ABSTRAK
Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Smith) merupakan tanaman obat yang bermanfaat sebagai
antiinflamasi, obat sakit perut, dan obat nafsu makan. Untuk menjamin keseragaman khasiat dan kualitas
dari ekstrak rimpang lempuyang gajah maka perlu dilakukan standardisasi ekstrak. Standardisasi ekstrak
meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Standardisasi ekstrak rimpang lempuyang gajah
menghasilkan kadar pada parameter non spesifik yang meliputi susut pengeringan, bobot jenis, kadar
air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam dan kadar abu larut asam berturut-turut adalah 11,67 ± 0,92%
b/b; 1,00 ± 0,09 g/mL; 9,33 ± 0,94% b/b; 35,18 ± 3,22% b/b; 14,47 ± 2,63% b/b dan 20,71 ± 5,81% b/b
dan menghasilkan kadar pada parameter spesifik meliputi senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol
berturut-turut adalah 1,23 ± 0,08% b/b dan 13,21 ± 1,04% b/b. Identifikasi organoleptis berupa ekstrak
kental, berwarna coklat, dan aromatik dengan pola kromatogram menunjukkan adanya zerumbon pada
ekstrak lempuyang gajah dengan kadar 2,53 ± 0,24% b/b dan positif mengandung terpenoid, flavonoid,
dan alkaloid.
ABSTRACT
Zingiber zerumbet Smith has many benefits as medicinal plants such as anti-inflammatory, abdominal
pain reliever and appetite drug. To ensure uniformity of efficacy and quality of the ginger rhizome extract,
it is necessary to standardization the extract. Extracts standardization includes of non-specific and
specific parameters. The results of non-specific parameters which include loss of drying, density, moisture
content, ash content, insoluble and soluble acid ash value were 11.67 ± 0.92% w/w; 1.00 ± 0.09 g/mL;
9.33 ± 0,94% w/w; 35.18 ± 3.22% w/w; 14.47 ± 2.63% w/w and 20.71 ± 5.81% w/w respectively. The
specific parameters such as of the compound total dissolved water and ethanol were 1.23 ± 0.08% w/w
and 13.21 ± 1.04% w/w respectively, while its organoleptic identification was a viscous, brown, and
aromatic extract with chromatographic profile of the extract zerumbone with a concentration of 2.53 ±
0.24% w/w and positive terpenoid, flavonoid, and alkaloid.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang Zingiber zpectabilis, dan Zingiber zerumbet
kaya akan keanekaragaman hayati, Smith.
memiliki banyak tanaman berkhasiat obat,
Dari berbagai jenis zingiber,
diantaranya adalah tanaman dari suku
Zingiber zerumbet Smith (lempuyang
Zingiberaceae, seperti Zingiber officinale,
gajah) adalah salah satu jenis tanaman yang
Zingiber offensii, Zingiber litorale,
tumbuh di Asia Tenggara yang banyak
Zingiber aromaticum, Zingiber american,
tumbuh di pekarangan memiliki manfaat
Zingiber odoriferum, Zingiber purpureum,
sebagai antiinflamasi, antihiperglikemik
dan antiplatelet. Secara tradisional,
345
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Persyaratan mutu standar susut dengan air. Toluen dan air akan membentuk
pengeringan ekstrak kental yaitu kurang 2 lapisan yang terpisah dimana lapisan
dari 30% (Voigt, 1994). Berdasarkan Tabel bawah air dan lapisan atas toluen. Hal ini
1 diperoleh hasil Parameter susut dikarenakan bobot jenis air lebih besar dari
pengeringan sebesar 11,67 ± 0,92% b/b. toluen, air memiliki bobot jenis 1 sedangkan
Hasil tersebut sudah memenuhi persyaratan toluen 0,87.
