Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alopesia androgenik (male pattern alopecia) adalah kebotakan progresif
umum yang terjadi akibat pengaruh faktor predisposisi genetik dan androgen
terhadap folikel rambut. Meskipun pola kebotakan pada perempuan berbeda
dengan laki-laki, namun female pattern alopecia juga sering disebut alopesia
androgenika karena karakteristik kebotakan yang sama pada kedua kelompok
gender yaitu ditandai dengan pemendekan fase anagen, pemanjangan fase telogen,
dan pengecilan folikel rambut yang mengakibatkan batang rambut tumbuh
semakin menipis pada setiap siklus. Kebotakan biasa dimulai pada usia 20-an atau
awal usia 30-an dengan pola yang khas yaitu dimulai dari rambut bagian frontal
dan vertex sehingga garis rambut tampak mundur, menyisakan rambut di bagian
parietal saja. Sedangkan pada perempuan, pola kebotakan lebih diffuse dan
dimulai dari puncak kepala.1
Prevalensi alopesia androgenik pada kelompok laki-laki ras Kaukasia
mencapai 30% pada usia 30-an tahun dan 50% pada usia 50-an tahun. Angka
kejadian alopesia androgenik meningkat seiring dengan pertambahan usia, dapat
dilihat dari data tambahan yang menunjukkan sebanyak 80% laki-laki dari ras
Kaukasia mengalami kebotakan di usia 70 tahun. Ras dan jenis kelamin terbukti
memiliki hubungan dengan peningkatan angka kejadian alopesia androgenik.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa prevalensi alopesia androgenik pada
laki-laki Afrika mencapai empat kali lebih rendah dibandingkan pada ras
Kaukasia begitu pula dengan ras Asia. Pada perempuan, angka kejadian alopesia
androgenik juga meningkat seiring pertambahan umur, yaitu sebanyak 5% pada
ras Kaukasia berumur 30 tahun dan 40% pada umur 70 tahun dan hanya 11,8%
perempuan berumur 70 tahun di China yang mengalami kebotakan.2,3,4
Alopesia androgenik dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita
meskipun sebenarnya merupakan hal yang lazim terjadi dan bukan merupakan
penyakit serius bila dilihat dari sudut pandang medis. Penderita alopesia
androgenik sering mengalami psikologis seperti frustasi dan kehilangan rasa

1
percaya diri terutama pada perempuan. Tidak ada terapi yang efektif untuk
menghambat progesivitas dari alopesia andogenika, meskipun pengobatan tetap
bisa dilakukan, batang rambut tidak dapat tumbuh selebat dan setebal dulu.1,2

1.2 Tujuan

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Kulit dan Kelamin RSUD Achmad Moachtar dan diharapkan agar dapat
menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca,
khususnya kalangan medis, tentang alopesia androgenik.

1. Disorders of Hair Follicles and Releated Disorders. In: Wolff K, Johnson RA,
editors. Fitzpatrick’s Color Atlas &Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed.
New York: McGraw-Hill Company, 2009; p. 68-75.
2. Paus R, Olsen EA, Messenger AG. Disorders of Hair and Nails. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 7th ed. Chicago: McGraw-Hill Company, 2008; p. 766-769.
3. Ellis JA, Sinclair R, Harrap SB. Androgenetic Alopecia: Pathogenesis and
Potential for Therapy. Cambridge University Press, 2002. Available from:
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=
202002, 19 November 2002.
4. Wang TL, et al. Prevalence of Androgenetic Alopecia in China: a
Community-based Study in Six Cities. Available from:
http://www.pkuph.com.cn/medicine/lib/sci_web_pdf/pk-wangtl.pdf, British
Journal of Dermatology 2010;162;843-847.

Anda mungkin juga menyukai