Anda di halaman 1dari 7

Keputusan untuk Menjual atau Memproses Lebih Lanjut

Produk bersama (joint products) memiliki proses produksi dan biaya produksi
yang samma sampai dengan titik pisah (split-off point). Pada titik pisah tersebut,
proses produksi dan biaya produksi sudah mulai dapat dibedakan. Sebagai contoh,
suatu cairan mineral tertentu seperti tembaga dan emas mungkin terkandung dalam
satu biji besi tertentu. Biji besi tersebut harus ditambang dilebur, dan diolah sebelum
tembaga dan emas dipisahkan. Pada saat pemisahan inilah yang disebut dengan titik
pisah (split-off point). Biaya penambangan peleburan, dan pengolahan merupakan
biaya bersama untuk kedua produk (tembaga dan emas). Produk bersama sering kali
dijual pada titik pisah. Namun, kadang kala akan lebh menguntungkan bagi
perusahaan untuk memproses lebih lanjut suatu produk bersama setelah titik pisah,
sebelum menjualnya. Penentuan apakah akan menjual atau memproses lebih lanjut
(sell or process further) merupakan suatu keputusan penting yang oleh para manajer.

KEPUTUSAN BAURAN PRODUK


Setiap alternatif bauran produk menghasilkan bauran tingkat laba yang berbeda
Seorang manajer harus memilih alternatif yang akan memaksimalkan laba total. Oleh
karena biaya tetap tidak tergantung pada tingkat aktivitas, maka biaya tetap total akan
sama untuk semua kemungkinan bauran, dan itu tidak relevan dalam pembuatan
keputusan. Jadi, seorang manajer perlu memilih alternatif bauran yang dapat
memaksimalkan margin kontribusi total.

Sumber Daya dengan Satu Batasan


Diasumsikan bahwa setiap persneling harus dibuat dengan suatu mesin khusus.
Perusahaan memiliki delapan mesin yang secara bersama menyediakan 40.000 jam
mesin per tahun. Setiap unit persneling X membutuhkan 2 jam mesin, sementara
setiap unit persneling Y membutuhkan 0,5 jam mesin. Dengan asumsi tidak ada
batasan lainnya, berapakah bauran optimal persneling tersebut? Apabila setiap unit
persneling X membutuhkan 2 jam mesin, maka setiap tahun dapat diproduksi 20.000
unit (40.000/2). Dengan margin kontribusi per unit sebesar Rp25.000, PT Bahagia
Mobilindo menghasilkan margin kontribusi total sebesar Rp500.000.000. Di pihak
lain, persneling Y hanya membutuhkan 0,5 jam mesin per unit; karena itu jumlah
yang mampu diproduksi adalah 80.000 unit (40.000/0,5). Pada harga Rp10.000 per
unit, margin kontribusi total persneling Y adalah Rp800.000.000 Hanya dengan m
laba yang lebih tinggi daripada hanya memproduksi persneling X-meskipun ma
kontribusi per unit emproduksi persneling Y, perusahaan akan menghasilkan tingkat
rgin ersneling X adalah 2,5 kali lebih besar daripada margin kontribusi per unit
persneling Y.
Margin kontribusi per unit masing-masing produk bukan merupakan masalah
yang penting. margin kontribusi per unit dari sumber daya yang langka adalah faktor
yang menentukan. produk yang menghasilkan margin kontribusi tertinggi per jam
mesin harus dipilih. Persneling X menghasilkan Rp 12.500 per jam mesin
(Rp25.000/2)), sementara persneling Y menghasilkan Rp20.000 kerja mesin ( Rp
Rp10.000/0.5). Jadi, bauran optimalnya adalah 80.000 unit persneling Y dan tidak
ada satupun untuk persneling X.

Sumber Daya dengan Banyak Batasan


Sumber daya dengan satu batasan adalah tidak realistis. Semua organisasi akan
menghadapi berbagai batasan, misalnya: keterbatasan bahan baku, keterbatasan input
tenaga keria. keterbatasan permintaan setiap produk, dan seterusnya. Solusi terhadap
masalah bauran produk dengan banyak batasan jauh lebih rumit dan memerlukan
penggunaan teknik matematika khusus yang dikenal sebagai pemrograman linear
(linear programming).
Diasumsikan bahwa saat ini terdapat batasan permintaan baik untuk persneling X
maupun persneling Y. Persneling X hanya dapat dijual tidak lebih dari 15.000 unit
dan untuk persneling Y tidak lebih dari 40,000 unit. Seperti sebelumnya, tujuannya
adalah untuk memaksimalkan margin kontribusi total perusahaan dengan
mempertimbangian berbagai batasan yang dihadapi perusahaan. Tujuan di atas dapat
dinyatakan secara matematis. Misalkan X dan Y adalah jumlsh unit yang diproduksi
dan dijual. Apabla margin kontribusi per unit X dan Y masing masing adalah
Rp25.000 dan Rp10.000, maka margin kontribusi total (Z) dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Z = Rp25.000X + Rp10.000Y (10.1)
Dua batasan terakhir disebut batasan nonnegativitas (nonnegativity constraints)
dan secara sederhana mencerminkan kenyataan bahwa produk dalam jumlah negatif
tidak mungkin diproduksi. Semua keterbatasan secara bersama-sama disebut sebagai
seperangkat batasan (constraint set).
Solusi layak (jeasible solution) adalah solusi yang dapat mengatasi batasan yang
ulan semua solusi yang layak tersebut disebut seperangkat solusi yang layak (feasible
set of solutions).
Empat langkah dalam pemecahan masalah secara grafis adalah sebagai berikut.
1. Gambarlah grafik untuk setiap batasan.
2. Identifikasi seperangkat solusi yang layak.
3. Identifikasi semua nilai titik sudut dalam seperangkat solusi yang layak.
4. Pilih titik sudut yang menghasilkan nilai terbesar untuk fungsi tujuan

PENETAPAN HARGA
Salah satu keputusan paling sulit yang dihadapi oleh perusahaan adalah
mengenai penetapan harga (pricing). Bagian ini akan menjelaskan dampak biaya
terhadap harga dan peran akuntan dalam pengumpulan informasi yang dibutuhkan
untuk penetapan harga.

Penetapan Harga Berbasis Biaya


Permintaan adalah salah satu sisi dari persamaan penetapan harga, sedangkan
penawaran adalah sisi lainnya. Oleh karena pendapatan harus dapat menutup biaya
perusahaan untuk menghasilkan laba, maka banyak perusahaan menetapkan biaya
terlebih dulu dalam rangkamenetapkan harga. Perusahaan menghitung biaya produk
dan kemudian menambah dengan laba yang dinginkan. Pendekatan ini tidak berbelit-
belit dan biasanya terdapat beberapa basis biaya atau dasar biaya (cost base) dan
markup. Markup adalah persentase yang ditambahkan pada basis biaya. Markup
tersebut termasuk diantaranya adalah laba yang diinginkan (desired profit) dan setiap
biaya yang tidak termasuk dalam basis biaya. Perusahaan yang produksinya secara
rutin tergantung pada penawaran menetapkan harga penawarannya berdasarkan biaya
atau berbasis biaya.
Sebagai contoh PT Ravina Raya yang dimiliki dan dikelola oleh Elvira merakit
dan menyiapkan komputer sesuai spesifikasi yang diminta oleh pelanggan. Biaya
komp nen dan bahan langsung lainnya dengan mudah dapat ditelusuri. Biaya tenaga
kerja langsung juga mudah ditelusuri ke setiap pekerjaan. Secara rata-rata, perakit
menerima Rpl2.00 per jam dan perusahaan membayar tunjangan sekitar 25 persen
dari upah tersebut. Pada tahun lalu, PT Ravina Raya mengerjakan 650 pekerjaan yang
rata-rata memerlukan 5 jam per pekerjaan. Biaya overhead yang terdiri atas utilitas,
peralatan kecil, penataan ruangan, dan lain-lain mencapai jumlah Rp80.000.000.
Laporan laba rugi PT Ravina Raya untuk tahun lalu adalah sebagai berikut.
Pendapatan Rp856.500.000
Harga pokok penjualan:
Bahan langsung Rp585.000.000
Tenaga kerja langsung 48.750.000
Overhead 80.000.000 Rp713.750.000
Laba kotor Rp142.750.000
Biaya administrasi dan penjualan 25.000.000
Laba operasi Rp117.750.000

Apabila diasumsikan bahwa Elvira ingin memperoleh jumlah laba yang sama
untuk setiap pekerjan dengan laba yang diterima tahun laiu, ia dapat menghitung ma
berdasarkan harga pokok penjualan dengan menambahkan biaya penjualan dan
administrasi serta laba operasi, kemudian membaginya dengan harga pokok
penjualan.
Biaya penjualan dan biaya administrasi+ Laba operasi
Markup hpp=
Harga pokok penjualan
Rp 25.000 .000+ Rp17.750 .000
¿ =0,20
Rp 713.750.000

