Anda di halaman 1dari 76

UNIVERSITAS INDONESIA

FORMULASI MASKER MATA HIDROGEL ANTI-AGING


YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL BIJI MARKISA
UNGU (Passiflora edulis) SEBAGAI SEDIAAN
NUTRAKOSMESETIKA

SKRIPSI

TITIS DANASTRI
1006705445

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JUNI 2014

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

FORMULASI MASKER MATA HIDROGEL ANTI-AGING


YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETANOL BIJI MARKISA
UNGU (Passiflora edulis) SEBAGAI SEDIAAN
NUTRAKOSMESETIKA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

TITIS DANASTRI
1006705445

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JUNI 2014

ii

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan

benar.

iii

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Titis Danastri
NPM : 1006705445
Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Masker Mata Hidrogel Anti-aging yang
Mengandung Ekstrak Etanol Biji Markisa Ungu (Passiflora
edulis) Sebagai Sediaan Nutrakosmesetika

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt. (................................)

Penguji I : Dra. Juheini Amin, M.Si. (................................)

Penguji II : Dr. Abdul Munim, M.Si., Apt. (................................)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 10 Juni 2014

iv

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi, akan sangatlah sulit
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt. selaku pembimbing yang telah
sabar membimbing, mengarahkan, memberikan bantuan, nasehat,
perhatian, serta dukungan moril selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt., selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan saran dan perhatian selama masa perkuliahan.
4. Ibu Pharm. Dr. Joshita Djajadisastra, MS., Ph.D, selaku ketua
Laboratorium Farmasetika.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Farmasi UI, staf, dan laboran Fakultas
Farmasi UI yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama
masa perkuliahan.
6. Ayah, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan doa, dukungan baik moril
maupun material, dan perhatiannya baik selama masa pendidikan hingga
penelitian sehingga penulis mampu menyelesaikan masa pendidikannya.
7. Bapak Haji Muhammad Siri yang telah banyak membantu dalam proses
penyediaan Markisa Ungu ke Jakarta.
8. Partner kerja penelitian dan sahabat terbaik Annisa Auliyya, serta Dara
Andini, Virrisya, Annisaa Paramita, dan Dewi Alex yang selalu memberi
dukungan dan perhatian baik selama perkuliahan maupun penelitian

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan semangat, bantuan, bimbingan dan arahan selama
penelitian dan penyusunan skripsi.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini dapat membawa
manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu farmasi.

Penulis

2014

vi

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Titis Danastri


NPM : 1006705445
Program Studi : Sarjana Farmasi
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya yang berjudul :

Formulasi Masker Mata Hidrogel Anti-aging yang Mengandung Ekstrak Etanol


Biji Markisa Ungu (Passiflora edulis) Sebagai Sediaan Nutrakosmesetika

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juni 2014

vii

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Titis Danastri


Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Masker Mata Hidrogel Anti-aging yang
Mengandung Ekstrak Etanol Biji Markisa Ungu (Passiflora
edulis) Sebagai Sediaan Nutrakosmesetika

Biji markisa ungu (Passiflora edulis) diketahui mengandung polifenol yang dapat
mengatasi tanda penuaan. Kandungan polifenol biji markisa ungu
diekstraksi menggunakan etanol 80%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
formula masker mata hidrogel dengan kestabilan dan karakteristik fisik yang baik.
Masker mata hidrogel yang mengandung ekstrak biji markisa ungu 0,1%
diformulasikan dengan alginat 3% dan xanthan gum 0,5%, selanjutnya dibiarkan
dalam larutan kalsium klorida 0,5% selama 60 menit. Kestabilan dan karakteristik
fisik masker mata hidrogel dievaluasi melalui pengamatan organoleptis, daya
mengembang, konsistensi, kekuatan peregangan, dan persen elongasi. Hasil
evaluasi menunjukkan masker mata hidrogel tidak mengalami perubahan
organoleptis selama 12 minggu dan memiliki kemampuan menahan air yang
baik. Selain itu, masker mata hidrogel memiliki kekuatan peregangan sebesar
4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 dan persen elongasi sebesar 200%. Masker mata
hidrogel yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki karakteristik dan stabilitas
fisik yang baik sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai sediaan perawatan
kulit nutrakosmesetika.

Kata kunci : hidrogel, masker mata, Passiflora edulis, biji markisa


ungu, stabilitas fisik, nutrakosmesetika.
xv + 61 halaman : 18 gambar; 9 tabel; 19 lampiran
Daftar acuan : 42 (1982-2014)

viii Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


ABSTRACT

Name : Titis Danastri


Program Study : Pharmacy
Title : Formulation of Anti-aging Hydrogel Eye Patch Containing
Ethanol Extract of Purple Passion Fruit Seed (Passiflora
edulis) as Nutracosmeceutical Product

Purple passion fruit (Passiflora edulis) seed had known containing polyphenol
which could prevent aging. Polyphenol content were extracted using 80% ethanol.
The aim of this research was to obtain a hydrogel eye patch formula with good
physical characteristic and stability. Hydrogel eye mask which contains 0.1%
purple pasion fruit seeds extract was formulated with 3% alginate, 0.5% xanthan
gum, and immersed at 0.5% calcium chloride solution for 60 minutes. Hydrogel
eye mask physical characteristic and stability was evaluated by organoleptic
observation, swelling index, consistency, tensile stregth, and elongation rate. The
results showed that hydrogel eye mask was stable in colour and odour for 12
weeks and showed a good water holding capacity. In addition, hydrogel eye mask
had tensile strength at 4.0823 ± 0.6879 kgf/cm2 and elongation rate at 200%. This
research demonstrated that hydrogel eye mask formula has good physical
characteristic and stability. Thus, it had potential to be used as nutracosmeceutical
skin care product.

Kata kunci : hydrogel, eye mask, eye patch, Passiflora edulis, purple
passion fruit seed, nutracosmeceutical.
xv + 61 halaman : 18 figures; 9 tables; 19 appendixes
Daftar acuan : 42 (1982-2014)

ix Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR RUMUS ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4


2.1 Kulit di Sekitar Mata ..................................................................................... 4
2.2 Photoaging .................................................................................................... 4
2.3 Kosmetik ....................................................................................................... 6
2.4 Nutrakosmesetika .......................................................................................... 6
2.5 Passiflora edulis ............................................................................................ 7
2.6 Masker ......................................................................................................... 14
2.7 Hidrogel ....................................................................................................... 16
2.8 Komponen Bahan Tambahan Masker Hidrogel .......................................... 17

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 23


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 23
3.3 Cara Kerja.................................................................................................... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 28


4.1 Skrining Fitokimia ....................................................................................... 28
4.2 Optimasi Pembuatan Hidrogel .................................................................... 28
4.3 Evaluasi Fisik Masker Mata Hidrogel ......................................................... 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 42


5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 42
5.2 Saran ............................................................................................................ 42

x Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR ACUAN............................................................................................... 43
LAMPIRAN ......................................................................................................... 47

xi Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah dan sari buah (Passiflora edulis f. edulis Sims) ................. 7
Gambar 2.2 Stuktur kimia piceatannol dan reservatrol................................... 10
Gambar 2.3 Struktur kimia natrium alginat .................................................... 17
Gambar 2.4 Struktur kimia xanthan gum ........................................................ 18
Gambar 2.5 Struktur kimia propilenglikol ...................................................... 19
Gambar 2.6 Struktur kimia gliserin ................................................................ 19
Gambar 2.7 Struktur kimia metil paraben ....................................................... 20
Gambar 2.8 Struktur kimia propil paraben ..................................................... 21
Gambar 2.9 Interaksi antara gugus asam guluronat pada rantai polisakarida
alginat dengan Ca2+ ..................................................................... 22
Gambar 2.10 Struktur gel alginat setelah interaksi dengan Ca2+ ...................... 32
Gambar 4.1 Hasil optimasi CaCl2 dengan beragam konsentrasi dalam air
suling 200 mL ............................................................................. 31
Gambar 4.2 Skema difusi Ca2+ dan efluks air selama gelasi terjadi ............... 31
Gambar 4.3 Masker mata hidrogel biji markisa ungu ..................................... 33
Gambar 4.4 Rincian daerah pengukuran masker mata hidrogel ..................... 34
Gambar 4.5 Grafik perubahan pH masker mata hidrogel setelah
penyimpanan selama 12 minggu ................................................. 35
Gambar 4.6 Grafik daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa
ungu ............................................................................................. 36
Gambar 4.7 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa
ungu pada minggu ke-0 dan minggu ke- 12 ................................ 37
Gambar 4.8 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa
ungu pada jam ke-0, 1, 2, dan 3 .................................................. 38

xii Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan polifenol dalam ekstrak biji markisa ungu ................... 10
Tabel 2.2 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji
markisa) terhadap kadar MMP-1 dalam lingkungan yang disinari
sinar UV ........................................................................................... 13
Tabel 2.3 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji
markisa) terhadap kadar MMP-1 dalam lingkungan tanpa sinar
UV .................................................................................................... 14
Tabel 3.1 Formulasi masker hidrogel .............................................................. 24
Tabel 4.1 Presentase komposisi bahan untuk optimasi basis hidrogel ............ 29
Tabel 4.2 Hasil optimasi konsentrasi CaCl2 dengan lama perendaman
selama 60 menit ............................................................................... 30
Tabel 4.3 Formula masker mata hidrogel ekstrak biji markisa ungu ............... 32
Tabel 4.4 Data persen daya mengembang masker hidrogel pada sebelum
penyimpanan dan setelah minggu akhir penyimpanan .................... 36
Tabel 4.5 Data hasil evaluasi masker mata hidrogel biji markisa ungu ........... 41

xiii Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1 Rumus perhitungan daya mengembang.......................................... 26


Rumus 3.2 Rumus perhitungan kekuatan peregangan...................................... 27
Rumus 3.3 Rumus perhitungan persen elongasi............................................... 27

xiv Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ekstrak etanol biji markisa ungu................................................. 49


Lampiran 2 Organoleptis masker mata hidrogel biji markisa ungu................ 49
Lampiran 3 Bentuk masker hidrogel sebelum dan sesudah uji daya
mengembang............................................................................... 50
Lampiran 4 Grafik perubahan konsistensi masker mata hidrogel biji
markisa ungu sebelum dan sesudah minggu ke-12..................... 50
Lampiran 5 Tabel hasil uji pH masker mata hidrogel.................................... 51
Lampiran 6 Tabel hasil uji konsistensi sebelum penyimpanan (minggu
ke-0) dan sesudah peyimpanan (minggu ke-8)............................ 51
Lampiran 7 Tabel hasil uji daya mengembang selama 2 minggu (dilakukan
pada mulai minggu ke-0 hingga minggu ke-2) ........................... 51
Lampiran 8 Tabel hasil uji daya mengembang pada minggu ke-12............... 52
Lampiran 9 Tabel hasil uji penyusutan........................................................... 52
Lampiran 10 Tabel hasil uji tensile stregth....................................................... 53
Lampiran 11 Tabel hasil uji elastisitas.............................................................. 53
Lampiran 12 Sertifikat determinasi tanaman markisa ungu............................. 54
Lampiran 13 Sertifikat hasil skrinning fitokimia ekstrak etanol biji markisa
ungu............................................................................................. 55
Lampiran 14 Sertifikat hasil uji elastisitas masker mata hidrogel markisa
ungu............................................................................................. 56
Lampiran 15 Sertifikat analisis natrium alginat................................................ 57
Lampiran 16 Sertifikat analisis xanthan gum................................................... 58
Lampiran 17 Sertifikat analisis klasium klorida............................................... 59
Lampiran 18 Sertifikat analisis propilenglikol.................................................. 60
Lampiran 19 Sertifikat analisis gliserin............................................................ 61

xv Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit di area bawah mata adalah area yang sangat sensitif dan sangat tipis
dibandingkan dengan lapisan kulit di tempat lain. Pada area ini mudah sekali
muncul tanda-tanda penuaan seperti keriput, kantung mata, serta lingkaran hitam
di bawah mata. Induksi dari lingkungan yang prooksidatif seperti sinar matahari
dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Paparan UV diketahui dapat
meningkatkan ROS (Reactive Oxygen Species) pada kulit, meningkatkan enzim
yang dapat mendegradasi kolagen, serta turut berperan dalam peningkatan jumlah
melanin pada kulit. Hal ini dapat berdampak pada timbulnya keriput, kantung
mata, dan lingkaran hitam di bawah mata pada usia muda (Goldfaden &
Goldfaden, 2011).
Untuk mengatasi terjadinya hal tersebut diperlukan suatu sediaan kosmetik
yang mampu mencegah penuaan dini (Moore, 1982). Beberapa tahun terakhir,
banyak sediaan yang berfokus pada bahan alam sebagai bahan aktif kosmetik.
Diantaranya adalah sediaan nutrakosmesetika yang memanfaatkan bahan alam
yang dapat dikonsumsi sebagai bahan aktif nya. Telah banyak penelitian yang
membuktikan bahwa kandungan dalam beberapa ekstrak bahan alam bermanfaat
dalam mencegah penuaan dini.
Passiflora edulis Sims. atau lebih dikenal sebagai markisa ungu atau siuh
merupakan buah sub-tropis dan tropis yang banyak ditemukan di Indonesia. Buah
markisa ungu diproduksi secara komersil baik sebagai buah maupun sebagai
komoditas utama pembuatan sari buah. Bagian biji markisa sangat kaya akan
substansi kimiawi berupa polifenol yang bermanfaat bagi kesehatan kulit manusia.
Bijinya mengandung zat aktif berupa piceatannol dan reservatrol. Dalam sebuah
studi in vitro, kandungan polifenol yang terdapat dalam biji markisa, terbukti
dapat bertindak sebagai antioksidan, penghambat enzim degradasi kolagen, dan
penghambat sintesis melanin (Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013;
Lourith & Kaniayavattanakul, 2013; Matsui, et al., 2010). Dengan demikian,

1 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


2

kandungan dalam biji markisa dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif dalam
sebuah sediaan nutrakosmesetika antiaging.
Telah banyak sediaan kosmetik untuk mengatasi masalah yang timbul di area
mata. Umumnya sediaan berada dalam bentuk krim, serum, gel, dan masker mata
hidrogel (hydrogel eye mask). Diantara semua produk yang ada, masker mata
hidrogel merupakan sebuah inovasi baru dalam dunia kosmetik. Masker hidrogel
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya dalam hal kepraktisan penggunaan.
Masker mata hidrogel dapat langsung digunakan dengan menaruh masker di area
bawah mata selama beberapa menit. Selain itu, masker hidrogel juga memiliki
kandungan air yang cukup banyak sehingga selama penggunaan masker mata
hidrogel akan melembapkan kulit (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010). Sayangnya
dengan kelebihan yang ada, bentuk sediaan berupa masker mata hidrogel masih
jarang dijumpai di pasaran.
Hidrogel dapat dibuat dengan berbagai bahan, baik dari polimer sintetis
maupun polimer alam. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan alam.
Dengan demikian akan lebih baik, apabila dalam penelitian ini digunakan polimer
alam sebagai basis pembentuk masker mata hidrogel. Polimer alam yang dapat
digunakan seperti natrium alginat, agar, selulosa, karrageenan, xanthan gum, dan
(Tsujihata & Ashigarakami-gun, 2010; Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).
Pada penelitian ini dilakukan formulasi masker mata hidrogel dari ekstrak
etanol biji markisa ungu menggunakan natrium alginat sebagai basis pembentuk.
Fokus penelitian ini adalah untuk memperoleh sebuah formula yang mengandung
ekstrak biji markisa ungu dengan kestabilan fisik yang baik.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula masker mata hidrogel


yang mengandung ekstrak etanol biji buah markisa ungu (Passiflora edulis)
dengan karakteristik dan kestabilan fisik yang baik.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


3

1.3 Hipotesis
Masker mata hidrogel ekstrak biji buah markisa ungu (Passiflora edulis) yang
diperoleh memiliki karakteristik dan kestabilan fisik yang baik.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit di Sekitar Mata


Diantara semua area kulit pada wajah, kulit di area bawah mata adalah area
yang paling tipis dan sensitif. Kulit di area sekitar mata tergolong kurang elastis
karena hanya mengandung sedikit kolagen. Ketipisan dan kesensitifan kulit pada
area bawah mata menyebabkan pada area kulit ini mudah sekali muncul tanda-
tanda penuaan. Seiring bertambahnya usia, kulit akan kehilangan elastisitas dan
menjadi lebih tipis karena degradasi kolagen, sehingga kulit di daerah sekitar mata
lebih mudah timbul kerutan yang merupakan tanda-tanda penuaan. Hal ini dapat
diperburuk oleh paparan sinar matahari, merokok, dan paparan lingkungan
lainnya. Untuk merawat bagian ini penting adanya untuk mengetahui anatomi
kulit di sekitar mata (Love & Farrior, 2010).
Kulit di sekitar mata terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan yang terdalam
adalah lapisan subkutan, mengandung lapisan tipis jaringan ikat yang terletak di
atas otot orbikularis, otot yang memungkinkan kelopak mata untuk bergerak.
Selanjutnya, dermis yang terdiri dari fibroblas, benang protein seperti elastin dan
kolagen, serta saraf dan pembuluh darah. Lapisan paling atas, yaitu epidermis,
terdiri dari beberapa stratum yaitu stratum korneum (lapisan tanduk), stratum
lusidum (lapisan granular), stratum granulosum (lapisan berbutir-berbutir),
stratum spinosum (lapisan malphigi) dan stratum germinativum (lapisan basal).
Lapisan epidermis memberikan penampilan, warna, kekenyalan, tekstur, dan
proteksi kulit.

2.2 Photoaging
Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari disebut sebagai photoaging.
Paparan UV kronis menyebabkan penuaan dini kulit yang disebut premature skin
aging, ditandai dengan kerutan halus dan kasar pada kulit, depigmentasi, warna
memucat, perubahan tekstur, kehilangan elastisitas dan premalignant actinic

4 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


5

keratoses (Draelos, 2010). Mekanisme photoaging melibatkan degradasi kolagen


dan ROS atau Reactive Oxygen Species pada kulit.
Paparan UV yang terus-menerus dan konstan pada kulit menyebabkan
meningkatnya ROS (Reactive Oxygen Species) yang merupakan oksidan alami
kulit. ROS adalah radikal bebas yang memicu stres oksidatif pada komponen
seluler seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA. ROS atau
radikal bebas akan menyerang DNA pada nukleus, ROS mengambil elektron dari
DNA untuk menstabilkan stukturnya. Saat ini berlangsung, terbentuk kembali
ROS baru sehingga terjadi penumpukan jumlah radikal bebas pada kulit. Hal ini
membuat semakin banyak nukleus sel yang rusak, berdampak pada perusakan
kulit bahkan dapat timbul inflamasi yang berpotensi menimbulkan kerusakan
biologis (Wlascheck, et al., 2001).
Kolagen merupakan salah satu komponen kulit manusia yang mempengaruhi
kekuatan dan elastisitas kulit. Kolagen merupakan hasil diferensiasi dari
prokolagen yang dihasilkan oleh fibroblas dermis. Ada dua regulator pertumbuhan
kolagen, yaitu TGF-β (Transforming Growth Factor) dan AP-1 (Protein
Activator). TGF-β merupakan sitokin yang merangsang pertumbuhan kolagen.
Sedangkan, AP-1 merupakan faktor transkripsi yang menghambat produksi
kolagen dan memicu degradasi dari kolagen dengan meningkatkan enzim MMP-1
(matrix metalloproteinase-1).
Paparan UV menginduksi AP-1 untuk meningkatkan aktivitas dari MMP-1.
Paparan UV juga berpengaruh pada penurunan ekspresi dari TGF-β2 (Rosi, 2008).
Kedua hal tadi, berakibat pada tingginya laju degradasi kolagen yang berefek pada
hilangnya elastisitas kulit dan timbulnya keriput. Hilangnya elastisitas kulit akibat
degradasi kolagen juga menyebabkan mengendurnya tahanan terhadap jaringan
lemak dan otot sehingga kulit mengendur. Hal ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan munculnya kantung mata.
Paparan sinar matahari diketahui juga turut berperan dalam peningkatan
jumlah melanin pada kulit, yaitu pigmen yang memberikan warna pada kulit.
Sinar matahari menginduksi pembentukan enzim tirosinase yang menyebabkan
terjadinya peningkatan pembentukan melanin di kulit. Hal ini menyebabkan area
bawah mata menjadi menghitam (Goldfaden & Goldfaden, 2011). Selain itu,

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


6

penipisan kolagen pada area kulit mata juga dianggap bertanggung jawab dalam
pembentukan lingkaran hitam di bawah mata ini.

2.3 Kosmetik
Istilah kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik menurut peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan
bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi kulit
agar tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui tata rias, meningkatkan rasa
percaya diri dan melindungi kulit dan rambut dari kerusakan akibat faktor
lingkungan, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih
menikmati dan menghargai hidup (Tranggono & Latifah, 2007).

2.4 Nutrakosmesetika
Dalam dunia kosmetik, nutrakosmesetika merupakan sebuah istilah baru.
Nutrakosmesetika merupakan gabungan antara “nutrasetika” dan “kosmesetikal”.
Nutrasetika sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu, “nutrisi” dan
“farmasetika”. Sedangkan kosmesetikal merupakan gabungan antara “kosmetik”
dengan “farmasetika” (Bird, 2009).
Nutrasetika didefinisikan sebagai makanan atau bagian dari makanan baik
dari tumbuhan maupun hewan yang mengandung obat atau bermanfaat bagi
kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Nutrasetika dapat
diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan komponen
obat maupun gizi meliputi makanan, tanaman, atau bahan alam yang mungkin
telah dimurnikan atau dikonsentrasikan, dan digunakan untuk memperbaiki
kesehatan, mencegah, ataupun membantu penyembuhan penyakit. Sediaan

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


7

nutrasetika tidak diizinkan mengklaim secara spesifik klaim medis nutrasetika


mereka (Lockwood, 2007).
Istilah kosmesetikal memiliki definisi sebagai produk kosmetik yang
memberikan efek manfaat terapi farmasetika tetapi tidak sampai menimbulkan
terapi biologis. Produk kosmesetikal yang ada di pasaran memberikan mekanisme
efek yang beragam, seperti efek terhadap keratinosit, fibroblas, dan juga
melanosit. Di Amerika, Eropa, dan Jepang legalisasi mengenai golongan produk
ini sudah ada walaupun masih termasuk dalam golongan abu-abu karena berada
diantara golongan obat dan golongan kosmetik. Secara legal kosmesetikal
memiliki definisi sebagai kosmetik yang mengandung zat aktif dan dapat
memberikan efek terapi diatas produk kosmetik. Akan tetapi regulasi jelas dari
FDA mengenai golongan produk ini masih belum ada (Tsai & Hantash, 2008).
Dengan demikian, istilah nutrakosmesetika adalah produk kosmetik yang
mengandung zat aktif yang berasal dari makanan baik yang berasal dari tumbuhan
maupun hewan yang mungkin telah dimurnikan atau dikonsentrasikan, dan dapat
memberikan efek terapi diatas produk kosmetik biasa. Batasan dan regulasi
mengenai produk ini masih belum jelas. Untuk itu perlu adanya regulasi dan
batasan yang jelas mengenai golongan produk ini sehingga tidak membingungkan
konsumen.

2.5 Passiflora edulis

(Sumber : Manshur & Hutabarat, 2010)


Gambar 2.1 Buah dan sari buah Passiflora edulis f .edulis Sims.

2.5.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


8

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malphigiales
Suku : Passifloraceae
Marga : Passiflora
Jenis : Passiflora edulis f .edulis Sims
(Integrated Taxonomic Information System, 2014)

2.5.2 Nama Umum


Markisa ungu memiliki nama umum purple granadilla atau purple passion
fruit (Inggris), markisa atau markisa asam atau markisa ungu atau siuh (Indonesia)
(Manshur & Hutabarat, 2010).

2.5.3 Deskripsi Tanaman


Markisa asam memiliki dua forma berbeda yaitu forma edulis dan forma
flavicarpa. Markisa ungu termasuk ke dalam forma edulis. Yang termasuk ke
dalam forma edulis diantaranya adalah, markisa asam dengan kulit buah berwarna
ungu, merah, atau hitam (Manshur & Hutabarat, 2010).
Tanaman markisa ungu memiliki ciri berbuah lebat dengan buah berbentuk
bulat sampai bulat agak lonjong atau oval. Buah muda berwarna hijau, sedangkan
buah tua atau masak berwarna ungu tua dengan kulit tipis tapi keras. Sari buahnya
berwarna kuning oranye dengan rasa asam manis, dan aroma markisa yang kuat.
Biji berwarna hitam dan diliputi oleh selaput kenyal berwarna kuning (Manshur &
Hutabarat, 2010).

2.5.4 Ekologi dan Penyebaran


Markisa berkulit buah ungu dapat tumbuh di daerah subtropis dan dataran
tinggi tropis (Manshur & Hutabarat, 2010). Markisa ungu berasal dari Brazil
bagian Selatan yaitu dari Paraguay hingga Argentina bagian utara. Pada tahun
1930-1950 markisa ungu telah menyebar ke berbagai negara di dunia, seperti

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


9

Amerika, Eropa, Afrika maupun Asia. Di Indonesia, markisa ungu sudah


dibudidayakan secara komersial. Markisa ungu ditanam di daerah dataran tinggi
Indonesia. Markisa ungu cocok dibudidayakan di daerah subtropis dan di dataran
tinggi tropis pada ketinggian 700-2000 meter dari permukaan laut, curah hujan
2000-3000 mm/tahun, dan suhu 18°-25° C (Manshur & Hutabarat, 2010).
Di Indonesia, daerah penghasil markisa ungu sendiri masih terpusat di
beberapa daerah, yaitu di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Di
Provinsi Sumatera Utara markisa ungu dihasilkan di beberapa kabupaten, antara
lain : Kabupaten Simalungun, Karo, Diari, dan Tapanuli Utara. Di provinsi
Sulawesi Selatan markisa ungu dibudidayakan, antara lain di : Kabupaten Gowa,
Sinjai, Tator, Enrekang, dan Polmas. Terdapat dua varietas unggul markisa ungu
Indonesia, yaitu varietas Brastagi dari Sumatera Utara dan varietas Malino dari
Sulawesi Selatan (Manshur & Hutabarat, 2010).

2.5.5 Kandungan Kimia Biji Buah Markisa Ungu


Buah markisa merupakan sumber makanan yang kaya akan antioksidan
berupa polifenol. Dari sebuh penelitian yang dilakukan oleh Yuko Matsui et. al,
dari semua bagian buah markisa, yang paling banyak mengandung polifenol
adalah bagian biji. Kandungan polifenol dalam biji kering didapatkan sebesar 33%
dari total berat biji kering. Sedangkan berdasarkan berat total buah kering, total
dari tiap bagian buah markisa adalah sebesar 2,04% dengan perincian 0,22%
(daging buah); 0,02% (kulit buah); dan 1,2% (biji). Kandungan polifenol yang
paling tinggi kadarnya adalah piceatannol dan reservatrol (Matsui, et al., 2010).
Selain itu ditemukan juga fenolat lain seperti scirpusin B yang merupakan dimer
piceatannol (Uchida, et al., 2013), asam gallat, sedikit kafein, asam klorgenat, dan
asam rosmarinat (Lourith & Kaniayavattanakul, 2013).

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


10

(Sumber : Matsui, et al., 2010)


Gambar 2.2 Struktur kimia piceatannol dan reservatrol
A. Piceatannol B. Reservatrol

Tabel 2.1 Kandungan polifenol dalam ekstrak biji markisa ungu


Ekstrak Etanol 80% Ekstrak Butilen-glikol

Piceatannol 4,8 mg/g simplisia biji 37,06 µg/mg simplisia biji

Reservatrol 0,22 mg/g simplisia biji -

Scirpusin B - 14,98 µg/mg simplisia biji

(Sumber : Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013; Matsui, et al., 2010, telah diolah
kembali)

2.5.6 Cara Ekstraksi Kandungan Polifenol dari Biji Markisa Ungu


Terdapat beberapa cara ekstraksi untuk mendapatkan polifenol yang
terkandung dalam markisa ungu. Ekstraksi biasa dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut polar. Polifenol dalam diekstraksi dengan
menggunakan etanol 80% atau menggunakan 1,3-butilen glikol. Berikut beberapa
cara ekstraksi nya :
- Maserasi dengan Etanol
Serbuk biji markisa ungu (Passiflora edulis) diekstraksi secara maserasi
dengan etanol 80% pada temperatur ruang sebanyak dua kali. Larutan
ekstrak disentrifugasi pada 3000G selama 10 menit, kemudian disaring
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


11

dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan. Larutan


ekstrak dievaporasi kemudian di freeze-drying (Matsui, et al., 2010).
- Maserasi dengan 1,3 butilen glikol
Serbuk biji markisa ungu (Passiflora edulis) diekstraksi secara maserasi
dengan 1,3-butilen glikol yang sudah dibersihkan dari assay. Larutan
ekstrak dievaporasi kemudian di freeze-dry untuk menghilangkan sisa
pelarut (Uchida, et al., 2013).

2.5.7 Buah Markisa Ungu Sebagai Sumber Nutrisi


Buah markisa merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh.
Dari 100 g bagian buah yang dapat dimakan mengandung 69-80 g air, 2,3 g
protein, 2,0 g lemak, 16 g karbohidrat, 3,5 g serat, 10 g Ca, 1 mg Fe, 20 SI
vitamin A, sedikit tiamin, 0,1 mg riboflavin, 1,5 mg niasin, dan 20-80 mg vitamin
C. Nilai energi yang didapat sebanyak 385 kj/100 g (Verheij & R.E, 1997). Di
Indonesia, buah markisa ungu umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar berupa
jus atau diolah dalam bentuk sari buah (Manshur & Hutabarat, 2010).
Markisa juga kaya akan antioksidan. Markisa ungu mengandung
karetenoid 1,160%, flavanoid 1,160%, serta alkaloid 0,700%. Selain itu bijinya
juga memiliki banyak manfaat. Dalam biji markisa asam mengandung 23%
minyak yang sama seperti minyak pada biji bunga matahari dan dapat digunakan
sebagai industri. Minyak biji markisa mengandung 84,09% asam lemak tak jenuh
(Manshur & Hutabarat, 2010).

2.5.8 Biji Buah Markisa (P.edulis) Bermanfaat Bagi Kesehatan Kulit


Telah banyak penelitian mengenai manfaat biji markisa edulis terhadap
kesehatan kulit. Dari beberapa penelitian yang ada terlihat bahwa aktivitas
kandungan dalam biji buah P.edulis memiliki dampak yang baik bagi kulit.

2.5.8.1 Ekstrak Etanol Biji Markisa Ungu Dapat Meningkatkan Jumlah Kolagen
Penelitian in-vitro dilakukan terhadap kandungan polifenol yang terdapat
dalam biji markisa ungu. Ternyata, kandungan polifenol yang ada dalam biji
markisa ungu sangat baik bagi kesehatan kulit. Kandungan polifenol yang ada

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


12

pada biji markisa ungu terbukti secara in-vitro dapat meningkatkan jumlah
kolagen. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Matsui dengan
menggunakan markisa forma edulis yang dijual di Kagoshima, Jepang. Dalam
penelitiannya, dilakukan pengukuran efek ekstrak etanol 80% dari kulit, daging
buah, dan biji markisa terhadap jumlah kolagen dalam media kultur sel fibroblas
dermal manusia. Penelitian dilakukan menggunakan medium yang telah
ditanamkan sel fibroblas manusia normal pada densitas 1,7 x 104 sel per 48-well
dish dan dikultur selama 24 jam. Medium sel fibroblas yang telah dikultur
diberikan ekstrak etanol kulit, daging buah, dan biji markisa dalam konsentrasi
berbeda. Kolagen yang dihasilkan dari tiap medium sel fibroblas dibandingkan
dengan sel kontrol yang tidak diberikan ekstrak markisa.
Pada preparat kontrol, tak satu pun dari sampel menunjukkan adanya
perubahan jumlah kolagen. Sedangkan pada preparat yang diberikan ekstrak biji
markisa, sintesis kolagen larut meningkat hingga ±150%. Hal yang berbeda
ditunjukkan pada preparat yang dikultur dengan diberi ekstrak etanol kulit dan
daging buah markisa, preparat tidak menunjukkan adanya peningkatan jumlah
kolagen. Ekstrak biji markisa memberikan efek peningkatan kolagen yang
signifikan pada konsentrasi 100 µg/mL (Matsui, et al., 2010).

2.5.8.2 Kandungan Piceatannol dalam Biji Markisa Ungu Sebagai Antioksidan


Sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, membuktikan bahwa
piceatannol yang berasal dari biji markisa edulis mampu menghambat
pertumbuhan ROS (Reactive Oxygen Species) dan meningkatkan level GSH
dalam sel keratinosit. ROS merupakan oksidan alami tubuh yang apabila kadarnya
lebih besar dibandingkan dengan antioksidan alami kulit, dapat menyebabkan
kerusakan biologis pada sel kulit yang dapat mempercepat penuaan, sedangkan
GSH, merupakan antioksidan alami kulit yang menjaga kulit dari stres oksidatif
akibat paparan UV atau polutan. Penelitian dilakukan menggunakan medium
Humedia KG2 yang telah ditanamkan sel keratinosit manusia normal pada
densitas 2 x 104 sel per 96-well dish. Medium sel keratinosit kemudian disinari
dengan sinar UV-B. Setiap medium diberikan piceatannol dalam konsentrasi
berbeda dan digunakan satu medium tanpa pemberian apapun sebagai kontrol.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


13

Hasilnya piceatannol mampu menurunkan ROS sampai 58% dan meningkatkan


GSH level sampai 68% pada konsentrasi 2 µg/mL (Uchida, et al., 2013).
Hasil penelitian lain, menyebutkan bahwa kandungan fenol dalam ekstrak
biji markisa ungu terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan
diuji dengan menggunakan metode DPPH dan didapatkan IC50 sebesar 2,7 ± 0,2
µg/mL. Hasil yang didapatkan hampir mendekati IC50 kontrol, yaitu, vitamin C
dengan IC50 2,7 ± 0,1 µg/mL (Lourith & Kaniayavattanakul, 2013).

2.5.8.3 Kandungan Piceatannol dalam Biji Markisa Ungu Terhadap Enzim


Degradasi Kolagen (MMP-1)
Sebuah penelitian dilakukan di Tokyo untuk menganalisa mengenai efek
piceatannol dalam biji markisa ungu terhadap faktor yang berperan dalam
penuaan terutama penuaan akibat paparan UV atau disebut photoaging. Salah satu
uji yang dilakukan adalah analisa efek piceatannol terhadap enzim degradasi
kolagen (MMP-1). Uji dilakukan menggunakan piceatannol hasil isolasi dari
ekstrak biji markisa dan standar piceatannol sebagai pembanding (Uchida, et al.,
2013).
Penelitian dilakukan menggunakan medium Humedia KG2 yang telah
ditanamkan sel keratinosit manusia normal pada densitas 5 x 105 sel per 6-well
dish. Piceatannol menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap MMP-1 yang
merupakan faktor degradasi kolagen baik pada preparat yang disinari UV maupun
pada preparat yang tidak disinari UV (Uchida, et al., 2013).

Tabel 2.2 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji markisa) terhadap
kadar MMP-1 dalam lingkungan yang disinari sinar UV
Penurunan Kadar MMP-1 (%) Kadar Piceatannol (µg/ml)
37 0,125
34 0,25
25 0,5
30 1
(Sumber : Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013, telah diolah kembali)

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


14

Tabel 2.3 Pengaruh piceatannol (kandungan kimia dalam ekstrak biji markisa) terhadap
kadar MMP-1 dalam lingkungan tanpa sinar UV
Penurunan Kadar MMP-1 (%) Kadar Piceatannol (µg/ml)
37 0,125
42 0,25
(Sumber : Uchida, Kurita, Sugiya, Sai, Maeda, & Ito, 2013, telah diolah kembali)

2.5.8.4 Ekstrak Etanol Biji Markisa Ungu Sebagai Penghambat Melanogenesis


Penelitian in-vitro, mengenai efek ekstrak etanol 80% markisa ungu
terhadap sintesis melanogenesis, telah dilakukan. Dilakukan pengukuran efek
ekstrak etanol 80% dari kulit, daging buah, dan biji markisa terhadap jumlah
melanin yang dihasilkan oleh sel melanogenesis. Penelitian dilakukan pada
medium yang telah ditanam sel melanoma manusia (MNT-1) dengan densitas 7 x
104 sel per 12-well dish. Medium sel melanoma kemudian dikultur dengan ekstrak
kulit, daging buah, dan biji markisa ungu. Satu medium sel melanoma, sebagai sel
kontrol, ditumbuhkan tanpa pemberian ekstrak etanol 80% markisa ungu.
Hasil penelitian menunjukkan penghambatan yang cukup signifikan
terhadap sintesis melanin. Penurunan yang cukup signifikan terlihat pada sel
melanoma yang dikultur bersama dengan ekstrak etanol dari biji markisa ungu.
Sintesis melanin turun dari ±100% menjadi ±90% setelah pemberian ekstrak
etanol 80% biji markisa ungu dengan konsentrasi 20 µg/mL. Asam kojat yang
digunakan sebagai kontrol menunjukkan aktivitas yang sama pada konsentrasi 10
µg/mL (Uchida, et al., 2013).

2.6 Masker
Masker wajah adalah kosmetik yang populer digunakan sebagai salah satu
produk perawatan kulit wajah. Dalam perawatan kulit, masker wajah merupakan
salah satu sistem penghantaran yang baik. Masker wajah juga merupakan salah
satu produk yang paling diminati banyak kalangan. Rata-rata produk menyajikan
efek seperti reduksi lemak di wajah, antipenuaan, antikerut, pemberi nutrisi, dan
pemutih kulit (Gupta, 2006).

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


15

Terdapat beberapa jenis masker berdasarkan komposisi, yaitu :


2.6.1 Masker tipe gel
Masker tipe gel memiliki karakteristik transparan dan dapat ditembus
cahaya. Masker tipe gel mengandung polimer pembentuk film seperti
polivinil alkohol, hidroksi etil selulosa, polimer karboksivinil dan lain
sebagainya. Masker ini perlu diaplikasikan menggunakan tangan ke
wajah, kemudian akan mengering setelah beberapa menit dan
membentuk lapisan tipis film pada wajah. Kemudian dikelupas (peel
off ) atau dibersihkan (Okamura, Sadao, Yachimata-machi, &
Inbagun, 1982).
2.6.2 Masker tipe pasta
Masker tipe pasta merupakan pasta opaque yang mengandung resin
vinil asetat, montmorillonite, atau polimer sejenis. Seperti pada
masker tipe gel. Masker tipe pasta perlu diaplikasikan terlebih dahulu
menggunakan jari ke wajah. Setelah kering lapisan yang terbentuk
dikelupas perlahan-lahan kemudian wajah dicuci (Okamura, Sadao,
Yachimata-machi, & Inbagun, 1982).
2.6.3 Masker tipe bubuk
Masker tipe bubuk terbuat dari kaolin, talk, dan magnesium oksida.
Sebelum digunakan, bahan masker dicampur dulu dengan air sampai
homogen baru kemudian diaplikasikan ke wajah. Setelah kering wajah
dicuci (Okamura, Sadao, Yachimata-machi, & Inbagun, 1982).
2.6.4 Masker kertas/kain (Mask cloth)
Masker kertas/kain lebih praktis dan dapat langsung digunakan karena
masker telah dibentuk sesuai dengan bentuk wajah atau area wajah
tertentu. Masker kertas bisa terbuat dari kain nontenun (nonwoven
fabric), kertas, serta kain tekstile yang mengandung cairan kosmetik
berkhasiat. Kain tekstile yang digunakan biasanya terbuat dari katun
atau resin sintetik atau campuran dari keduanya (Okamura, Sadao,
Yachimata-machi, & Inbagun, 1982).

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


16

2.6.5 Masker hidrogel


Masker hidrogel merupakan konsep baru yang efektif. Hidrogel
memiliki kemampuan menyimpan air dalam jumlah banyak.
Kandungan air yang cukup tinggi dalam hidrogel dapat menghidrasi
kulit sehingga meningkatkan kelembapan pada kulit (Lim, Hur, Kim,
& Lee, 2010).

2.7 Hidrogel
Proses pembetukan gel merupakan gejala penggabungan atau pengikatan
silang rantai-rantai polimer membentuk jaringan tiga dimensi yang
berkesinambungan dan memiliki stuktur yang padat dan kompak sehingga dapat
menahan air di dalamnya serta tahan terhadap aliran bertekanan (Fardiaz, 1989).
Gel yang dapat menahan air di dalam strukturnya disebut sebagai hidrogel (Wang,
Turham, & Gunasekaram, 2004). Air yang terdapat dalam gel ini merupakan air
yang masuk ke dalam suatu bahan dan akan menyebabkan pengembangan
volume, tetapi air bukan komponen penyusun bahan tersebut (Winarno, 1997).
Hidrogel memiliki karakteristik memiliki struktur yang elastis dan kuat
(stregth). Hidrogel umumnya dibuat dari molekul hidrofilik yang ditautkan silang
dengan kimia maupun dengan interaksi ionik, ikatan hidrogen, atau interaksi
hidrofobik. Kestabilan hidrogel sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
terutama dalam lingkungan hayati, seperti pH, suhu, medan listrik, kekuatan
ionik, dan kadar garam (Wang, Turham, & Gunasekaram, 2004).
Banyak cara pembuatan hidrogel, salah satunya dengan melibatkan polimer
anionik dan kation logam divalen/trivalen sebagai agen penyambung silang.
Interaksi antara keduanya menghasilkan ikatan ionik yang kemudian membentuk
struktur padat dari hidrogel. Polimer anionik dapat berupa polimer sintetis
maupun polimer alam. Polimer sintetis yang umum dipakai misalnya kopolimer
asam akrilat, kopolimer asam metakrilat, dan kopolimer p-vinilbenzoat. Untuk
polimer alam dapat berupa alginat, agar, karragenan, asam hyaluronat, gellan
gum, xanthan gum, CMC. Polimer dapat dipakai tunggal maupun kombinasi.
Polimer anionik ini membutuhkan ion logam divalen atau trivalen untuk
membantu membentuk struktur tiga dimensi yang dapat menjerap air dan struktur

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


17

yang kokoh sehingga setelah dicetak akan didapatkan bentuk tetap (tidak kembali
ke bentuk semula) (Tsujihata & Ashigarakami-gum, 2010).
Hidrogel telah banyak digunakan sebagai aditif makanan, absorben air,
perangkap kimia, pembawa obat, organ buatan, sebagai agen penghambat enzim.
Baru-baru ini hidrogel popular dalam bidang perawatan kulit, khususnya sebagai
masker wajah. Masker hidrogel merupakan konsep baru yang efektif karena
kandungan air dalam hidrogel yang banyak dapat menghidrasi kulit sehingga
meningkatkan kelembapan kulit (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).

2.8 Komponen Bahan Tambahan Masker Hidrogel


2.8.1 Na-Alginat
Alginat diekstraksi dari rumput laut coklat dalam bentuk asam dan
dinetralkan dengan sodium bikarbonat hingga menjadi natrium alginat. Natrium
alginat tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk serbuk dengan warna putih
sampai coklat kekuningan.

(Sumber : Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003)


Gambar 2.3 Stuktur kimia natrium alginat

Di dalam air alginat akan membentuk koloid kental dan tidak larut dalam
medium dengan pH kurang dari 3, etanol, dan pelarut organik lain. Natrium
alginat inkompatibel dengan derivat akridin, kristal violet, fenilmerkuri asetat dan
nitrat, logam berat dan etanol dengan konsentrasi lebih besar dari 5 % (Rowe,
Sheskey, & Marian E, 2009).
Interaksi antara alginat dengan kation divalen/trivalen merupakan hal yang
dimanfaatkan dalam penelitian ini. Interaksi antar keduanya sering disebut sebagai
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


18

gelasi. Dalam hal ini, ion divalen/trivalen akan berikatan dengan gugus COO-
pada struktur asam guluronat. Ikatan terjadi antara asam guluronat satu dengan
yang lain membentuk sebuah struktur yang dinamakan “egg boxes”. Ion
divalen/trivalen tadi bertindak sebagai agen penyambung silang yang
menstabilkan rantai alginat membentuk suatu struktur padat. Rantai saling silang
yang terbentuk ini mengikat dan menjerap air dalam struktur nya (Bartolo, Lagoa,
& Mendes, 2003).
Alginat membentuk gel yang stabil dengan kation divalen seperti Ca, Sr, Ba,
dan Zn (Rowe, Sheskey, & Marian E, 2009). Pada alginat yang memiliki jumlah
gugusan asam guluronat yang lebih sedikit dibanding jumlah asam mannuronat,
hidrogel yang dihasilkan lebih rapuh dibandingkan dengan yang mengandung
jumlah asam guluronat lebih banyak. Kerapuhan ini terjadi karena kekuatan ikatan
yang terbentuk cenderung lemah (Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003).

2.8.2 Xanthan Gum


Dalam dunia famasi, industri makanan, dan kosmetik, xanthan gum
merupakan polimer yang sering digunakan. Xanthan gum dapat berfungsi sebagai
peningkat viskositas untuk meningkatkan kekuatan dari hidrogel yang dibuat.
Bentuk dari xanthan gum sendiri berupa serbuk halus berwarna krem dan tidak
berbau, memiliki daya alir yang baik serta praktis tidak larut dalam etanol dan eter
tetapi larut pada air panas atau dingin. Xanthan gum apabila dimasukkan ke dalam
air kemudian diaduk secara kontinu akan mendapatkan larutan yang
kekentalannya tinggi pada konsentrasi yang rendah (Rowe, Sheskey, & Marian E,
2009).

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


19

(Sumber : Weler, 2007)


Gambar 2.4 Stuktur kimia xanthan gum

2.8.3 Propilenglikol

(Sumber : Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)


Gambar 2.5 Struktur kimia propilenglikol

Pada formulasi farmasetika propilenglikol digunakan sebagai pelarut dan


humektan. Penggunaan propilenglikol untuk humektan sediaan topikal maksimal
15%. Propilenglikol memiliki karakteristik berupa cairan jernih, tidak berwarna,
kental, tidak berbau, dengan rasa manis, sedikit menyerupai gliserin.
Propilenglikol tercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan
air; larut dengan perbandingan 1:6 dalam eter; tidak larut dalam minyak atau
minyak mineral, tapi dapat melarutkan beberapa minyak esensial.
Pada temperatur yang sejuk, propilenglikol stabil dalam wadah yang tertutup
rapat, tetapi saat temperatur tinggi dan dalam keadaan terbuka, maka
propilenglikol akan teroksidasi. Propilenglikol stabil secara kimia ketika dicampur
dengan etanol (95%), gliserin, air.
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


20

2.8.4 Gliserin

(Sumber : Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)


Gambar 2.6 Struktur kimia gliserin

Dalam sediaan topikal dan kosmetik gliserin dimanfaatkan sebagai humektan


dan emolien. Gliserin merupakan larutan bening, tidak berwarna, kental, dan
higroskopis dengan rasa yang manis. (Rowe, Sheskey, & Marian E, 2009).
2.8.5 Metil Paraben

(Sumber : Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)


Gambar 2.7 Struktur kimia metil paraben

Golongan paraben merupakan pengawet antimikroba yang digunakan secara


luas dalam dunia kosmetik dan farmasetika. Metilparaben dapat digunakan secara
tunggal ataupun dikombinasikan dengan paraben lain dan agen antimikroba lain.
Metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling banyak digunakan dalam
kosmetik. Paraben efektif pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas
antimikroba spektrum luas, meskipun paling efektif terhadap ragi dan kapang.
Untuk sediaan topikal kadar metil paraben 0,02%-0,3%.

2.8.6 Propil Paraben


Kombinasi paraben dalam sebuah formulasi dapat meningkatkan aktivitas
antimikroba. Aktivitas antimikroba propil paraben ditunjukkan pada rentang pH
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


21

4-8. Propil paraben sangat larut dalam aseton, eter, dan minyak; mudah larut
dalam etanol dan metanol; sangat sedikit larut dalam air. Titik didihnya adalah
29,50C. Dalam sediaan topikal konsentrasi yang sering digunakan adalah 0,01-
0,6%.

(Sumber : Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)


Gambar 2.8 Struktur kimia propil paraben

2.8.7 Natrium metabisulfit


Antioksidan sediaan berdasarkan kelarutannya terbagi menjadi 2, yaitu
antioksidan larut air dan antioksidan larut lemak (BHA,BHT, dan vitamin E).
Untuk sediaan gel umumnya digunakan antioksidan yang larut dalam air seperti
natrium metabisulfit dan vitamin C. Natrium metabisulfit umum digunakan
sebagai antioksidan pada sediaan topikal (0,01-1%). Natrium metabisulfit larut
dalam air dan sukar larut dalam propilenglikol (Rowe, Sheskey, & Marian E,
2009).
Penggunaan antioksidan sangat penting terutama pada sediaan yang
mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi, salah satunya sediaan yang
mengandung bahan alam. Diketahui pada sediaan yang mengandung bahan alam,
memiliki banyak kandungan kimia yang sangat mudah teroksidasi. Apabila
kandungan tersebut mengalami oksidasi dapat membuat efektivitasnya dapat
menurun. Untuk itu penggunaan antioksidan sangat dibutuhkan, terutama dalam
sediaan berbahan aktif yang mudah teroksidasi seperti sediaan berbahan alam.

2.8.8 Kalsium Klorida


Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ion divalen/trivalen dapat
bertindak sebagai agen penyambung silang untuk alginat. Garam kalsium
memiliki afinitas yang baik dengan asam guluronat pada alginat (Gombotz &
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


22

Wee, 1998). Kalsium dengan asam guluronat akan berikatan secara ionik
membentuk sebuah struktur yang disebut sebagai “egg boxes”. Interaksi ini yang
membuat terbentuknya struktur padat yang menjerap air dalam strukturnya
(Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003).

(Sumber : Ichiura, Konishi, & Morikawa, 2009)


Gambar 2.9 Interaksi antara gugus asam guluronat pada rantai polisakarida
alginat dengan Ca2+

(Sumber : Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003)


Gambar 2.10 Struktur gel alginat setelah interaksi dengan Ca2+

Kalsium klorida digunakan sebagai agen penyambung silang dalam


formulasi ini. Kalsium klorida berwarna putih, tidak berbau. Kalsium klorida
sangat mudah larut dalam air, air panas, alkohol. pH larutan 5% kalsium klorida
dalam air memiliki pH diantara 4,5-9,2 (Sweetman, 2009).

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Laboratorium Penelitian Farmasetika, Universitas Indonesia, Depok,
selama kurang lebih empat bulan, dari bulan Februari hingga Mei 2014.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter (Eutech
Instrument, Singapura), penetrometer (Herzoo, Jerman), timbangan analitik
(Adam, Amerika Serikat), homogenizer (Omni Multimix Inc., Singapura), wadah
kaca, cetakan, jangka sorong (Vernier Caliper, China), texture analyzer (Com Ten
Industries, Amerika Serikat), dan alat-alat gelas.
3.2.2 Bahan
Ekstrak etanol biji markisa ungu Passiflora edulis (Balitro, Indonesia), na-
alginat (Sarda, Taiwan), xanthan gum (Cargill Bioengineering, China),
propilenglikol (Dow Chemical Pacific, Singapore), metil paraben (Clariant,
Jerman), propil paraben (Clariant, Jerman), kalsium klorida (Solvay Chem Intl,
Amerika Serikat), natrium metabisulfit, air suling, pewangi aroma buah.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Persiapan Simplisia
Biji markisa ungu (Passiflora edulis) dibersihkan dan dikeringkan di
bawah sinar matahari langsung. Setelah biji markisa kering, biji dihaluskan
menjadi serbuk.

3.3.2 Ekstraksi Simplisia Biji Markisa Secara Maserasi


Serbuk biji markisa ungu (Passiflora edulis) diekstraksi secara maserasi
dengan etanol 80% pada temperatur ruang sebanyak dua kali. Larutan ekstrak
disentrifugasi pada 3000G selama 10 menit, kemudian disaring dengan

23 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


24

menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan. Larutan ekstrak


kemudian dievaporasi (Uchida, et al., 2013).

3.3.3 Formulasi Masker Hidrogel Ekstrak Etanol Biji Markisa Ungu

Formulasi masker hidrogel yang dibuat pada penelitian ini tertera pada (Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Formulasi Masker Hidrogel

Komposisi Formula (%b/b)


Ekstrak etanol biji markisa 0,10
Na-Alginat 3,00
Xanthan Gum 0,50
Propilenglikol 2,50
Gliserin 5,00
Natrium Metabisulfit 0,02
Metil Paraben 0,20
Propil Paraben 0,10
Pewangi beraroma buah 0,06
Air suling 88,72

3.3.4 Prosedur Pembuatan


3.3.4.1 Persiapan larutan kalsium klorida
Sebanyak 1 gram kalsium klorida dilarutkan dalam 200 mL air suling.
Aduk hingga kalsium klorida melarut.

3.3.4.2 Pembuatan masker hidrogel


1. Alat dan bahan disiapkan
2. Pembuatan masker hidrogel
a. Sebagian air suling disiapkan dalam gelas piala 1 liter.
b. Gelas piala berisi air suling dimasukkan Na-Alginat yang telah ditimbang.
Na-Alginat dimasukkan sambil diaduk dengan kecepatan 3000 rpm hingga
terbentuk basis gel.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


25

c. Xanthan gum dicampurkan dengan gliserin, kemudian dimasukkan ke


dalam sediaan gel. Pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan tetap.
d. Natrium metabisulfit dilarutkan dalam air suling, kemudian ditambahkan
ekstrak etanol biji markisa ungu. Larutan diaduk hingga melarut dan
homogen. Larutan yang telah homogen, dimasukkan ke dalam basis gel,
diaduk dengan kecepatan tetap.
e. Propil paraben dan metil paraben dilarutkan dalam propilenglikol,
kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala berisi basis gel sedikit demi
sedikit.
f. Gel dituang ke cetakan dengan ukuran diameter 10 cm. Berat gel yang
dituang harus memiliki berat yang sama satu dengan yang lain, yaitu
sebesar 14 g. Cetakan selanjutnya direndam dalam larutan air suling yang
mengandung kalsium klorida dengan konsentrasi 0,5g/100mL (w/v).
Perendaman dilakukan selama 60 menit.
i. Setelah 60 menit, terbentuk hidrogel dengan massa padat, massa yang
terbentuk dicuci dengan air suling. Selanjutnya dikeringkan pada suhu
kamar.
j. Hidrogel dicetak sesuai bentuk yang disesuaikan dengan area bawah mata
dengan ukuran 6 x 2,5 cm (panjang x lebar).

3.3.4.3 Penyimpanan masker hidrogel


Masker hidrogel disimpan dalam kemasan tertutup yang berisi sedikit
larutan propilenglikol.

3.3.5 Evaluasi
Sediaan hidrogel dievaluasi kestabilan dan karakteristik fisiknya dari segi
organoleptis, uji bobot dan tebal masker, uji pH permukaan, uji konsistensi, uji
kekuatan peregangan, uji daya mengembang, serta uji lama waktu penyusutan.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


26

3.3.5.1 Pengamatan Organoleptis


Sediaan diamati ukuran, bentuk, warna, dan bau serta perubahan
perubahan warna dan bau.

3.3.5.2 Bobot dan Ukuran Masker Mata Hidrogel


Evaluasi bobot dan ketebalan masker, lima lembar masker hidrogel
diambil dan ditimbang satu per satu. Berat masker hidrogel diukur dengan
timbangan digital, sedangkan panjang, lebar, dan tebal masker hidrogel diukur
menggunakan jangka sorong.

3.3.5.3 pH pemukaan Masker Mata Hidrogel


Masker hidrogel dibiarkan mengembang selama 2 jam di dalam 10 ml air
suling pada wadah dan pH permukaan diukur dengan menggunakan pH meter.

3.3.5.4 Daya Mengembang Masker Mata Hidrogel


Masker hidrogel yang sudah jadi dipotong-potong menjadi cacahan
dengan ukuran 1,2 cm x 1,2 cm x 0,04 cm (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).
Potongan kemudian ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam gelas piala
yang berisi 30 ml larutan air suling. Potongan masker ditimbang pada jam ke-3, 9,
12, 24, 48, 72, 1 minggu serta 2 minggu kemudian. Penyerapan air ditentukan
berdasarkan persamaan berikut (Gulrez, Al-Assaf, & Phillips, 2011) :
Daya mengembang = (3.1)

Keterangan : Wn = berat masker terhidrasi


Wo = berat masker kering sebelum hidrasi

3.3.5.5 Konsistensi Masker Mata Hidrogel


Masker hidrogel dimasukkan ke dalam wadah khusus dan diletakkan
pada meja penetrometer. Peralatan diatur hingga ujung kerucut tepat menyentuh
permukaan masker hidrogel. Batang pendorong kemudian dilepas dengan
mendorong tombol start. Angka dibaca lima detik setelah kerucut menembus
sediaan. Dari pengukuran konsistensi dengan menggunakan penetrometer akan

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


27

didapatkan angka penetrasi dalam (1/10mm). Pemeriksaan konsistensi dilakukan


pada minggu ke-0 dan minggu ke-12 pada penyimpanan pada suhu kamar.

3.3.5.6 Waktu Penyusutan Masker Mata Hidrogel


Masker hidrogel dipotong menjadi cacahan persegi dengan panjang area
4 cm2. Area diukur setiap 10 menit selama 2 jam. Setelah 2 jam area diukur setiap
30 menit. Uji dilakukan selama 8 jam. Waktu saat masker mengerucut atau
mengecil dicatat. Uji dilakukan pada suhu kamar (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).

3.3.5.6 Kekuatan Peregangan dan Elongasi Masker Mata Hidrogel


Pengukuran dilakukan menggunakan alat texture analyzer yang
dilengkapi dengan alat penjepit dan dihubungkan dengan komputer untuk
mengolah data. Masker hidrogel yang sudah jadi dipotong-potong dengan ukuran
1 cm x 1 cm x 0,04 cm. Potongan kemudian dijepit diantara dua alat penjepit.
Jarak antar alat penjepit atas dan bawah 10 mm dan kecepatan 100 mm/menit.
Pengukuran dilakukan sampai masker sobek. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali dan digunakan rata-rata sebagai hasil akhir (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010).
Perhitungan :

Kekuatan Peregangan/Tensile Stregth = (3.2)

% Elongasi = (3.3)

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Skrining Fitokimia


Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan metabolit
sekunder yang terdapat pada ekstrak. Metabolit sekunder yang terdapat dalam
ekstrak etanol 80% biji markisa ungu diantaranya adalah : saponin, tanin, alkaloid,
fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida. Dalam penelitian ini, kandungan
aktif yang diharapkan terekstraksi adalah metabolit sekunder golongan polifenol.
Polifenol merupakan golongan senyawa metabolit sekunder yang memiliki
aktivitas antioksidan dan antiaging (Lourith & Kaniayavattanakul, 2013).
Hasil skrinning fitokimia menunjukkan hasil bahwa ekstrak yang
didapatkan memberikan hasil positif pada golongan fenol. Dengan demikian,
polifenol yang diharapkan berhasil terekstraksi. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya, dimana biji markisa ungu yang diekstraksi dengan
menggunakan etanol 80% memberikan hasil positif pada kandungan polifenol
(Uchida, et al., 2013).

4.2 Optimasi pembuatan hidrogel


Penelitian ini diawali dengan penentuan kondisi optimum proses
pembuatan hidrogel. Optimasi meliputi penentuan konsentrasi alginat-xanthan
gum sebagai basis hidrogel, gliserin-propilenglikol sebagai plasticizers, dan
konsentrasi kalsium klorida sebagai agen penyambung silang. Setelah dilakukan
optimasi, hidrogel memberikan hasil yang optimum pada konsentrasi alginat 3%,
xanthan gum 0,5%, gliserin 5%, propilenglikol 2,5%, dan direndam dalam larutan
kalsium klorida dengan konsentrasi 0,5% selama 60 menit.

28 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


29

Tabel 4.1 Presentase komposisi bahan untuk optimasi basis hidrogel

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12


Na-alginat 2 2 3 3 3 5 4 5 3 3 3 3
Xanthan gum 1 2 - 1 2 1 1 - 0,5 0,8 0,5 0,5
Propilenglikol 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,5 3
Gliserin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 7
(semua angka dinyatakan dalam % (b/b))

Optimasi konsentrasi alginat-xanthan gum dibutuhkan untuk mendapatkan


formula yang tepat dengan karakteristik mudah mengalir, memiliki daya sebar
yang baik dalam cetakan, serta memiliki kekentalan yang tepat. Gel yang mudah
mengalir dibutuhkan untuk memudahkan proses penuangan ke dalam cetakan.
Dari sepuluh formulasi yang dibuat, didapatkan delapan formulasi yang dapat
mengalir saat dituang ke cetakan, yaitu F1, F3, F4, F6, F7, F8, F9, dan F10. Dua
formula lainnya sama sekali tidak dapat mengalir ketika dituang ke dalam cetakan
dan terdapat gumpalan-gumpalan putih yang sulit di homogenasi. Profil ini
ditunjukan pada F2 dan F5 yang menggunakan konsentrasi xanthan gum sebesar
2%. Pada formulasi tanpa xanthan gum, yaitu F3 dan F8, didapatkan gel yang
mudah mengalir, namun menghasilkan hidrogel dengan bentuk yang tidak sesuai
dengan cetakan. Pada kedua formula ini, hidrogel yang terbentuk cenderung
menggumpal. Untuk itu penambahan xanthan gum sebagai pengental memang
dibutuhkan dalam formulasi, namun konsentrasi yang dipakai jangan terlalu besar.
Sehingga didapatkan gel kental dan mudah mengalir. Kekentalan dibutuhkan agar
gel yang berada dalam cetakan tidak bergerak mengikuti tekanan air yang timbul
saat cetakan dicelupkan ke dalam wadah berisi larutan kalsium klorida.
Selain mudah mengalir, gel juga harus memiliki daya sebar yang baik. Hal
ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam proses perataan gel dalam cetakan.
Formulasi yang menggunakan konsentrasi xanthan gum 1% memiliki kekentalan
yang lebih kental, gel masih dapat mengalir saat dituang ke cetakan namun
memiliki daya sebar yang kurang baik dalam cetakan, hal ini tentunya
menyulitkan dalam proses perataan gel pada cetakan. Profil seperti ini muncul
pada F1, F4, F6, dan F7. Dari formula yang dicoba didapatkan F9 dengan

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


30

konsentrasi na alginat 3% dan xanthan gum 0,5% yang paling baik, karena
memiliki daya sebar yang paling baik pada cetakan dan kekentalan yang tepat.
Optimasi plasticizers dilakukan untuk mendapatkan hidrogel yang
memiliki elastisitas yang baik. Formulasi yang dicobakan adalah F9 dengan tiga
variasi konsentrasi propilenglikol dan gliserin. Didapatkan formula optimum pada
konsentrasi propilenglikol sebesar 2,5% dan gliserin 5%. Hidrogel yang
dihasilkan memiliki elastisitas yang baik. Pada formula dengan konsentrasi
propilenglikol sebesar 2% dan gliserin 3% didapatkan hidrogel yang tidak robek
dengan sentuhan halus, namun robek saat dilipat. Sedangkan pada formula dengan
konsentrasi kombinasi plasticizers yang lebih tinggi, yaitu propilenglikol 3% dan
gliserin 7% didapatkan hidrogel yang elastis. Namun, gel yang dihasilkan tidak
mampu menahan tekanan air yang muncul saat cetakan dicelupkan sehingga
dihasilkan hidrogel dengan bentuk yang tidak sesuai dengan bentuk cetakan.
Konsentrasi larutan CaCl2 sebagai agen penyambung silang juga
mempengaruhi bentuk hidrogel yang dihasilkan. Konsentrasi CaCl2 yang
dicobakan sebesar 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%. Semakin tinggi konsentrasi CaCl2
bentuk hidrogel yang didapatkan semakin padat dan kaku serta mengalami
penyusutan berat yang semakin besar.

Tabel 4.2 Hasil optimasi konsentrasi CaCl2 dengan lama perendaman selama 60 menit.
Konsentrasi CaCl2 HASIL
0,5% Terjadi penyusutan sebesar 13,2% setelah perendaman (dari 14,3 g
(1 g dalam 200 mL) menjadi 12,4 g). Hidrogel yang terbentuk kenyal elastis serta lembut.
1% Terjadi penyusutan sebesar 31,6% setelah perendaman (dari 14,2 g
(2 g dalam 200 mL) menjadi 9,7 g). Hidrogel yang terbentuk kenyal elastis serta lembut.
1,5% Terjadi penyusutan sebesar 33,8% setelah perendaman (dari 14,2 g
(3 g dalam 200 mL) menjadi 9,4 g). Hidrogel yang terbentuk kenyal elastis, serta
didapatkan hidrogel yang lebih tebal
2% Terjadi penyusutan sebesar 39,4% setelah perendaman (dari 14,2 g
(4 g dalam 200 mL) menjadi 8,6 g). Hidrogel yang terbentuk elastis, tebal, dan agak kaku.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


31

0,5% 1%

1,5% 2%

Gambar 4.1 Hasil optimasi CaCl2 dengan beragam konsentrasi dalam air
suling 200 mL

Penurunan berat terjadi akibat adanya proses difusi selama proses


pembentukan gel. Saat perendaman hidrogel, ion kalsium akan berdifusi dari
larutan ke dalam hidrogel untuk berinteraksi dengan gugus asam guluronat
membentuk struktur padat hidrogel. Peristiwa ini diikuti dengan lepasnya air dari
struktur hidrogel. Air yang lepas ini, dianggap sebagai air yang memiliki ikatan
lemah pada struktur hidrogel alginat sehingga sangat mudah untuk lepas (Bartolo,
Lagoa, & Mendes, 2003).

(Sumber : Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003)


Gambar 4.2 Skema difusi Ca2+ dan efluks air selama proses gelasi terjadi

Hal lain yang terlihat dari proses optimasi CaCl2 adalah kecenderungan
menurunnya berat hidrogel seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


32

kalsium klorida. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya,
dimana meningkatnya konsentrasi larutan kalsium klorida akan meningkatkan
reaksi sambung silang yang terjadi dalam rantai polimer dan memperbesar jumlah
air yang keluar dari hidrogel (Bartolo, Lagoa, & Mendes, 2003). Oleh karena itu,
dibutuhkan kondisi optimal untuk mendapatkan hidrogel yang tepat dalam hal
fisik dan tidak kehilangan air dalam jumlah besar setelah proses perendamannya.
Lama perendaman juga ikut mempengaruhi bentuk hidrogel yang didapatkan.
Semakin lama perendaman dilakukan, hidrogel yang didapatkan semakin kaku
dan menyusut. Waktu 60 menit dipilih karena tepat pada menit ke-60 setelah
perendaman dengan 0,5% CaCl2, gel yang berada dalam cetakan telah membentuk
struktur padat yang elastis dan lembut. Hidrogel yang terbentuk lepas dari cetakan
kemudian mengambang di atas permukaan air.
Dari optimasi yang dilakukan, dipilih satu formula untuk produksi
selanjutnya. Formula yang dibuat sebagai berikut :

Tabel 4.3 Formula masker mata hidrogel ekstrak biji markisa ungu
Komposisi Formula (%b/b)
Ekstrak etanol biji markisa 0,10
Na-Alginat 3,00
Xanthan Gum 0,50
Propilenglikol 2,50
Gliserin 5,00
Natrium Metabisulfit 0,02
Metil Paraben 0,20
Propil Paraben 0,10
Pewangi beraroma buah 0,06
Air suling 88,72

Semua bahan dihomogenasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.


Setelah didapatkan gel yang homogen, gel dituang ke dalam cetakan kemudian

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


33

direndam dalam larutan kalsium klorida dengan konsentrasi 0,5% selama 60


menit. Dimana didapatkan struktur padat dari hidrogel, masker kemudian dicetak
dan disimpan dalam wadah yang berisi larutan poliol sebagai humektan untuk
menjaga agar air di dalam hidrogel tidak cepat menguap selama penyimpanan.
Larutan poliol memiliki banyak gugus OH yang dapat berikatan dengan molekul
air sehingga air tidak mudah lepas dari struktur hidrogel. Digunakan humektan
yaitu propilenglikol secukupnya.

4.3 Evaluasi Fisik Masker Mata Hidrogel


4.3.1 Organoleptis
Sediaan diamati bentuk, warna, dan bau pada minggu awal dan minggu
akhir. Hal ini dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya perubahan selama
penyimpanan. Adanya perubahan mengindikasikan terjadinya ketidakstabilan
dalam formula. Pada minggu awal sediaan memiliki bentuk setengah lingkaran
seperti bulan sabit dan memiliki warna bening kecoklatan serta bau buah yang
tidak menyengat. Dari pengamatan yang dilakukan hingga minggu ke-12 tidak
terlihat adanya perubahan bentuk, warna, dan bau.

Gambar 4.3 Masker mata hidrogel biji markisa ungu


Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


34

4.3.2 Bobot dan Ukuran Masker Mata Hidrogel


Pengukuran dilakukan pada 10 masker mata hidrogel. Didapatkan berat
3,3 ± 0,1 g dan ukuran hidrogel dengan rincian sebagai berikut :
Ukuran hidrogel: Panjang : 6,035 ± 0,068 cm
Lebar : 2,450 ± 0,034 cm
Tebal : 0,215 ± 0,010 cm

Gambar 4.4 Rincian daerah pengukuran masker mata hidrogel

4.3.3 pH Permukaan Masker Mata Hidrogel


Pengukuran pH dilakukan untuk melihat apakah masker mata hidrogel yang
dibuat sesuai dengan range pH kulit, yaitu 4,5-6,5. Apabila pH terlalu rendah
sediaan dapat mengiritasi kulit. Sedangkan apabila pH terlalu tinggi sediaan dapat
membuat kulit bersisik. Pengukuran pH permukaan hidrogel dilakukan kepada
tiga sampel masker mata hirogel, dimana dari ketiga nya didapatkan rata-rata pH
sebesar 6,35 ± 0,08. Dari hasil yang didapat, pH hidrogel sesuai dengan pH kulit.
Pengukuran pH dilakukan kembali pada minggu ke-12. Dimana pada minggu ke-
12 terjadi penurunan pH yang cukup drastis. pH sediaan menjadi 4,86 ± 0,02.
Tingkat keasamann sediaan mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam
rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal sebesar 4,5-6,5.
Perubahan pH menunjukkan adanya ketidakstabilan dari ekstrak yang
dipakai sebagai zat aktif. Dalam hal ini ekstrak dibuat dalam sediaan hidrogel,
yang memiliki kandungan air yang banyak. Penurunan pH mungkin disebabkan
adanya ketidakstabilan ekstrak di dalam air, kemungkinan besar terjadi pemutusan

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


35

gugus H+ pada senyawa zat aktif secara hidrolisis yang membuat H+ nya lepas ke
sediaan dan membuat sediaan menjadi semakin asam. Selain itu, terdapat
kemungkinan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kemungkinan
terjadinya kontaminasi oleh bakteri (Kamil & Lupuliasa, 2011).

7,00

6,00

5,00

4,00
pH

3,00

2,00

1,00

0,00
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Minggu ke-

Gambar 4.5 Grafik perubahan pH masker mata hidrogel biji markisa ungu
setelah penyimpanan selama 12 minggu

4.3.4 Daya Mengembang Masker Mata Hidrogel


Uji dilakukan terhadap tiga sampel, yang kemudian hasil dirata-rata. Dari
grafik sampel, terlihat bahwa massa hidrogel cenderung meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu. Peningkatan massa hidrogel menggambarkan jumlah air
yang diserap atau peningkatan hidratasi yang terjadi. Kemampuan hidrogel
menyerap air berkaitan erat dengan keberhasilan ikatan yang terbentuk saat proses
sambung silang. Hidrogel dibiarkan mengembang selama dua minggu, untuk
melihat profil daya mengembang dari hidrogel tersebut. Sampai minggu kedua
hidrogel tidak menunjukkan tanda-tanda berkurangnya berat serta tidak
menunjukkan terjadinya sineresis, artinya hidrogel dengan formulasi yang dibuat
memiliki kemampuan menahan air yang baik.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


36

160

140

120
% daya mengembang

100

80

60

40

20

0
0 60 120 180 240 300 360
Jam ke-

Gambar 4.6 Grafik daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa ungu

Kemampuan mengembang masker diuji kembali pada minggu terakhir


penyimpanan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan ikatan yang
terbentuk. Didapatkan hasil bahwa kemampuan mengembang hidrogel pada
minggu ke-12 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan uji yang
dilakukan sebelum penyimpanan, namun profil daya mengembang yang
dihasilkan masih memiliki kemiripan, seperti terlihat pada (Gambar 4.7). Adapun
penurunan yang terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Data persen daya mengembang masker hidrogel pada sebelum
penyimpanan dan setelah minggu akhir penyimpanan
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Jam ke- Daya mengembang (%) Daya mengembang (%) Penurunan (%)
0 0,0000 ± 0,0041 0,0000 ± 0,0134 0,0000
3 97,6402 ± 0,0184 90,0275 ± 0,0438 7,6127
9 109,3054 ± 0,0207 99,5106 ± 0,0376 9,7949
12 112,8005 ± 0,0320 103,1661 ± 0,0433 9,6344

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


37

120 A
B
100
Daya kembang (%)

80

60

40

20

0
0 3 6 9 12 15
Jam ke-

Gambar 4.7 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa ungu
pada minggu ke-0 (A) dan minggu ke-12 (B)

Adanya perbedaan hasil pada minggu ke-0 dan minggu ke-12 dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal seperti terjadinya perubahan pH yang dapat
mengurangi kestabilan ikatan dari Ca2+ dan alginat. Selain itu, faktor seperti
perbedaan pemakaian berat hidrogel yang diuji pada minggu ke-0 dan minggu ke-
12 juga dapat menjadi salah faktor adanya perbedaan daya mengembang hidrogel
ini. Secara keseluruhan masker mata hidrogel yang diuji, masih dapat
mengembang hingga 103,1661% ± 0,0433 pada jam ke-12. Untuk itu dapat
diartikan ikatan yang ada dalam hidrogel masih sangat baik.
Hasil pengukuran menunjukkan pada pengukuran pertama daya
mengembang, yaitu pada jam ketiga, didapatkan hasil yang cukup signifikan
sebesar ± 90%. Untuk itu dilakukan pengukuran kembali secara terpisah, pada jam
ke-1 dan jam ke-2 untuk melihat profil pengembangan dari hidrogel sebelum jam
ke-3. Didapatkan profil seperti yang tampak pada (Gambar 4.8). Satu jam
pertama, hidrogel mengembang hingga 56,7452%. Kemudian pada jam kedua
mengembang hingga 66,1058% dan meningkat drastis pada jam ketiga menjadi
90,0275%.
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


38

160

140

120
% daya mengembang

100

80

60

40

20

0
0 1 2 3 4
Jam ke-

Gambar 4.8 Profil daya mengembang masker mata hidrogel biji markisa ungu
pada jam ke-0, 1, 2, dan 3

4.3.4 Konsistensi Masker Mata Hidrogel


Pemeriksaan konsistensi dilakukan pada minggu ke-0 dan minggu terakhir
pada penyimpanan suhu kamar. Uji konsistensi ini dilakukan untuk melihat
stabilitas fisik dari hidrogel. Dari hasil yang didapat terlihat bahwa hidrogel
mengalami perubahan konsistensi. Pengukuran konsistensi dilakukan dengan
menggunakan penetrometer kerucut dengan massa kerucut sebesar 263,5 g. Dari
pengukuran ini didapatkan angka kedalaman penetrasi jarum pada kerucut dalam
1/10 mm. Pada minggu awal didapatkan angka penetrasi kerucut sebesar 5,8 ± 0,1
mm dan pada minggu ke-12 sebesar 7,29 ± 0,12 mm. Terlihat bahwa angka
penetrasi kerucut penetrometer semakin dalam. Hal ini menandakan bahwa
hidrogel semakin melunak setelah penyimpanan beberapa minggu. Kemungkinan
terjadinya hal ini adalah karena adanya penyerapan uap air selama penyimpanan,
sehingga mengakibatkan konsistensi dari masker mata hidrogel ini berubah.
Dalam formulasi masker hidrogel kali ini digunakan eksipien yang memiliki
sangat banyak rantai OH, sehingga semakin besar kecenderungan untuk menarik
Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


39

uap air. Untuk itu faktor penyimpanan harus diperhatikan dengan baik, sebaiknya
hidrogel harus disimpan dalam kemasan kedap udara.
Dari angka penetrasi kerucut dapat didapatkan nilai yield value. Dimana
nilai yield value ini dapat dijadikan sebagai patokan karakteristik dari hidrogel ini.
Angka yield value adalah ukuran ketahanan suatu benda terhadap tekanan
diberikan (Barnes, 1998). Secara umum, sediaan semisolid hanya dapat menahan
tekanan pada kisaran 100-1000 dyne/cm2 (Barnes, 1998).
Dari hasil pengukuran hidrogel didapatkan yield value yang cukup tinggi
dan jauh lebih besar dibandingkan dengan yield value sediaan semisolid. Hasil
yang didapatkan, yaitu, 109817,3057 dyne/cm2 pada minggu ke-0 dan 69479,7686
dyne/cm2 pada minggu ke-12. Angka yield value yang cukup tinggi ini,
menandakan bahwa sampel yang diujikan memiliki struktur padat. Angka yield
value yang tinggi, disebabkan oleh struktur materi hidrogel yang tersusun padat
dan rapat sehingga dapat menahan tekanan yang timbul tanpa pergeseran struktur.
Dapat disimpulkan bahwa hidrogel memiliki karakteristik padat dan tetap
berbentuk padat setelah penyimpanan selama 12 minggu.

4.3.5 Penyusutan Masker Mata Hidrogel


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tiga sampel dan dilakukan
pada suhu kamar. Masker mata hidrogel dibiarkan dalam ruang terbuka tanpa
dikemas. Pada awal pengukuran didapatkan rata-rata luas dan berat masker
hidrogel awal sebesar 4 cm² dan berat 0,8122 ± 0,0536 g. Penyusutan berat
masker hidrogel telah terjadi sejak awal pengukuran. Pada pengukuran berat di
menit ke-10, didapatkan berat sebesar 0,7968 ± 0,0531 g, artinya hidrogel telah
menyusut sebesar 0,0154 g. Walaupun terjadi penyusutan berat, ukuran dari
hidrogel belum berubah. Penyusutan ukuran dari masker mata hidrogel baru
terjadi setelah menit ke-50. Dimana terjadi penyusutan luas hidrogel, dari 4 cm²
menjadi 3,61 cm².
Uji penyusutan hidrogel ini dilakukan untuk melihat kestabilan hidrogel
dalam hal menahan air pada suhu kamar. Hal ini juga dilakukan untuk
membuktikan kelayakan dari produk tersebut. Produk diharapkan tidak berubah
bentuk secara drastis selama pemakaian. Masker umumnya dipakai selama 15-30

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


40

menit, sehingga diharapkan penyusutan tidak terjadi dibawah 15-30 menit (Klein,
1993). Digunakan perubahan luas hidrogel sebagai parameter terjadinya
perubahan secara drastis. Masker mata hidrogel pada formulasi kali ini sudah
cukup memiliki kemampuan menahan air yang baik dalam suhu kamar, karena
baru terjadi penyusutan luas setelah menit ke-50 dengan penurunan ukuran
sebesar 0,39 cm2.
Hasil uji ini juga menjadi dasar penyimpanan hidrogel yang baik. Saat
penyimpanan, hidrogel harus dikemas dalam kemasan kedap udara dan diberi
larutan poliol sebagai larutan humektan eksternal untuk menjaga agar kandungan
air dalam hidrogel tidak cepat menguap.

4.3.6 Kekuatan Peregangan dan Elongasi Masker Mata Hidrogel


Kekuatan peregangan dan persen elongasi merupakan pengukuran
terhadap ketahanan mekanis dari hidrogel yang dibuat. Kekuatan peregangan
merupakan ketahanan suatu bahan terhadap gaya yang diberi sampai robek,
sedangkan persen elongasi merupakan pengukuran terhadap panjang maksimum
yang dapat dicapai hidrogel sebelum hidrogel tepat robek. Teknik yang digunakan
untuk mendapatkan hasil keduanya adalah sama. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan texture analyzer, dilakukan 5 kali pengukuran dan digunakan rata-
rata sebagai hasil akhir.
Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa hidrogel yang dibuat mempunyai
nilai persen elongasi sebesar 200% ± 18,7 dengan nilai tensile stregth sebesar
4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2. Dalam sebuah paten, dituliskan bahwa sediaan masker
yang baik harus memiliki tensile stregth diatas 0,1 kgf/cm2 dan memiliki persen
elongasi setidaknya 200% (Lim, Hur, Kim, & Lee, 2010). Dari yang dipaparkan
dalam paten tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masker mata hidrogel yang
dibuat memiliki ketahanan mekanis yang baik.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


41

Tabel 4.5 Data hasil evaluasi masker mata hidrogel biji markisa ungu
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Organoleptis
Warna Bening kecoklatan Bening kecoklatan
Bau Aroma buah Aroma buah
pH permukaan 6,35 ± 0,08 4,86 ± 0,02
Konsistensi
Angka penetrasi kerucut 5,8 ± 1,0 mm 7,29 ± 1,2 mm
Yield value 109817,3057 dyne/cm2 69479,7686 dyne/cm2
Kekuatan peregangan 4,0823 ± 0,6879 kgf/cm2 ‐
% Elongasi 200% ‐

Terdapat beberapa faktor yang perlu dioptimasi dalam pembuatan masker


mata hidrogel ini, yaitu konsentrasi alginat-xanthan; konsentrasi plasticizers;
konsentrasi CaCl2; serta lama perendaman. Dari penelitian ini, hidrogel
memberikan hasil yang optimum pada konsentrasi alginat 3%, xanthan gum 0,5%,
gliserin 5%, propilenglikol 2,5%, dan direndam dalam larutan kalsium klorida
dengan konsentrasi 0,5% selama 60 menit.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan masker mata hidrogel yang
memiliki karakteristik fisik yang cukup baik dari segi : tidak ada perubahan
organoleptis selama 12 minggu, kemampuan menahan air yang cukup baik, serta
ketahanan mekanis yang cukup baik.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dihasilkan formula masker hidrogel yang mengandung ekstrak
etanol biji buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) dengan kestabilan fisik
yang cukup baik sehingga dapat digunakan sebagai sediaan perawatan kulit
nutrakosmesetika.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis, karakteristik, dan
konsentrasi larutan penjaga kelembapan hidrogel selama dalam pengemasan
sehingga dapat dihasilkan hidrogel dengan kestabilan konsistensi yang lebih
baik lagi selama masa penyimpanan.
2. Perlu adanya mesin pencetak hidrogel untuk produksi skala besar sehingga
dapat dihasilkan hidrogel dengan bentuk, berat, dan ukuran yang seragam.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas dari masker mata
hidrogel biji markisa ungu ini dengan kandungan ekstrak biji markisa ungu
yang beragam.

42 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


DAFTAR ACUAN

Aledo, E., & Beatty, H. (2011). Paten No. US 2011/0152795 A1. United States of
America.

Ayuningtyas, F. (2012). Pembuatan dan karakterisasi beads hidrogel dari


berbagai polimer sebagai media tanam . Depok: Universitas Indonesia.

Barnes, H. A. (1998). The yield stress. Journal of Non-Newtonian Fluids


Mechanics, 133-178.

Bartolo, P., Lagoa, R., & Mendes, A. (2003). Alginate-based rapid prototyping
system. Portugal: Polyytechnic Institute of Leiria.

Bird, K. (2009, Jun 29). Nutrition and cosmetics industries must clear up
cosmeceutical confusion. Dipetik Jan 23, 2014, dari Cosmetics Design
Europe: http://www.cosmeticsdesign-europe.com/Market-
Trends/Nutrition-and-cosmetics-industries-must-clear-up-cosmeceutical-
confusion?

Draelos, Z. D. (2010). Cosmetic dermatology products and procedures.


Singapore: John Wiley & Son.

Goldfaden, G., & Goldfaden, R. (2011, June). Reverse skin aging around your
eyes. Dipetik 02 06, 2014, dari Life Extension Magazine:
http://www.lef.org/magazine/mag2011/jun2011_Reverse-Skin-Aging-
Around-Your-Eyes_01.htm

Gombotz, W. R., & Wee, S. (1998). Protein release from alginate matrices.
Advanced Drug Deliery Review, 31, 267-285.

Gulrez, S. K., Al-Assaf, S., & Phillips, G. O. (2011). Hydrogels: Methods of


preparation, characterisation, and applications. Dalam P. A. Capri,
Progress in Molecular ana Environtmental Bioengineering - from Analysis
and Modeling to Technology Application (hal. 117-150). Croatia: InTech.

Gupta, S. K. (2006). Paten No. US 2006/0198805 A1. United States.

Ichiura, H., Konishi, T., & Morikawa, M. (2009). Alginate film prepared on
polyethylene nonwoven sheet and its function for ellagic acid release in
response to sodium ions. Journal of Material Science, 992-997.

43 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


44

Inc., Medicine. (2003-2014). Caring for the skin around the eyes. Dipetik Jan 23,
2014, dari Mediniche: http://www.mediniche.com/ocularskincare.html

Integrated Taxonomic Information System. (2014, Maret 05). Diambil kembali


dari Integrated Taxonomic Information System:
http://www.itis.gov/index.html

Jancinova, V., Perecko, T., Nosal, R., Svitekova, K., & Drabikova, K. (2013). The
natural piceatannol decreases activity and accelerates apoptosis of human
netrophils: Involvement of protein kinase C. Oxidative Medicine and
Celullar Longevity, 1-8.

Jaspers, S., Hartkopf, C., Gaede, C., Bodenschatz, S., Post, K., Woeller, K.-H., &
Schulz, J. (2012). Paten No. 20120089105. DenHaag.

Kamil, O. H., & Lupuliasa, D. (2011). Modern aspects regarding the microbial
spoilage of pharmaceutical products. Farmacia, 59(2), 133-146.

Klein, M. E. (1993). Paten No. US5599546 A. United States of America.

Lee, J., Koo, N., & Min, D. (2004). Reactive oxygen species, aging and
antioxidant nutraceutical. Comprehensive Review in Food Science and
Food Safety, 21-33.

Lim, K. B., Hur, W., Kim, J., & Lee, D. (2010). Paten No. US 2010/0112058A1.
United States.

Lockwood, B. (2007). Nutraceuticals. London: Pharmaceutical Press.

Lourith, N., & Kaniayavattanakul, M. (2013). Antioxidant activities and phenolics


of Passiflora edulis seed recovered from juice production residue. journal
of Oleo Science, 235-240.

Love, L. P., & Farrior, E. H. (2010). Periocular anatomy and aging. Facial Plastic
Surgery Clinic North America, 411-417.

Mambro, V., & Fonseca, M. J. (2005). Assay of physical stability and antioxidant
activity of a tropical formulation added with different plant extract.
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 37, 293.

Manshur, A., & Hutabarat, K. R. (2010, Agustus 6). Markisa Asam (Passiflora
edulis Sims), Buah Eksotis Kaya Manfaat. Iptek Holtikultura, 30-35.

Matsui, Y., Sugiyama, K., Kamei, M., Takahashi, T., Suzuki, T., Katagata, Y., &
Ito, T. (2010). Extract of Passion Fruit (Passiflora edulis) seed containing
high amounts of piceatannol inhibits melanogenesis and promotes collagen

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


45

synthesis. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 58, 11112-11118.


doi:10.1021/jf102650d

Moore, W. (1982). Harry's Cosmeticology (7th Edition). London: Godwin.

Okamura, Sadao, Yachimata-machi, & Inbagun, C.-K. (1982). Paten No. 0 063
875 A2. Europe.

Patel, S. S. (2009). Morphology and pharmacology of Passiflora edulis: A


Review. Journal of Herbal Medicine and Toxicology 3, 1, 1-6.

Roreger, M., Schnitzler, I., & Haunsen, C. (2011). Paten No. US 2011/0182955
A1. United States of America.

Rosi, H. Y. (2008). Overview of skin aging and photoaging. Dermatology


Nursing, 20(3), 177-183.

Rowe, R., Sheskey, P., & Marian E, Q. (2009). Handbook of pharmaceutical


exipients 6th ed. Italy: Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association.

Sweetman, S. C. (Penyunt.). (2009). Martindale: The complete drug reference.


London: Pharmaceutical Press.

Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2007). Buku pegangan ilmu pengetahuan


kosmetik. (J. Djajadisastra, Penyunt.) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tsai, T. C., & Hantash, B. A. (2008). Cosmeceutical agents: A comprehensive


review. Clinical Medicine: Dermatology, 1-20.

Tsujihata, S., & Ashigarakami-gum. (2010). Paten No. US 2010/0239621. United


States.

Uchida, M. H., Kurita, I., Sugiya, a. K., Sai, M., Maeda, K., & Ito, T. (2013). The
protective effects of picceatannol from Passion Fruit (Passiflora edulis)
seeds in UV B-irradiated keratinocytes. Biology and Pharmaceutical
Bulletin, 36(5), 845-849.

Verheij, E., & R.E, C. (1997). Buah-buahan yang dapat dimakan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Wang, T., Turham, M., & Gunasekaram, M. (2004). Selected properties of pH


sensitive, biodegradable chitosan-poly(vinylalcohol) hydrogel. Polymer
International, 53, 911-918.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


46

Weler, M. (2007). Natural and synthetic polymers as inhibitors of drug efflux


pumps. Pharmaceutical Research, 25(3), 500-511. doi:10.1007/s11095-
007-9347-8

Winarno. (1997). Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia.

Wlascheck, M., Schneider, L., Ma, W., Tantcheva-Poor I, Naderi, L., Razi-Wolf,
Z., Scharffetter-Kochanck, K. (2001). Chronological ageing and
photoageing of the fibroblasts and the dermal cells connective tissue.
Clinical and Experemintal Dermatology, 592-599.

Yen, H.-C., & Hsiao, J.-Y. (2005). Paten No. US 2005/0244482. United States of
America.

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


LAMPIRAN

47 Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Gambar 1-4


Lampiran Tabel 5-11
Lampiran Sertifikat 12-19

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


49

Lampiran 1. Ekstrak etanol biji markisa ungu

Lampiran 2. Organoleptis masker mata hidrogel biji markisa ungu pada minggu
ke-0 (kiri) dan minggu ke-12 (kanan)

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


50

Lampiran 3. Bentuk masker mata hidrogel sebelum (kiri) dan sesudah uji daya
mengembang (kanan)

(a)

(b)

(c)

Lampiran 4. Grafik perubahan konsistensi masker mata hidrogel biji markisa


ungu sebelum dan sesudah penyimpanan selama 12 minggu
80

70

60
Konsistensi (1/10 mm)

50

40

30

20

10

0
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Minggu ke-

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


51

Lampiran 5. Tabel hasil uji pH permukaan masker mata hidrogel


I II III Rata-rata
Minggu ke-0 6,44 6,32 6,28 6,35 ± 0,08
Minggu ke-12 4,84 4,87 4,86 4,857 ± 0,02

Lampiran 6. Tabel hasil uji konsistensi sebelum penyimpanan (minggu ke-0) dan
sesudah peyimpanan (12 minggu)
Minggu ke-0 Minggu ke-12
Angka Penetrasi Yield Value Angka Penetrasi Yield Value
Kerucut (mm) (dyne/cm2) Kerucut (mm) (dyne/cm2)
58 109736,7917 72 71210,3718
58 109736,7917 73 69272,7655
58 109736,7917 74 67413,1788
I 59 106048,4250 72 71210,3718
57 113620,9810 74 67413,1788
57 113620,9810 73 69272,7655
57 113620,9810 71 73230,4240
II 57 113620,9810 72 71210,3718
60 102542,9354 75 65627,4786
58 109736,7917 72 71210,3718
59 106048,4250 73 69272,7655
III 58 109736,7917 74 67413,1788
Rata-rata 58 109817,3057 72,9 69479,7686
SD 1,0 3557,7008 1,2 2212,1243

Lampiran 7. Tabel hasil uji daya mengembang selama 2 minggu (dilakukan pada
mulai minggu ke-0 hingga minggu ke-2)

Jam ke- I II III x % daya mengembang


0 0,2995 0,3035 0,2954 0,2995 0
3 0,5802 0,6131 0,5823 0,5919 97,6402
9 0,6069 0,6482 0,6253 0,6268 109,3054
12 0,6044 0,6684 0,6390 0,6373 112,8005
24 0,638 0,6943 0,6550 0,6624 121,2044
48 0,6714 0,7068 0,6663 0,6815 127,5712
72 0,6914 0,7129 0,6538 0,6860 129,0850
168 0,6920 0,7233 0,6827 0,6993 133,5263
336 0,6880 0,7270 0,6800 0,6983 133,1923

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


52

Lampiran 8. Tabel hasil uji daya mengembang pada minggu ke-12


Jam I II III Rata-rata % daya mengembang
0 0,2034 0,2206 0,2298 0,2179 0,0000 ± 0,0134
1 0,3156 0,3802 0,3290 0,3416 56,7452 ± 0,0341
2 0,3345 0,4075 0,3440 0,3620 66,1058 ± 0,0397
3 0,3761 0,4620 0,4043 0,4141 90,0275 ± 0,0438
9 0,4061 0,4773 0,4210 0,4348 99,5106 ± 0,0376
12 0,4112 0,4921 0,425 0,4428 103,1661 ± 0,0433

Lampiran 9. Tabel hasil uji penyusutan


Jam ke- Menit ke- Berat (g) Luas (cm2)

0,8122 ± 0,0536 4,00


0
0,7968 ± 0,0531 4,00
10
0,7816 ± 0,0519 4,00
20
0,7638 ± 0,0509 4,00
30
0,7489 ± 0,0409 4,00
40
0,7273 ± 0,0497 3,61
50
0,6989 ± 0,0478 3,61
1 60
0,6841 ± 0,0448 3,61
70
0,6680 ± 0,0437 3,61
80
0,6501 ± 0,0426 3,24
90
0,6340 ± 0,0423 3,24
100
0,6187 ± 0,0423 3,24
110
0,5948 ± 0,0459 3,24
2 120
0,5415 ± 0,0369 3,24
150
0,5076 ± 0,0361 2,89
3 180
0,4738 ± 0,0352 2,89
210
0,4317 ± 0,0312 2,89
4 240
0,4102 ± 0,0301 2,89
270
0,3842 ± 0,0251 2,89
5 300
0,3626 ± 0,0250 2,56
330
0,3281 ± 0,0261 2,56
6 360

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


53

0,3077 ± 0,0268 2,25


390
0,2779 ± 0,0261 2,25
7 420
0,2500 ± 0,0510 2,25
450
0,2408 ± 0,0239 2,25
8 480

Lampiran 10. Tabel hasil uji tensile stregth


Luas F F F Tensile strength Tensile strength
(cm2) (pound) (kgf) (Newton) (kgf/cm2) (N/mm2)
1 7 3,1751 31,1376 3,1751 0,3114
1 8 3,6287 35,5858 3,6287 0,3559
1 11 4,9895 48,9304 4,9895 0,4893
1 8 3,6287 35,5858 3,6287 0,3559
1 9 4,0823 40,0340 4,0823 0,4003
rata-rata 4,0823 0,3825
SD 0,6879 0,0675

Lampiran 11. Tabel hasil uji elastisitas (% elongasi)


Panjang awal (p0) Panjang akhir (pt) % Elongasi
1 2,8 180,0
1 3,3 230,0
1 3,0 200,0
1 2,9 190,0
1 3,0 200,0
Rata-rata 200,0
SD 18,7

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


54

Lampiran 12. Sertifikat determinasi tanaman markisa ungu

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


55

Lampiran 13. Sertifikat hasil skrinning fitokimia ekstrak etanol biji markisa ungu

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


56

Lampiran 14. Sertifikat hasil uji elastisitas masker mata hidrogel markisa ungu

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


57

Lampiran 15. Sertifikat analisis natrium alginat

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


58

Lampiran 16. Sertifikat analisis xanthan gum

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


59

Lampiran 17. Sertifikat analisis klasium klorida

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


60

Lampiran 18. Sertifikat analisis propilenglikol

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014


61

Lampiran 19. Sertifikat analisis gliserin

Universitas Indonesia

Formulasi masker..., Titis Danastri, FF UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai