Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup
diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya
janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus
ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang
dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus
buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik
ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik1.
Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus sangat tinggi.
Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian abortus di Indonesia berkisar
antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan rasio 18 abortus per 100 konsepsi.
Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun buatan. Abortus inkomplit sendiri merupakan
salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus
kriminalis ataupun medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti
namun yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi2,3,4.
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu karena
adanya perdarahan yang masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok
hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang
ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis. tidak hanya
pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.
Mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi para petugas
kesehatan agar mampu menegakan diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang
sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin viable (dapat hidup diluar
kandungan) yaitu 20 minggu atau berat janin <500 gr.

Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
1.      Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
1) Abortus Spontan
2) Abortus Provokatus
2.      Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:
1) Abortus Iminens
2) Abortus Insipiens
3) Abortus Inkomplit
4) Abortus Komplit
5) Missed Abortus
7)  Abortus Habitus

Penyebab Terjadinya Abortus


Penyebab abortus menurut Rukiyah (2010) antara lain adalah :
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta.

2. Faktor ibu
Faktor endokrin (hormonal), faktor kekebalan, infeksi kelemahan otot leher rahim,
kelainan bentuk rahim.

3. Faktor bapak
Kromosom dan infeksi sperma

2
4. Faktor genetik
Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin, abnormalitas genetik, yang paling sering terjadi adalah
aneoploidi (abnormalitas komposisi kromosom).

5. Faktor psikologi
Tingkat kepekaan terhadap terjadinya abortus adalah wanita yang belum matang
secara emosi atau jiwa.

6. Faktor nutrisi
Malnutrisi umum nya yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
terjadinya predisposisi abortus. (Rukiyah, 2010)

Abortus Inkomplit

2.1 Defenisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus1.

2.2 Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan
sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami
abortus inkomplit5.

2.3 Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak jelas.
Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspuisi hasil konsepsi yang terjadi secara spontan
hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan
berikutnya, sering janin sebelum ekspuisi masih hidup dalam uterus.
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh

3
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya5.

2.4. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai komplikasi
dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya adalah berawal dari
pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya
sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas
menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa
waktu. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8
minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap1,5,9.

2.5. Gambaran Klinis


- Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
- Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
- Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari ekternum atau sebagian jaringan keluar
- Perdarahan tidak bisa berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dan dapat menyebabkan
syok5,7

2.6. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui anamnesis
dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain, serta
dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis
meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada

4
abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan
penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi
serviks, disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual
palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus juga
penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai4.

2.7. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa apakah ada
tanda-tanda syok. Pada kasus-kasus abortus inkomplit, jaringan plasenta yang tertinggal terletak
secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksternaa yang sudah
terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian
tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi
jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.
Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara13.
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat
dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau
misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi hasil konsepsi dengan:
• Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
• Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular (diulangi
setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam
jika perlu).

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:


• Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologis atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspuisi hasil konsepsi.
• Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspuisi

5
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
• Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

2.8. Komplikasi
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok akibat
perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam
uterus5.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain' :


1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardi dan cardiac
arrest.
2. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila perforasi oleh
kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya kavum uteri
dibersihkan sedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan
akan berhenti segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
3. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila pendarahan sedikit dan
berhenti, tidak perlu dijahit.
4. Pendarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi. Pengobatannya adalah
pembersihan sisa jaringan konsepsi.
5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya berupa pemberian
antibitoka yang sensitif terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa
jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika
profilaksis minimal satu hari.

2.9. Prognosis
Angka kesembuhan yang terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan
berkisar antara 70 dan 85% tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus
inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik
terhadap ibu5,9.

6
BAB III
LAPORAN KASUS
a. Identitas Pasien

Identitas Pasien Identitas Suami


Nama : Ny Y Nama : Tn N
Umur : 22 Tahun Umur : 25 tahun
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :baso Alamat :baso
No MR : 462219

b. Anamnesa
Seorang pasien, wanita, umur 22 tahun, masuk KB IGD RSAM tanggal 6-01-2017,
jam 23.30 WIB. Dengan:
a. Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit,
berupa darah segar dan berwarna kemerahan.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


 Pasien sebelumnya komsumsi obat-obatan untuk menggugurkan kandungan,
setelah itu keluar darah dari kemaluan berbongkah-bongkah
 Keluar jaringan seperti daging dari kemaluan (+)
 Keluar jaringan seperti gelembung-gelembung mata ikan (-)
 Keluar darah bercampur lender (-)
 Keluar air-air yang banyak (-)
 HPHT: lupa, TP: sulit dinilai
 Pasien hamil anak yang ke 2
 RHM: mual (+), muntah (+), PPV (-)
 RHT:
 Riwayat obstetri:
o Anak ke 1: 9 bulan; spontan; dengan bidan; bayi laki-laki, 3300 gr, sehat
 Riwayat menstruasi: teratur, 4-5 hari/bulan, 3-4x ganti duk/ hari, Nyeri haid ada

7
 Riwayat kontrasepsi: tidak ada menggunakan alat kontrasepsi
 Riwayat imunisasi: Imunisasi Tetanus 1x
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
 Tidak ada riwayat penyakit DM, HT, Jantung, ginjal dan hati
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit menular, kejiwaan dan
keturunan.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
 KU : Baik
 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Tekanan Darah : 110/80mmHg
 Nadi : 83x/menit
 Respirasi : 18x/menit
 Suhu : 36,6ºC

2) Status Generalisata
 Kepala :
o Kepala bentuk simetris, kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera
tidak ikterik, telinga normal, tidak ada sekret yang keluar dari liang
telinga, hidung bentuk normal, dan tidak ada sekret, tenggorokan tidak
hiperemis, karies dentis (-).
 Leher :
o Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.
 Dada :
o I : Pergerakan simetris
o Pa : Vocal Fremitus ki=ka
o Pe : Sonor Semua lapang paru
o A : Rh -/- Whezzing (-)

8
 Jantung :
o Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
 Anggota gerak : Edema (-) , varises (-)
 Refleks : Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif.

3) Status Obstetri:
Abdomen
 Inspeksi :
o Perut tidak tampak membuncit
 Palpasi :
o Nyeri tekan (-)
o Nyeri lepas (-), DM (-)
o Tfu tidak teraba
 Perkusi :
o timpani
 auskultasi
o bu (+) normal

Genitalia :
 inspeksi
o V/U tenang, perdarahan pervaginam (+)
o Tanpak ada sisa jaringan di introitus vagina
 Inspekulo :
 Vagina :
o Tanpak jaringan di canalis serfikalis, kesan : abortus insipient, dilakukan
digitalis
o Inspekulo ulang : keluar darah berbongkah-bongkah ± 50 gr, tumor (-), fluksus
(-)
- Portio

9
o Multipara, ukuran sebesar ibu jari dewasa
o Tumor (-), fluksus (-), ostium uterus ekterna terbuka 2 cm.

Ekstremitas :
o Akral hangat, oedem (-)

d. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin :
o Hb : 13,6 gr/dl PT : 8,4
o Ht : 39,3 % APTT : 26,5
o Leukosit : 17,930/ul
o Trombosit : 98.000/UI

 Immunoserologi :
o HbsAg : Nonreaktif

e. Diagnosa
 G2P1A0H1 gravid 18-20 minggu + abortus inkomplit ec. Abortus provocatus

f. Tatalaksana
 Kontrol KU, VS,
 IVFD RL + drip oksitosin 2 amp
 Inj cefotaxim 2x1 gr
 Inf consent
 Persiapan curettage
 Puasa 6 jam

Perkembangan Pasien Selama Perawatan


Tanggal 7januari 2017, pukul 07.00 WIB
S : Perdarahan pervaginam (+), nyeri pinggang

10
O : Status generalisata :
Keadaan umum : baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Temperatur aksila : 36,3 °C
Mata : konjungtiva anemis -/-
Sclera ikterik -/-
Abdomen :
Ispeksi :
o perut tidak tampak membuncit.
o fundus uteri tidak teraba

Palpasi :
o Nyeri tekan (-)
o Nyeri lepas (-), DM (-)
o Fut tidak teraba
Perkusi :
o timpani
auskultasi
o bu (+) normal
Genitalia :
inspeksi
o V/U tenang, perdarahan pervaginam (+)

Diagnosis : G2P1A0H1 gravid 18-20 minggu + abortus inkomplit ec. Abortus provocatus
P : Pro Kuretase

Pkl 10.00 (7/01/17) Pasien dipersiapkan untuk kuretase (Pasien telah dipuasakan sejak malam
harinya)
Pkl 10.30 → Telah dilakukan kuretase. Berhasil dikeluarkan sisa jaringan ± 50 gram, perdarahan

11
± 20cc.
Ass : Post kuretase a.i Abortus Inkomplit Hari 0
Terapi: kontrol ku,vs,ppv
IVFD RL + oksitosin + 0,2 mg metergin
Amoxicilin 3x500mg
Antalgin 3x500mg
SF 1x300mg
Vit C 3x50mg
Observasi paska kuretase

Follow-up Pasien

8-1-17 Nyeri perut St.Present Post curretage ec Amoxicilin 3x500mg


Demam (-) T : 100/70 mmHg abortus inkomplit Antalgin 3x500mg
PPV (+) N : 80 x/menit Hari I Sf 1x300mg
R : 20 x/menit Vit C 3x50mg
tax: 36,70C
St. General
dbn
St ginekologi
Abd :
I: tidak membuncit
P: Nt (-) Nl (-)
Pe: timpani
Au: bu + N
Vag : perdarahan
sedikit

9-1-17 Nyeri perut berkurang Post curretage ec Amoxicilin 3x500mg


Demam (-) St.Present abortus inkomplit Antalgin 3x500mg
PPV (+) berkurang T : 120/80 mmHg Hari II Sf 1x300mg
N : 80 x/menit Vit C 3x50mg
R : 19 x/menit
tax: 36,70C
St. General Pasien pulang !!!
dbn
St ginekologi
Abd :
I: tidak membuncit
P: Nt (-) Nl (-)
Pe: timpani
Au: bu + N

12
Vag : perdarahan
sedikit

ANALISA KASUS

1. Penegakan diagnosis abortus inkomplit pada pasien ini cukup jelas dimana didapatkan tanda-
tanda khas dari abortus inkomplit yaitu:
a. Anamnesa: seorang wanita hamil dengan masa gestasi 18-20 minggu datang dengan
keluhan perdarahan dari jalan lahir disertai keluarnya gumpalan seperti daging dan
perutnya terasa mules.
b. Pemeriksaan fisik :genitalia : inspeksi Tampak ada sisa jaringan di introitus vagina.
Inspekulo :Tanpak jaringan di canalis serfikalis, kesan : abortus insipient, dilakukan
digitalis dan di inspekulo ulang beberapa menit selanjutnya keluar darah berbongkah-
bongkah ± 50 gr.
Pada portio, ostium uterus ekterna terbuka 2 cm
c. Pemeriksaan penunjang: β-hCG ataupun USG sebaiknya dilakukan pada pasien ini untuk
memperkuat diagnosa.
2. Tatalaksana pada pasien ini sesuai dengan tatalaksana yang harus dilakukan pada pasien
dengan abortus inkomplit yaitu evakuasi berupa tindakan kuretase, untuk mengeluarkan sisa
jaringan buah kehamilan. Kemudian terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini
berupa antibiotika sebagai terapi profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi yang
mungkin terjadi akibat tindakan kuretase yang dilakukan.
3. Prognosis pada pasien ini terbilang baik karena umur pasien yang masih muda disertai
dengan keadaan klinis pasien yang stabil setelah kuretase. Pasien sebaiknya diedukasi untuk
kontrol kembali ke dokter spesialis 1 minggu kemudian.

13
DAFTAR PUSTAKA

1.Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 - 312.

2. Ministry of Health Republic of Indonesia. Indonesia Reproductive Health Profile 2003.


2003.Availableat:http:/w3.whosea.org/LinkFiles/Reproduc-tive_Health__Profile_RHP-
Indonesia.pdf. Accessed January 08,2006.

3. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003

4. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom KD,
editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills Companies, Inc ; 2005 : p. 231-
247.

5. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA: McGraw-Hill
Companies, 2003 : p. 45 – 55

6. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all. Novak's
Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.

7. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus Abortion. AAFP
Home Page>New & Publications>Joumals>American Family Physician. October
012005;72;1.

8. Rand SE. Recurrent spontaneous abortion: evaluation and management. In: American
FamilyPhysician.December1993.http://www/findarticles.com/p/articles/mi_m3255/
is_n8_v48/ai_14674724/pg_1

9. Disorder of Early Pregnancy (ectopic, miscarriage, GTI) In : Campbell S, Monga A, editors.


Gynaecology. London : Arnold, 2000 ; p. 102-6.

10. Lindsey.J.L.Missed Abortion. Available from htpp :// www.emedicine.com/med/topic last


update : Juli 18, 2005

14
11. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2002.

13. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.

14.Valley.V.T.Abortion,Incomplete.In:Emedicine.http://www.emedicine.com/emerg/obs-
tetrics_and_gynecology.htm: last updated: 30Mei2006

15

Anda mungkin juga menyukai