ABORTUS KOMPLIT
DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan
oleh masalah kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO
memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil
meninggal saat hamil atau bersalin. (Kemenkes, 2015)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai
target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya
5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia
tahun 2015 menunjukkan angka kematian ibu 2 hingga saat ini penurunannya
masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000
perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari
jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. (WHO, 2015)
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007,
yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015. (Depkes, 2016)
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas, dan segala intevensi atau penanganan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan 25 %
biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis 15 %, hipertensi dalam kehamilan
12 %, partus macet 8 %, komplikasi aborsi tidak aman 13 % dan sebab-sebab
lain 8%. (Prawirohardjo, 2010)
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus. (Wiknjosastro, 2010)
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO)
memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman
di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju
hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah
abortus di Indonesia masih cukup tinggi. Insidensi abortus spontan adalah 15-
20%. Resiko keguguran meningkat pada ibu dengan riwayat keguguran
sebelumya, mencapai 40% setelah tiga kali keguguran berturut-turut dengan
prognosis yang bertambah buruk sesuai meningkatnya usia ibu. (Lusa, 2011)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. (Nugroho, 2010)
Macam abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed
Abortion, dan abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi abortus
imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit.
(Wiknjosastro, 2010)
Abortus kompletus ialah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga
rongga rahim kosong. Komplikasi abortus jika tidak ditangani dapat terjadi
perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Amru Sofian,2011). Bila terjadi
perdarahan yang hebat akibat abortus komplit dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat
berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan
kuretase.
B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah: “Bagaimana
menerapkan asuhan kebidanan pada Ny.A usia 38 tahun dengan Abortus
komplit di RSU Aura Syifa?”
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan laporan ini adalah asuhan kebidanan pada
Ny. A pada tanggal 27 Januari 2020.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
Ny. A dengan Abortus komplit di RSU Aura Syifa melalui pendekatan
manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
a. Kelainan kromosom.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kelainan plasenta
3. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a. Anomeli kongenital (hipoplasia uteri)
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi.
c. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
d. Distorsia uterus, misalnya karena terdorang oleh tumor pelvis.
(Amru Sofian.2011)
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor dari janin (fetal), terdiri dari kelainan genetik (kromosom)
b. Faktor dari ibu (maternal), terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidime, diabetes militus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan,
merokok, konsumsi alkohol, faktor imunologis dan defek anatomis
seperti uterus didelfis, inkompelensia serviks dan sinikhiae uteri karena
sindrom asherman.
c. Faktor dari ayah: kelainan sperma
D. Patofisilogi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam
sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk
lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)
E. Penyebab Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan
yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang
berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan
infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit
darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke
belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan
kelainan bawaan pada rahim.
5. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
G. Manifestasi Klinik
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
(Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah :
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
H. Penanganan
1. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya
makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per
hari selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
I. Pemeriksaan
Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
J. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
1 Diagnosa: Intervensi:
1. Abortus Komplet Tidak
G…P…A…UK .... Minggu
memerlukan penanganan
Janin tunggal, Hidup khusus, hanya apabila
(Sulistyawati, 2011) menderita anemia ringan perlu
diberikan tablet besi dan
dianjurkan supaya makan
makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan
mineral.
2. Observasi untuk melihat
adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia
sedang, berikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca
keguguran dan pemantauan
lanjut.
2 Masalah: Intervensi:
1. Pemberian Fe
Anemia
2. KIE nutrisi
No Kunjungan
1
S:
a. Biodata
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dikumpulkan
adalah:
1) Nama ibu dan suami
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli, 2015).
2) Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Romauli, 2015).
3) Suku/Bangsa/Etnis/Keturunan
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan (Romauli, 2015).
4) Agama
Informasi ini dapat menuntun diskusi tentang pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran
(Walyani, 2015).
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2015).
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita
sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada
pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan
dan lain-lain (Romauli, 2015).
7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal ibu, mengantisipasi kemungkinan
jika ada klien dengan nama yang sama. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjungan pada klien (Romauli, 2015).
b. Alasan kunjungan
Bertanya alasan kunjungan kepada klien, apakah karena ada keluhan
atau hanya memeriksa kehamilannya. Pada kasus ini perlu di tanyakan
seberapa banyak perdarahan yang keluar (Romauli, 2015).
c. Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2014). Tanyakan kepada
ibu seberapa banyak dan mulai kapan perdarahan terjadi.
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat perkawinan
Status perkawinan, perkawinan ke, usia ibu saat perkawinan dan lama
perkawinan
2) Riwayat menstruasi
HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginam dan fluor albus Menarche,
siklus, volume dan keluhan (Sulistyawati, 2014).
3) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat ANC, tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat
yang dikonsumsi termasuk jamu dan kekhawatiran ibu (Muslihatun,
Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
4) Riwayat obstetri (Gravida(G)… Para (P)… Abortus (A)… Hidup
(H)…), meliputi: Perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas
yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu, BB lahir < 2500 gram atau > 4000 gram serta masalah selama
kehamilan, persalinan dan nifas (Muslihatun, Mufdlilah, &
Setiyawati, 2009).
5) Riwayat keluarga berencana
Metode, lama dan keluhan saat menggunakan KB (Walyani, 2015).
Tenaga dan tempat saat pemasangan dan pelepasan kontrasepsi
(Muslihatun, Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
6) Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga
Riwayat kesehatan ibu seperti penyakit yang pernah diderita,penyakit
yang sedang diderita, apakah pernah dirawat seperti berapa lama
dirawat dan penyebab dirawat, riwayat kesehatan keluarga seperti
penyakit menular, penyakit keturunan/genetik (Walyani, 2015).
Penyakit jantung, hpertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi, hati,
malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS (Muslihatun, Mufdlilah, &
Setiyawati, 2009).
7) Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan (Muslihatun,
Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
8) Imunisasi TT
9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola nutrisi seperti jenis makanan, porsi, frekuensi,
pantangan dan alasan pantangan, personal hygiene seperti frekuensi
mandi, frekuensi gosok gigi, frekuensi ganti pakaian, kebersihan vulva,
pola aktivitas, pola eliminasi seperti BAB jumlah frekuensi, warna
dan masalah, BAK jumlah frekuensi, warna, bau dan masalah
(Walyani, 2015).
10) Riwayat psikososial
Pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang
dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap
kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan ibu
(Muslihatun, Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
O:
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. Tinggi badan : ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145
tergolong resiko tinggi
d. Berat badan : ditimbang tiap kali kunjungan untuk mengetahui
penambahan berat badan ibu. Normalnya penambahan berat
badan tiap minggu adalah 0,50 kg dan penambahan berat badan
ibu dari awal sampai akhir kehamilan adalah 6,50 – 16,50 kg.
e. LILA (Lingkar Lengan Atas) pada bagian tangan yang tidak
dominan (biasanya pada lengan kiri) : Lila kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang
kurang/buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan,
petugas dapat memotivasi ibu agar lebih memperhatikan
kesehatannya serta jumlah dan kualitas makanannya.
f. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih serta diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan
ini dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi kalau tidak
segera ditangani dengan tepat.
2) Nadi : dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80
x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan pertanda buruk. Jika denyut nadi ibu 100
x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah satu atau lebih
keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah
tertentu, perdarahan berat, anemia sakit/demam, gangguan
tyroid, gangguan jantung.
3) Pernafasan : untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan.
Normalnya 16-24 x/menit.
4) Suhu tubuh : suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5°C. Suhu
tubuh lebih dari 37°C perlu diwaspadai adanya infeksi.
(Romauli, 2011)
g. Pemeriksaan Fisik (head to toe) terdiri dari:
1) Kepala : meliputi bentuk kepala, rambut (warna, kebersihan
rambut, rontok atau tidak), muka (chloasma gravidarum,
jerawat, sianosis), mata (sklera, konjungtiva, gangguan
penglihatan, kotoran atau secret), telinga (kebersihan, ada
secret atau tidak), hidung (kebersihan, pernafasan cuping
hidung, polip), mulut (karies gigi, kebersihan mulut dan lidah,
kelembapan bibir, stomatistis, perdarahan gusi).
2) Leher : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan
vena jugularis
3) Dada : meliputi retraksi dada, denyut jantung teratur,
wheezing
4) Payudara : meliputi bentuknya (simetris atau tidak),
hiperpigmentasi areola, kondisi putting susu (masuk ke dalam
atau tidak, kebersihan), teraba keras, lunak, benjolan atau tidak
pengeluaran kolostrum
5) Ekstremitas atas : meliputi bentuk, kebersihan tangan dan
kuku, pucat diujung jari, telapak tangan berkeringat atau tidak.
6) Abdomen : meliputi pemeriksaan TFU, apakah sudah teraba
atau belum. (Kusnawanti, 2014)
7) Genetalia : keluar darah dari jalan lahir, Ostium uteri tertutup
8) Ekstremitas bawah : meliputi bentuk, varises, kebersihan
kuku, dan refleks patella. (Kusnawanti, 2014)
h. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. USG
A:
G….P….A….H….. UK minggu
Janin tunggal, Hidup
P:
1. Abortus Komplit Tidak memerlukan penanganan khusus,
hanya apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet
besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus
600 mg per hari selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Januari 2020 Jam : 07.45 WIB
No. RM : 1418xxx
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. J
Umur : 38 tahun Umur : 45 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Melati Kec. Mojo Alamat : Ds. Melati Kec.Mojo
Cara Masuk
Datang sendiri
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ibu mengatakan perutnya mules dan keluar darah segar yang banyak disertai
gumpalan tadi pagi.
Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Anak
No Penyulit anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan JK/BB
sekarang
1. 2007 Abortus 10 minggu - - - - -
H A M I L I N I
5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita :
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, asma, dan
jantung
Pernah dirawat : ya/tidak
Pernah dioperasi : ya/tidak
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita
sakit :
Ayah dari ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi
7. Status pernikahan : ya/tidak
Nikah 1 kali, nikah usia 23 tahun, lama menikah 25 tahun
8. Riwayat psiko sosial ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu senang atas kehamilannya walaupun ibu merasa kebobolan
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi
- Dukungan keluarga
Keluarga mendukung kehamilan dengan cara selalu menemani ibu kontrol
kehamilan
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Suami dengan cara musyawarah
- Kebiasaan hidup sehat
Mandi 2 kali sehari, sikat gigi, 3 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari,
ganti celana dalam jika basah, keramas 3 kali seminggu dan rajin
memotong kuku
- Beban kerja sehari
Ibu bekerja sebagai guru paud
- Penghasilan keluarga
Rp. ± 2.500.000,00
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
kesadaran : Composmentis
BB/TB : 68 / 158
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36.2 oC
Pernafasan : 22 x/menit
Lila : 29 cm.
2. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak
- Rahang, gigi, gusi : normal
- Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
thyroid
- Dada : payudara bersih, putting menonjol, areola
hiperpigmentasi
- Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang
tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah: tungkai simetris/asimetris oedema
Reflek patella varises
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Palpasi : Tidak teraba
b. Genitalia
Inspeksi : Terdapat darah segar keluar dari jalan lahir
VT : Ostium Uteri tertutup
4. Pemeriksaan Penunjang :
- Hb : 11,8 gr/dL
- USG : Tidak ada sisa konsepsi
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27-01-2020 Jam : 07.45 WIB
A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut, ibu mengaku
sedang hamil 3 bulan anak ke-5 ibu pernah keguguran 1 kali, namun ibu
mengalami pengeluaran darah beserta gumpalan disertai nyeri perut bagian
bawah sejak kemarin tanggal 26 januari 2020 pukul 19.00 WIB. Saat ini ibu
merasa lemas dan pusing. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
Abortus komplit adalah dimana seluruh jaringan hasil konsepsi keluar dari
rahim di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan tidak teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan pengeluarannya sisa
sedikit (Saifuddin, 2010).
B. Data Objektif
Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. A umur 38 tahun yang
meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Adapun hasil dari pemeriksaan umum yaitu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 89 x/menit, suhu 36,2C,
pernafasan 22x/menit. Mata konjungtiva merah muda, sklera putih, pada
genitalia terlihat darah keluar dari vagina, pada pemeriksaan vaginal touch
terlihat serviks tertutup. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh
Manuaba, 2010 bahwa gambaran klinis dari abortus komplit yaitu :
A. Kesimpulan
Abortus merupakan penyebab kematian ibu. Banyak kasus abortus dilakukan
secara illegal tanpa indikasi apapun. Oleh karena itu, peran petugas kesehatan
sangat penting terutama dalam pelayanan antenatal care dalam memberikan
pengetahuan tentang kehamilan. Dengan begitu setiap kehamilan dapat terpantau
dan dapat segera ditangani bila terjadi komplikasi.
B. Saran
Sebagai petugas kesehatan kita harus melakukan asuhan kebidanan secara
teliti dan cermat agar masalah kebidanan yang timbul dapat diatasi sesuai dengan
hak dan kewenangan masing-masing petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius