PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok dan diharapkan agar dapat menambah
pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khususnya
kalangan medis, tentang komplikasi Preeklampsia berat pada janin.
1
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2. 1 Defenisi
2
a) asidosis metabolik (pH < 7.0 dan base deficit ≥ 12 mmol/L) pada arteri
umbilical,
b) ensefalopati sedang atau berat,
c) cerebral palsy tipe spastik quadriplegia atau dyskinetic,
d) bukan penyebab lain,
sedangkan kriteria tambahan adalah
a) sentinel event,
b) perubahan mendadak detak jantung janin,
c) apgar score ≤ 3 kurang
d) kegagalan sistem organ dalam 72 jam kehidupan,
e) early imaging evidence5.
3
b. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu bentuk deviasi atau reduksi
pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses patologi
yang menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra Uterine
Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak
mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan
nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi
dengan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.7
4
sel trofoblas tidak dapat dipengaruhi hormon yang mengendalikan
vasokonstriksi dan vasodilatasi arteriol otot uterus. Masuknya sel trofoblas
sampai ke arteriol otot uterus menyebabkan pembuluh darah melebar dan
menjamin sirkulasi ke retroplasenter tetap terpelihara. Jika terjadi gangguan
invasi dan migrasi sel trofoblas sampai ke arteria miometrium atau arteriol
otot uterus maka pembuluh darah dapat vasokonstriksi dan suplai oksigen
dan nutrisi akankurang.7
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta yaitu terlepasnya sebagian atau seluruhnya plasenta dari
tempat insersinya yang normal sebelum persalinan. Perdarahan yang terjadi
diantara membran dan uterus kemudian keluar melalui serviks sehingga
menyebabkan perdarahan eksternal. Sering kali terjadi perdarahan tidak
mengalir keluar tetapi tertahan diantara plasenta yang masih menempel
dengan uterus sehingga menyebabkan perdarahan terselubung atau concealed
hemorrhage.8
5
Menurut bagian plasenta yang terlepas, solusio plasenta dapat berupa solusio
plasenta total atau partial. Solusio plasenta dengan tanpa perdarahaneksternal
sering kali menimbulkan bahaya yang lebih besar pada ibu karena adanya
proses koagulopati dan besarnya serta banyaknya perdarahan tidak dapat
diketahui dengan pasti.8
6
pembuluh darah (Fisher et al., 2009). Disfungsi endotel arteri spiralis dapat
sebabkanmenurunnya NO (nitrat oksida) sehingga miometrium gagal dalam
mempertahankan struktur muskuloelastisitasnya. Selain itu, ditemukan juga
adanya maladaptasi imun seperti penurunan prostaglandin dan HLA-G serta
peningkatan tromboksan A2. Seluruh proses ini akan mengakibatkan aliran
darah ke plasenta menurun sehingga nutrisi dan oksigen yang disalurkan juga
menurun atau terganggu. Hal ini akan memicu terjadinya stres oksidatif pada
plasenta, peningkatan tonus rahim, dan kepekaan terhadap rangsangan yang
akhirnya menyebabkan terjadinyagangguanpertumbuhan janinataupun partus
prematurus dengan output bayi berat lahir rendah (BBLR).9
7
(DJJ). Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan.