mutu standar susut pengeringan. Nilai kadar ditentukan dari jenis
Penetapan bobot jenis ekstrak ekstrak. Ekstrak kering < 10%, ekstrak
dihitung dengan menggunakan piknometer kental 5-30%, dan ekstrak cair > 30%
untuk memberikan batasan antara ekstrak (Voigt, 1994). Berdasarkan pembagian
cair dan ekstrak kental. Penetapan bobot jenis ekstrak, maka ekstrak lempuyang
jenis juga berkaitan dengan kemurniaan gajah termasuk dalam ekstrak kental.
yang terdapat pada ekstrak dan kontaminasi Penetapan kadar air bertujuan untuk
(Depkes, 2000). Bobot jenis yang diperoleh memberikan batasan maksimal atau rentang
sebesar 1,00 ± 0,09 g/mL (Tabel 1). tentang besarnya kandungan kadar air di
Penetapan kadar air dalam ekstrak dalam ekstrak. Kadar air yang lebih dari
dengan metode destilasi efektif karena 10% mempunyai resiko terjadinya
adanya proses penyulingan berulang kali. pertumbuhan jamur dan penguraian bahan
Toluen yang digunakan dalam penetapan aktif yang terkandung didalam ekstrak
kadar air sebelumnya dijenuhkan dengan air (Soetarno dan Soediro, 1997). Oleh karena
terlebih dahulu agar tidak mempengaruhi itu penetapan kadar air pada ekstrak sangat
jumlah air. Jika toluen tidak dijenuhkan penting untuk memperpanjang daya tahan
terlebih dahulu, maka toluen akan mengikat ekstrak pada saat penyimpanan. Kadar air
air sehingga kadar air yang diperoleh lebih yang diperoleh adalah 9,33 ± 0,94% b/b
sedikit dari hasil kadar air sebenarnya. (tabel 1) parameter kadar air memenuhi
Toluen adalah pelarut organik dengan titik standar dengan syarat kadar air standar
didih 110ºC dan memiliki bobot jenis 0,87 adalah ≤ 10% (Kemenkes, 2010).
g/mL yang bersifat non polar dan tidak larut
348
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Selanjutnya parameter penetapan total <0,7% dan kadar abu tidak larut asam
kadar abu, kadar abu tidak larut asam, dan <0,4%. Hal ini mungkin dikarenakan tidak
kadar abu larut asam yang bertujuan untuk adanya proses sortasi terlebih dahulu
memberikan gambaran kandungan mineral sehingga mempengaruhi hasil dari kadar
internal dan eksternal yang berasal dari abu ekstrak lempuyang gajah yang berasal
proses awal sampai terbentuknya ekstrak. dari daerah Yogyakarta.
Pada Tabel 1 menunjukkan hasil dari Parameter Spesifik
parameter kadar abu, kadar abu tidak larut Parameter spesifik berhubungan
asam, dan kadar abu larut asam. Hasil yang dengan aktivitas farmakologis dari ekstrak.
diperoleh adalah kadar abu 35,18 ± 3,22% Parameter spesifik meliputi parameter
b/b; kadar abu tidak larut asam 14,47 ± identisas dan organoletis ekstrak, senyawa
2,63% b/b; dan kadar abu larut asam sebesar terlarut dalam pelarut tertentu, dan pola
20,71 ± 5,81% b/b. kromatogram. Parameter identitas dan
Berdasarkan persyaratan organoleptis ekstrak ditetapkan dengan
Farmakope Herbal kadar abu total, dan perabaan menggunakan panca indera. Hasil
kadar abu tidak larut asam tidak memenuhi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
syarat yang mensyaratkan bahwa kadar abu
Tabel 2. Hasil Identitas dan Organoleptis Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith)
Dari Daerah Yogyakarta
Identitas dan organoleptis ekstrak Hasil
Nama ekstrak Zingiberis zerumbeti rhizomae extractum spissum
Nama latin tumbuhan Zingiber zerumbet Smith
Bagian tumbuhan yang digunakan Zingiberis zerumbeti rhizomae
Nama Indonesia tumbuhan Lempuyang gajah
Identitas senyawa Zerumbon
Bentuk Kental
Warna Coklat tua
Bau Aromatik
Rasa Pahit
Tabel 3. Hasil Kadar Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu Ekstrak Lempuyang Gajah
(Zingiber zerumbet Smith) Dari Daerah Yogyakarta
Kadar senyawa terlarut dalam air (% b/b) Kadar senyawa terlarut dalam etanol
(% b/b)
Gambar 1. Profil Kromatografi Lapis Tipis Identifikasi senyawa (a) profil kromatografi lapis tipis pada uv
254nm (b) profil kromatografi lapis tipis pada uv 366nm (a2) senyawa penanda adanya zerumbon (c) setelah
disemprot anisaldehid-H2SO4 dilihat pada cahaya tampak (d) setelah disemprot sitroborat dilihat pada uv
366nm (e) setelah disemprot FeCl3 dilihat pada cahaya tampak (f) setelah disemprot dragendorff dilihat pada
cahaya tampak.
untuk mendeteksi adanya senyawa
Dari Tabel 4 dapat dilihat sampel flavonoid ditandai dengan adanya bercak
lempuyang gajah dan senyawa marker berwarna kuning (Pramono, 1989).
zerumbon menghasilkan Rf yang hampir Penyemprotan FeCl3 dimaksudkan untuk
sama yaitu 0,21 dan 0,22, sehingga dapat senyawa fenolik yang ditandai dengan
disimpulkan bahwa sampel lempuyang bercak berwarna hijau, biru, merah, hitam
mengandung senyawa marker zerumbon. atau ungu (Wagner dan Bladt, 1996). Gugus
Senyawa marker merupakan senyawa yang hidroksi dan gugus meta didalam senyawa
bertanggung jawab pada aktivitas fenolik akan terbentuk ikatan dengan ion
farmakologi sampel yang digunakan. Untuk besi yang berasal dari FeCl3. Sedangkan
mengidentifikasi kemungkinan apakah penyemprotan dengan menggunakan
lempuyang gajah mengandung senyawa Dragendorff ditujukan untuk mengetahui
terpenoid, flavonoid, fenolik dan alkaloid adanya kandungan alkaloid didalam ekstrak
maka dilakukan uji kandungan metabolit lempuyang gajah. Reaksi semprot dengan
sekunder dengan menggunakan reagen menggunakan Dragendorff akan
semprot. Penyemprotan dengan menghasilkan warna coklat, jingga sampai
menggunakan anisaldehid-H2SO4 merah bata (Harborne, 1987) karena ion
dimaksudkan untuk mendeteksi adanya logam dari Dragendorff akan berikatan
senyawa terpenoid didalamnya yang dengan elektron bebas atom nitrogen pada
ditandai dengan adanya bercak berwarna alkaloid sehingga akan menghasilkan warna
coklat setelah dipanaskan didalam oven jingga sampai merah bata. Dilihat dari tabel
pada suhu 106ºC selama 5 menit (Wagner 4 menunjukkan adanya hasil yang positif
dan Bladt, 1996). Sitroborat digunakan untuk identifikasi adanya senyawa
350
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
terpenoid, flavonoid, dan alkaloid waktu yang singkat, biaya yang murah dan
sedangkan untuk identifikasi fenolik membutuhkan fase gerak yang sedikit
diperoleh hasil yang negatif. (Yuangsoi et al., 2008). Panjang gelombang
Penetapan kadar zerumbon pada maksimum zerumbon yang didapat adalah
ekstrak lempuyang gajah dengan 252 nm.
pembacaan menggunakan densitometer. Dari pembuatan kurva baku
Densitometer adalah alat pengukur densitas diperoleh persamaan kurva baku Y =
bercak hasil pemisahan kromatografi lapis 7485,448 x + 333,9298 dengan nilai r =
tipis, instrument yang dilengkapi dengan 0,9983. Nilai r = + 1 menggambarkan
perangkat optik, sumber cahaya, dan adanya korelasi positif sempurna artinya
detektor selain itu densitometer merupakan semua titik percobaan terletak pada satu
alat yang menggunakan radiasi garis lurus yang kemiringannya positif.
elektromagnetik dengan analit berupa Berdasarkan nilai r yang diperoleh 0,9983
bercak pada KLT yang dapat bekerja secara terdapat korelasi antara titik percobaan.
fluoresensi. Keuntungan utama analisis
dengan menggunakan densitometer adalah
Tabel 4. Identifikasi Senyawa Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith)
Dari Daerah Yogyakarta
Bercak
1 2 3 4 5 6 7 Visible Ket.
Deteksi
UV 254 Warna P P P P P P P - -
nm Rf 0,07 0,12 0,21 0,42 0,60 0,67 0,87 - -
UV 366 Warna - - - - - - - - -
nm Rf - - - - - - - - -
Warna - - P - - - - - Zerumbon
zerumbon
Rf - - 0,22 - - - - -
Anisaldeh Warna - - - - - - - Coklat Terpenoid
id-H2SO4 Rf - - - - - - - 0,00
Warna F Kuning - - - - - - - Flavonoid
Sitroborat
Rf 0,00 - - - - - - -
- - Coklat
Warna - - - - - -
FeCl3 kekuningan
Rf - - - - - - - 0,00
Dragendo Warna - - - - - - Coklat Alkaloid
rf Rf - - - - - - - 0,00
Keterangan. P = pemadaman
F = Fluoresensi
baku yang diperoleh adalah 2,53 ± 0,24%
Kadar zerumbon pada ekstrak lempuyang b/b (Tabel 5).
gajah (Zingiber zerumbet Smith) dari
daerah Yogyakarta dari persamaan kurva
Tabel 5. Hasil Kadar Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith) dan Luas Area dengan Kromotografi
Lapis Tipis Densitometer
351
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo
KESIMPULAN
Telah dilakukan standardisasi ekstrak rimpang lempuyang gajah yang meliputi
parameter non-spesifik (susut pengeringan, bobot jenis, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak
larut asam, dan kadar abu larut asam), parameter spesifik (organoleptis, kelarutan dalam pelarut
tertentu).
Ekstrak mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, dan alkaloid dan kadar zerumbon
pada tanaman lempuyang gajah sebesar 2,53 ± 0,24% b/b
DAFTAR PUSTAKA
Bhuiyan, M. N. I., Chowdhury, J. U., & Begum, J. (2009). Chemical Investigation of the Leaf
and Rhizome Essential Oils of Zingiber zerumbet (L.) Smith from Bangladesh.
Bangladesh J Pharmacol, 4(1) 9-12.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Replubik Indonesia, hal. 13-32.
Prakash, R. O., Kumar, R. K., Rabinarayan, A., & Kumar, M. S. (2011). Pharmacognostical And
Phytochemical Studies Of Zingiber zerumbet (L.) SM. Rhizome. International Journal of
Research in Ayurveda & Pharmacy, 2 (3), 698-703.
Saifudin, A., Rahayu, V., & Teruna, H. Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Soetarno, S. & Soediro, I.S. (1997). Standardisasi Mutu Simplisia dan Extrak Bahan Obat
Traditional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.
Voigt, T. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Wagner, H., & Bladt, S. (1996). Plant Drug Analysis a Thin Layer Chromatography Atlas
Second Edition. New York: Springer-Verlag.
Yuangsoi, B., Jintasataporn, O., Areechon, N., & Tabthipwon, P. (2008). Validated TLC-
densitometric Analysis for Determination Of Carotenoids In Fancy Carp (Cyprinus
carpio) Serum and The Application for Pharmacokinetic Parameter Assesment.
Songklanakarin J. Sci. Technol., 30 (6), 693-700.
352