Perhitungan Biaya Target dan Penetapan Harga


Perhitungan biaya target (target costing) adalah suatu metode penentuan biaya
produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) yang pelanggan bersedia
membayarnya. Hal ini sering disebut sebagai penentuan biaya berdasarkan harga
(price-driven costing).
Pada umumnya perusahaan menetapkan suatu harga produk baru sebaga
penjumlahan dari biaya dan laba yang dinginkan. Logikanya adalah hahwa
perusahaan harus menghasikan pendapatan yang cukup untuk dapat menutup semua
biaya dan menghasilkan laba.
Perhitungan biaya target merupakan metode pengerjaan terbalik (working
backward) dari harga untuk menentukan biaya. Departemen pemasaran menetapkan
karakteristilk dan harga produk yang paling dapat diterima pelanggan, selanjutnya
adalah tugas teknisi perusahaan untuk mendesain serta mengembangkan produk
sedemikian rupa sehingga biaya dan laba dapat ditutup oleh harga. Banyak
perusahaan di negara-negara maju (misalnya lepang dan Amerika Serikat) yang telah
melakukan hal ini selama bertahun- tahun.

Aspek Hukum Penetapan Harga


Pelanggan dan biaya merupakan faktor ekonomi yang penting dalam penetapan
harga. Pemerintah juga memiliki peranan yang penting dalam penetapan harga.
Prinsip dasar yang mclandasi sebagian besar peraturan tentang penetapan harga
adalah bahwa persaingan merupakan hal yang baik dan harus selalu didorong. Oleh
karena itu, kolusi ang dilakukan oleh perusahaan untuk menetapkan harga dan usaha
yang dengan terang- terangan menyingkirkan pesaing dari bisnis dilarang. Secara
umum, biaya merupakan pertimbangan (justifikasi) penting terhadap harga.
Penetapan Harga Predator. Praktik pengaturan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan
mengeliminasi persaingan disebut penetapan harga predator (predatory pricing).
Penting untuk diperhatikan bahwa penetapan harga di bawah biaya tidak selalu
merupakan harga predator. Perusahaan sering kali menetapkan harga suatu barang di
bawah biaya-misalnya harga khusus di toko-toko grosir. Undang undang di negara
bagian Amerika Serikat tentang harga predator menciptakan berbagai definisi hukum.
Dua puluh dua negara bagian di Amerika Serikat memberlakukan undang-undang
yang menentang harga predator, tetapi setiap negara bagian memiliki definisi dan
aturan yang herheda-beda. Oklahoma, misalnya, mengharuskan toko ritel menjual
produknya dengan harga minimal 6.75 persen di atas biaya, kecuali apabila toko
tersebut sedang melakukan penjualan obral atau dalam rangka menandingi harga
pesaing. Undang-Undang Arkansas tahun 1973 melarang perusahaan untuk menjual
atau mengiklankan suatu produk dengan harga yang ke pemasok dengan tujuan untuk
merugikan pesaing dan merusak persaingan.
Diskriminasi Harga. Barangkali senjata yang paling ampuh untuk mengatasi
diskriminasi merika Serikat adalah Undang-Undang Robinson-Patman tahun 1936.
Diskriminasi harga (price discrimination) adalah pengenaan harga yang berbeda-
beda kepada beberapa pelanggan atas produk-produk yang pada dasarnya sama.
Perhatikan bahwa produk dan jasa tak berwujud tidak termasuk dalam undang-
undang ini. Undang Undang Robinson-Patman menyatakan bahwa merupakan hal
yang melanggar hukum apabila melakukan diskriminasi harga di antara pembeli
komoditi dengan kelas dan mutu yang sama ketika dampak diskriminasi tersebut
secara substansial mengurangi persaingan, cenderung menciptakan monopoli dalam
perdagangan atau merusak, menghancurkan, n mencegah persaingan dengan siapa
pun yang diuntungkan atau secara sadar menerima ncinya manfaat dari diskriminasi
tersebut atau dengan salah satu pelanggan mereka. Kuncinya adalah bahwa hanya
produsen atau pemasok yang dijangkau oleh undang-undang terseb harga pada
kondisi-kondisi tertentu, yaitu: (1) apabila kondisi persaingan memang menuntut
demikian, dan (2) apabila biaya memungkinkan harga yang lebih rendah.

Keadilan dan Penetapan Harga


Eksploitasi harga (price gouging) terjadi ketika perusahaan dengan kekuatan
pasar menghargai produknya sangat tinggi. Seberapa tinggikah yang dimaksud
dengan sangat tinggi? Tentu saja biaya harus menjadi pertimbangan. Apabila harga
yang dikenakan hanya dapat menutupi biaya, maka eksploitasi harga tidak terjadi.
Itulah sebabnya mengapa banyak perusahaan menghadapi kesulitan besar untuk
menjelaskan struktur biaya mereka dan mendapati biaya-biaya yang mungkin tidak
disadari pelanggan muncul. Perusahaan farmasi misalnya menekankan biaya
penelitian dan pengembangan yang terkait dengan obat baru. ketika harga yang tinggi
ternyata tidak didukung oleh biaya, pembeli akan melakukan tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai