PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah
pada Program Studi Akademik Pendidikan Dokter
Oleh
MUHAMMAD ABROR
NPM: 114170041
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2017
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH
(Allium sativum) DENGAN EKSTRAK SELEDRI (Apium graveolens
L.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus) DENGAN HIPERTENSI
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti siding Proposal Karya Tulis Ilmiah
pada Program Studi Akademik Pendidikan Dokter
Oleh
MUHAMMAD ABROR
NPM: 114170041
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2017
i
LEMBAR PENGAJUAN PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh
Telah disetujui
Cirebon, Agustus 2017
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Risnandya Primanagara, S.Kom., M.Si Defa Rahmatun Nisaa’, dr., Sp.A., M.Kes.
Penguji
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Muhammad Abror
NIM : 114170041
Alamat : Kampung Baruh RT/RW 005/003 Kel. Kampung Baruh Kec.
Tabir Kab. Merangin Jambi
Dengan ini menyatakan bahwa,
1. Karya tulis ilmiah saya ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Unswagati maupun di perguruan
tinggi lain.
2. Karya tulis ilmiah (KTI) ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing.
3. Dalam KTI ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
Unswagati.
Cirebon, Agustus 2017
Yang Membuat Pernyataan
Penulis
Muhammad Abror
NPM : 114170041
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul
perbandingan efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) dengan ekstrak
seledri (Apium graveolens L.) terhadap tikus putih jantan galur wistar (Rattus
norvegicus) dengan Hipertensi. Penulisan propsal penelitian ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan blok Research, Statistic, and
Epidemiology di Fakultas Kedokeran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Saya menyadari sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal penelitian ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta penyusunan sampai dengan
terselesaikannya proposal pengajuan penelitian ini. Bersama ini saya menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
iv
5. Orang tua tercinta yaitu Bapak Abdul Karim, Ibu Jamilah dan keluarga saya
yang senantiasa memberikan dukungan material dan moral berupa doa yang
tulus, nasehat, dan motivasi kepada saya.
6. Para sahabat yaitu Hilman Abdurrahman, Rio yusfi, Naufal Fadhil Mufid L.
Teguh seksa, Firman Faizal, Moch Izam ,Singgih Andika A. beserta keluarga
besar Humeri Fakultas Kedokteran Unswagati Angkatan 2014 yang selalu
memberi dukungan dalam menyelesaikan proposal pengajuan penelitian ini.
7. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga proposal
pengajuan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dalam proposal pengajuan penelitian ini. Semoga
penelian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………..i
Lembar Pengajuan Proposal…………………………………………………………. ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………..iv
Daftar Isi……………………………………………………………………………...vi
Daftar Tabel…………………………………………………………………………viii
Daftar Gambar………………………………………………………………………..ix
Daftar Singkatan………………………………………………………………………x
vi
2.3 Kerangka Konsep ......................................................................................... 30
2.4 Hipotesis ....................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 34
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 34
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................... 34
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 34
3.4.1 Populasi Target...................................................................................... 34
3.4.2 Populasi Terjangkau .............................................................................. 34
3.4.3 Sampel Penelitian .................................................................................. 34
3.4.4 Cara Sampling ....................................................................................... 35
3.4.5 Besar Sampel ......................................................................................... 35
3.5 Variabel Penelitian ....................................................................................... 36
3.5.1 Variabel Bebas ...................................................................................... 36
3.5.2 Variabel Terikat .................................................................................... 36
3.6 Definisi Operasional ..................................................................................... 37
3.7 Cara pengumpulan Data ............................................................................... 38
3.7.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 38
3.7.2 Prosedur Penelitian................................................................................ 38
3.8 Alur Penelitian .............................................................................................. 42
3.9 Analisis Data ................................................................................................ 43
3.10 Etika Penelitian............................................................................................. 43
3.11 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Orisinalitas Penelitian ...................................................................................... 5
Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi....................................................................................... 9
Tabel 3 Katagori Indek Masa Tubuh (IMT) ............................................................... 16
Tabel 4 Komposisi Dalam 100 gram Bawang Putih ................................................... 23
Tabel 5 Definisi Operasional ...................................................................................... 37
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR SINGKATAN
BB Beta Blocker
NO Nitrit Oxide
x
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi merupakan keadaan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg setelah
dua kali pengukuran terpisah (WHO). Saat ini, satu dari sepuluh penduduk dunia
menderita hipertensi pada usia 20 tahun, dan lima dari sepuluh penduduk dunia
pada usia 30 tahun. Prevalensi hipertensi Menurut catatan World Health
Ourganization (WHO), tahun 2011 sebesar 1 milyar orang di dunia. Dua per-tiga
diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang
salah satunya negara Indonesia. WHO juga memperkirakan Prevalensi hipertensi
akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang
dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.(1)
Data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh dunia yang meninggal pada
tahun 2008 diperkirakan sekitar 7,5 juta, sekitar 12,8% meninggal akibat
hipertensi. Prevalensi peningkatan tekanan darah pada orang dewasa yang
berusia 25 tahun yaitu sekitar 40% pada tahun 2008. Seiring dengan
pertumbuhan penduduk dan penuaan, jumlah penderita hipertensi yang tidak
terkontrol naik dari 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar pada
tahun 2008. (2)
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi
yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya
sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan(3). Profil data
kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah
satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada
tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8%
pasien meninggal dunia.(3)
Tujuan pengobatan penderita hipertensi idiopatik atau esensial adalah
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh gangguan
1
2
dengan menggunakan cara yang paling nyaman. Tujuan utamanya adalah untuk
mencapai tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan setiap
faktor resiko kardiovaskular melalui perubahan gaya hidup. Apabila perubahan
gaya hidup tidak cukup memadai untuk mendapatkan tekanan darah yang
diharapkan, maka harus dimulai dengan terapi obat.(4) Berdasarkan algoritma
terapi Joint National Committee 8 (JNC 8), obat-obat antihipertensi sintetik
seperti Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI), Angiotensin Receptor
Blockers (ARB), beta-blockers (BB), Calcium Channel Blockers (CCB), dan
diuretik golongan tiazid digunakan sebagai lini pertama untuk terapi hipertensi,
namun demikian, penggunaan obat antihipertensi sintetik sering dihubungkan
dengan munculnya berbagai efek samping seperti hipotensi dan hipokalemia,
sehingga saat ini penggunaan tanaman sebagai alternatif terapi lebih dipilih
terutama di negara-negara berkembang.(5)
Selama tiga dekade terakhir, penelitian banyak dilakukan untuk
menemukan tanaman lokal yang memiliki nilai terapetik untuk menurunkan
tekanan darah.(5) Tanaman-tanaman tersebut biasanya sudah digunakan secara
empiris oleh masyarakat. Beberapa tanaman lokal yang banyak diteliti karena
diduga memiliki pengaruh terhadap tekanan darah seperti bawang putih dan
seledri.
Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek
antihipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek
antivasospastik bawang putih dapat mengurangi spasme arteri kecil serta
mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan darah. Bawang putih juga
mempunyai efek antimikroba, antikarsinogenik, dan hipolipidemik. Saat ini,
banyak produk bawang putih yang dipasarkan, seperti garlic essential oil, garlic
oil macerate, garlic powder, dan aged garlic extract.(6)
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat
yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Seledri mengandung senyawa 3-
n-butylphtalide yang diduga memiliki efek menurunkan tekanan darah.
3
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai pengaruh
ekstrak bawang putih dan ekstrak seledri terhadap tikus putih jantan galur
wistar (Rattus norvegicus) hipertensi.
1.4.2 Manfaat untuk masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan ekstrak
bawang putih dan ekstrak seledri sebagai obat alternatif khususnya pada
pasien dengan tekanan darah tinggi.
1.4.3 Manfaat untuk peneliti lain
Memberi landasan dan informasi yang bermakna untuk penelitian selanjutnya
mengenai ekstrak bawang putih dan ekstrak daun seledri sebagai obat
antihipertensi.
5
Orisinalitas Penelitian
Tabel 1 Orisinalitas Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
2.1.1 Hipertensi
2.1.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. (3)
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala–gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Perkembangan hipertensi
berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya karena
tekanan darah diatas normal bisa mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).(10)
Hipertensi adalah salah satu faktor risiko terpenting pada penyakit
jantung koroner dan cerebrovascular accidents; selain itu, hipertensi juga
dapat menyebabkan hipertrofi jantung dan gagal jantung (penyakit jantung
hipertensif), diseksi aorta, dan gagal ginjal. Prevalensi dan kerentanan
mengalami penyulit meningkat seiring usia dan karena sebab yang tidak
diketahui, tinggi pada orang yang berkulit hitam. Penurunan tekanan darah
secara dramatis mengurangi insiden dan angka kematian akibat Ischemia
Heart Disease (IHD), gagal jantung, dan stroke.(11)
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu normal, prehipertensi, hipertensi stadium 1, dan hipertensi
stadium 2, seperti pada tabel 2.
9
Keterangan:
untuk asupan Na+ normal (>100 mmol/hari) sehingga kadarnya tidak dapat
diturunkan kembali. Pada kasus ini, diet dengan asupan NaCl rendah dapat
menghasilkan keseimbangan NaCl sampai ke batas pengaturan
aldosterone.(14)
Hubungan sebenarnya antara sensitivitas NaCl dan hipertensi primer
belum dapat diungkap sepenuhnya, tetapi kemungkinan yang dapat
dipertimbangkan adalah respons terhadap katekolamin meningkat pada
orang yang sensitif terhadap NaCl. Hal ini, misalnya pada stres psikologis,
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang lebih besar daripada
peningkatan yang normal; pada satu sisi disebabkan secara langsung oleh
11
efek peningkatan perangsangan jantung dan pada sisi lain terjadi secara
tidak langsung melalui peningkatan absorpsi ginjal serta retensi Na+.
Peningkatan tekanan darah yang menyebabkan diuresis tekanan dengan
peningkatan ekskresi Na+ untuk menjaga keseimbangan Na+. Mekanisme ini
juga terjadi pada orang sehat, tetapi peningkatan tekanan yang diperlukan
untuk ekskresi sejumlah besar NaCl adalah lebih rendah. Pada hipertensi
primer (seperti pada gangguan funsi ginjal), peningkatan tekanan darah yang
bergantung pada NaCl lebih tinggi dari normal. Diet rendah Na+ dapat
menurunkan (meskipun tidak menetap) hipertensi. Peningkatan suplai K+
secara bersamaan akan memperkuat efek ini dengan alasan yang tidak
diketahui. Mekanisme seluler sensitivitas garam masih menunggu
klarifikasi. Mungkin perubahan transpor Na+ seluler merupakan faktor
penting. Kenyataannya, konsentrasi selular NaCl meningkat pada hipertensi
primer yang menurunkan upaya pendorong pembawa penukar Na+/Ca+2
didalam membran sel. Akibatnya, terjadi peningkatan konsentrasi Ca+2
intrasel yang selanjutnya meningkatkan tonus otot vasokonstriktor.
Mungkin inhiibitor Na+–K+–ATPase yang menyerupai digitalis juga terlibat.
Zat ini dapat muncul dalam jumlah yang banyak atau mungkin terdapat
sensitivitas khusus terhadap zat tersebut ada hipertensi primer. Atriopeptin
(Atrial natriuretik peptide [ANP]) yang memiliki efek vasodilator dan
natriuretik mungkin tidak terlibat dalam pembentukan hipertensi primer.
Meskipun konsentrasi renin tidak meningkt pada hipertensi primer, tekanan
darah dapat dikurangi pada hipertensi primer, dengan menghambat
Angiotensin–Converting Enzyme (ACE inhibitor) atau antagonis reseptor
angiotensin.(14)
Berbagai bentuk hipertensi sekunder hanya berkisar 5–10% dari
semua kasus hipertensi, namun, berbeda dengan hipertensi primer, penyebab
hipertensi sekunder biasanya dapat diobati. Mengingat akibat lanjut yang
ditimbulkan hipertensi, pengobatan harus dimulai sedini mungkin.
12
IMT Kategori
25,0–29,9 Obes I
≥30,0 Obes II
tiazid untuk pasien dengan usia > 55 tahun dan untuk pasien yang
berkulit hitam.(12) Berikut ini merupakan beberapa golongan obat
antihipertensi, yaitu:
a) ACE Inhibitor
Obat ini menghalangi perubahan Angiostensin I menjadi
Angiostensin II baik secara sistemik maupun secara lokal di
beberapa jaringan serta plasma selain itu juga dapat menurunkan
jumlah resistensi pembuluh darah perifer, dan terjadinya penurunan
tekanan darah tanpa reflek stimulasi denyut jantung dan curah
jantung.
b) Diuretik
Obat ini menghasilkan efek antihipertensi dengan menurunkan
resistensi pembuluh darah perifer dalam jangka panjang sementara
mengurangi volume sirkulasi darah dalam jangka pendek dengan
menghambat Na reasorbsi oleh tubulus distal.
c) Ca Chanel Blockers
Menghasilkan efek antihipertensi dengan menghambat L-type-
voltage- dependent yang terlibat dalam masuknya ekstrasesluler ion
Ca, sehingga terjadi relaksasi pembuluh darah otot polos dan
mengurangi resistensi pembuluh darah perifer.
d) ARB (Angiotensin Receptor Blockers)
Obat ini menghasilkan efek antihipertensi yang secara khusus
mengikat angiotensin II reseptor tipe 1 dan menghambat
vasokonstriksi kuat. Pemberian ARB menyebabkan peningkatan AII
darah dan merangsang reseptor tipe 2, dapat mencegah terjadinya
penyakit kardiovaskular.
e) Beta Blockers
Beta-blockers bekerja dengan menurunkan kerja jantung dan
21
Bawang putih mempunyai nama latin Allium sativum Linn. Sativum berarti
dibudidayakan, karena allium yang satu ini diduga merupakan keturunan dari
bawang liar Allium longicurpis Regel(21).
22
2.1.3 Seledri
2.1.3.1 Klasifikasi Seledri
Gambar 2 Seledri
Herba seledri merupakan herba Apium graviolens L. Klasifikasi seledri
(Apium graviolens L.) adalah sebagai berikut:(23)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
kelas : Mangnoliopsida
subkelas : Rosidae
ordo : Apiales
family : Apiaceae
genus : Apium L.
spesies : Apium graviolens L.
untuk pertumbuhan seledri adalah sekitar 5–7 . Seledri berasal dari dataran
rendah di Italia dan menyebar ke Swedia, Mesir, Aljazair, Ethiopia, dan
India. Seledri banyak mengandung minyak esensial seperti d-limonen dan
seskuiterpen. Kandungan air pada seledri mencapai 95%. Sumber lain
menyebutkan bahwa seledri mengandung minyak atsiri (1,5-3%), flavonoid
(glikosida apiin), kumarin, furanokumarin, isokuersetin, saponin, asparagin,
dan apialkali. Akarnya mengandung minyak atsiri, asparagin, tirosin,
glutamin, pentosan, dan manit. (23)
2.1.3.2 Kandungan Seledri
Herba seledri mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,60% dihitung
sebagai apiin. Herba seledri mangandung flavonoid, saponin, tannin 1%,
minyak atsiri 0,033%, flavo-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase,
asparagin, zat pahit, vitamin (A, B, dan C), 3-n-butylphthalide, dan
sedanenolide. Biji mengandung apiin, minyak menguap, apigenin, dan
alkaloid.(23)
2.1.3.3 Manfaat Seledri
Berdasarkan teori China, seledri efektif untuk menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan darah pada manusia sebelum dan
sesudah terapi ditemukan signifikan yang mengindikasikan bahwa seledri
dapat digunakan sebagai pilihan yang aman dan efektif untuk terapi tekanan
darah tinggi. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak air dan
etanol herba seledri yang diberikan secara injeksi intravena pada kelinci yang
dianestesi dapat menurunkan tekanan darah purata yang tergantung dosis.
Efek hipotensif singkat dan tekanan darah mencapai nilai basal sekitar 3-4
menit. Pada dosis tinggi, durasi respon hipotensif lebih panjang. Hasil
evaluasi mengenai mekanisme kerja seledri dalam menurunkan tekanan
darah berhubungan dengan blokade parsial komponen kolinergik. Pemberian
ekstrak etanol seledri dengan dosis 1 X 550 mg selama 7 hari pada maunisia
dapat menurunkan tekanan darah sistol dan diastole.(9)
27
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat).
2. Ekstraksi cara panas
Metode ekstraksi terdiri dari:
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara
mum dilakukan pada temperatur 40–50oC.
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyaringan yang umumnyadilakukan
untuk mencari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan–
bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90o C.
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90–100o C.
29
Kerangka Teori
Penurunan tekanan
Seledri Bawang putih
darah
Respon baroreseptor
3-n-butylphthalide
Allicin
Aktivasi saraf
simpatis Renin Angiotensinogen
Memblok Vasodilatasi
calsium chanel pembuluh darah
Angiotensin I ACEI
Vasokontriksi
pembuluh darah
Penurunan
tekanan darah
Peningkatan
resistensi perifer Angiotensin II ACE
HIPERTENSI
Peningkatan volume
darah dan EDV
Keterangan
= menghambat
Skema 2.1 Kerangka teori
30
Kerangka Konsep
variable bebas
Variabel terikat
Hipertensi
Ekstrak Seledri
Hipotesis
1. Terdapat penurunan tekanan darah pada tikus putih jantan galur wistar
(Rattus norvegicus) yang hipertensi yang diberi ekstrak bawang putih
(Allium sativum).
2. Terdapat penurunan tekanan darah pada tikus putih jantan galur wistar
(Rattus norvegicus) yang hipertensi yang diberi ekstrak seledri (Apium
graveolens L.).
3. Terdapat perbedaan efektivitas ekstrak bawang putih (Allium sativum) dan
ekstrak seledri (Apium graveolens L.) terhadap penurunan tekanan darah
pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam lingkupan bidang Farmakologi dan Ilmu Penyakit
Dalam.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu tahun dimulai dari bulan Juli
2017 sampai bulan Mei 2018. Penelitian mulai dilakukan setelah mendapat
ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya
Gunung Jati. Tempat penelitian dilakukan pada Laboratorium Pusat Studi
Pangan dan Gizi Pusat Antar Universitas (PAU) Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian pre
test and post test with control group design dengan menggunakan tikus putih jantan
galur wistar (Rattus norvegicus) sebagai subjek penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan secara simple random sampling.
Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar
(Rattus norvegicus).
3.4.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah tikus putih galur wistar dengan usia
3–4 bulan yang didapat dari Laboratorium Pangan dan Gizi PAU Universitas
Gadjah Mada yang dibuat Hipertensi terlebih dahulu.
3.4.3 Sampel Penelitian
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah tikus yang memenuhi kriteria
inklusi.
34
35
(n–1) (t–1) ≥ 15
(n–1) (4–1) ≥ 15
3n – 3 ≥ 15
3n ≥ 18
N ≥6
Keterangan:
n= Jumlah sampel
t= Jumlah kelompok
Jadi, jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 4 x 6 = 24
ekor tikus. Dalam penelitian ini, tikus dibagi dalam kelompok kontrol negatif,
kontrol positif, dan dua kelompok uji. Jumlah sampel setiap kelompok
sebanyak 6 ekor, sehingga didapatkan besar sampel sejumlah 24 ekor tikus.
Untuk menghindari terjadinya drop out maka sampel ditambah 10% dari setiap
kelompok dan total besar sampel menjadi 28 ekor.
Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak bawang putih dan ekstrak
seledri.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hipertensi.
37
Definisi Operasional
Tabel 5 Definisi Operasional
Setelah tujuh hari diberi NaCl 8%, hewan uji dilakukan pengukuran
tekanan darah. Semua hewan coba diukur tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik dengan menggunakan alat blood pressure
analyzer dengan metode tail cuff method. Hasil pengukuran kemudian
dicatat untuk dianalisis secara statistik.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada tikus
hipertensi spontan atau hipertensi buatan. Pengukuran tekanan darah
dengan Tail Cuff method menggunakan alat blood pressure analyzer
untuk hewan uji. Metode ini memungkinkan peneliti untuk
mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolik. Prinsip kerja
pengukuran tekanan darah adalah cuff pada ekor digelembungkan
sampai mencapai tekanan darah diatas tekanan darah sistolik,
sehingga nadi menghilang kemudian cuff dikurangi perlahan–lahan.
Pada saat tekanan darah mencapai dibawah tekanan sistolik nadi akan
muncul kembali. Cara pengukuran ini sesuai dengan cara pengukuran
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer pada manusia.
Pengukuran tekanan darah pada metode tail cuff selain digunakan
pada tikus juga dapat digunakan pada mencit, anjing dan primata
kecil. Tekanan darah sistol normal untuk tikus putih jantan adalah
122,25 ± 7,63 mmHg dan diastol 78 ± 9,44 mmHg. Apabila nilai
tekanan darah diatas normal maka dapat dikatakan hipertensi.
d. Membagi kedalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Tikus putih jantan galur wistar dibagi kedalam 4 kelompok.
Kelompok kontrol negatif dengan tidak diberi perlakuan, kelompok
kontrol positif diberi captopril dengan dosis 2,5mg, kelompok
perlakuan 1 merupakan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak
bawang putih dengan dosis 60 mg/kgBB, kelompok perlakuan 2
merupakan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak seledri
dengan dosis 10mg/kgBB.
41
Alur Penelitian
Skema 3.1 Alur penelitian
Tikus putih jantan galur wistar 25 ekor
Pre test
K1 K2 P1 P2
Post test
Analisis Data
Data yang diambil akan dianalisis secara statistik dengan uji normalitas yaitu
dengan uji Saphiro–Wilk karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 28 ekor (<50) untuk mengetahui apakah ada data yang diperoleh
distribusinya normal atau tidak. Jika distribusi data normal dilakukan uji T
berpasangan untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan, jika
distribusi data tidak normal dilakukan uji Wilcoxon. Analisis selanjutnya jika
distribusi data nomal adalah uji One Way Anova dan uji homogenitas
dilanjutkan dengan uji Post-hoc yang sesuai untuk melihat perbedaan antar
kelompok perlakuan. Jika distribusi data tidak normal maka dilakukan uji
Kruskal Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.
Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian penulis meminta persetujuan etik terlebih
dahulu dari Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Unswagati.
Kemudian penulis juga mengajukan surat permohonan dan persetujuan untuk
melakukan penelitian di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM.
Penelitian yang dilakukan menggunakan subjek berupa tikus. Seluruh tikus
dirawat secara baik sebelum dilakukan percobaan atau penelitian. Pemberian
pakan dilakukan dua kali sehari dengan menggunakan pelet atau pakan tikus.
Kebersihan kandang dijaga setiap dua kali sehari untuk menjaga kesehatan
tikus. Penerangan diatur dengan siklus 12 jam terang (06.00–18.00) dan 12 jam
gelap (18.00–06.00). Tikus dipelihara dalam ruangan berventilasi dan
dikandangkan dengan suhu ruangan berkisar 28–32°C.
Pemusnahan hewan
Hewan coba yang selesai digunakan segera dimusnahkan sesuai etik hewan
percobaan yang semestinya. Cara terbaik untuk memusnahkan hewan coba
adalah teknik cervical dislocation dengan menggunakan alat-alat yang tersedia,
amat praktis dilakukan pada tikus. Dilakukan dengan cara memisahkan
tengkorak dan otak dari sumsum tulang belakang. Teknik untuk melakukan
44
metode ini ialah dengan memberikan tekanan ke bagian posterior dasar tulang
tengkorak dan sumsum tulang belakang. Bila sumsum tulang belakang terpisah
dari otak, refleks kedip menghilang, ransangan rasa sakit menghilang
Jadwal Penelitian
Pembuatan
Judul
Proposal
Penyusunan
Proposal
Konsultasi
Ujian
Proposal
Perbaikan
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan
dan Analisis
Data
Ujian KTI
7. Nwokocha CR, Ozolua RI, Owu DU, Nwokocha MI, Ugwu AC.
Antihypertensive properties of Allium sativum (garlic) on normotensive and
two kidney one clip hypertensive rats. Niger J Physiol Sci. 2011;26(2):213–8.
9. Dewi K, Krisanti JD, OL. The Effect Of Celery Ethanol Extract (Apium
graveolens L.) On Male Adult’s Blood Pressure. J Med Planta. 2010;1.
44
45
11. Kumar V, Abbas AK, C. J. Buku Ajar Patologi Robbins. 9th ed. Nasar IM,
editor. Singapore: Elsevier Saunders; 2013. 379–383 p.
12. Chobanian A V, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green L a, Izzo JL et
al. Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNE 7).
13. Bolívar JJ. Essential hypertension: An approach to its etiology and neurogenic
pathophysiology. Int J Hypertens. 2013;2013.
14. Silbernagl S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC;
2014.
19. Blaustein MP, Leenen FHH, Chen L, Golovina V a, Hamlyn JM, Pallone TL,
et al. How NaCl raises blood pressure: a new paradigm for the pathogenesis of
salt-dependent hypertension. Am J Physiol Heart Circ Physiol [Internet].
2012;302(5):H1031-49. Available from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/
46
articlerender.fcgi?artid=3311458&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
20. Oladimeji AM, Fawole O, Nguku P, Nsubuga P. Prevalence and factors
associated with hypertension and obesity among civil servants in Kaduna,
Kaduna State, June 2012. Pan Afr Med J [Internet]. 2014;18 Suppl 1(June
2012):13. Available from:http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.
fcgi?artid=4199344&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
21. Qurbany ZT. The Benefits Of Garlic ( Allium sativum ) AS Antihypertension.
2015;4:116–21.
22. Ruslie RH, Rsud D, Alam ZAP, Kanan KW. Peranan Bawang Putih (Allium
sativum) Terhadap Hipertensi.
25. Majidah D, Fatmawati DWA, Gunadi A,. Daya Antibakteri Ekstrak Daun
Seledri ( Apium graveolens L .) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans
sebagai Alternatif Obat Kumur (Antibacterial Activity of Celery Leaves
Extract [ Apium graveolens L . ] against Streptococcus mutans as an
Alternative). Kedokteran Gigi Universitas Jember, et al. 2014.