SKRIPSI
TITIS DANASTRI
1006705445
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JUNI 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
TITIS DANASTRI
1006705445
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JUNI 2014
ii
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.
iii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 10 Juni 2014
iv
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi, akan sangatlah sulit
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt. selaku pembimbing yang telah
sabar membimbing, mengarahkan, memberikan bantuan, nasehat,
perhatian, serta dukungan moril selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt., selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan saran dan perhatian selama masa perkuliahan.
4. Ibu Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, MS., Ph.D, selaku ketua
Laboratorium Farmasetika.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Farmasi UI, staf, dan laboran Fakultas
Farmasi UI yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama
masa perkuliahan.
6. Ayah, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan doa, dukungan baik moril
maupun material, dan perhatiannya baik selama masa pendidikan hingga
penelitian sehingga penulis mampu menyelesaikan masa pendidikannya.
7. Bapak Haji Muhammad Siri yang telah banyak membantu dalam proses
penyediaan Markisa Ungu ke Jakarta.
8. Partner kerja penelitian dan sahabat terbaik Annisa Auliyya, serta Dara
Andini, Virrisya, Annisaa Paramita, dan Dewi Alex yang selalu memberi
dukungan dan perhatian baik selama perkuliahan maupun penelitian
Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini dapat membawa
manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu farmasi.
Penulis
2014
vi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juni 2014
vii
Biji markisa ungu (Passiflora edulis) diketahui mengandung polifenol yang dapat
mengatasi tanda penuaan. Kandungan polifenol biji markisa ungu
diekstraksi menggunakan etanol 80%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
formula masker mata hidrogel dengan kestabilan dan karakteristik fisik yang baik.
Masker mata hidrogel yang mengandung ekstrak biji markisa ungu 0,1%
diformulasikan dengan alginat 3% dan xanthan gum 0,5%, selanjutnya dibiarkan
dalam larutan kalsium klorida 0,5% selama 60 menit. Kestabilan dan karakteristik
fisik masker mata hidrogel dievaluasi melalui pengamatan organoleptis, daya
mengembang, konsistensi, kekuatan peregangan, dan persen elongasi. Hasil
evaluasi menunjukkan masker mata hidrogel tidak mengalami perubahan
organoleptis selama 12 minggu dan memiliki kemampuan menahan air yang
baik. Selain itu, masker mata hidrogel memiliki kekuatan peregangan sebesar
4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 dan persen elongasi sebesar 200%. Masker mata
hidrogel yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakteristik dan stabilitas
fisik yang baik sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai sediaan perawatan
kulit nutrakosmesetika.
Purple passion fruit (Passiflora edulis) seed had known containing polyphenol
which could prevent aging. Polyphenol content were extracted using 80% ethanol.
The aim of this research was to obtain a hydrogel eye patch formula with good
physical characteristic and stability. Hydrogel eye mask which contains 0.1%
purple pasion fruit seeds extract was formulated with 3% alginate, 0.5% xanthan
gum, and immersed at 0.5% calcium chloride solution for 60 minutes. Hydrogel
eye mask physical characteristic and stability was evaluated by organoleptic
observation, swelling index, consistency, tensile stregth, and elongation rate. The
results showed that hydrogel eye mask was stable in colour and odour for 12
weeks and showed a good water holding capacity. In addition, hydrogel eye mask
had tensile strength at 4.0823 ± 0.6879 kgf/cm2 and elongation rate at 200%. This
research demonstrated that hydrogel eye mask formula has good physical
characteristic and stability. Thus, it had potential to be used as nutracosmeceutical
skin care product.
Kata kunci : hydrogel, eye mask, eye patch, Passiflora edulis, purple
passion fruit seed, nutracosmeceutical.
xv + 61 halaman : 18 figures; 9 tables; 19 appendixes
Daftar acuan : 42 (1982-2014)
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Buah dan sari buah (Passiflora edulis f. edulis Sims) ................. 7
Gambar 2.2 Stuktur kimia piceatannol dan reservatrol................................... 10
Gambar 2.3 Struktur kimia natrium alginat .................................................... 17
Gambar 2.4 Struktur kimia xanthan gum ........................................................ 18
Gambar 2.5 Struktur kimia propilenglikol ...................................................... 19
Gambar 2.6 Struktur kimia gliserin ................................................................ 19
Gambar 2.7 Struktur kimia metil paraben ....................................................... 20
Gambar 2.8 Struktur kimia propil paraben ..................................................... 21
Gambar 2.9 Interaksi antara gugus asam guluronat pada rantai polisakarida
alginat dengan Ca2+ ..................................................................... 22
Gambar 2.10 Struktur gel alginat setelah interaksi dengan Ca2+ ...................... 32
Gambar 4.1 Hasil optimasi CaCl2 dengan beragam konsentrasi dalam air
suling 200 mL ............................................................................. 31
Gambar 4.2 Skema difusi Ca2+ dan efluks air selama gelasi terjadi ............... 31
Gambar 4.3 Masker mata hidrogel biji markisa ungu ..................................... 33
Gambar 4.4 Rincian daerah pengukuran masker mata hidrogel ..................... 34
Gambar 4.5 Grafik perubahan pH masker mata hidrogel setelah
penyimpanan selama 12 minggu ................................................. 35
Gambar 4.6 Grafik daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa
ungu ............................................................................................. 36
Gambar 4.7 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa
ungu pada minggu ke-0 dan minggu ke- 12 ................................ 37
Gambar 4.8 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa
ungu pada jam ke-0, 1, 2, dan 3 .................................................. 38
Tabel 2.1 Kandungan polifenol dalam ekstrak biji markisa ungu ................... 10
Tabel 2.2 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji
markisa) terhadap kadar MMP-1 dalam lingkungan yang disinari
sinar UV ........................................................................................... 13
Tabel 2.3 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji
markisa) terhadap kadar MMP-1 dalam lingkungan tanpa sinar
UV .................................................................................................... 14
Tabel 3.1 Formulasi masker hidrogel .............................................................. 24
Tabel 4.1 Presentase komposisi bahan untuk optimasi basis hidrogel ............ 29
Tabel 4.2 Hasil optimasi konsentrasi CaCl2 dengan lama perendaman
selama 60 menit ............................................................................... 30
Tabel 4.3 Formula masker mata hidrogel ekstrak biji markisa ungu ............... 32
Tabel 4.4 Data persen daya mengembang masker hidrogel pada sebelum
penyimpanan dan setelah minggu akhir penyimpanan .................... 36
Tabel 4.5 Data hasil evaluasi masker mata hidrogel biji markisa ungu ........... 41
xv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
kandungan dalam biji markisa dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif dalam
sebuah sediaan nutrakosmesetika antiaging.
Telah banyak sediaan kosmetik untuk mengatasi masalah yang timbul di area
mata. Umumnya sediaan berada dalam bentuk krim, serum, gel, dan masker mata
hidrogel (hydrogel eye mask). Diantara semua produk yang ada, masker mata
hidrogel merupakan sebuah inovasi baru dalam dunia kosmetik. Masker hidrogel
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dalam hal kepraktisan penggunaan.
Masker mata hidrogel dapat langsung digunakan dengan menaruh masker di area
bawah mata selama beberapa menit. Selain itu, masker hidrogel juga memiliki
kandungan air yang cukup banyak sehingga selama penggunaan masker mata
hidrogel akan melembapkan kulit (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010). Sayangnya
dengan kelebihan yang ada, bentuk sediaan berupa masker mata hidrogel masih
jarang dijumpai di pasaran.
Hidrogel dapat dibuat dengan berbagai bahan, baik dari polimer sintetis
maupun polimer alam. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan alam.
Dengan demikian akan lebih baik, apabila dalam penelitian ini digunakan polimer
alam sebagai basis pembentuk masker mata hidrogel. Polimer alam yang dapat
digunakan seperti natrium alginat, agar, selulosa, karrageenan, xanthan gum, dan
(Tsujihata & Ashigarakami-gun, 2010; Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).
Pada penelitian ini dilakukan formulasi masker mata hidrogel dari ekstrak
etanol biji markisa ungu menggunakan natrium alginat sebagai basis pembentuk.
Fokus penelitian ini adalah untuk memperoleh sebuah formula yang mengandung
ekstrak biji markisa ungu dengan kestabilan fisik yang baik.
Universitas Indonesia
1.3 Hipotesis
Masker mata hidrogel ekstrak biji buah markisa ungu (Passiflora edulis) yang
diperoleh memiliki karakteristik dan kestabilan fisik yang baik.
Universitas Indonesia
2.2 Photoaging
Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari disebut sebagai photoaging.
Paparan UV kronis menyebabkan penuaan dini kulit yang disebut premature skin
aging, ditandai dengan kerutan halus dan kasar pada kulit, depigmentasi, warna
memucat, perubahan tekstur, kehilangan elastisitas dan premalignant actinic
4 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penipisan kolagen pada area kulit mata juga dianggap bertanggung jawab dalam
pembentukan lingkaran hitam di bawah mata ini.
