BAB I
PENDAHULUAN
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi
dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari
sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui
penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.(9,10)
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman,
70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman)
dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. (9,10)
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya
43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang
dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-
negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. (9,10)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya
abortus dan menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas
abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
dan tanpa menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus
adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat.6
Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau
abortus therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus
yang terjadi adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan
secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.6
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
a. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.5
b. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.5
c. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.5
d. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah
keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.5
e. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih.5
3
2.2.Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
2.1.1. Faktor genetic
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus.
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari
embrio.3Data ini berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada
trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik yang berupa
aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis
atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana
kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi
fertilisasi ovum normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi
meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh
trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan
sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang
sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan sitogenetik,
kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi
dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut.3
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab
kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering
diturunkan oleh ibu memandangkan kelainan struktur kromoson pada
pria berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan
faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu
proses impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy
yg berakibat pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi
4
- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang
atau tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih
dari 1 atau sama dengan 6 minggu)3
2.3.Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka
ovum akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir
dengan ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila
kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau
tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi.
Jika fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial
kolaps, abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan
degenarasi organ internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan
sentuhan yang sangat minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap,
fetus akan dikompress dan mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus
compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering dan
dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam;
sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang
banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas
kontraksi dan retraksi miometrium.6
2.4.Gambaran klinis
Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-
mules.1,2,3,4 Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads
atau tampon yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau
desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan.6 Ini penting untuk melihat
progress abortus.6 Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus
provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat,
perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan
luekositosis.6 Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi
didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam
kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari
seharusnya.6 Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang
tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6
10
2.5.Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi.7 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam
rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20
minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil
konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah
perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi
traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria
dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat menambah
curiga abortus akibat infeksi.7
Pemeriksaan Fisis
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen dapat
memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan
konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan
serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil
konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang
vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
2.6.Diagnosis banding.2
- kehamilan ektopik tertanggu
- polip endoserviks
- karsinoma serviks
2.7.Penatalaksanaan
2.7.1 Abortus Imminens.4
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau
tirah baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik
berlebihan ataupun hubungan seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti,
asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan
dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan
terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan
berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang
diharapkan, harus dicurigai kehamilan ganda atau mola.
2.7.2 Abortus insipiens.4
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus
dilakukan dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat
segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol
400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil
konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika
perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik
atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah
penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.
2.7.3 Abortus inkomplit.4
13
2.9.2 Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim,
misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.
2.9.3 Syok.6
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang
diakibatkan stimulasi canalis sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh
terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
2.9.4 Infeksi.6
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium,
tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab
terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan
Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes
potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
2.9.5 Efek anesthesia.7
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus
bisa terjadi yang berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic
abortus, paracervical blok sering digunakan sebagai metode anestesia.
Sering suntikan intravaskular yang tidak disengaja pada paraservikal
blok akan mengakibatkan komplikasi fatal seperti konvulsi,
cardiopulmonary arrest dan kematian.
16
DAFTAR PUSTAKA