Anda di halaman 1dari 8

The 9th University Research Colloqium 2019

Universitas Muhammadiyah Purworejo

STANDARDISASI EKSTRAK RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (ZINGIBER


ZERUMBET SMITH)

STANDARDIZATION OF ZINGIBER ZERUMBET SMITH RHIZOME EXTRACT


1)
Dedi Hanwar, 2) Oki Elisafitri, 3)Andi Suhendi
1,2,3)
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Tromol Pos 1, Surakarta
*Email: dedi.hanwar@ums.ac.id

ABSTRAK

Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Smith) merupakan tanaman obat yang bermanfaat sebagai
antiinflamasi, obat sakit perut, dan obat nafsu makan. Untuk menjamin keseragaman khasiat dan kualitas
dari ekstrak rimpang lempuyang gajah maka perlu dilakukan standardisasi ekstrak. Standardisasi ekstrak
meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Standardisasi ekstrak rimpang lempuyang gajah
menghasilkan kadar pada parameter non spesifik yang meliputi susut pengeringan, bobot jenis, kadar
air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam dan kadar abu larut asam berturut-turut adalah 11,67 ± 0,92%
b/b; 1,00 ± 0,09 g/mL; 9,33 ± 0,94% b/b; 35,18 ± 3,22% b/b; 14,47 ± 2,63% b/b dan 20,71 ± 5,81% b/b
dan menghasilkan kadar pada parameter spesifik meliputi senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol
berturut-turut adalah 1,23 ± 0,08% b/b dan 13,21 ± 1,04% b/b. Identifikasi organoleptis berupa ekstrak
kental, berwarna coklat, dan aromatik dengan pola kromatogram menunjukkan adanya zerumbon pada
ekstrak lempuyang gajah dengan kadar 2,53 ± 0,24% b/b dan positif mengandung terpenoid, flavonoid,
dan alkaloid.

Kata Kunci : Standardisasi, Zingiber zerumbet Smith, lempuyang gajah.

ABSTRACT

Zingiber zerumbet Smith has many benefits as medicinal plants such as anti-inflammatory, abdominal
pain reliever and appetite drug. To ensure uniformity of efficacy and quality of the ginger rhizome extract,
it is necessary to standardization the extract. Extracts standardization includes of non-specific and
specific parameters. The results of non-specific parameters which include loss of drying, density, moisture
content, ash content, insoluble and soluble acid ash value were 11.67 ± 0.92% w/w; 1.00 ± 0.09 g/mL;
9.33 ± 0,94% w/w; 35.18 ± 3.22% w/w; 14.47 ± 2.63% w/w and 20.71 ± 5.81% w/w respectively. The
specific parameters such as of the compound total dissolved water and ethanol were 1.23 ± 0.08% w/w
and 13.21 ± 1.04% w/w respectively, while its organoleptic identification was a viscous, brown, and
aromatic extract with chromatographic profile of the extract zerumbone with a concentration of 2.53 ±
0.24% w/w and positive terpenoid, flavonoid, and alkaloid.

Key words: Standardization, Zingiber zerumbet Smith, zerumbon.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang Zingiber zpectabilis, dan Zingiber zerumbet
kaya akan keanekaragaman hayati, Smith.
memiliki banyak tanaman berkhasiat obat,
Dari berbagai jenis zingiber,
diantaranya adalah tanaman dari suku
Zingiber zerumbet Smith (lempuyang
Zingiberaceae, seperti Zingiber officinale,
gajah) adalah salah satu jenis tanaman yang
Zingiber offensii, Zingiber litorale,
tumbuh di Asia Tenggara yang banyak
Zingiber aromaticum, Zingiber american,
tumbuh di pekarangan memiliki manfaat
Zingiber odoriferum, Zingiber purpureum,
sebagai antiinflamasi, antihiperglikemik
dan antiplatelet. Secara tradisional,
345
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

lempuyang gajah dimanfaatkan sebagai Proses ekstraksi rimpang lempuyang gajah


obat sakit perut, asma, disentri, obat cacing, dilakukan dengan metode maserasi.
obat mencret, dan karminatif (Prakash et al,
2. Parameter Non Spesifik
2011). Selain itu lempuyang gajah bisa
a) Parameter susut pengeringan
digunakan sebagai pembengkakan, sakit
Ekstrak dikeringkan pada suhu 105ºC
pinggang, diabetes, peradangan, nyeri dada,
hingga bobot tetap.
nyeri rematik, bronkitis, dispepsia, dan sakit
b) Parameter bobot jenis
tenggorokan (Bhuiyan et al., 2009).
Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil
Senyawa yang terdapat dalam lempuyang
yang diperoleh dengan membagi
gajah adalah zerumbon, humulen, kampren
bobot ekstrak dengan bobot air dalam
α dan kariofilen (Bhuiyan et al., 2009).
piknometer pada suhu 25oC.
Melihat pentingnya lempuyang c) Kadar air
gajah ini bagi masyarakat, maka perlu Kadar air dilakukan dengan metode
dilakukan kontrol kualitas obat-obatan destilasi toluene.
herbal yang bertujuan untuk memastikan d) Kadar Abu
konsistensi, keamanan dan kemanjurannya. d.1 Penetapan kadar abu
Khasiat dan stabilitas dari ekstrak tanaman Esktrak dipijarkan sampai terbentuk
ini agar terjamin, maka perlu dipenuhi suatu abu dan didinginkan hingga
standar mutu produk. Bahan baku terstandar diperoleh bobot konstan. Kadar abu
dan proses yang terkendali, akan dihitung terhadap bahan yang telah
menghasilkan bahan ekstrak yang mutunya dikeringkan.
terstandar (Depkes, 2000). Proses d.2. Penetapan kadar abu yang tidak
standardisasi digunakan untuk menjamin larut dalam asam
keseragaman khasiat dan menilai kualitas Kadar abu yang tidak larut dalam
tanaman obat berdasarkan parameter non asam dihitung terhadap bahan yang
spesifik dan parameter spesifik (Depkes, telah dikeringkan.
2000).
3. Parameter Spesifik
Belum ada standar ekstrak
a) Parameter identitas ekstrak
lempuyang gajah untuk standar control
b) Organoleptik
kualitas. Oleh karena itu penelitian ini
Bentuk, warna, bau, dan rasa
dilakukan untuk memberikan gambaran
c) Senyawa terlarut dalam pelarut
mengenai standardisasi lempuyang gajah
tertentu
dari daerah Yogyakarta. Hasil penelitian ini
c.1. Kadar senyawa yang larut dalam
diharapkan dapat memberikan pengetahuan
air
tentang pemanfaatan lempuyang gajah
Ekstrak 2,5 gram dimaserasi selama
sebagai obat herbal diantaranya sebagai
24 jam dengan 50 mL air kloroform
obat sakit perut, asma, dan nafsu makan.
LP menggunakan erlenmeyer dan
dikocok selama 6 jam pertama,
METODE
kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Alat : Plat KLT, UV-VIS portable, tanur
Ekstrak disaring dan diuapkan 10 mL
pemijar, satu set destilasi toluen, dan
filtrat hingga kering dalam cawan
densitometer shimadzu CS-901.
yang telah ditara, hasil residu
Bahan : Ekstrak Zingiber zerumbet Smith
dipanaskan pada suhu 105oC hingga
daerah Yogyakarta, standar zerumbon,
bobot konstan. Kadar senyawa yang
etanol 96%, toluene, kloroform, asam
larut dalam air dihitung dalam persen
sulfat encer, silica gel GF254, etil asetat,
senyawa yang larut dalam air.
heksan, Dragendorff, anisaldehid-H2SO4,
c.2. Kadar senyawa yang larut dalam
FeCl3, dan sitroborat.
etanol
1. Ekstraksi
346
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Ekstrak 2,5 gram ekstrak dimaserasi 0,175%. Kemudian masing-masing


selama 24 jam dengan 50 mL etanol konsentrasi dianalisis dengan
(96%) menggunakan labu bersumbat densitometer. Hasil yang diperoleh
dan dikocok selama 6 jam pertama, dibuat persamaan garis lurus dengan
kemudian dibiarkan selama 18 jam. konsentrasi sebagai sumbu X dan
Ekstrak disaring cepat agar etanol luas area sebagai sumbu Y. Hasil
tidak menguap, kemudian diuapkan yang diperoleh dimasukkan dalam
10 mL filtrat hingga kering dalam persamaan Y = bx + a.
cawan yang telah ditara, dan hasil g) Penetapan kadar sampel lempuyang
residu dipanaskan pada suhu 105oC gajah (Zingiber zerumbet Smith)
hingga bobot konstan. Kadar h) Sampel 100 mg hingga 5 mL
senyawa yang larut dalam etanol metanol. Fase diam yang digunakan
dihitung dalam persen senyawa yang plat silica Gel GF254 dengan fase
larut dalam etanol (96%). gerak heksan: kloroform (8:2).
4. Pola Kromatogram Selanjutnya dibaca dengan
a) Penyiapan larutan uji menggunakan densitometer.
Ekstrak ditimbang 10 mg dan
dilarutkan hingga 5 mL metanol.
b) Kromatografi lapis tipis HASIL DAN PEMBAHASAN
c) Larutan sampel ditotolkan
Ekstraksi
secukupnya pada lempeng silica gel
GF254 dan dielusi dengan fase gerak Proses ekstraksi rimpang
etil asetat: kloroform (1:1). Hasil lempuyang gajah dilakukan dengan metode
elusi diamati pada cahaya tampak maserasi. Satu kilogram rimpang
lampu UV pada panjang gelombang lempuyang gajah direndam dengan etanol
254 nm dan 366 nm selanjutnya (96%) dengan perbandingan (10:1).
menentukan nilai Rf. Ekstraksi rimpang lempuyang gajah
d) Penentuan kandungan senyawa menggunakan metode maserasi karena
flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan maserasi lebih mudah digunakan dengan
fenolik alat yang sederhana, sedangkan kekurangan
Sampel ditotolkan secukupnya pada maserasi yaitu membutuhkan waktu yang
plat silica Gel GF254 kemudian lama dalam proses pengerjaannya. Etanol
dielusi dengan menggunakan fase (96%) digunakan sebagai pelarut dalam
gerak etil asetat: kloroform (1:1) dan proses maserasi karena sebagai penyari
disemprot dengan menggunakan etanol bersifat universal, sehingga mampu
reagen semprot sitroborat, menyari hampir semua kandungan kimia
Dragendorff, anisaldehid-H2SO4, tanaman baik senyawa polar, semi polar
dan FeCl3. maupun non polar, tidak beracun, mudah
e) Pembuatan larutan stok baku diuapkan, dan tidak mudah ditumbuhi
zerumbon mikroba (Saifudin, 2011). Rimpang
Zerumbon 10 mg ditimbang secara lempuyang gajah didiamkan selama 3 hari
seksama dan dilarutkan dengan 5 mL dan dilakukan pengadukan sesekali. Ekstrak
metanol sehingga diperoleh etanol kemudian disaring menggunakan
konsentrasi 0,2% (larutan A). corong Buchner dan diuapkan
f) Kurva baku menggunakan rotary evaporator.
Larutan A diambil 250 µl, 375 µl, Kemudian ekstrak etanol yang diperoleh
625 µl, 750 µl, dan 875 µl, kemudian diuapkan pada waterbath sehingga
dimasukkan ke dalam labu takar diperoleh ekstrak kental yang dilakukan
hingga 1,0 mL metanol sehingga untuk uji parameter non spesifik dan
diperoleh konsentrasi 0,05%; parameter spesfik. Rendemen yang
0,075%; 0,125%; 0,150% dan dihasilkan sebesar 14,13%.
347
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Parameter Non Spesifik keamanan ekstrak meliputi susut


Penetapan standar mutu dan kandungan pengeringan, bobot jenis, kadar air, dan
kimia ekstrak lempuyang gajah dengan kadar abu (Depkes, 2000).
menetapkan parameter non spesifik dan Parameter susut pengeringan bertujuan
parameter spesifik. Standardisasi memberikan batasan maksimal (rentang)
dimaksudkan untuk menjamin bahwa tentang besarnya senyawa yang hilang pada
ekstrak lempuyang gajah mempunyai nilai proses pengeringan (Depkes, 2000). Hasil
sebagai produk tanaman bahan baku obat parameter susut pengeringan seperti yang
(Depkes, 2000). Parameter non tertera pada Tabel 1.
spesifik berhubungan dengan kimia,
biologi, dan fisika yang menjamin
Tabel 1. Hasil Parameter Non Spesifik Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith) Dari Daerah
Yogyakarta
Parameter Non Spesifik Hasil SD
Susut pengeringan (% b/b) 11,67 0,92
Bobot jenis (g/mL) 1,00 0,09
Kadar air (% b/b) 9,33 0,94
Kadar abu total (% b/b) 35,18 3,22
Kadar abu tidak larut asam (% b/b) 14,47 2,63
Kadar abu larut asam (% b/b) 20,71 5,81

Persyaratan mutu standar susut dengan air. Toluen dan air akan membentuk
pengeringan ekstrak kental yaitu kurang 2 lapisan yang terpisah dimana lapisan
dari 30% (Voigt, 1994). Berdasarkan Tabel bawah air dan lapisan atas toluen. Hal ini
1 diperoleh hasil Parameter susut dikarenakan bobot jenis air lebih besar dari
pengeringan sebesar 11,67 ± 0,92% b/b. toluen, air memiliki bobot jenis 1 sedangkan
Hasil tersebut sudah memenuhi persyaratan toluen 0,87.
mutu standar susut pengeringan. Nilai kadar ditentukan dari jenis
Penetapan bobot jenis ekstrak ekstrak. Ekstrak kering < 10%, ekstrak
dihitung dengan menggunakan piknometer kental 5-30%, dan ekstrak cair > 30%
untuk memberikan batasan antara ekstrak (Voigt, 1994). Berdasarkan pembagian
cair dan ekstrak kental. Penetapan bobot jenis ekstrak, maka ekstrak lempuyang
jenis juga berkaitan dengan kemurniaan gajah termasuk dalam ekstrak kental.
yang terdapat pada ekstrak dan kontaminasi Penetapan kadar air bertujuan untuk
(Depkes, 2000). Bobot jenis yang diperoleh memberikan batasan maksimal atau rentang
sebesar 1,00 ± 0,09 g/mL (Tabel 1). tentang besarnya kandungan kadar air di
Penetapan kadar air dalam ekstrak dalam ekstrak. Kadar air yang lebih dari
dengan metode destilasi efektif karena 10% mempunyai resiko terjadinya
adanya proses penyulingan berulang kali. pertumbuhan jamur dan penguraian bahan
Toluen yang digunakan dalam penetapan aktif yang terkandung didalam ekstrak
kadar air sebelumnya dijenuhkan dengan air (Soetarno dan Soediro, 1997). Oleh karena
terlebih dahulu agar tidak mempengaruhi itu penetapan kadar air pada ekstrak sangat
jumlah air. Jika toluen tidak dijenuhkan penting untuk memperpanjang daya tahan
terlebih dahulu, maka toluen akan mengikat ekstrak pada saat penyimpanan. Kadar air
air sehingga kadar air yang diperoleh lebih yang diperoleh adalah 9,33 ± 0,94% b/b
sedikit dari hasil kadar air sebenarnya. (tabel 1) parameter kadar air memenuhi
Toluen adalah pelarut organik dengan titik standar dengan syarat kadar air standar
didih 110ºC dan memiliki bobot jenis 0,87 adalah ≤ 10% (Kemenkes, 2010).
g/mL yang bersifat non polar dan tidak larut

348
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Selanjutnya parameter penetapan total <0,7% dan kadar abu tidak larut asam
kadar abu, kadar abu tidak larut asam, dan <0,4%. Hal ini mungkin dikarenakan tidak
kadar abu larut asam yang bertujuan untuk adanya proses sortasi terlebih dahulu
memberikan gambaran kandungan mineral sehingga mempengaruhi hasil dari kadar
internal dan eksternal yang berasal dari abu ekstrak lempuyang gajah yang berasal
proses awal sampai terbentuknya ekstrak. dari daerah Yogyakarta.
Pada Tabel 1 menunjukkan hasil dari Parameter Spesifik
parameter kadar abu, kadar abu tidak larut Parameter spesifik berhubungan
asam, dan kadar abu larut asam. Hasil yang dengan aktivitas farmakologis dari ekstrak.
diperoleh adalah kadar abu 35,18 ± 3,22% Parameter spesifik meliputi parameter
b/b; kadar abu tidak larut asam 14,47 ± identisas dan organoletis ekstrak, senyawa
2,63% b/b; dan kadar abu larut asam sebesar terlarut dalam pelarut tertentu, dan pola
20,71 ± 5,81% b/b. kromatogram. Parameter identitas dan
Berdasarkan persyaratan organoleptis ekstrak ditetapkan dengan
Farmakope Herbal kadar abu total, dan perabaan menggunakan panca indera. Hasil
kadar abu tidak larut asam tidak memenuhi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
syarat yang mensyaratkan bahwa kadar abu

Tabel 2. Hasil Identitas dan Organoleptis Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith)
Dari Daerah Yogyakarta
Identitas dan organoleptis ekstrak Hasil
Nama ekstrak Zingiberis zerumbeti rhizomae extractum spissum
Nama latin tumbuhan Zingiber zerumbet Smith
Bagian tumbuhan yang digunakan Zingiberis zerumbeti rhizomae
Nama Indonesia tumbuhan Lempuyang gajah
Identitas senyawa Zerumbon
Bentuk Kental
Warna Coklat tua
Bau Aromatik
Rasa Pahit

Parameter senyawa terlarut dalam


Pada Tabel 2 untuk identifikasi pelarut tertentu bertujuan untuk melarutkan
organoleptis pada ekstrak lempuyang gajah ekstrak dengan pelarut (air dan etanol)
(Zingiber zerumbet Smith) adalah benar. sehingga dapat menentukan jumlah solut
Berdasarkan kemenkes (2010) ekstrak yang identik dengan jumlah senyawa
lempuyang gajah berbentuk kental warna kandungan tertentu secara gravimetri
coklat tua dengan bau yang aromatik dan (Depkes, 2000).
rasa yang pahit.

Tabel 3. Hasil Kadar Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu Ekstrak Lempuyang Gajah
(Zingiber zerumbet Smith) Dari Daerah Yogyakarta
Kadar senyawa terlarut dalam air (% b/b) Kadar senyawa terlarut dalam etanol
(% b/b)

1,23 ± 0,08 13,21 ± 1,04

dalam pelarut etanol dibandingkan dalam


Kadar senyawa terlarut dalam pelarut air. Ekstrak lempuyang gajah lebih
pelarut air sebesar 1,23 ± 0,08% b/b dan banyak mengandung senyawa kurang polar
kadar senyawa terlarut dalam pelarut etanol atau semi polar daripada senyawa polar
diperoleh hasil 13,21 ± 1,04% b/b (tabel 3). sesuai dengan sifat air yang bersifat polar
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak dan etanol semi polar. Senyawa terlarut
lempuyang gajah lebih banyak terlarut dalam pelarut tertentu ini merupakan uji
349
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

kemurnian eksrak untuk adalah etil asetat: kloroform (1:1) dengan


mengetahui jumlah terendah dalam pelarut fase diam plat silica gel GF254. Rf yang
tertentu. diperoleh pada UV254 (Tabel 4) sedangkan
Pada parameter spesifik, dilakukan pada UV366 tidak terjadi adanya flouresensi.
uji pola kromatogram dan penetapan kadar Dapat dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya
zerumbon pada ekstrak lempuyang gajah dilakukan uji apakah sampel lempuyang
(Zingiber zerumbet Smith) dari daerah gajah mengandung adanya senyawa marker
Yogyakarta. Uji pola kromatogram yaitu zerumbon dilanjutkan dengan uji
bertujuan untuk memberikan gambaran metabolit sekunder yang meliputi terpenoid,
tentang komposisi kandungan kimia flavonoid, fenolik, dan alkaloid. Profil
berdasarkan pola kromatogram yang kromatografi lapis tipis yang diperoleh
dihasilkan. Fase gerak yang digunakan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Profil Kromatografi Lapis Tipis Identifikasi senyawa (a) profil kromatografi lapis tipis pada uv
254nm (b) profil kromatografi lapis tipis pada uv 366nm (a2) senyawa penanda adanya zerumbon (c) setelah
disemprot anisaldehid-H2SO4 dilihat pada cahaya tampak (d) setelah disemprot sitroborat dilihat pada uv
366nm (e) setelah disemprot FeCl3 dilihat pada cahaya tampak (f) setelah disemprot dragendorff dilihat pada
cahaya tampak.
untuk mendeteksi adanya senyawa
Dari Tabel 4 dapat dilihat sampel flavonoid ditandai dengan adanya bercak
lempuyang gajah dan senyawa marker berwarna kuning (Pramono, 1989).
zerumbon menghasilkan Rf yang hampir Penyemprotan FeCl3 dimaksudkan untuk
sama yaitu 0,21 dan 0,22, sehingga dapat senyawa fenolik yang ditandai dengan
disimpulkan bahwa sampel lempuyang bercak berwarna hijau, biru, merah, hitam
mengandung senyawa marker zerumbon. atau ungu (Wagner dan Bladt, 1996). Gugus
Senyawa marker merupakan senyawa yang hidroksi dan gugus meta didalam senyawa
bertanggung jawab pada aktivitas fenolik akan terbentuk ikatan dengan ion
farmakologi sampel yang digunakan. Untuk besi yang berasal dari FeCl3. Sedangkan
mengidentifikasi kemungkinan apakah penyemprotan dengan menggunakan
lempuyang gajah mengandung senyawa Dragendorff ditujukan untuk mengetahui
terpenoid, flavonoid, fenolik dan alkaloid adanya kandungan alkaloid didalam ekstrak
maka dilakukan uji kandungan metabolit lempuyang gajah. Reaksi semprot dengan
sekunder dengan menggunakan reagen menggunakan Dragendorff akan
semprot. Penyemprotan dengan menghasilkan warna coklat, jingga sampai
menggunakan anisaldehid-H2SO4 merah bata (Harborne, 1987) karena ion
dimaksudkan untuk mendeteksi adanya logam dari Dragendorff akan berikatan
senyawa terpenoid didalamnya yang dengan elektron bebas atom nitrogen pada
ditandai dengan adanya bercak berwarna alkaloid sehingga akan menghasilkan warna
coklat setelah dipanaskan didalam oven jingga sampai merah bata. Dilihat dari tabel
pada suhu 106ºC selama 5 menit (Wagner 4 menunjukkan adanya hasil yang positif
dan Bladt, 1996). Sitroborat digunakan untuk identifikasi adanya senyawa
350
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

terpenoid, flavonoid, dan alkaloid waktu yang singkat, biaya yang murah dan
sedangkan untuk identifikasi fenolik membutuhkan fase gerak yang sedikit
diperoleh hasil yang negatif. (Yuangsoi et al., 2008). Panjang gelombang
Penetapan kadar zerumbon pada maksimum zerumbon yang didapat adalah
ekstrak lempuyang gajah dengan 252 nm.
pembacaan menggunakan densitometer. Dari pembuatan kurva baku
Densitometer adalah alat pengukur densitas diperoleh persamaan kurva baku Y =
bercak hasil pemisahan kromatografi lapis 7485,448 x + 333,9298 dengan nilai r =
tipis, instrument yang dilengkapi dengan 0,9983. Nilai r = + 1 menggambarkan
perangkat optik, sumber cahaya, dan adanya korelasi positif sempurna artinya
detektor selain itu densitometer merupakan semua titik percobaan terletak pada satu
alat yang menggunakan radiasi garis lurus yang kemiringannya positif.
elektromagnetik dengan analit berupa Berdasarkan nilai r yang diperoleh 0,9983
bercak pada KLT yang dapat bekerja secara terdapat korelasi antara titik percobaan.
fluoresensi. Keuntungan utama analisis
dengan menggunakan densitometer adalah
Tabel 4. Identifikasi Senyawa Ekstrak Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith)
Dari Daerah Yogyakarta

Bercak
1 2 3 4 5 6 7 Visible Ket.
Deteksi
UV 254 Warna P P P P P P P - -
nm Rf 0,07 0,12 0,21 0,42 0,60 0,67 0,87 - -
UV 366 Warna - - - - - - - - -
nm Rf - - - - - - - - -
Warna - - P - - - - - Zerumbon
zerumbon
Rf - - 0,22 - - - - -
Anisaldeh Warna - - - - - - - Coklat Terpenoid
id-H2SO4 Rf - - - - - - - 0,00
Warna F Kuning - - - - - - - Flavonoid
Sitroborat
Rf 0,00 - - - - - - -
- - Coklat
Warna - - - - - -
FeCl3 kekuningan
Rf - - - - - - - 0,00
Dragendo Warna - - - - - - Coklat Alkaloid
rf Rf - - - - - - - 0,00
Keterangan. P = pemadaman
F = Fluoresensi
baku yang diperoleh adalah 2,53 ± 0,24%
Kadar zerumbon pada ekstrak lempuyang b/b (Tabel 5).
gajah (Zingiber zerumbet Smith) dari
daerah Yogyakarta dari persamaan kurva
Tabel 5. Hasil Kadar Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet Smith) dan Luas Area dengan Kromotografi
Lapis Tipis Densitometer

Sampel Luas Area Kadar (% b/b) Rata-rata (% b/b) SD


696.125 2,41

Lempuyang gajah 755.019 2,81 2,53 0,24


688.910 2,37

351
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

KESIMPULAN
Telah dilakukan standardisasi ekstrak rimpang lempuyang gajah yang meliputi
parameter non-spesifik (susut pengeringan, bobot jenis, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak
larut asam, dan kadar abu larut asam), parameter spesifik (organoleptis, kelarutan dalam pelarut
tertentu).
Ekstrak mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, dan alkaloid dan kadar zerumbon
pada tanaman lempuyang gajah sebesar 2,53 ± 0,24% b/b

DAFTAR PUSTAKA

Bhuiyan, M. N. I., Chowdhury, J. U., & Begum, J. (2009). Chemical Investigation of the Leaf
and Rhizome Essential Oils of Zingiber zerumbet (L.) Smith from Bangladesh.
Bangladesh J Pharmacol, 4(1) 9-12.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Replubik Indonesia, hal. 13-32.

Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Terbitan Kedua, Bandung: ITB. hal. 239

Kemenkes. (2010). Suplemen Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Replubik Indonesia. hal. 52-55.

Prakash, R. O., Kumar, R. K., Rabinarayan, A., & Kumar, M. S. (2011). Pharmacognostical And
Phytochemical Studies Of Zingiber zerumbet (L.) SM. Rhizome. International Journal of
Research in Ayurveda & Pharmacy, 2 (3), 698-703.

Pramono, S. (1989). Diktat Petunjuk Praktikum Pemisahan Flavonoid. Yogyakarta: Pasca


Sarjana Fakultas Farmasi UGM

Saifudin, A., Rahayu, V., & Teruna, H. Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Soetarno, S. & Soediro, I.S. (1997). Standardisasi Mutu Simplisia dan Extrak Bahan Obat
Traditional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.

Voigt, T. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Wagner, H., & Bladt, S. (1996). Plant Drug Analysis a Thin Layer Chromatography Atlas
Second Edition. New York: Springer-Verlag.

Yuangsoi, B., Jintasataporn, O., Areechon, N., & Tabthipwon, P. (2008). Validated TLC-
densitometric Analysis for Determination Of Carotenoids In Fancy Carp (Cyprinus
carpio) Serum and The Application for Pharmacokinetic Parameter Assesment.
Songklanakarin J. Sci. Technol., 30 (6), 693-700.

352

Anda mungkin juga menyukai