2.3 Kosmetik
Istilah kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik menurut peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan
bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi kulit
agar tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui tata rias, meningkatkan rasa
percaya diri dan melindungi kulit dan rambut dari kerusakan akibat faktor
lingkungan, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup (Tranggono & Latifah, 2007).
2.4 Nutrakosmesetika
Dalam dunia kosmetik, nutrakosmesetika merupakan sebuah istilah baru.
Nutrakosmesetika merupakan gabungan antara “nutrasetika” dan “kosmesetikal”.
Nutrasetika sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu, “nutrisi” dan
“farmasetika”. Sedangkan kosmesetikal merupakan gabungan antara “kosmetik”
dengan “farmasetika” (Bird, 2009).
Nutrasetika didefinisikan sebagai makanan atau bagian dari makanan baik
dari tumbuhan maupun hewan yang mengandung obat atau bermanfaat bagi
kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Nutrasetika dapat
diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan komponen
obat maupun gizi meliputi makanan, tanaman, atau bahan alam yang mungkin
telah dimurnikan atau dikonsentrasikan, dan digunakan untuk memperbaiki
kesehatan, mencegah, ataupun membantu penyembuhan penyakit. Sediaan
Universitas Indonesia
2.5.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Universitas Indonesia
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malphigiales
Suku : Passifloraceae
Marga : Passiflora
Jenis : Passiflora edulis f .edulis Sims
(Integrated Taxonomic Information System, 2014)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Sumber : Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013; Matsui, et al., 2010, telah diolah
kembali)
2.5.8.1 Ekstrak Etanol Biji Markisa Ungu Dapat Meningkatkan Jumlah Kolagen
Penelitian in-vitro dilakukan terhadap kandungan polifenol yang terdapat
dalam biji markisa ungu. Ternyata, kandungan polifenol yang ada dalam biji
markisa ungu sangat baik bagi kesehatan kulit. Kandungan polifenol yang ada
Universitas Indonesia
pada biji markisa ungu terbukti secara in-vitro dapat meningkatkan jumlah
kolagen. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Matsui dengan
menggunakan markisa forma edulis yang dijual di Kagoshima, Jepang. Dalam
penelitiannya, dilakukan pengukuran efek ekstrak etanol 80% dari kulit, daging
buah, dan biji markisa terhadap jumlah kolagen dalam media kultur sel fibroblas
dermal manusia. Penelitian dilakukan menggunakan medium yang telah
ditanamkan sel fibroblas manusia normal pada densitas 1,7 x 104 sel per 48-well
dish dan dikultur selama 24 jam. Medium sel fibroblas yang telah dikultur
diberikan ekstrak etanol kulit, daging buah, dan biji markisa dalam konsentrasi
berbeda. Kolagen yang dihasilkan dari tiap medium sel fibroblas dibandingkan
dengan sel kontrol yang tidak diberikan ekstrak markisa.
Pada preparat kontrol, tak satu pun dari sampel menunjukkan adanya
perubahan jumlah kolagen. Sedangkan pada preparat yang diberikan ekstrak biji
markisa, sintesis kolagen larut meningkat hingga ±150%. Hal yang berbeda
ditunjukkan pada preparat yang dikultur dengan diberi ekstrak etanol kulit dan
daging buah markisa, preparat tidak menunjukkan adanya peningkatan jumlah
kolagen. Ekstrak biji markisa memberikan efek peningkatan kolagen yang
signifikan pada konsentrasi 100 µg/mL (Matsui, et al., 2010).
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji markisa) terhadap
kadar MMP-1 dalam lingkungan yang disinari sinar UV
Penurunan Kadar MMP-1 (%) Kadar Piceatannol (µg/ml)
37 0,125
34 0,25
25 0,5
30 1
(Sumber : Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013, telah diolah kembali)
Universitas Indonesia
Tabel 2.3 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji markisa) terhadap
kadar MMP-1 dalam lingkungan tanpa sinar UV
Penurunan Kadar MMP-1 (%) Kadar Piceatannol (µg/ml)
37 0,125
42 0,25
(Sumber : Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013, telah diolah kembali)
2.6 Masker
Masker wajah adalah kosmetik yang populer digunakan sebagai salah satu
produk perawatan kulit wajah. Dalam perawatan kulit, masker wajah merupakan
salah satu sistem penghantaran yang baik. Masker wajah juga merupakan salah
satu produk yang paling diminati banyak kalangan. Rata-rata produk menyajikan
efek seperti reduksi lemak di wajah, antipenuaan, antikerut, pemberi nutrisi, dan
pemutih kulit (Gupta, 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.7 Hidrogel
Proses pembetukan gel merupakan gejala penggabungan atau pengikatan
silang rantai-rantai polimer membentuk jaringan tiga dimensi yang
berkesinambungan dan memiliki stuktur yang padat dan kompak sehingga dapat
menahan air di dalamnya serta tahan terhadap aliran bertekanan (Fardiaz, 1989).
