Pendahuluan
Era globalisasi dimana saatini sedang terjadi menuntut seseorang untuk bekerja
dan hidup dengan praktis. Seseorang dengan kehidupan modern sering sekali memilih
untuk makan makanan cepat saji, kebiasaan olahraga yang kurang, aktifitas rekreasi
digantikan dengan aktifitas kerja, serta kegiatan sehari hario lain yang memicu
kejadian penyakit kardiovaskular.
Kejadian penyakit kardiovaskular saat ini menjadi salah satu bagian dari
penyakit yang dengan angka kematian yang tinggi. Selain itu resiko komplikasi
jangka panjang dari kondisi ini juga cukup tinggi, saat ini usia populasi dengan
penyakit kardiovaskular mengalami penurunan, artinya seseorang dengan usia muda
banyak yang mengalami kejadian penyakit kardiovaskulkar.
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Ventrikel Ekstra Systole (VES) atau premature ventricular contraction
(PVC) adalah depolarisasi pada ventrikel yang terjadi lebih awal. Gelombang
depolarisasi ini tidak mengikuti irama sinus, sehingga pada perkeman
elektrokardiografi (EKG) digambarkan sebagai gelombang QRS bizzare dan
tidak didahului oleh gelombang p dan p-R interval (Ahn, 2013).
B. Faktor Resiko
1. Usia
Usia tua merupakan salah satu faktor resiko terjadinya PVC. Hal ini
terkait dengan resiko kardiovakular dan ketahanan myokardium pada usia
tua. Selain itu, kondisi usia tua menyebabkan beberapa mekanisme
kelistrikan mengalami kerawanan, dan dapat memicu terjadinya
elektrofisiologi yang menyimpang seperti mekanisme reentrant pada kasus
PVC (Rotz, 2016).
2. Massa ventrikel
Hubungan peningkatan massa ventrikel dan ventrikel aritmia telah
dijelaskan sebelumnya. Sebagai contoh, analisis Framingham Heart Study
menunjukkan bahwa pria, tetapi tidak wanita, dengan hipertrofi ventrikel
kiri yang didefinisikan oleh kriteria ECG memiliki risiko lebih tinggi
untuk aritmia ventrikel. Studi kami menegaskan dan memperluas temuan
ini karena kami menemukan hubungan berkelanjutan dari massa ventrikel
kiri yang dinilai oleh SLI dan frekuensi PVC, terlepas dari jenis kelamin.
Dari catatan, hipertrofi ventrikel kiri meningkatkan kerentanan terhadap
rangsangan listrik, seperti itu bahwa massa ventrikel kiri dapat memainkan
peran penting dalam terjadinya PVC. Hubungan ini mungkin akan lebih
kuat jika pencitraan jantung telah tersedia dalam penelitian kami,
mengingat sensitivitas yang relatif rendah dari kriteria berbasis EKG ke
mengukur massa ventrikel kiri dan hipertrofi (Rotz, 2016).
3. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik menjadi faktor yang perlu dikaji ulang sebagai faktor
resiko PVC dan aritmia ventrikel lainya. Hal ini terkait beberapa
penelitian yang menunjukan aktifitas fisik sebagai faktor protektif kejadan
PVC dan kejadian kardiovaskular lain. Namun, pada beberapa penelitian
menunjukan efek aktivitas fisik yang dapat meningkatkan massa
myokardium menjadi faktor resiko terjadinya PVC (Rotz, 2016).
4. Tinggi badan
Tinggi badan orang dewasa merupakan salah satu faktor yang
mepengaruhi ukuran ruang jantung. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa tinggi badan diatas nilai median adalah prediktor
yang kuat dan independen untuk kejadian premature atrial contraction
dan insiden atrial fibrilasi. Penelitian (von Rotz M., etal, 2016)
menunjukkan bahwa tinggi badan merupakan faktor risiko utama aritmia
ventrikel. Terkait mekanisme yang mendasari pada kasus PVC masih
perlu diteliti lebih lanjut (Rotz, 2016).
5. Status sosial ekonomi dan pendidikan
Status sosial ekonomi rendah telah dibuktikan secara berulang terkait
faktor risiko kardiovaskular dan kejadian kardiovaskular. Orang dengan
status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki gaya hidup yang kurang
sehat dan pada populasi tersebut didapatkan prevalensi obesitas lebih
tinggi. Banyak dari gaya hidup dan faktor-faktor metabolik yang
merugikan yang terkait dengan sosial ekonomi rendah adalah faktor risiko
independen dari kejadian PVC, yaitu merokok berat, kadar GLP-1 yang
rendah dan aktivitas fisik. Menariknya, status pendidikan yang rendah
tetap menjadi faktor risiko yang kuat untuk kejadian dan frekuensi PVC
bahkan setelah disesuaikan untuk faktor-faktor ini, menunjukkan bahwa
status sosial ekonomi yang rendah memiliki efek lain yang menjadi faktor
terjadinya PVC, misalnya, stres psikologis (Rotz, 2016).
6. Konsumsi buah
Konsumsi buah dan sayuran dalam jumlah banyak berkaitan dengan
kasus PVC yang lebih tinggi. Penjelasan yang mungkin untuk hal ini bisa
menjadi sebab-akibat terbalik. Subyek dengan faktor risiko kardiovaskular
yang tinggi atau simptomatik PVC mungkin lebih cenderung mencoba
memperbaiki kebiasaan hidup dengan kebiasaan makan yang sehat (Rotz,
2016).
C. Kriteria Diagnosis
Diagnosis premature ventricular contractions didasarkan pada sadapan
EKG. Dimana ada beberapa sarat yang harus dipenuhi pada kondisi ini. Sarat
gambaran sadapan EKG pada pasien yang dinyatakan mengalami premature
ventricular contraction adalah (Manolis, 2015):
a. Terdapat gelombang QRS yang lebar, yakni lebih dari 0,12ms
b. Morfologi bizzare dari gelombang QRS
Prosedur diagnostik pasien yang dicurigai mengalami premature
venticular contraction (PVC) menjadi tantangan tersendiri bagi dokter.
Keluhan yang kadang asimptomatis atau hanya muncul sebagai keluhan
ringan seperti palpitasi yang mirip dengan kondisi ansietas menjadikan
diagnosis PVC sering tersamarkan dan tidak dilakukan pemeriksaan prosedur
diagnostik yang tepat. Prosedur diagnostik pada kasus PVC secara prinsip
diawali dengan pemeriksaan elektrokardiografi, setelah didapatkan adanya
gelombang listrik jantung yang mengarah pada PVC maka dapat dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan lain. Beberapa prosedur diagnostik yang
dapat dilakukan untuk menilai kondisi PVC adalah:
1. EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan yang paling
banyak digunakan yang digunakan untuk mendeteksi beberapa
penyakit jantung. Impuls listrik dihasilkan oleh polarisasi dan
depolarisasi jaringan jantung dan diubah menjadi bentuk gelombang
pada EKG. Gambaran khas gelombang prematur yang muncul adalah
adanya gelombang QRS lebar dengan morfologi yang aneh atau biasa
disebut sebagai QRS bizzare.
Jenis gambaran EKG pada kasus PVC dapat diklasifikasikan atas
beberapa dasar. Berdasarkan jumlah fokus ektopiknya dibagi menjadi
dua yakni unifokal dan multifokal, berdasarkan pattern gelombang
PVC yang muncul pada suatu perekaman dapat dibagi menjadi
bigimeny, trigimeny, quadrigimeny.
a. Unifokal
Unifokal pada kasus PVC adalah kondisi PVC yang disebabkan
oleh satu fokus ektopik. Gambaran EKG pada kasus PVC unifokal
akan menunjukan suatu morfologi gelombang PVC yang seragam.
c. Bigeminy
Gambaran PVC bigimeny adalah gambaran satu gelombang
sinus diikuti oleh satu gelombang PVC.
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. A
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Kertek, Kertek, Wonosobo
Pekerjaan : Pelajar SMA
Agama : Islam
Tgl. Masuk RS : 18 Oktober 2018
e. Pemeriksaan mulut
1) Bibir sianosis : (-)
2) Lidah kotor : (-)
3) Faring : hiperemis (-)
f. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Palpasi : JVP 5+/- 2 cm
g. PemeriksaanThorax
Pulmo
1) Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak
(-)
2) Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan sama dengan
kiri.
Vokal fremitus lobus inferior kanan sama dengan
kiri.
3) Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru, batas paru hepar
di SIC V linea midclavikula dekstra.
4) Auskultasi : Suara dasar : vesikuler (+/+)
Suara tambahan : wheezing (-/-), RBH (-/-),
RBK(-/-)
Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC V 2 jari medial LMCS,
2) Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMC sinistra dan tidak
kuat angkat
3) Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC V, 2 jari medial LMCS
4) Auskultasi : S1>S2, Ireguler, drop beat (+) murmur (-), gallop (-).
h. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi : Datar
2) Auskultasi : Bising usus (+) normal.
3) Perkusi : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
4) Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Hepar : teraba 2 jari BACD
Lien : tidak teraba
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema (pitting) - - - -
Sianosis - - - -
Akral dingin - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium 18 Oktober 2018 IGD
Hemoglobin : 12,9 g/dL
Leukosit : 9.070 U/L
Hematorkit : 48,6 %
Eritrosit : 4,86x106 /uL
Trombosit : 262.000 /uL
MCV : 81,9 fL
MCH : 26,5 pg
MCHC : 32.4 %
RDW : 15,9 %
MPV : 9.3fl
GDS : 105 mg/dL
K :-
Cl :-
Na :-
b. Pemeriksaan EKG
c. Pemeriksaan Rontgen Thorak
E. DIAGNOSIS KERJA
Frequent Premature Ventricular Contraction symptomatic
Angina Pectoris
F. TERAPI
a. Non Farmakologis
1) Rawat inap
2) Diet TKTP
3) Edukasi penyakit kepada pasien meliputi terapi, komplikasi penyakit,
prognosis penyakit
b. Farmakologi
1) IVFD RL 20 tpm
2) O2 Nasal Kanul 4 LPM
3) Inj Omeprazol 2x40 mg IV
4) PO. Concor 2x1,25 mg
5) PO. Diltiazem 2x30mg
6) PO. Ibuprofen 2x400mg
G. PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad functionam : dubia ad bonam
c. Ad sanationam : dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA
Pagana, KD. 2018. Mosby's Canadian Manual Of Diagnostic And Laboratory Tests.
USA: Elsevier
Wang, Jin-Sheng. 2018. The Safety Of Catheter Ablation For Premature Ventricular
Contractions In Patients Without Structural Heart Disease. BMC Cardiovascular
Disorders (2018) 18:177
Rotz, Mv. 2016. Risk Factors For Premature Ventricular Contractions Young And
Healthy Adults. Heart Online Fisrt