PRESENTAN
Luh Dewi Sulasih (1410070100103)
Vivinia Rahmi Andika Putri (1410070100104)
Devi Masila (1410070100108)
OPPONENT
Vadlil Ihsan Apnosa (1410070100110)
Katrina Edyasmar (1410070100113)
PRESEPTOR
dr. H.Asrizal Asril Sp.S M. Biomed
KEPANITERAAN KLINIK
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat izin dan
ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “diagnosis
dan tatalaksana subdural hematoma” dan juga shalawat beriring salam semoga
selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR ISI
iii
3.10 Terapi............................................................................................................. 24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penderita adalah kebanyakan laki – laki dan kebanyakan umurnya lebih
tua dari penderita – penderita cedera kepala lainnya. Penyebab yang predominan
pada umumnya ialah kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian dan
perkelahian seperti pemukulan pada kepala, merupakan cedera terbanyak.
Sebagian kecil disebabkan kecelakaan olah raga dan kecelakaan industri (Sone JL
et al, 1983). Genareli dan thibault serta seelig dkk melaporkan bahwa pada
penderita – penderita cedera kepala berat tanpa lesi massa (mass lesion) 89 %
disebabkan kecelakaan lalu lintas (Seeliq JM et al, 1981).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Subdural hematom timbul setelah trauma kepala hebat, seperti perdarahan
kontusional yang mengakibatkan ruptur vena yang terjadi dalam ruangan
subdural. Pergeseran otak pada akselerasi bisa menarik dan memutuskan vena-
vena.Pada waktu akselerasi berlangsung terjadi 2 kejadian, yaitu akselerasi
tengkorak ke arah dampak primer dan pergeseran otak ke arah yang berlawanan
dengan arah dampak sekunder.Akselerasi kepala dan pergeseran otak yang
bersangkutan bersifat linear.Maka dari itu lesi-lesi yang bisaterjadi dinamakan lesi
kontusio. Lesi kontusio di bawah benturan disebut lesi kontusio “coup” di
seberang benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga di situ tidak terdapat
lesi. Jika di situ terdapat lesi, maka lesi itu di namakan lesi kontusio “contercoup”.
4
Trauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya geseran atau
putaran otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh
terduduk.
Trauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih
mudah terjadi bila ruangan subdura lebar akibat dari atrofi otak, misalnya
pada orangtua dan juga pada anak – anak.
Non trauma
Pecahnya aneurisma atau malformasi pembuluh darah di dalam
ruangan subdural.
Gangguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan perdarahan
subdural yang spontan, dan keganasan ataupun perdarahan dari tumor
intrakranial.
Gejala yang timbul segera hingga 72 jam setelah trauma sampai dengan hari ke
tiga
Berkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar hari ketiga – minggu ke tiga
sesudah trauma.
5
2.4 Gejala Klinis Subdural Hematoma
6
lebih lanjut dengan merobek membran atau pembuluh darah di sekelilingnya,
menambah ukuran dan tekanan hematoma.
Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering
terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada kedua
keadaan ini, cedera tampaknya ringan, sehingga selama beberapa minggu
gejalanya tidak dihiraukan. Hasil pemeriksaan CT scan dan MRI
bisamenunjukkan adanya genangan darah.
Hematoma subdural pada bayi bisa menyebabkan kepala bertambah
besar karena tulang tengkoraknya masih lembut dan lunak. Hematoma subdural
yang kecil pada dewasa seringkali diserap secara spontan. Hematoma subdural
yang besar, yangmenyebabkan gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan
melalui pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran perdarahan ini adalah:
Sakit kepala yang menetap
Rasa mengantuk yang hilang timbul
Sempoyongan
Perubahan kognitif
Kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan
7
bisa ditahan. Ditanyakan juga penyakit lain yang sedang diderita, obat-obatan
yang sedang dikonsumsi saat ini, dan apakah dalam pengaruh alkohol.
8
2.5.3 Pemeriksaan Neurologis
9
2.5.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi, pemeriksaan darah
rutin,pemeriksaan kimia klinik (elektrolit, kolestrol total, trigliserida, GDP,
GD2PP) profil hemostasis/koagulasi.
c. CT-Scan Kepala
Pemeriksaan CT scan adalah modalitas pilihan utama bila disangka
terdapat suatu lesi pasca-trauma. Gambaran ct scan pada pasien subdural
hematoma didapatkan lesi hiperdens, berbentuk seperti bulan sabit dan melintasi
garis sutura.
10
d. MRI Kepala
2.6 Pentalaksanaan
Tindakan Non Operatif
Pada kasus perdarahan yang kecil (volume 30 cc ataupun kurang)
dilakukan tindakan konservatif. Tetapi pada keadaan ini masih ada
kemungkinan terjadi penyerapan darah yang rusak diikuti oleh terjadinya
fibrosis yang kemudian dapat mengalami pengapuran.
Tindakan Operatif
Baik pada kasus akut maupun kronik, apabila diketemukan adanya gejala-
gejala yang progresif, maka jelas diperlukan tindakan operasi untuk
melakukan pengeluaran hematoma. Tetapi sebelum diambil keputusan
untuk dilakukan tindakan operasi, yang tetap harus kita perhatikan adalah
airway, breathing dan circulation (ABCs). Tindakan operasi ditujukan
kepada:
a. Evakuasi seluruh SDH
b. Merawat sumber perdarahan
c. Reseksi parenkim otak yang nonviable
11
d. Mengeluarkan ICH yang ada.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Pekerjaan : Security
No.MR : 174308
Alamat : Taruang Taruang
Tanggal masuk : 20 September 2018
ANAMNESIS :
Keluhan Utama:
Lemah anggota gerak kanan hilang timbul sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit.
13
rontgen, hasil rontgen normal. Rasa nyeri dipinggang dirasakan hilang setelah
15 hari.
Pasien dengan riwayat sakit kepala, sakit kepala biasa dirasakan sampai
dengan 3 kali seminggu dan diatasi pasien dengan minum bodrex.
Riwayat Tumor
Riwayat Stroke (-)
Riwayat Hipertensi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit, reguler.
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 360 Celcius
STATUS GENERALIS
Status Generalis Kepala dan leher
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
14
Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
Mulut : Bibir kering (-), bibir tidak simetris (-), sianosis (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-).
Pemeriksaan Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : taktil fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (-/-), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi :
Batas kanan jantung RIC IV, linea sternalis dextra
Batas kiri jantung RIC V, 2 jari medial linea
midclavikularis sinistra.
Batas atas jantung RIC II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Irama murni, P1<A2, M1<M2, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas pada semua
regioabdomen hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen
Auskultasi : Normal
Ekstremitas
Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, pitting edema (-/-),sianosis (-/-)
15
Status Neurologis
GCS : E4M6V5 = 15
- Tanda Ransangan Meningeal
Kaku kuduk :(-) Brudzinsky II : ( - )
Brudzinsky I : ( - ) Kernig Sign :( - )
- Tanda Peningkatan tekanan intrakranial
Pupil : Isokor Ø 3mm/3mm, sklera ikterik -/-, konjunctiva anemis -/-
Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N.I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
b. N.II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
c. N.III (Occulomotorius)
Kanan Kiri
16
Strabismus Negatif Negatif
Pupil
d. N.IV (Troklearis)
Kanan Kiri
e. N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Sensorik
17
o Divisi Opthalmika
o Divisimaksila
o Divisi mandibular
N.VI (Abdusen)
Kanan Kiri
N.VII (Facialis)
Kanan Kiri
18
Menutup mata Normal Normal
N.VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
o Memanjang
o Memendek
Nistagmus
19
N.IX (Glossopharingeus)
Kanan Kiri
N.X (Vagus)
Kanan Kiri
N.XI (Asesorius)
Kanan Kiri
20
N.XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Pemeriksaan Koordinasi
Cara berjalan Tidak bisa dilakukan
21
Khorea Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Tidak dilakukan
E. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
APR - -
22
KPR - -
2. Patologis
Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. EKG
2. Laboratorium darah rutin
Hb 14,5 g/dl
Ht 45 %
Trombosit 297000 /uL
leukosit 10.8/uL
1. Kimia klinik
Calcium darah 10,3 mg/dl
Natrium 139 mEg/dl
Kalium 3,5 mEq/dl
Clorida 107 mEg/dl
DIAGNOSIS
# Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra+ migrain dengan aura
# Diagnosis Topik : Subcortex Serebri Hemisfer Sinistra
23
# Diagnosis etiologis : Intrakranial
# Diagnosis sekunder : -
# Deferensial diagnosa : TIA
PROGNOSA
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
TERAPI
Umum/Suportif
Breath : -
Blood : IVFD Ringer Laktat 12 Jam/Kolf
Brain : -
Bowel : -
Bladder : -
Khusus
Antiplatelet agregasi
Aspilet 1 x 80 mg
Neurorotektan
Piracetam 3x 1200 mg
Analgetik
Paracetamol 3x500 mg
Vitamin
Asam folat 2 x 1 (5 mg)
24
Follow up
Hari 1 :
Hari/tanggal/ jam : Jumat/ 21 September 2018/ 06:00 WIB
Subject : lemah anggota gerak sebelah kanan berkurang
Kepala sakit
Bicara: lancar, jelas
BAK, BAB lancar.
Tidur nyenyak.
Bisa diajak bicara.
Object :
Keadaan umum : baik,
Kesadaran : CMC
TD : 110/60 mmHg,
ND: 70/ menit (reguler)
NF : 24/ menit
S : 36℃
GCS : E4M6V5: 15
Pupil : Isokor
Tonus Otot :
444 555
444 555
Gajah mada score:
-penurunan kesadaran(-)
-nyeri kepala (+)
-reflek Babinski (-)
Assessment
DK : Hemiparese dextra
DT : Subcortex cerebri hemisfer sinistra
DE :Trauma mekanik
DS :
DD: TIA
25
Planning
CT scan kepala
Monitor TTV
Pasang pengaman bed
Bantu ADL(Activity Daily Living)
Farmakologi
Umum/Suportif
Breath : -
Blood : IVFD Ringer Laktat 12 Jam/Kolf
Brain :-
Bowel :
Bladder : -
Fisioterapi
Khusus
Antiplatelet agregasi: Aspilet 1x80 mg
Neuroprotektor: Piracetam 3x 1200 mg
Analgetik: Paracetamol 3xn500mg
Vitamin : Asam folat 2x 5mg
26
Hasil CT scan
Expertise CT Scan :
Lesi hipodens batas relative tegas di lobus parietal kiri.
27
Assessment
DK : Hemiparese dextra
DT : Subcortex cerebri hemisfer sinistra
DE : Trauma mekanik
DS : -
28
BAB IV
ANALISA KASUS
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun dirawat dibangsal
neurologi RSUD Solok pada tanggal 21 September 2018. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu CT scan kepala, pasien
tersebut di diagnosa klinis Hemiparese dextra Diagnosa Topik : Subcortex cerebri
hemisfer sinistra Diagnosa Etilogi : Trauma mekanik. Setelah dilakukan CT Scan
didapatkan perdarahan dengan subdural hematoma dan pasien harus dirujuk
karena belum ada fasilitas bedah syaraf.
5.2 Saran
Kepada Instansi Rumah Sakit Umum Daerah Solok, kami menyarankan untuk
menyediakan fasilitas bedah syaraf.
30
DAFTAR PUSTAKA
31