Gel yang dapat menahan air di dalam strukturnya disebut sebagai hidrogel (Wang,
Turham, & Gunasekaram, 2004). Air yang terdapat dalam gel ini merupakan air
yang masuk ke dalam suatu bahan dan akan menyebabkan pengembangan
volume, tetapi air bukan komponen penyusun bahan tersebut (Winarno, 1997).
Hidrogel memiliki karakteristik memiliki struktur yang elastis dan kuat
(stregth). Hidrogel umumnya dibuat dari molekul hidrofilik yang ditautkan silang
dengan kimia maupun dengan interaksi ionik, ikatan hidrogen, atau interaksi
hidrofobik. Kestabilan hidrogel sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
terutama dalam lingkungan hayati, seperti pH, suhu, medan listrik, kekuatan
ionik, dan kadar garam (Wang, Turham, & Gunasekaram, 2004).
Banyak cara pembuatan hidrogel, salah satunya dengan melibatkan polimer
anionik dan kation logam divalen/trivalen sebagai agen penyambung silang.
Interaksi antara keduanya menghasilkan ikatan ionik yang kemudian membentuk
struktur padat dari hidrogel. Polimer anionik dapat berupa polimer sintetis
maupun polimer alam. Polimer sintetis yang umum dipakai misalnya kopolimer
asam akrilat, kopolimer asam metakrilat, dan kopolimer p-vinilbenzoat. Untuk
polimer alam dapat berupa alginat, agar, karragenan, asam hyaluronat, gellan
gum, xanthan gum, CMC. Polimer dapat dipakai tunggal maupun kombinasi.
Polimer anionik ini membutuhkan ion logam divalen atau trivalen untuk
membantu membentuk struktur tiga dimensi yang dapat menjerap air dan struktur
Universitas Indonesia
yang kokoh sehingga setelah dicetak akan didapatkan bentuk tetap (tidak kembali
ke bentuk semula) (Tsujihata & Ashigarakami-gum, 2010).
Hidrogel telah banyak digunakan sebagai aditif makanan, absorben air,
perangkap kimia, pembawa obat, organ buatan, sebagai agen penghambat enzim.
Baru-baru ini hidrogel popular dalam bidang perawatan kulit, khususnya sebagai
masker wajah. Masker hidrogel merupakan konsep baru yang efektif karena
kandungan air dalam hidrogel yang banyak dapat menghidrasi kulit sehingga
meningkatkan kelembapan kulit (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).
Di dalam air alginat akan membentuk koloid kental dan tidak larut dalam
medium dengan pH kurang dari 3, etanol, dan pelarut organik lain. Natrium
alginat inkompatibel dengan derivat akridin, kristal violet, fenilmerkuri asetat dan
nitrat, logam berat dan etanol dengan konsentrasi lebih besar dari 5 % (Rowe,
Sheskey, & Marian E, 2009).
Interaksi antara alginat dengan kation divalen/trivalen merupakan hal yang
dimanfaatkan dalam penelitian ini. Interaksi antar keduanya sering disebut sebagai
Universitas Indonesia
gelasi. Dalam hal ini, ion divalen/trivalen akan berikatan dengan gugus COO-
pada struktur asam guluronat. Ikatan terjadi antara asam guluronat satu dengan
yang lain membentuk sebuah struktur yang dinamakan “egg boxes”. Ion
divalen/trivalen tadi bertindak sebagai agen penyambung silang yang
menstabilkan rantai alginat membentuk suatu struktur padat. Rantai saling silang
yang terbentuk ini mengikat dan menjerap air dalam struktur nya (Bartolo, Lagoa,
& Mendes, 2003).
Alginat membentuk gel yang stabil dengan kation divalen seperti Ca, Sr, Ba,
dan Zn (Rowe, Sheskey, & Marian E, 2009). Pada alginat yang memiliki jumlah
gugusan asam guluronat yang lebih sedikit dibanding jumlah asam mannuronat,
hidrogel yang dihasilkan lebih rapuh dibandingkan dengan yang mengandung
jumlah asam guluronat lebih banyak. Kerapuhan ini terjadi karena kekuatan ikatan
yang terbentuk cenderung lemah (Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003).
Universitas Indonesia
2.8.3 Propilenglikol
2.8.4 Gliserin
4-8. Propil paraben sangat larut dalam aseton, eter, dan minyak; mudah larut
dalam etanol dan metanol; sangat sedikit larut dalam air. Titik didihnya adalah
29,50C. Dalam sediaan topikal konsentrasi yang sering digunakan adalah 0,01-
0,6%.
Wee, 1998). Kalsium dengan asam guluronat akan berikatan secara ionik
membentuk sebuah struktur yang disebut sebagai “egg boxes”. Interaksi ini yang
membuat terbentuknya struktur padat yang menjerap air dalam strukturnya
(Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003).
Universitas Indonesia
23 Universitas Indonesia
Formulasi masker hidrogel yang dibuat pada penelitian ini tertera pada (Tabel 3.1)
Universitas Indonesia
3.3.5 Evaluasi
Sediaan hidrogel dievaluasi kestabilan dan karakteristik fisiknya dari segi
organoleptis, uji bobot dan tebal masker, uji pH permukaan, uji konsistensi, uji
kekuatan peregangan, uji daya mengembang, serta uji lama waktu penyusutan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
% Elongasi = (3.3)
Universitas Indonesia
28 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
konsentrasi na alginat 3% dan xanthan gum 0,5% yang paling baik, karena
memiliki daya sebar yang paling baik pada cetakan dan kekentalan yang tepat.
Optimasi plasticizers dilakukan untuk mendapatkan hidrogel yang
memiliki elastisitas yang baik. Formulasi yang dicobakan adalah F9 dengan tiga
variasi konsentrasi propilenglikol dan gliserin. Didapatkan formula optimum pada
konsentrasi propilenglikol sebesar 2,5% dan gliserin 5%. Hidrogel yang
dihasilkan memiliki elastisitas yang baik. Pada formula dengan konsentrasi
propilenglikol sebesar 2% dan gliserin 3% didapatkan hidrogel yang tidak robek
dengan sentuhan halus, namun robek saat dilipat. Sedangkan pada formula dengan
konsentrasi kombinasi plasticizers yang lebih tinggi, yaitu propilenglikol 3% dan
gliserin 7% didapatkan hidrogel yang elastis. Namun, gel yang dihasilkan tidak
mampu menahan tekanan air yang muncul saat cetakan dicelupkan sehingga
dihasilkan hidrogel dengan bentuk yang tidak sesuai dengan bentuk cetakan.
Konsentrasi larutan CaCl2 sebagai agen penyambung silang juga
mempengaruhi bentuk hidrogel yang dihasilkan. Konsentrasi CaCl2 yang
dicobakan sebesar 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%. Semakin tinggi konsentrasi CaCl2
bentuk hidrogel yang didapatkan semakin padat dan kaku serta mengalami
penyusutan berat yang semakin besar.
Tabel 4.2 Hasil optimasi konsentrasi CaCl2 dengan lama perendaman selama 60 menit.
Konsentrasi CaCl2 HASIL
0,5% Terjadi penyusutan sebesar 13,2% setelah perendaman (dari 14,3 g
(1 g dalam 200 mL) menjadi 12,4 g). Hidrogel yang terbentuk kenyal elastis serta lembut.
1% Terjadi penyusutan sebesar 31,6% setelah perendaman (dari 14,2 g
(2 g dalam 200 mL) menjadi 9,7 g). Hidrogel yang terbentuk kenyal elastis serta lembut.
1,5% Terjadi penyusutan sebesar 33,8% setelah perendaman (dari 14,2 g
(3 g dalam 200 mL) menjadi 9,4 g). Hidrogel yang terbentuk kenyal elastis, serta
didapatkan hidrogel yang lebih tebal
2% Terjadi penyusutan sebesar 39,4% setelah perendaman (dari 14,2 g
(4 g dalam 200 mL) menjadi 8,6 g). Hidrogel yang terbentuk elastis, tebal, dan agak kaku.
Universitas Indonesia
0,5% 1%
1,5% 2%
Gambar 4.1 Hasil optimasi CaCl2 dengan beragam konsentrasi dalam air
suling 200 mL
Hal lain yang terlihat dari proses optimasi CaCl2 adalah kecenderungan
menurunnya berat hidrogel seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan
Universitas Indonesia
kalsium klorida. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya,
dimana meningkatnya konsentrasi larutan kalsium klorida akan meningkatkan
reaksi sambung silang yang terjadi dalam rantai polimer dan memperbesar jumlah
air yang keluar dari hidrogel (Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003). Oleh karena itu,
dibutuhkan kondisi optimal untuk mendapatkan hidrogel yang tepat dalam hal
fisik dan tidak kehilangan air dalam jumlah besar setelah proses perendamannya.
Lama perendaman juga ikut mempengaruhi bentuk hidrogel yang didapatkan.
Semakin lama perendaman dilakukan, hidrogel yang didapatkan semakin kaku
dan menyusut. Waktu 60 menit dipilih karena tepat pada menit ke-60 setelah
perendaman dengan 0,5% CaCl2, gel yang berada dalam cetakan telah membentuk
struktur padat yang elastis dan lembut. Hidrogel yang terbentuk lepas dari cetakan
kemudian mengambang di atas permukaan air.
Dari optimasi yang dilakukan, dipilih satu formula untuk produksi
selanjutnya. Formula yang dibuat sebagai berikut :
Tabel 4.3 Formula masker mata hidrogel ekstrak biji markisa ungu
Komposisi Formula (%b/b)
Ekstrak etanol biji markisa 0,10
Na-Alginat 3,00
Xanthan Gum 0,50
Propilenglikol 2,50
Gliserin 5,00
Natrium Metabisulfit 0,02
Metil Paraben 0,20
Propil Paraben 0,10
Pewangi beraroma buah 0,06
Air suling 88,72
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
gugus H+ pada senyawa zat aktif secara hidrolisis yang membuat H+ nya lepas ke
sediaan dan membuat sediaan menjadi semakin asam. Selain itu, terdapat
kemungkinan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kemungkinan
terjadinya kontaminasi oleh bakteri (Kamil & Lupuliasa, 2011).
7,00
6,00
5,00
4,00
pH
3,00
2,00
1,00
0,00
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Minggu ke-
Gambar 4.5 Grafik perubahan pH masker mata hidrogel biji markisa ungu
setelah penyimpanan selama 12 minggu
Universitas Indonesia
160
140
120
% daya mengembang
100
80
60
40
20
0
0 60 120 180 240 300 360
Jam ke-
Gambar 4.6 Grafik daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa ungu
Tabel 4.4 Data persen daya mengembang masker hidrogel pada sebelum
penyimpanan dan setelah minggu akhir penyimpanan
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Jam ke- Daya mengembang (%) Daya mengembang (%) Penurunan (%)
0 0,0000 ± 0,0041 0,0000 ± 0,0134 0,0000
3 97,6402 ± 0,0184 90,0275 ± 0,0438 7,6127
9 109,3054 ± 0,0207 99,5106 ± 0,0376 9,7949
12 112,8005 ± 0,0320 103,1661 ± 0,0433 9,6344
Universitas Indonesia
120 A
B
100
Daya kembang (%)
80
60
40
20
0
0 3 6 9 12 15
Jam ke-
Gambar 4.7 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa ungu
pada minggu ke-0 (A) dan minggu ke-12 (B)
Adanya perbedaan hasil pada minggu ke-0 dan minggu ke-12 dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal seperti terjadinya perubahan pH yang dapat
mengurangi kestabilan ikatan dari Ca2+ dan alginat. Selain itu, faktor seperti
perbedaan pemakaian berat hidrogel yang diuji pada minggu ke-0 dan minggu ke-
12 juga dapat menjadi salah faktor adanya perbedaan daya mengembang hidrogel
ini. Secara keseluruhan masker mata hidrogel yang diuji, masih dapat
mengembang hingga 103,1661% ± 0,0433 pada jam ke-12. Untuk itu dapat
diartikan ikatan yang ada dalam hidrogel masih sangat baik.
Hasil pengukuran menunjukkan pada pengukuran pertama daya
mengembang, yaitu pada jam ketiga, didapatkan hasil yang cukup signifikan
sebesar ± 90%. Untuk itu dilakukan pengukuran kembali secara terpisah, pada jam
ke-1 dan jam ke-2 untuk melihat profil pengembangan dari hidrogel sebelum jam
ke-3. Didapatkan profil seperti yang tampak pada (Gambar 4.8). Satu jam
pertama, hidrogel mengembang hingga 56,7452%. Kemudian pada jam kedua
mengembang hingga 66,1058% dan meningkat drastis pada jam ketiga menjadi
90,0275%.
Universitas Indonesia
160
140
120
% daya mengembang
100
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4
Jam ke-
Gambar 4.8 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa ungu
pada jam ke-0, 1, 2, dan 3
uap air. Untuk itu faktor penyimpanan harus diperhatikan dengan baik, sebaiknya
hidrogel harus disimpan dalam kemasan kedap udara.
Dari angka penetrasi kerucut dapat didapatkan nilai yield value. Dimana
nilai yield value ini dapat dijadikan sebagai patokan karakteristik dari hidrogel ini.
Angka yield value adalah ukuran ketahanan suatu benda terhadap tekanan
diberikan (Barnes, 1998). Secara umum, sediaan semisolid hanya dapat menahan
tekanan pada kisaran 100-1000 dyne/cm2 (Barnes, 1998).
Dari hasil pengukuran hidrogel didapatkan yield value yang cukup tinggi
dan jauh lebih besar dibandingkan dengan yield value sediaan semisolid. Hasil
yang didapatkan, yaitu, 109817,3057 dyne/cm2 pada minggu ke-0 dan 69479,7686
dyne/cm2 pada minggu ke-12. Angka yield value yang cukup tinggi ini,
menandakan bahwa sampel yang diujikan memiliki struktur padat. Angka yield
value yang tinggi, disebabkan oleh struktur materi hidrogel yang tersusun padat
dan rapat sehingga dapat menahan tekanan yang timbul tanpa pergeseran struktur.
Dapat disimpulkan bahwa hidrogel memiliki karakteristik padat dan tetap
berbentuk padat setelah penyimpanan selama 12 minggu.
Universitas Indonesia
menit, sehingga diharapkan penyusutan tidak terjadi dibawah 15-30 menit (Klein,
1993). Digunakan perubahan luas hidrogel sebagai parameter terjadinya
perubahan secara drastis. Masker mata hidrogel pada formulasi kali ini sudah
cukup memiliki kemampuan menahan air yang baik dalam suhu kamar, karena
baru terjadi penyusutan luas setelah menit ke-50 dengan penurunan ukuran
sebesar 0,39 cm2.
Hasil uji ini juga menjadi dasar penyimpanan hidrogel yang baik. Saat
penyimpanan, hidrogel harus dikemas dalam kemasan kedap udara dan diberi
larutan poliol sebagai larutan humektan eksternal untuk menjaga agar kandungan
air dalam hidrogel tidak cepat menguap.
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Data hasil evaluasi masker mata hidrogel biji markisa ungu
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Organoleptis
Warna Bening kecoklatan Bening kecoklatan
Bau Aroma buah Aroma buah
pH permukaan 6,35 ± 0,08 4,86 ± 0,02
Konsistensi
Angka penetrasi kerucut 5,8 ± 1,0 mm 7,29 ± 1,2 mm
Yield value 109817,3057 dyne/cm2 69479,7686 dyne/cm2
Kekuatan peregangan 4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 ‐
% Elongasi 200% ‐
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dihasilkan formula masker hidrogel yang mengandung ekstrak
etanol biji buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) dengan kestabilan fisik
yang cukup baik sehingga dapat digunakan sebagai sediaan perawatan kulit
nutrakosmesetika.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis, karakteristik, dan
konsentrasi larutan penjaga kelembapan hidrogel selama dalam pengemasan
sehingga dapat dihasilkan hidrogel dengan kestabilan konsistensi yang lebih
baik lagi selama masa penyimpanan.
2. Perlu adanya mesin pencetak hidrogel untuk produksi skala besar sehingga
dapat dihasilkan hidrogel dengan bentuk, berat, dan ukuran yang seragam.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas dari masker mata
hidrogel biji markisa ungu ini dengan kandungan ekstrak biji markisa ungu
yang beragam.
42 Universitas Indonesia
Aledo, E., & Beatty, H. (2011). Paten No. US 2011/0152795 A1. United States of
America.
Bartolo, P., Lagoa, R., & Mendes, A. (2003). Alginate-based rapid prototyping
system. Portugal: Polyytechnic Institute of Leiria.
Bird, K. (2009, Jun 29). Nutrition and cosmetics industries must clear up
cosmeceutical confusion. Dipetik Jan 23, 2014, dari Cosmetics Design
Europe: http://www.cosmeticsdesign-europe.com/Market-
Trends/Nutrition-and-cosmetics-industries-must-clear-up-cosmeceutical-
confusion?
Goldfaden, G., & Goldfaden, R. (2011, June). Reverse skin aging around your
eyes. Dipetik 02 06, 2014, dari Life Extension Magazine:
http://www.lef.org/magazine/mag2011/jun2011_Reverse-Skin-Aging-
Around-Your-Eyes_01.htm
Gombotz, W. R., & Wee, S. (1998). Protein release from alginate matrices.
Advanced Drug Deliery Review, 31, 267-285.
Ichiura, H., Konishi, T., & Morikawa, M. (2009). Alginate film prepared on
polyethylene nonwoven sheet and its function for ellagic acid release in
response to sodium ions. Journal of Material Science, 992-997.
43 Universitas Indonesia
Inc., Medicine. (2003-2014). Caring for the skin around the eyes. Dipetik Jan 23,
2014, dari Mediniche: http://www.mediniche.com/ocularskincare.html
Jancinova, V., Perecko, T., Nosal, R., Svitekova, K., & Drabikova, K. (2013). The
natural piceatannol decreases activity and accelerates apoptosis of human
netrophils: Involvement of protein kinase C. Oxidative Medicine and
Celullar Longevity, 1-8.
Jaspers, S., Hartkopf, C., Gaede, C., Bodenschatz, S., Post, K., Woeller, K.-H., &
Schulz, J. (2012). Paten No. 20120089105. DenHaag.
Kamil, O. H., & Lupuliasa, D. (2011). Modern aspects regarding the microbial
spoilage of pharmaceutical products. Farmacia, 59(2), 133-146.
Lee, J., Koo, N., & Min, D. (2004). Reactive oxygen species, aging and
antioxidant nutraceutical. Comprehensive Review in Food Science and
Food Safety, 21-33.
Lim, K. B., Hur, W., Kim, J., & Lee, D. (2010). Paten No. US 2010/0112058A1.
United States.
Love, L. P., & Farrior, E. H. (2010). Periocular anatomy and aging. Facial Plastic
Surgery Clinic North America, 411-417.
Mambro, V., & Fonseca, M. J. (2005). Assay of physical stability and antioxidant
activity of a tropical formulation added with different plant extract.
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 37, 293.
Manshur, A., & Hutabarat, K. R. (2010, Agustus 6). Markisa Asam (Passiflora
edulis Sims), Buah Eksotis Kaya Manfaat. Iptek Holtikultura, 30-35.
Matsui, Y., Sugiyama, K., Kamei, M., Takahashi, T., Suzuki, T., Katagata, Y., &
Ito, T. (2010). Extract of Passion Fruit (Passiflora edulis) seed containing
high amounts of piceatannol inhibits melanogenesis and promotes collagen
Universitas Indonesia
Okamura, Sadao, Yachimata-machi, & Inbagun, C.-K. (1982). Paten No. 0 063
875 A2. Europe.
Roreger, M., Schnitzler, I., & Haunsen, C. (2011). Paten No. US 2011/0182955
A1. United States of America.
Uchida, M. H., Kurita, I., Sugiya, a. K., Sai, M., Maeda, K., & Ito, T. (2013). The
protective effects of picceatannol from Passion Fruit (Passiflora edulis)
seeds in UV B-irradiated keratinocytes. Biology and Pharmaceutical
Bulletin, 36(5), 845-849.
Verheij, E., & R.E, C. (1997). Buah-buahan yang dapat dimakan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Universitas Indonesia
Wlascheck, M., Schneider, L., Ma, W., Tantcheva-Poor I, Naderi, L., Razi-Wolf,
Z., Scharffetter-Kochanck, K. (2001). Chronological ageing and
photoageing of the fibroblasts and the dermal cells connective tissue.
Clinical and Experemintal Dermatology, 592-599.
Yen, H.-C., & Hsiao, J.-Y. (2005). Paten No. US 2005/0244482. United States of
America.
Universitas Indonesia
47 Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Organoleptis masker mata hidrogel biji markisa ungu pada minggu
ke-0 (kiri) dan minggu ke-12 (kanan)
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Bentuk masker mata hidrogel sebelum (kiri) dan sesudah uji daya
mengembang (kanan)
(a)
(b)
(c)
70
60
Konsistensi (1/10 mm)
50
40
30
20
10
0
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Minggu ke-
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Tabel hasil uji konsistensi sebelum penyimpanan (minggu ke-0) dan
sesudah peyimpanan (12 minggu)
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Angka Penetrasi Yield Value Angka Penetrasi Yield Value
Kerucut (mm) (dyne/cm2) Kerucut (mm) (dyne/cm2)
58 109736,7917 72 71210,3718
58 109736,7917 73 69272,7655
58 109736,7917 74 67413,1788
I 59 106048,4250 72 71210,3718
57 113620,9810 74 67413,1788
57 113620,9810 73 69272,7655
57 113620,9810 71 73230,4240
II 57 113620,9810 72 71210,3718
60 102542,9354 75 65627,4786
58 109736,7917 72 71210,3718
59 106048,4250 73 69272,7655
III 58 109736,7917 74 67413,1788
Rata-rata 58 109817,3057 72,9 69479,7686
SD 1,0 3557,7008 1,2 2212,1243
Lampiran 7. Tabel hasil uji daya mengembang selama 2 minggu (dilakukan pada
mulai minggu ke-0 hingga minggu ke-2)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Sertifikat hasil skrinning fitokimia ekstrak etanol biji markisa ungu
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Sertifikat hasil uji elastisitas masker mata hidrogel markisa ungu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia