Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara yang sedang
berkembang.Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang,
sedangkan di negara maju hanya 1-2%.Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat
dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba, 2007:6).

Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus (kehamilan,
persalinan, dan nifas).Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan akibat terjadinya perdarahan
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%).Perdarahan yang banyak
menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).

Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal  karena bortus
tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia,
sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap
tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500
orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007), mengemukakan
diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak
2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia. Hasil
survey pendahuluan yang dilakuakan di RSUD ungaran 2015 didapatkan angka kejadian abortus
imminene sebanyak 155 kasus (63,3%).

Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan riwayat
baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang karena pada
usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom
dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Abortus Imminens di ruang bersalin RSUD dr.Zubir Mahmud
Aceh Timur.

1
B.       Tujuan

1.        Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan abortus imminens.

2.        Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu hamil  dengan
abortus imminens
b. Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnose keperawatan, masalah, dan
kebutuhan pada ibu hamil dengan abortus imminens
c. Mengidentifikasi dignosa potensial pada pada dengan abortus imminens
d. Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada ibu hamil  dengan abortus imminens
e. Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada ibu hamil dengan abortus imminens
f. Melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu dengan abortus imminens sesuai
perencanaan secara efektif dan aman.
g. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan abortus imminens

C.      Manfaat

a.  Bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan
serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan abortus imminens

b.  Bagi Institusi

Menambah pustaka bagi kampus asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus
imminens.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengertian

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya
kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam rahim. Manuaba, 2007:683).

Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal. 261).Abortus imminen adalah perdarahan
bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan.Dalam kondisi
seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.(Syaifudin.Bari Abdul,
2000)Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 1999).Abortus imminen
adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan (William
Obstetri, 1990).

2. Etiologi

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya,
pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang
menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut.

a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan
berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil mudah. Faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:

Kelainan kromosom,Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.Lingkungan kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

3
Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.

b) Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

c) Penyakit ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain
dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta
masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti
brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.

d) Kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma
submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah
servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.Kelainan
endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran)Trauma, Gangguan nutrisi
dan Stress psikologis

3. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita

Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ reproduksi
eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat
di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran
telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons
veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.

4
Gambar 1. Organ Interna Wanita
Ovarium.

Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui
mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan
mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium
terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang
perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih
dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan
melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche
(pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya
hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang
lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian.

Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah


folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang
mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum
tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum
akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.

Tuba falopii/oviduct (saluran telur)

Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi
untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini
bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.

Uterus (rahim)

Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil
disebut cervix. Uterus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya
dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding
sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah.
Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi.

5
Vagina

Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang
disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas
fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi
wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat
melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang
mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.

Mons veneris

Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian
dari vulva.

Labium mayora

Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi
rambut.

Gambar 2. Organ Eksterna Wanita

Labium minora

Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk
clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra
di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.

6
Clitoris

Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena
banyak mengandung saraf (Bobak, 2000).

4. Manifestasi Klinis

Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah beberapa
jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen. Nyeri pada abortus dapat terletak di
sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa
berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri
tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang
disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi,
kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek.
Meskipun demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami
abortus, perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi.

Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah banyak. Kadang-
kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa minggu bahkan
berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah bercampur dengan darah
tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada
suprasimfisis atau pinggang mulanya belum ada atau ringan saja.

Tanda dan gejala pada abortus Imminen:

a. Terdapat keterlambatan datang bulan


b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot Rahim
d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih
tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif.

5. Patofisiologi  

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,

7
disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.

6. Klasifikasi

Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:

Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi:

Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh
pertama kehamilan.Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam
sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut.Nyeri abortus mungkin terasa di anterior
dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.

Abortus insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.

Abortus inkompletus

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat
atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada
abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.

Abortus kompletus

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.

8
Abortus Servikalis

membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan.Terapi terdiri atas dilatasi serviks
dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.

Missed Abortion

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Etiologi missed abortion tidak diketahui,
tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu

Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum
1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus
ini terbagi menjadi dua yaitu :

Abortus medisinalis (abortus therepeutika)

adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua
sampai tiga tim dokter ahli.

Abortus kriminalis

adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.

7. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tedak segera diberikan pada waktunya.

9
b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan teliti.Jika ada tanda
bahaya,perlu segera dilakukan laparatomie,dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie.Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang awammenimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atauusus.Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi,laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

c. Infeksi 

Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia.Diagnosis ditentukan
dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital, seperti
panas,takikardia,perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri
tekan, dan leukositosis.

d. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena infeksi berat
(syok Endoseptik).

8. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan penunjang

Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati

pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

Data laboratorium

Tes urine

hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan hematokrit terjadi
Penurunan (< 35 mg%)

menghitung trombosit

kultur darah dan urine

10
9. Penatalaksanaan

Penanganan abortus imminens terdiri atas:

Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian
faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui menyatakan
bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan
bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak
banyak manfaatnya.

Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik


misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat

Bila perdarahan

Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.

Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan adanya


penyebab lain (hamil ektopik atau mola).

11
Pathway

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma Gangguan faal


endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Abortus Spontan Retensi Janin Abortus Resiko


Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang


pengetahuan

Shock Nyeri akut ansietas

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan

12
D. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :

Data dasar yang meliputi :

Aspek biologi

Aspek psikologis

Aspek sosial kultural

Aspek spritual

Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang meliputi :

Riwayat kehamilan

Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat kehamilan sebelumnya, lahir
hidup atau lahir mati, riwayat haid yang meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair

Pengkajian fisik meliputi :

Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan

Perhatian pendarahan yang terjadi

Adanya infeksi

Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan

Ada riwayat masalah pengobatan

Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan

Masalah psikologis

Adanya dukungan dari keluarga

Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.

Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin

Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan

Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin

13
Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab

Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan dengan kurang informasi.

14
Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional


Tujuan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Pain Management Pain Management


adanya kontraksi uterus dalam
kehamilan muda Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Untuk memberikan tindakan keperawatan
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, yang sesuai
Setelah dilakukan tindakan kualitas dan faktor presipitasi,.
keperawatan selama 2 jam
diharapkan nyeri akan berkurang Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan
(awitan, frekuensi, durasi, intensitas, dan
NOC: gambaran ketidaknyamanan)
Pain level Observasi reaksi nonverbal dari reaksi
ketidaknyamanan Untuk mengetahui kemajuan persalinan
Pain control dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
Comfort level nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
Kriteria Hasil:
Kurangi faktor presipitasi nyeri Respon dari nyeri yang dirasakan ibu.
Mampu mengontrol nyeri
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
Menyatakan rasa nyaman
dan tindakan penanganan nyeri yang tidak
Mengungkapkan penurunan berhasil Dapat mengurangi faktor yang
nyeri memperparah tingkat nyeri
Analgesic administration
Menggunakan tehnik yang tepat
untuk mempertahankan kontrol Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
nyeri.

Kolaborasi dengan dokter pemberian obat

15
analgesik pada klien

Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah Membantu mengurangi nyeri


diberikan analgesik

Untuk diberikan tindakan selanjutnya


dalam mengatasi nyeri yang tidak berhasil
tersebut

Analgesic administration

Verifikasi dalam pemberian obat,


menghindari kesalahan dalam pemberian
obat

Menurunkan tingkat nyeri dengan teknik


farmakologi

Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi


peningkatan kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi dan takikardi

16
2. Kekurangan volume cairan NIC :
berhubungan dengan adanya
pendarahan Fluid Management mengetahui keadaan umum pasien

NOC:Fluid Balance, Hydration, Monitor vital sign mengetahui perkembangan rehidrasi


Intake
Monitor status hydrasi (kelembaban membrane rehidrasi optimal evaluasi intervensi
Setelah dilakukan tindakan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
selama 1x24 jam, masalah ortostatik), jika diperlukan
teratasi dengan kriteria hasil: mengurangi risiko kekurangan voume
Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung
Mempertahankan urin output intake kalori harian cairan semakin bertambah
dalam batas normal sesuai mengurangi risiko kekurangan voume
dengan usia, dan BB, Kolaborasi pemberian cairan IV
cairan semakin bertambah
TD, nadi, suhu tubuh dalam Dorong masukan oral mengurangi risiko kekurangan voume
batas normal cairan semakin bertambah
Berikan penggantian nasogastric sesuai output
Tidak ada tanda dehidrasi mengurangi risiko kekurangan voume
Atur kemungkinan transfusi
Elastisitas turgor kulit baik. cairan semakin bertambah
Persiapan untuk transfuse
Membrane mukosa lembab, mengurangi risiko kekurangan voume
tidak ada rasa haus tambahan. cairan semakin bertambah

Hypovolemia Management mengetahuiperkembangan rehidrasi

Monitor intake dan output cairan mencegahinfeksi dan mempertahankan


input cairan yang adekuat
Pelihara IV line
mencegah masuknya cairan berlebihan
Monitor adanya kelebihan cairan mengetahui BB dan membandingkan BB

17
Monitor BB pasien sebelum dan sesudah diberikan
intervensi
Monitor tingkat HB dan hemtokrit
memonitor status kebutuhan cairan pasien
Pasang urin kateter jika diperlukan
mengetahui jumlah output cairan
Kolaborasikan pemberian diuretic sesuai
membantu mempermudah output cairan,
interuksi menjaga keseimbangan cairan

Ansietas berhubungan dengan NIC:


kemungkinan akan kehilangan
janin Anxiety Reduction

NOC: Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan. mengidentifikasi perhatian pada bagian
khusus dan menentukan arah dan
Anxiety self-control, anxiety Berikan informasi tentang penyimpangan kemungkinan pilihan/ intervensi.
level, coping. genetic khusus, resiko yang dalam reproduksi
dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa dapat menghilangkan ansietas berkenaan
Setelah dilakukan tindakan dengan ketidaktahuan dan membantu
keperawatan selama (1x30 Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus keluarga mengenai stress, membuat
menit) Ansietas klien teratasi menerus. keputusan, dan beradaptasi secara positif
dengan kriteria hasil : terhadap pilihan.
Berikan bimbingan antisipasi dalam hal
Klien mampu mengidentifikasi perubahan fisik/psikologis. kesempatan bagi klien untuk mencari
dan mengungkapkan gejala pemecahan situasi.
cemas
dapat menghilangkan kecemasan/ depresi
Mengidentifikasi, pada pasangan.
mengungkapkan dan
menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas

18
Vital sign dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah,


bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

Risiko Infeksi f.r perdarahan, NIC: 


dan kondisi vulva lembab
Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji
NOC: jumlah, warna, dan bau setiap saat dischart keluar. Adanya warna
yang lebih gelap disertai bau tidak enak
Imune Status Terangkan pada klien pentingnya perawatan mungkin merupakan tanda infeksi
vulva selama masa perdarahan
Knowledge: Infection Control Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
Lakukan perawatan vulva kebersihan genital yang lebih luar
Risk Control
Amati luka dari tanda infeksi (flebitis) Inkubasi kuman pada area genital yang
Setelah dilakukan tindakan
relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
keperawatan selama 4 jam Anjurkan pada ps untuk melaporkan dan
diharapkan diharapkan tidak mengenali tanda-tanda infeksi Daerah ini merupakan port de entry
terjadi infeksi kuman Penanda proses infeksi
Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan
Kriteria Hasil hubungan senggama se;ama masa perdarahan

Tidak ditemukan tanda-tanda Mencegah infeksi


adanya infeksi.
Infection Control
Jumlah Leukosit dalam batas
normal monitor tanda dan gejala infeksi
Pengertian pada keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat

19
Pantau hasil laboratorium
memperburuk kondisi system reproduksi
Amati faktor-faktor yang bisa meningkatkan ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
infeksi infeksi pada pasangan.
monitor Vital Sign

Kontrol infeksi

Ajarkan tehnik mencuci tangan

Ajarkan tanda-tanda infeksi


Proteksi diri dari infeksi
Batasi pengunjung

Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps


Mengetahui hasil laboratorium status
Tingkatkan masukan gizi yang cukup imunitas terhadap kemungkinan infeksi
Anjurkan istirahat cukup
Mencegah infeksi sekunder
Pastikan penanganan aseptic daerah IV
Mengetahui keadaan umum pasien
Berikan PEN-KES tentang risk infeksi
Meningkatkan daya tahan tubuh

Mencegah terjadinya perpindahan infeksi

membantu proteksi infeksi

Mencegah terjadinya infeksi

Mencegah terjadinya infeksi

Meningkatkan asupan nutrisi pasien agar


meningkatkan status imunisasi

Meningkatkan relaksasi

20
Mencegah terjadinya infeksi melalui IV

Meningkatkan pengetahuan pasien


terhadap risiko infeksi

Defisiensi pengetahuan sebab – NIC: teaching disease process Untuk mengetahui pengetahuan pasien
sebab terjadinya keguguran tentang penyakitnya
berhubungan dengan kurang Kaji tingkat pengetahuan pasien
informasi. Agar pasien mengetahui sebab adanya
Jelaskan pada pasien tentang penyebab dari gangguan dari kehamilan
Setelah di berikan asuhan gangguan kehamilan, misalnya adanya penyakit
keperawatan selama 1×1 jam ibu, kelainan traktur genitalis, trauma, gizi Untuk mengetahui perkembangan
diharapkan terjadi peningkatan kehamilan pasien
Anjurkan untuk memeriksakan kehamilan
pengetahuan pasien dan secara teratur
keluarga dengan kriteria hasil :

Knowledge : disease process,


health behavior

Pasien/Keluarga dapat
menyebutkan penyebab abortus

Pasien/keluarga dapat
menyebutkan kembali tanda
gejala abortus

Pasien/keluarga dapat
menyebutkan kembali efek
samping abortus

Pasien/keluarga dapat
menyebutkan kembali
penanganan terhadap efek
samping yang timbul akibat

21
abortus

22
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Misouri: Mosby,
Inc.

McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Misouri:
Mosby, Inc.

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktiskontrasepsi pelayanan


kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of medical care in


diabetes.Diabetes Care2011: 34(1); S11-61.

American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support:2010 American Heart Association
Guidelines for CardiopulmonaryResuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science.
Circulation2010;122:S685-S705.

American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations:2010 American Heart
Association Guidelines for CardiopulmonaryResuscitation and Emergency Cardiovascular Care
Science. Circulation2010;122:S829-S861.

Anda mungkin juga menyukai