8
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Seorang wanita usia 28 tahun datang ke Ponek IGD RSUD Solok. Pasien
rujukan dari RSUD Arosuka dengan diagnosa G1P0A0H0 gravid aterm +
PEB dalam regimen MgSO4 dosis maintenance + KPD 12 jam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Sakit kepala (+)
- Pandangan kabur (-)
- Nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-)
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) 2 jam smrs
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-)
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (+) sejak 12 jam smrs
- Keluar darah segar dari kemaluan (-)
- Pasien hamil anak pertama
- Pasien tidak haid sejak 9 bulan yll
- HPHT : 21 April 2018
- TP : 28 Januari 2019
- Gerakan anak dirasakan sejak 5 bulan yll
- RHM : mual (+), muntah (-), perdarahan (-)
- RHT : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
9
- ANC : pasien kontrol kehamilan 3 kali ke Bidan (2,4,6) dan kontrol ke
SpOG pada kehamilan 9 bulan
- Riwayat menstruasi : menarche usia 14 tahun. Siklus haid teratur, 1x28
hari. Lamanya 5-7 hari. Banyaknya ganti duk 2-3 kali/hari. Nyeri haid (-)
1. sekarang
g. Riwayat Kontrasepsi : -
3. Status Generalisata
Nadi : 92x/menit
Napas : 19x/menit
Suhu : 36,6oC
10
4. Status Lokalis
Kepala : normocephali
Thorak : DBN
L2: teraba tahanan terbesar janin di sisi kiri ibu, dan bagian-
L4: divergen
- TFU : 31 cm
- TBJ : 3100 gr
Genitalia :
Hodge I-II
11
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
- Darah Rutin:
Hb : 12,6 g/dl
Ht : 38,3 %
Leukosit : 13.920/uL (↑)
Trombosit : 268.000/uL
PT : 10,9 detik
APTT : 28,2 detik
- Kimia Klinik:
SGPT : 12 U/L
SGOT : 14 U/L
Creatinin : 0,50 mg/dl
GDR : 88 mg/dl
Ureum : 18 mg/dl
- Protein : +2
5. Diagnosis Kerja
G1P1A0H0 gravid aterm 35-36 minggu + PEB dalam regimen MgSO4 dosis
maintenance dari luar + PRM 12 jam + fetal distress
6. Sikap
12
Rencana : SCTPP
Laporan Operasi
Diagnosa :
P1A0H1 post SCTPP ai PEB dalam regimen MgSO4 dosis maintenance dari luar +
PRM 12 jam + Akseptor IUD
Sikap :
13
- Cefixime 2x200 mg
- Metyldopa 3x500 mg
FOLLOW UP:
06:00 WIB
S/ :
- Nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-)
- Nyeri luka operasi (+)
- ASI (+)
- BAK (+), BAB (-)
O/:
A/ : P1A0H1 post SCTPP ai PEB dalam regimen MgSO4 dosis maintenance dari
luar + PRM 12 jam + Akseptor IUD
P/:
14
- IVFD RL + drip MgSO4 28 tpm
- Vit C 3x50 mg
- SF 1x180 mg
- Cefixime 2x200 mg
- Metyldopa 3x250 ng
15
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang wanita usia 28 tahun datang ke Ponek IGD RSUD Solok. Pasien
rujukan dari RSUD Arosuka dengan diagnosa G1P0A0H0 gravid aterm + PEB
dalam regimen MgSO4 dosis maintenance + KPD 12 jam. G1P1A0H0 gravid aterm
35-36 minggu + PEB dalam regimen MgSO4 dosis maintenance dari luar + PRM 12
jam + fetal distress. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala, nyeri pinggang menjalar ke ari-
ari sejak 2 jam smrs, keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 12 jam smrs.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap, kimia
klinik, urinalisa dan juga serologi. Dari pemeriksaan darah lengkap salah satunya
adalah untuk melihat apakah pasien mengalami trombositopenia. Pada pemeriksaan
urinalisa ditemukan proteinuria +2. Selain itu, pemeriksaan kimia klinik juga penting
untuk melihat apakah sudah terjadi gangguan pada ginjal yang ditandai dengan
peningkatan creatinin dan untuk melihat gangguan pada hepar yang ditandai dengan
peningkatan SGOT atau SGPT. Pada pasien ini, tidak terdapat gangguan pada ginjal
ataupun HEPAR.
Dalam kasus, pasien diberikan terapi IVFD RL drip MgSO4 dosis inisial
kemudian dilanjutkan dengan dosis maintenance dan Oksigen nasal kanul 3l/i.
Tindakan selanjutnya yang diambil untuk pasien ini adalah SCTPP. Tindakan
tersebut sudah tepat, merujuk pada literature bahwasanya pada pasien PEB harus
segera diambil tindakan aktif/ agresif yaitu melakukan terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan dengan cara SCTPP dipilih karena terminasi harus dilakukan
segera, jika terminasi dilakukan pervaginam akan membutuhkan waktu yang lebih
lama mengingat pembukaan pada pasien ini baru 2 cm dan janin mengalami fetal
distress.
16
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
R.D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Bidan vol. 2 no. 1 hlm. 66-72.
18