Anda di halaman 1dari 22

CASE BASED DISCUSSION

MISSED ABORTION

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSUD Soewondo Kendal

Disusun oleh:
Fadhila Nurrahma
30101306938

Pembimbing:
dr.Rini Aryani, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018
TINJAUAN PUSTAKA

A. ABORTUS
1. DEFINISI
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:
a. Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram (
Obstetri Williams, 2010).
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan abortus
(dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
c. Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
d. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu
lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di
bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu
(Sarwono, 2011).
2. ETIOLOGI
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
a. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-
60% kasus keguguran.
b. Faktor ibu:
1. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
2. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
3. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
4. Kelemahan otot leher rahim
5. Kelainan bentuk rahim.
c. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan
abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
a. Faktor genetic.
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya
kromosom trisomi dengan trisomi 16.
b. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 %
wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
1. Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta).
Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
2. Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
3. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis.
c. Faktor endokrin:
1. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.
2. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
3. Hipotiroidisme, hipoprolakt inemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran.

d. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus) dan malaria.
e. Faktor imunologi
Terdapat antibody kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang
ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari
ari-ari tersebut.
f. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu,
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus;
sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa melahirkan.
g. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus.Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan
bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu
penyebab abortus yang penting.
h. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik
harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika
ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan.
i. Faktor psikologis.
Dibukt ikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya
abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam
menyelamatkan kehamilan.Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan
pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

3. PATOGENESIS
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi
saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme
diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti
dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum
uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada
dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak
namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai
dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo,
2011).

4. KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi
medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
2. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :
1. Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
3. Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal.
4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.
7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
8. Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis

B. MISSED ABORTION
1. DEFINISI
Missed abortion (Abortus tertunda) yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum
minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau
lebih) setelah janin mati. Saat terjadi kematian janin kadang – kadang ada perdarahan
per vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya
rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.
Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah mati hingga 8
minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit yang berulang pada
permulaanya serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi malahan tambah
rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang menghilang diiringi dengan reaksi
yang menjadi negative pada 2 – 3 minggu sesudah fetus mati, servik masih tertutup dan
ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya kosong.

2. ETIOLOGI
a. Tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone
b. Pemakaian hormone progesterone pada abortus iminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion
c. Penurunanan kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun
d. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu
e. Kelainan pada plasenta karena hipertensi menahun
f. Faktor maternal seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan
g. Kelainan traktus genitalia seperti incompetensi servix (untuk abortus pada tri
smester kedua), miomam uteri, dan kelainan bawaan uterus

3. FAKTOR PREDISPOSISI
Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu:
a. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
1. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
c. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
d. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta
yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi
uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio
rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi
saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan
pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada
dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri.Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 –
22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian.Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak.Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih
menonjol.Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2011).
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion), yaitu retensi
hasil konsepsi 4-8 minggu setelah kematian janin.Pertumbuhan uterus berhenti
kemudian tegresi.Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi ketika
diperkirakan berdasarkan tanggal.Tidak terasa ada gerakan janin lagi. Apabila mudigah
yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta.Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini
amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi yaitu
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi berkurang akibat diserap, iamenjadi
agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiaesus). Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi
lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14
minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil
dengan tanda – tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang (payudara
mengecil kembali). Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens
yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan
dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit.
Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 2-3 minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus
yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda – tanda kehidupan. Bila missed abortion
berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan
pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi
sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

6. KOMPLIKASI
Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang telah mencapai
trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus sehingga sangat sulit
untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan pembekuan darah.Akan terjadi
perdarahan gusi, hidung atau dari tempat terjadinya trauma. Gangguan pembekuan
tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia
sehingga pemerksaan studi koagulasi perlu dilakukan pada missed abortion.
7. DIAGNOSIS
Pemeriksaan diagnostic pada missed abortion adalah :
a. Hitung darah lengkap : dapat berupa peningkatan sel darah putih, punurunan Hb
dan hematokrit
b. Titer Gonadotropin Kronik manusia (HCL) menurun pada kehamilan ektopik,
meningkat pada molahidatidosa
c. Kadar estrogen dan progesterone menurun pada aborsi spontan
d. Ultra Sonografi memastikan adanya janin

8. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara
baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi
perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental
penderita perlu diperhatikan, karena penderita umumnya merasa gelisah setelah tahu
kehamilannya tidak tumbuh atau mati.
 Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan
secara langsung dengan melalukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus
memungkinkan.
 Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan
keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi
terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.
Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infuse intravena
cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan
20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan
tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh.
 Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi
diulangi biasanya maksimal 3 kali.Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil
keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih
mungkin.
 Pada decade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan
prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion.
Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol
secara sublingual sebanyak 400mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak
enam jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada
tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang
menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat
hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca
tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan
pemberian antibiotika.

STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
2018

A. IDENTITAS PASIEN
Data Istri Suami
No. Rekam Medis 01-31-16-96
Nama Ny. S Tn. A
Usia 33 tahun 37 tahun
Pekerjaan Ibu rumah tangga Pegawai Swasta
Penghasilan - -
Alamat Kendal
Agama Islam Islam
Suku Jawa Jawa
Pendidikan terakhir SMA SMA
Ruang B. Nisa 2

B. ANAMNESA
Dilakukan autoanamnesis tanggal 4 September 2018 Pukul 16.00 WIB.
 Keluhan utama
Pasien mengeluh keluar cairan flek-flek

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien G3P1A1 usia 33 tahun hamil 9 minggu, datang ke IGD dengan keluhan keluar
flek – flek berwarna merah kecoklatan sejak kemarin pagi. Frekuensi 1-2 kali ganti
pembalut per hari. Keluhan ini diawali dengan rasa tidak enak di pinggang yang
semakin lama menjadi nyeri dan disertai rasa mulas-mulas. Demam ataupun sakit selama
kehamilan disangkal oleh pasien. BAK (+), BAB (+), kesan normal. Riwayat trauma atau
jatuh disangkal oleh pasien, pasien tidak minum jamu, dan tidak dipijat. Pasien juga
mengeluh mual (+), muntah (-), nyeri perut bagian bawah (+).

 Riwayat Menstruasi
- Haid pertama kali (Menarche) : 12 tahun
- Siklus : 28 hari
- Lama : 4 - 5 hari
- HPHT : 03 - 07 - 2018
- HPL : 10 – 04 - 2019
- Nyeri pada saat Haid (Dismenorrhea) : (-)
- Keputihan (Leukorrhea) : (-)
- Sudah tidak Haid (Menopause) : (-)
 Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah sebanyak 1 kali.
- Menikah saat usia : 22 tahun
- Lama menikah :11 tahun
 Riwayat Obstetri
- G3P1A1
No Tempat berasalin Thn Aterm Jenis Anak
Penolong Tindakan JK BB Keadaan
1. Bidan 2006 4 minggu - - - Abortus
2. RS 2009 Aterm Spontan L 2850 gr Sehat
3. Hamil Ini

 Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan
sekali, terakhir dilakukan ANC diberikan vitamin dan suplemen besi.
 Riwayat KB
Riwayat KB : suntik KB 3 bulan
Lama pemakaian : 8 tahun
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Keluhan serupa : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat penyakit pada organ reproduksi : disangkal
- Riwatat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Keluhan serupa : disangkal
- Riwatat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorangibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta.
Biaya pengobatan ditanggung BPJSNPBI.

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS PRESENT (4 September 2018)
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 155
BB : 52 kg
BMI : 21.5 (Normoweight)
Vital Sign
Tekanan Darah : 134/82 mmHg
Nadi : 74 x / menit
RR : 22 x / menit
Suhu : 36,50C
Status Internus

 Kepala : Normocephale
 Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)
 Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
 Telinga : Discharge (-)
 Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
 Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
 Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
 Mamae : Simetris, membesar, kencang (+), hiperpigmentasi aerola
mamae, papila mamae menonjol
 Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Tidak dapat ditentukan batas – batasnya karena terhalang
oleh mamae yang membesar
 Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
 Paru :
 Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : Stemfremitus dextra dan sinistra sama
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Perut sedikit cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
bekas operasi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) di daerah simfisis (skala nyeri 3)
 Perkusi : tidak dilakukan

