Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS KOMPLIT

DISUSUN OLEH:

YENI IRAWATI (P17321195009)


NURIL AMALLIYA (P17321195013)
BHERYANI M (P17321195016)
ZULIVIANI FIZA KUSUMA (P17321195024)
GEA BELA PRATIWI (P17321195025)
DYAH AYU SAPUTRI (P17321195028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURURSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebabkan
oleh masalah kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada tahun 2015, WHO
memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu hamil
meninggal saat hamil atau bersalin. (Kemenkes, 2015)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk mencapai
target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya
5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia
tahun 2015 menunjukkan angka kematian ibu 2 hingga saat ini penurunannya
masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak 536.000
perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari
jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. (WHO, 2015)
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007,
yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015. (Depkes, 2016)
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas, dan segala intevensi atau penanganan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan 25 %
biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis 15 %, hipertensi dalam kehamilan
12 %, partus macet 8 %, komplikasi aborsi tidak aman 13 % dan sebab-sebab
lain 8%. (Prawirohardjo, 2010)
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus. (Wiknjosastro, 2010)
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO)
memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000
sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman
di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju
hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah
abortus di Indonesia masih cukup tinggi. Insidensi abortus spontan adalah 15-
20%. Resiko keguguran meningkat pada ibu dengan riwayat keguguran
sebelumya, mencapai 40% setelah tiga kali keguguran berturut-turut dengan
prognosis yang bertambah buruk sesuai meningkatnya usia ibu. (Lusa, 2011)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. (Nugroho, 2010)
Macam abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus infeksiosa, Missed
Abortion, dan abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi abortus
imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit.
(Wiknjosastro, 2010)
Abortus kompletus ialah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga
rongga rahim kosong. Komplikasi abortus jika tidak ditangani dapat terjadi
perdarahan, perforasi, infeksi dan syok (Amru Sofian,2011). Bila terjadi
perdarahan yang hebat akibat abortus komplit dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat
berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan
kuretase.
B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah: “Bagaimana
menerapkan asuhan kebidanan pada Ny.A usia 38 tahun dengan Abortus
komplit di RSU Aura Syifa?”
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan laporan ini adalah asuhan kebidanan pada
Ny. A pada tanggal 27 Januari 2020.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
Ny. A dengan Abortus komplit di RSU Aura Syifa melalui pendekatan
manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya data subjektif pada Ny.A usia 38 tahun dengan Abortus


komplit di RSU Aura Syifa.

b. Diperolehnya data objektif pada Ny.A usia 38 tahun dengan Abortus


komplit di RSU Aura Syifa.

c. Ditegakkannya analisa pada Ny.A usia 38 tahun dengan Abortus


komplit di RSU Aura Syifa.

d. Dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.A usia 38 tahun


dengan Abortus komplit di RSU Aura Syifa.

e. Mampu melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi asuhan


kebidanan pada pada Ny.A usia 38 tahun dengan Abortus komplit di
RSU Aura Syifa.
D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan
1. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan tenaga kesehatan terutama bidan dalam
meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan.

2. Bagi Klien dan Keluarga


Memberikan rasa nyaman kepada ibu dan keluarga serta mendapatkan
asuhan yang tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi.

3. Bagi Profesi Bidan


Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu
untuk memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Abortus Komplit


A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. (WHO,2013)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
hidup diluar kandungan sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 22
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo,2010)
Abortus komplit adalah keguguran lengkap di mana semua hasil konsepsi
(desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi medis.

B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
a. Kelainan kromosom.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh obat-obatan, tembakau dan alkohol.
2. Kelainan plasenta
3. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
a. Anomeli kongenital (hipoplasia uteri)
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi.
c. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
d. Distorsia uterus, misalnya karena terdorang oleh tumor pelvis.
(Amru Sofian.2011)
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor dari janin (fetal), terdiri dari kelainan genetik (kromosom)
b. Faktor dari ibu (maternal), terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidime, diabetes militus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan,
merokok, konsumsi alkohol, faktor imunologis dan defek anatomis
seperti uterus didelfis, inkompelensia serviks dan sinikhiae uteri karena
sindrom asherman.
c. Faktor dari ayah: kelainan sperma

D. Patofisilogi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk
ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam
sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk
lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)

E. Penyebab Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan
yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang
berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan
infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan
pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit
darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu
seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus
toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke
belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan
kelainan bawaan pada rahim.
5. Trauma
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat
plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

F. Tanda dan Gejala Abortus Kompletus


1. Perdarahan banyak
2. Mulas sedikit atau tidak ada
3. Ostium uteri kadang masih membuka atau sudah menutup
4. Uterus sudah mengecil
5. Ada keluar jaringan,sehingga tidak ada sisa dalam uterus
6. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa
kelengkapannya
(Maryunani,Anik,2010)

G. Manifestasi Klinik
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
(Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah :
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.

H. Penanganan
1. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya
makan makanan yang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per
hari selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
I. Pemeriksaan
Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

J. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. (Yanti, Arma, & Karlinah,
2015)
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu dalam masa hamil,
persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana. (Yanti, Arma,
& Karlinah, 2015)
A. Konsep Manajemen Kebidanan Helen Varney
Manajemen kebidanan adalah metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur berpikir bidan dalam
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis. Asuhan yang
dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, dan logis sehingga
perlu suatu metode pendokumentasian. (Marmi, 2014)
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri atas tujuh
langkah yang harus dilaksanakan secara berurutan, dan secara periodik perlu
dikaji ulang sesuai dengan kondisi ibu hamil yang diberi asuhan. Proses
manajemen menggambarkan langkah yang sistematis dan pola pikir yang
diaplikasikan dalam semua situasi ibu hamil yang membutuhkan asuhan.
Penerapan 7 langkah manajemen menurut Varney dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil secara sistematis adalah sebagai berikut.
1. Langkah 1 : Mengumpulkan Data Dasar
Pengumpulan data subjektif dan data objektif berupa data fokus
dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya,
dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan dan pemeriksaan laboratorium.
Data subyektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan ibu sesuai dengan kondisinya. Yaitu seberapa banyak
perdarahan yang keluar dari jalan lahir dan apakah disertai dengan
gumpalan jaringan atau tidak, riwayat kehamilan lalu, riwayat hamil ini,
riwayat penyakit, riwayat hubungan seksual, riwayat KB serta rencana
KB selanjutnya dan psikologis ibu.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data objektif adalah
dengan pengukuran tanda vital (suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah,
dan pernafasan). Pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi,
palpasi. Pemeriksaan laboratorium mencangkup hemoglobin (Hb),
(Mandriwati, Ariani, Harini, Darmaopatni, & Javani, 2018)
2. Langkah II : Menginterpretasikan/ Menganalisis Data
Pada langkah ini, data subjektif dan data objektif yang dikaji,
dianalisis menggunakan teori fisiologis dan teori patologis, sesuai dengan
perkembangan kehamilan berdasarkan usia kehamilan ibu pada saat
diberi asuhan, termasuk teori tentang kebutuhan fisik dan psikologis ibu
hamil. Analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis
kehamilan.
Rumusan diagnosis kebidanan pada ibu hamil disertai dengan dasar
yang mencerminkan pemikiran rasional yang mendukung munculnya
diagnosis. (Mandriwati, Ariani, Harini, Darmaopatni, & Javani, 2018)
a. Diagnosis kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan. Diagnosa yang terdapat dalam hal ini adalah
abortus komplit
b. Langkah III : Merumuskan Diagnosis/ Masalah Potensial dan
Tindakan Antisipasi.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial
ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman. (Surachmindari & Yulifah, 2013)
Pada langkah ketiga ini, merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah diagnosis potensial tidak terjadi yaitu
1) Masalah : anemia, infeksi, syok perdarahan
2) Kebutuhan : KIE nutrisi dan pemberian Fe
Dasar : Ibu mengatakan darah segar keluar dari jalan lahir
c. Langkah IV : Mengindentifikasi Kebutuhan Tindakan Segera untuk
Kolaborasi dan Rujukan.
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data.
Pada langkah ini mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang
seperti USG dan cek darah serta kolaborasi dengan dokter.
d. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Intervensi)
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi yang
sudah teridentfikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan infeksi dan
anemia akibat perdarahan yang terjadi pada abortus komplit
(Sulistyawati, 2009)

Tabel 2.6 Intervensi Pada Kehamilan Abortus komplit


No Diagnosa/Masalah/Kebutuhan Intervensi

1 Diagnosa: Intervensi:
1. Abortus Komplet Tidak
G…P…A…UK .... Minggu
memerlukan penanganan
Janin tunggal, Hidup khusus, hanya apabila
(Sulistyawati, 2011) menderita anemia ringan perlu
diberikan tablet besi dan
dianjurkan supaya makan
makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan
mineral.
2. Observasi untuk melihat
adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia
sedang, berikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan
transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca
keguguran dan pemantauan
lanjut.

2 Masalah: Intervensi:
1. Pemberian Fe
Anemia
2. KIE nutrisi

e. Langkah VI : Pelaksanaan Rencana Asuhan


Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara
efisien dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana asuhan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tanggungjawab untuk mengerahkan terlaksananya seluruh
perencanaan. Dalam situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan
dokter, misalnya karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih
tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu,
biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. (Sulistyawati, 2009)
f. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan
telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif,
sedangkan sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka
perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang efektif melalui
manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak
efektif, serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
(Surachmindari & Yulifah, 2013).
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi
pasien dan keluarga yang meliputi pemulihan kondisi pasien,
peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan pengetahuan dan
kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta peningkatan
kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya. (Sulistyawati, 2014)

B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan Metode SOAP


Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk, 2001), dokumentasi
adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur
tindakan,pengobatan pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap
semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai
asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seseorang pasien di dalamnya
tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang
pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analysis/Assessment dan P
adalah Penatalaksanaan. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat. Prinsip metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan.
S (Data Subjektif)
Data Subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini
berhubungan dengan msalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung
dengan diagnosis. Data subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis
yang akan disusun.
O (Data Objektif)
Data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asessment. Tanda gejala objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan keadaan umum, vital sign, fisik,
pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjnang, serta
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Data ini memberi
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa.
Data fisiologis, hasil observasi, informasi kajian teknologi (hasil
laboratorium, sinar X, rekaman CGT, dan lain-lain) serta informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kaetgori ini. Hasil
observasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa
yang akan ditegakkan. (Walyani, 2015)
A (Assessment)
A (Analysis/Asessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang
setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis. Hal ini menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
(Muslihatun, Mufdillah, & Setiyawati, 2009
P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi perencanaan
(E) berdasarkan pengkajian langkah 5,6, dan 7 Varney. Beberapa alasan
digunakannya SOAP untuk dokumentasi adalah sebagai berikut:
1. Grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi yang
sistematis yang mengorganisasi hasil temuan dan konklusi anda menjadi
rencana asuhan.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan
untuk tujuan pembautan dokumentasi asuhan.
3. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu anda
mengoraganisasikan pikiran anda dan sebagai asuhan yang menyeluruh.
Bidan memberikan asuhan kebidanan menggunakan tujuh langkah
proses manajemen, namun didokumentasikan dibuat dengan SOAP
(Saminem, 2010).
Tabel 2.8 Pendokumentasian SOAP

No Kunjungan
1
S:
a. Biodata
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dikumpulkan
adalah:
1) Nama ibu dan suami
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli, 2015).
2) Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Romauli, 2015).
3) Suku/Bangsa/Etnis/Keturunan
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan (Romauli, 2015).
4) Agama
Informasi ini dapat menuntun diskusi tentang pentingnya agama dalam
kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran
(Walyani, 2015).
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang (Romauli, 2015).
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita
sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada
pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan
dan lain-lain (Romauli, 2015).
7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal ibu, mengantisipasi kemungkinan
jika ada klien dengan nama yang sama. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjungan pada klien (Romauli, 2015).
b. Alasan kunjungan
Bertanya alasan kunjungan kepada klien, apakah karena ada keluhan
atau hanya memeriksa kehamilannya. Pada kasus ini perlu di tanyakan
seberapa banyak perdarahan yang keluar (Romauli, 2015).
c. Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2014). Tanyakan kepada
ibu seberapa banyak dan mulai kapan perdarahan terjadi.
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat perkawinan
Status perkawinan, perkawinan ke, usia ibu saat perkawinan dan lama
perkawinan
2) Riwayat menstruasi
HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginam dan fluor albus Menarche,
siklus, volume dan keluhan (Sulistyawati, 2014).
3) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat ANC, tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat
yang dikonsumsi termasuk jamu dan kekhawatiran ibu (Muslihatun,
Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
4) Riwayat obstetri (Gravida(G)… Para (P)… Abortus (A)… Hidup
(H)…), meliputi: Perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas
yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu, BB lahir < 2500 gram atau > 4000 gram serta masalah selama
kehamilan, persalinan dan nifas (Muslihatun, Mufdlilah, &
Setiyawati, 2009).
5) Riwayat keluarga berencana
Metode, lama dan keluhan saat menggunakan KB (Walyani, 2015).
Tenaga dan tempat saat pemasangan dan pelepasan kontrasepsi
(Muslihatun, Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
6) Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga
Riwayat kesehatan ibu seperti penyakit yang pernah diderita,penyakit
yang sedang diderita, apakah pernah dirawat seperti berapa lama
dirawat dan penyebab dirawat, riwayat kesehatan keluarga seperti
penyakit menular, penyakit keturunan/genetik (Walyani, 2015).
Penyakit jantung, hpertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi, hati,
malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS (Muslihatun, Mufdlilah, &
Setiyawati, 2009).
7) Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan (Muslihatun,
Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
8) Imunisasi TT
9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola nutrisi seperti jenis makanan, porsi, frekuensi,
pantangan dan alasan pantangan, personal hygiene seperti frekuensi
mandi, frekuensi gosok gigi, frekuensi ganti pakaian, kebersihan vulva,
pola aktivitas, pola eliminasi seperti BAB jumlah frekuensi, warna
dan masalah, BAK jumlah frekuensi, warna, bau dan masalah
(Walyani, 2015).
10) Riwayat psikososial
Pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang
dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap
kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan ibu
(Muslihatun, Mufdlilah, & Setiyawati, 2009).
O:
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. Tinggi badan : ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145
tergolong resiko tinggi
d. Berat badan : ditimbang tiap kali kunjungan untuk mengetahui
penambahan berat badan ibu. Normalnya penambahan berat
badan tiap minggu adalah 0,50 kg dan penambahan berat badan
ibu dari awal sampai akhir kehamilan adalah 6,50 – 16,50 kg.
e. LILA (Lingkar Lengan Atas) pada bagian tangan yang tidak
dominan (biasanya pada lengan kiri) : Lila kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang
kurang/buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
Dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan,
petugas dapat memotivasi ibu agar lebih memperhatikan
kesehatannya serta jumlah dan kualitas makanannya.
f. Tanda-tanda vital :
1) Tekanan darah : tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih serta diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan
ini dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi kalau tidak
segera ditangani dengan tepat.
2) Nadi : dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80
x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan pertanda buruk. Jika denyut nadi ibu 100
x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah satu atau lebih
keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah
tertentu, perdarahan berat, anemia sakit/demam, gangguan
tyroid, gangguan jantung.
3) Pernafasan : untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan.
Normalnya 16-24 x/menit.
4) Suhu tubuh : suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5°C. Suhu
tubuh lebih dari 37°C perlu diwaspadai adanya infeksi.
(Romauli, 2011)
g. Pemeriksaan Fisik (head to toe) terdiri dari:
1) Kepala : meliputi bentuk kepala, rambut (warna, kebersihan
rambut, rontok atau tidak), muka (chloasma gravidarum,
jerawat, sianosis), mata (sklera, konjungtiva, gangguan
penglihatan, kotoran atau secret), telinga (kebersihan, ada
secret atau tidak), hidung (kebersihan, pernafasan cuping
hidung, polip), mulut (karies gigi, kebersihan mulut dan lidah,
kelembapan bibir, stomatistis, perdarahan gusi).
2) Leher : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan
vena jugularis
3) Dada : meliputi retraksi dada, denyut jantung teratur,
wheezing
4) Payudara : meliputi bentuknya (simetris atau tidak),
hiperpigmentasi areola, kondisi putting susu (masuk ke dalam
atau tidak, kebersihan), teraba keras, lunak, benjolan atau tidak
pengeluaran kolostrum
5) Ekstremitas atas : meliputi bentuk, kebersihan tangan dan
kuku, pucat diujung jari, telapak tangan berkeringat atau tidak.
6) Abdomen : meliputi pemeriksaan TFU, apakah sudah teraba
atau belum. (Kusnawanti, 2014)
7) Genetalia : keluar darah dari jalan lahir, Ostium uteri tertutup
8) Ekstremitas bawah : meliputi bentuk, varises, kebersihan
kuku, dan refleks patella. (Kusnawanti, 2014)
h. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. USG
A:
G….P….A….H….. UK minggu
Janin tunggal, Hidup

P:
1. Abortus Komplit Tidak memerlukan penanganan khusus,
hanya apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet
besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus
600 mg per hari selama 2 minggu.
5. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A UK 13 3/7 MINGGU


DENGAN ABORTUS KOMPLIT

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Januari 2020 Jam : 07.45 WIB
No. RM : 1418xxx
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. J
Umur : 38 tahun Umur : 45 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Melati Kec. Mojo Alamat : Ds. Melati Kec.Mojo

Cara Masuk

Datang sendiri

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ibu mengatakan perutnya mules dan keluar darah segar yang banyak disertai
gumpalan tadi pagi.

2. Kronologi MRS : (Sebelum dirujuk/datang ke RS (IGD) hingga sampai ke


ruangan (Bersalin/ Nifas/ Bayi)
Ibu mengatakan jika kemarin tanggal 26-01-2020 sekitar jam 19.00 WIB
perut ibu mulas-mulas dan keluar bercak darah, dan ibu membawanya
istirahat. Namun setiap ibu kencing ke kamar mandi akan selalu disertai
dengan darah yang keluar sedikit lebih banyak, sampai tadi pagi jam 06.00
WIB ibu merasakan perutnya semakin mulas sebelum ke RS, keluar darah
segar yang banyak disertai gumpalan berwarna putih,lalu kemudian ibu
berangkat ke RS diantar dengan mobil tetangga. Ibu sampai di RS jam 07.45
WIB, dan mengatakan sedikit pusing.
3. Riwayat menstruasi
 Usia manarche : 11 tahun
 Jumlah darah haid : 4 kali ganti pembalut sehari
 HPHT : 27-10-2019
 Keluhan saat haid : tidak ada keluhan
 Lama haid : 5-7 hari
 Flour albus : tidak ada
 TP : 14
 Keluhan haid :
Dismenorhoe Spoting Menorrhagia
Premenstrual syndrome Dll..........

3. Riwayat hamil ini


 Hamil muda :
Mual Muntah Perdarahan Lain-lain(isi sesuai keluhan)
 Hamil tua :
Pusing Sakit Kepala Perdarahan Lain-lain(isi sesuai keluhan)
 Riwayat imunisasi : TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
 Tanda bahaya dan penyulit kehamilan : Keluar darah dari jalan lahir
 Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi : ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat atau jamu selain dari bidan
 Kekhawatiran khusus : Ibu khawatir dengan kondisi kehamilannya

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


P 5 A 1 Hidup 3

Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Anak
No Penyulit anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan JK/BB
sekarang
1. 2007 Abortus 10 minggu - - - - -

2008 RS 38-39 Spontan Bidan KPD Laki- Normal,


Ratih minggu laki/ hidup
2. 2800
2011 BPM 37-38 Spontan Bidan KPD Laki- Normal,
minggu laki/ hidup
3000

3. 2014 BPM 39-40 Spontan Bidan - Laki- Normal,


minggu laki/ hidup
3500

H A M I L I N I
5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita :
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, DM, asma, dan
jantung
Pernah dirawat : ya/tidak
Pernah dioperasi : ya/tidak
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita
sakit :
Ayah dari ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi
7. Status pernikahan : ya/tidak
Nikah 1 kali, nikah usia 23 tahun, lama menikah 25 tahun
8. Riwayat psiko sosial ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu senang atas kehamilannya walaupun ibu merasa kebobolan
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi
- Dukungan keluarga
Keluarga mendukung kehamilan dengan cara selalu menemani ibu kontrol
kehamilan
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Suami dengan cara musyawarah
- Kebiasaan hidup sehat
Mandi 2 kali sehari, sikat gigi, 3 kali sehari, ganti baju 2 kali sehari,
ganti celana dalam jika basah, keramas 3 kali seminggu dan rajin
memotong kuku
- Beban kerja sehari
Ibu bekerja sebagai guru paud
- Penghasilan keluarga
Rp. ± 2.500.000,00

9. Riwayat KB dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : suntik dan pil secara selang seling
selama 5 tahun , rencana KB selanjutnya ibu ingin memakai implan

10. Riwayat Ginekologi :


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular seksual

11. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat


pola makan : ibu makan 4-5 kali dengan porsi sedikit tapi sering
- Pola minum : 8-10 gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 6-7 kali/hari, warna : jernih/kuning/kuning pekat/ groshematuri,
BAK terakhir jam : 06.00
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lembek/keras, BAB terakhir jam : ibu
belum ada BAB hari ini
- Pola istirahat : 6-8 jam/hari, tidur terakhir jam : 05.00
- Dukungan keluarga : Suami Orang tua Mertua
Keluarga lain

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
kesadaran : Composmentis
BB/TB : 68 / 158
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 36.2 oC
Pernafasan : 22 x/menit
Lila : 29 cm.

2. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak
- Rahang, gigi, gusi : normal
- Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar
thyroid
- Dada : payudara bersih, putting menonjol, areola
hiperpigmentasi
- Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang
tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah: tungkai simetris/asimetris oedema
Reflek patella varises
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Palpasi : Tidak teraba

b. Genitalia
Inspeksi : Terdapat darah segar keluar dari jalan lahir
VT : Ostium Uteri tertutup
4. Pemeriksaan Penunjang :
- Hb : 11,8 gr/dL
- USG : Tidak ada sisa konsepsi

C. ANALISA / INTEPRETASI DATA


G5P2A1H3 UK 13 3/7 minggu dengan abortus komplit

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27-01-2020 Jam : 07.45 WIB

1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada ibu. Hasil terdapat didata


objektif
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar Hb pada ibu. Hasil
terlampir didata objektif
3. Melakukan pemeriksaan vaginal toucher untuk memastikan pembukaan
serviks. Serviks tertutup dan masih terdapat darah yang keluar dari jalan
lahir.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan. Dokter
memberi saran untuk USG
5. Melakukan pemeriksaan USG didokter kandungan. Hasil konsepsi sudah
tidak ada
6. Memberikan dukungan emosional kepada ibu agar ibu tidak terlalu
berlarut dalam kesedihan. Ibu sedikit tenang dan mengucapkan
terimakasih
7. Mengobservasi perdarahan ibu selama 2 jam dan melaporkan hasil ke
dokter kandungan. Hasil didapat jika perdarahan sudah mulai berkurang
dan ibu diperbolehkan pulang.
8. Menganjurkan ibu untuk menutup kehamilan dengan cara MOW karena
umur yang sudah berisiko jika hamil lagi. Ibu akan mempertimbangkan
terlebih dahulu, dan mendiskusikan dengan suami.
9. Memberikan KIE tentang nutrisi seperti makan sayur bayam, hati, daging
dan telur selama proses pemulihan agar ibu cepat pulih. Ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
10. Memberikan obat berdasarkan advise dokter yaitu SF 1x1, Amoxicillin
500 mg, dan Asam Mefenamat 3x500mg
11. Menganjurkan ibu untuk kembali kontrol jika terdapat keluhan seperti
perdarahan hebat atau badan terasa lemas. Ibu mengerti dan bersedia
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut, ibu mengaku
sedang hamil 3 bulan anak ke-5 ibu pernah keguguran 1 kali, namun ibu
mengalami pengeluaran darah beserta gumpalan disertai nyeri perut bagian
bawah sejak kemarin tanggal 26 januari 2020 pukul 19.00 WIB. Saat ini ibu
merasa lemas dan pusing. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
Abortus komplit adalah dimana seluruh jaringan hasil konsepsi keluar dari
rahim di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan tidak teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan pengeluarannya sisa
sedikit (Saifuddin, 2010).

B. Data Objektif
Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. A umur 38 tahun yang
meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Adapun hasil dari pemeriksaan umum yaitu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 89 x/menit, suhu 36,2C,
pernafasan 22x/menit. Mata konjungtiva merah muda, sklera putih, pada
genitalia terlihat darah keluar dari vagina, pada pemeriksaan vaginal touch
terlihat serviks tertutup. Hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh
Manuaba, 2010 bahwa gambaran klinis dari abortus komplit yaitu :

1. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak baik, kesadaran menurun,


tekanan darah normal, tekanan nadi cepat, suhu badan normal atau
meningkat.
2. perdarahan pervaginam yang berkurang
3. Rasa mulas atau kram perut di daerah sympisis, sering nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
4. Pemeriksaan dalam : Servik masih membuka, keluar darah segar dari jalan
lahir
5. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
6. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan sudah tidak
ada (Manuaba, 2010).
C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapat maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. A usia 36 tahun G5P3A1 hamil 13 3/7 minggu dengan
abortus komplit
D. Penatalaksanaan
Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. A meliputi pemberian penjelasan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, melakukan kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk tindak lanjut keadaan ibu  advice dokter yaitu melakukan
tindakan USG, memberitahu ibu dan keluarga bahwa menurut anjuran dokter
ibu harus dilakukan observasi perdarahan selama 2 jam untuk memastikan
perdarahan tidak bertambah banyak, memberikan dukungan emosional kepada
ibu dan keluarga, melakukan observasi tanda-tanda vital ibu dan memberikan
obat seperti penambah darah, analgesic.
Berdasarkan kasus diatas maka dapat disimpulkan jiika antara teori dan
praktik tidak terdapat kesenjangan teori.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus merupakan penyebab kematian ibu. Banyak kasus abortus dilakukan
secara illegal tanpa indikasi apapun. Oleh karena itu, peran petugas kesehatan
sangat penting terutama dalam pelayanan antenatal care dalam memberikan
pengetahuan tentang kehamilan. Dengan begitu setiap kehamilan dapat terpantau
dan dapat segera ditangani bila terjadi komplikasi.
B. Saran
Sebagai petugas kesehatan kita harus melakukan asuhan kebidanan secara
teliti dan cermat agar masalah kebidanan yang timbul dapat diatasi sesuai dengan
hak dan kewenangan masing-masing petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Maryunani, Anik dan Yulianingsih.2010. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam


Kebidanan. Jakarta:Trans Info Media.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika

Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Sofian, Amru.2011. Sinopsis Obsteri Jilid I. Jakarta:EGC.

WHO.2013. Buku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan


Rujukan.

Anda mungkin juga menyukai