka infeksi daerah operasi
v Angka infeksi pneumonia pada penggunaan
ventilator
v Kejadian didapatkannya biakan kuman dalam alat
yang telah disterilkan
57
Indikator yg dipilih terkait dengan upaya manajemen meliputi :
a. pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting
untuk memenuhi kebutuhan pasien; (IAM 1)
b. pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan; (IAM 2)
c. manajemen risiko; (IAM 3)
d. manajemen penggunaan sumber daya; (IAM 4)
e. harapan dan kepuasan pasien dan keluarga; (IAM 5)
f. harapan dan kepuasan staf; (IAM 6)
g. demografi pasien dan diagnosis klinis; (IAM 7)
h. manajemen keuangan; (IAM 8)
i. pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat
menimbulkan masalah bagi keselamatan pasien, keluarga
pasien dan staf. (IAM 9)
dr Luwi - PMKP 14 Jan 58
AREA MANAJEMEN
PENGADAAN SEDIAAN FARMASI
v Kejadian kekosongan obat emergency di IGD
v Kejadian tidak tersedianya kebutuhan pasien ICU
v Kejadian tidak tersedianya obat emergency di kamar
operasi
v Kejadian tidak tersedianya alkes sesuai kebutuhan
pasien
59
AREA MANAJEMEN
PELAPORAN
v Kejadian keterlambatan RL
v Kejadian keterlambatan laporan obat narkotik
60
AREA MANAJEMEN
MANAJEMEN RISIKO
v Kejadian staf tertusuk benda tajam
v Kejadian tidak dilaksanakannya asesmen ulang
pasien rawat inap dengan risiko jatuh
v Kejadian ketidak pahaman staf dalam proses
dekontaminasi bahan berbahaya
61
AREA MANAJEMEN
MANAJEMEN SUMBER DAYA
v Angka efektifitas penggunaan alat canggih
v Kejadian listrik padam > 7 detik di area kritis
KEPUASAN PASIEN
v Survei kepuasan pelayanan unit kerja
v Survei kepuasan asuhan dokter, perawat dan nakes
lainnya
KEPUASAN STAF
v Survei kepuasan staf RS
62
AREA MANAJEMEN
DEMOGRAFI
v Pola pendidikan pasien, termasuk yang buta huruf
v Pola bahasa yang digunakan pasien
v Pola kondisi pasien dengan hambatan fisik dalam
berkomunikasi
v Pola 10 diagnosis atau kondisi pasien terbanyak yang
dirawat
MANAJEMEN KEUANGAN
v Kejadian keterlambatan pengajuan klaim asuransi
atau BPJS
v Rasio keuangan
v Angka piutang yang tidak tertagih
63
AREA MANAJEMEN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DARI KEJADIAN YANG
DAPAT MENIMBULKAN MASALAH BAGI KESELAMATAN
PASIEN, KELUARGA PASIEN DAN STAF
v Pola pemahaman staf dalam penangan bencana
v Pola pemahaman staf dalam melaksanakan cara cuci
tangan yang benar
64
PENGUKURAN KEPATUHAN
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI Pengurangan risiko pasien jatuh
PENGUKURAN PELAYANAN BEDAH
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI Pengurangan risiko pasien jatuh
PENGUKURAN PELAYANAN BEDAH
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI Pengurangan risiko pasien jatuh
PENGUKURAN PELAYANAN BEDAH
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
Sasaran V Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI Pengurangan risiko pasien jatuh
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
IDENTIFIKASI PASIEN
v Survei pelaksanaan identifikasi sebelum pemberian obat
v Survei pelaksanaan identifikasi sebelum pengambilan
spesimen
v Kejadian ketidak lengkapan identitas pada gelang pasien
v Kejadian kesalahan identitas pada gelang pasien
69
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
HIGH ALERT MEDICATION
v Kejadian kesalahan label pada obat LASA
v Kejadian tidak adanya label high alert pada obat
high alert di unit kerja (IGD, ICU, kamar operasi)
70
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
HAND HYGIENE
v Survei pelaksanaan cuci tangan sebelum
pemeriksaan pasien oleh dokter
v Survei pelaksanaan cuci tangan sebelum
pemeriksaan pasien oleh perawat/bidan
Individual
72
Pasal 36
Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan
tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola klinis
yang baik.
Djoti - Atmodjo
Tata kelola rumah sakit yang baik adalah
penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit
yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas,
kesetaraan dan kewajaran.
Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan
fungsi manajemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis,
risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja,
pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil
pelayanan, pengembangan profesional, dan
akreditasi rumah sakit.
Djoti - Atmodjo
Pasal 44
Djoti - Atmodjo
Standar Pelayanan Kedokteran disusun
secara sistematis dengan menggunakan
pilihan pendekatan :
Prinsip Dasar
Standar pelayanan :
P O
S
Panduan Praktik Klinis
• Definisi
• Anamnesis dapat dilengkapi
dengan
• Pemeriksaan fisis
• Kriteria diagnosis Alur klinis
• Diagnosis banding Algoritme
• Pemeriksaan penunjang Protokol
• Terapi Prosedur
• Edukasi Standing order
• Prognosis
• Kepustakaan
Djoti - Atmodjo
CLINICAL PATHWAY
Indikasi : No. Rekam Medis : :
Nama pasien : Tanggal Masuk :
Jenis kelamin : ! Laki-laki ! Perempuan Rujukan : ! Ya ! Tidak
Umur : Pengirim :
Diagnosa Awal : Appendisitis (Tanpa Komplikasi) DPJP :
HARI KE KETERANGAN
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
Diagnosis Pemeriksaan dokter √ !
Penunjang diagnosis !
1. Laboratorium a. Darah Lengkap √ !
- Masa Perdarahan √ !
- Masa Pembekuan √ !
- Fungsi ginjal √ !
a. ureum
b. creatinin
- GDS √ !
2. Radiologi - Thorak Foto - Atas indikasi / > 40th!
- USG - Atas indikasi
- Appendicogram - Atas indikasi
- EKG - Atas indikasi / > 40 th
Konsultasi - Dokter Bedah Umum √ √ √ - DPJP
- Dokter Anestesi √ - Pemeriksaan Pre
Operatif
- Dokter Internis - Atas indikasi
- Dokter Lainnya
Edukasi 1. Penjelasan Diagnosis √
Rencana tindakan
Tata cara
Tujuan
Resiko
Komplikasi
Prognosa, dll
Pengisian form 2. Rencana therapi √
- Lembar edukasi √ Ditanda-tangani keluarga atau
- Informen concern √ pasien, dokter, saksi
Tindakan medis dan Appendictomy
jadwal - Surat pengantar tindakan √
- jadwal rencana operasi
- golongan operasi
- jenis anestesi
- biaya
Prosedur administrasi - administrai + keuangan √
- pendaftaran ke kamar √ - Bagian keperawatan
operasi
Persiapan Operasi STANDING ORDER !
I Perawat - Persiapan puasa √ 6-12 jam
- Mencukur (rambut ) di sekitar Sesuai SOP
daerah operasi
- Pemasangan IV line √ Sesuai SOP
- Pemberian cairan (jenis) dan √ √ √ Sesuai DPJP
jumlah tetesan RL/6 jam/kolf
- Pemasangan Dower Cateter √ Sesuai SOP
- Memberi huknah clensing √ Sesuai SOP
- Pemberian obat pre operasi √ Sesuai SOP pemberian obat inj
- Antibiotik Didahului test alergi intrakulton
ceftriaxone 1 gr/cefotaxime 1 gr 0,1 cc
Apakah semua penyakit perlu CP?
• Tidak.
• Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP,
selebihnya dirawat dengan usual care.
• CP hanya efektif dan efisien apabila
dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi
kesehatan yang perjalanannya predictable,
khususnya bila memerlukan perawatan
multidisiplin.
Standar PMKP 5.1
Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan panduan praktik klinis,
alur klinis (clinical pathway), dan/atau protokol klinis, dan/atau
prosedur, dan/atau standing order di prioritas pengukuran mutu
pelayanan klinis.
Standar pelayanan :
P O
S
Panduan Praktik Klinis
• Definisi
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
• Kriteria diagnosis o
o Pemberian obat
• Diagnosis banding o LOS
• Pemeriksaan penunjang o Hasil (outcome)
o Komplikasi
• Terapi
• Edukasi
• Prognosis
• Kepustakaan
Djoti - Atmodjo
CLINICAL PATHWAY
v Hernia inguinalis/skrotalis
v Apendisitis akut
v Partus macet dengan SC
v FAM
v Mioma uteri
v Fraktur clavicula tertutup o Pemeriksaan penunjang
v Tonsilitis kronis dengan TE o Pemberian obat
o LOS
v Stroke non hemoragik
o Hasil (outcome)
v Kejang demam sederhana o Komplikasi
PROTOKOL
v Asma
v Stroke
v AMI
v Syok hipovolemik
95
Audit medis adalah upaya evaluasi secara
profesional terhadap mutu pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien
dengan menggunakan rekam medisnya
yang dilaksanakan oleh profesi medis.
96
Audit medis yang dilakukan oleh rumah sakit
adalah kegiatan evaluasi profesi secara sistemik
yang melibatkan mitra bestari (peer group) yang
terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance
dan assessment terhadap pelayanan medis di
rumah sakit.
Dalam pengertian audit medis tersebut di atas,
rumah sakit, komite medik atau masing-masing
kelompok staf medis dapat menyelenggarakan
evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused
professional practice evaluation).
Audit medis dapat pula diselenggarakan dengan melakukan evaluasi
berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), baik secara
perorangan maupun kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain dapat merupakan kegiatan yang berbentuk siklus sebagai upaya
perbaikan yang terus menerus sebagaimana tercantum di bawah ini:
Memilih topik
Menetapkankan
Menerapkan
standar
perbaikan
Membandingkan Mengamati
dengan standar praktik
a. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit
b. Penetapan standar dan kriteria
c. Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit.
Misalnya selama 3 bulan tersebut ada 200 kasus maka 200 kasus
tersebut yang akan dilakukan audit.
d. Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
Data tentang kasus-kasus yang tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dipisahkan dan dikumpulkan untuk di analisis. Misalnya dari
200 kasus ada 20 kasus yang tidak memenuhi kriteria atau standar
maka 20 kasus tersebut agar dipisahkan dan dikumpulkan.
e. Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
v acceptable karena penyulit atau komplikasi yang tak diduga sebelumnya
(unforeseen).
v unacceptable, dan hal ini dikatakan sebagai “defisiensi”.
f. Menerapkan perbaikan.
g. Rencana re-audit.
101