 Extremitas :
Superior Inferior

Oedem -/- -/-


Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
b. Status Ginekologi
 Abdomen
 Inspeksi : Perut sedikit cembung, linea nigra (+), striae gravidarum (+),
bekas operasi (-)
 Auskultasi : Belum didapatkan denyut jantung janin dengan menggunakan
fetal phone.
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan (+) di daerah simfisis (skala nyeri 3)
 Genitalia
 Externa
Inspeksi : Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (-), vaginal
discharge (+), darah (+), jaringan (-).
 Interna
- VT : permukaan vagina licin, nyeri goyang portio (-), massa (-),
adneksa kanan dan kiri tidak teraba perbesaran, cavum douglass
tidak menonjol, OUE tertutup, corpus uteri teraba (+) sebesar
telur bebek, ppv (+)
- Inspekulo : Dinding vagina kanan dan kiri licin, portio sebesar jari jempol,
permukaan nya licin, erosi (-), polip (-), mioma geburt (-), OUE
tertutup, fluksus (+), fluor (-), discharge yang keluar berupa
darah segar sedikit.

D. Pemeriksaan Penunjang
 Darah rutin ( 4 September 2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Hemoglobin 11.9 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 33.3 33-45 %
Leukosit 6.96 3.6-11.0 ribu/uL
Trombosit 253 150-440 ribu/Ul
Golongan Darah/Rh AB/Positif
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif -
KIMIA
GDS 84 76-110 mg/dL

 USG Kandungan ( 4 September 2018)


- Uterus besar, tampak GS intrauterine letak dan dinding baik, tampak gambaran
janin tunggal dengan struktur belum jelas.
- Berdasarkan pengukuran biometri sesuai dengan usia hamil 7 minggu 1 hari
- Selama pemeriksaan tak tampak gerakan janin
- Dengan color doppler tak tampak flow vaskular
- Cairan Amnion jumlah cukup
KESAN: Gravida tunggal intrauterin sesuai dengan usis hamil 7 minggu 1 hari,
belum tampak gerakan janin dan detak jantung janin.
Usul: Follow up usg

E. Ringkasan/Resume
Pasien G3P1A1 usia 33 tahun hamil 9 minggu, datang ke IGD Rumah Sakit Islam Sultan
Agung dengan keluhan keluar flek – flek berwarna merah kecoklatan sejak kemarin
pagi. Frekuensi 1-2 kali ganti pembalut per hari. Keluhan ini diawali dengan rasa tidak
enak di pinggang yang semakin lama menjadi nyeri dan disertai rasa mulas-mulas.
Demam ataupun sakit selama kehamilan disangkal oleh pasien. BAK (+), BAB (+), kesan
normal. Riwayat trauma atau jatuh disangkal oleh pasien, pasien tidak minum jamu,
dan tidak dipijat. Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-), nyeri perut bagian bawah
(+).

 Riwayat Kehamilan
 HPHT : 03 – 07 - 2018
 HPL : 10 – 04 - 2019
 UK : 9 minggu
 Status Present
 Keadaan umum : Baik
 TD : 134/82 mmHg
 Nadi : 74 x/menit
 RR : 22 x/menit
 Suhu : 36,50C

 Status Internus
Dalam Batas Normal

c. Status Ginekologi
 Abdomen
 Inspeksi : Perut sedikit cembung, linea nigra (+), striae gravidarum (+),
bekas operasi (-)
 Auskultasi : Belum didapatkan denyut jantung janin dengan menggunakan
fetal phone.
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan (+) di daerah simfisis (skala nyeri 3)
 Genitalia
 Externa
Inspeksi : Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (-), vaginal
discharge (+), darah (+), jaringan (-).
 Interna
- VT : permukaan vagina licin, nyeri goyang portio (-), massa (-),
adneksa kanan dan kiri tidak teraba perbesaran, cavum douglass
tidak menonjol, OUE tertutup, corpus uteri teraba (+) sebesar
telur bebek, ppv (+)
- Inspekulo : Dinding vagina kanan dan kiri licin, portio sebesar jari jempol,
permukaan nya licin, erosi (-), polip (-), mioma geburt (-), OUE
tertutup, fluksus (+), fluor (-), discharge yang keluar berupa
darah segar sedikit.

F. DIAGNOSA
Seorang Wanita G3P1A1usia 33 tahun hamil 9 minggu, janin tunggal mati intrauterin dengan
Missed Abortion.

G. TATALAKSANA
Segera rawat di Rumah Sakit
 Rencana Kuretase tanggal 5 September 2018 pukul 17.00 WIB
 Medikamentosa
*Sebelum kuretase : - Puasa 6 jam
- Pengawasan : KU, vital sign, Hb, nyeri abdomen
- Lengkapi Laboratorium
- Infus RL 20 tpm
- cytotec 2 tab/sl

* Sesudah Kuretase: - Pengawasan : KU, vital sign, Hb, nyeri abdomen


- Infus RL 20 tpm
- inj. cefotaxim 1gr iv
 Dilakukan Kuretase :
o Evaluasi Perdarahan
o Keadaan umum ibu post kuretase : baik

H. PROGNOSA
Kehamilan : dubia ad malam

I. EDUKASI
 Memberitahu kepada pasien untuk rawat inap
 Memberitahu kepada pasien dan keluarga bahwa pasien tidak boleh bekerja terlalu
berat dan menajaga kondisi kesehatan pasien
 Memberitahu kondisi ibu dan janin pada keluarga
 Memberitahu tujuan terapi serta kemungkinan terjadinya komplikasi
 Memberi tahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari RS

J. FOLLOW UP
Hari/ tanggal Keluhan Hasil Pemeriksaan Penatalaksanaan
4 September 2018 Pasien mengatakan KU : baik ï Infus RL
ï Kalnex 500 mg
Jam 22.15WIB terdapat flek-flek sejak TD : 134/82 mgHg
ï Cygest 400 mg
tadi pagi. N : 74 x menit (sup)
ï Asam folat tab 1 x
Hamil ke- 3 RR : 22 x/menit
1
Skala nyeri: 3 Suhu : 36,7 °C ï Observasi di Nisa 2
ï

4 September 2018 Pasien mengatakan KU : cukup - Monitor KU dan


TTV
Jam 23.15WIB terdapat flek-flek sejak TD : 130/80 mgHg
- Rencana USG
tadi pagi. N : 74 x menit Radiologi besok
pagi
Hamil ke- 3 RR : 22 x/menit
- Bedrest total
Skala nyeri: 3 Suhu : 36,5 °C

5 September 2018 Nyeri post curratage KU : baik - Monitor KU dan


TTVc
Jam 13.00 WIB dan pasien mengatakan TD : 120/80 mgHg
- Cytotec 2 tab/sL
masih lemas N : 82 x menit - Pro curetage
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,5 °C

6 September 2018 Pasien mengatakan KU : baik Monitor TTV + KU


Jam 15.00 masih keluar flek TD : 110/60 mgHg Anjurkan bedrest total
N : 78 x menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,3 °C

K. Laporan Kuretase
- Pasien tidur terlentang di meja operasi dengan General Anestesi
- Pasien posisi litotomi, aseptik dan antiseptik daerah operasi dan sekitarnya
- Tutup dengan doek steril
- Pasang spekulum posterior dan anterior, jepit portio anterior dengan tenakulum
- Sondase uterus 9 cm, antefleksi
- Evakuasi jaringan konsepsi dengan abortus tang
- Dilakukan kuretase secara sistematik sampai bersih
- Keluar jaringan konsepsi ± 10 cc
- Sondase ulang 7 cm, tahanan segala arah
- Evaluasi perdarahan (-)
- Keadaan umum ibu post kuret: stabil
- Rencana post kuretase:
Awasi vital sign dan tanda-tanda pendarahan
Terapi
 Infus RL 20 tpm
 inj. cefotaxim 1gr iv
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD. In :
Williams Obstetrics. 22nd edition. Mc Graw-Hill. New York : 2010.
2. Bagian obstetric dan ginekologi FK UNPAD. Abortus dlam: Obstetric patologi. Bandung.
p: 7-17
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2014.
4. Kementrian Kesehatan RI. Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan.2013
5. Medical mini notes. Abortus dalam obstetric. 2014. p: 61-3
6. Manuaba, IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.2007.

Anda mungkin juga menyukai